Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum, misalnya
kehendak Tuhan, akal manusia, jiwa bangsa
Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada hukum yang
sekarang berlaku, misalnya hukum Perancis, hukum Romawi
Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlakunya secara formal
kepada peraturan hukum (penguasa, masyarakat)
Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen, undang-
undang, lontar, batu bertulis
Sebagai sumber terjadinya hukum: sumber yang menimbulkan hukum
VAN APELDOORN MENJELASKAN ISTILAH
SUMBER HUKUM DAPAT DIARTIKAN DARI SEGI
SEJARAH, SOSIOLOGIS, FILSAFAT DAN ARTI
FORMAL.
A. Sumber Hukum dalam Arti Sejarah
Para ahli sejarah mengaitkan istilah sumber hukum ke dalam dua arti, yaitu:
1. Dalam arti sumber pengenalan hukum, yakni seluruh tulisan, dokumen dan
lainnya, di mana kita dapat belajar mengenal hukum suatu bangsa pada suatu
waktu.
Misalnya UU, keputusan hakim, piagam-piagam yang memuat perbuatan
tulisan.
2. Dalam arti sumber-sumber dari mana pembentuk undang-undang memperoleh
bahan dalam membentuk undang-undang, juga dalam arti sistem-sistem hukum,
serta dari mana tumbuhnya hukum positif suatu negara.
B. SUMBER HUKUM DALAM
ARTI SOSIOLOGIS
Menurut para ahli sosiologi, sumber hukum diartikan sebagai faktor-faktor yang
menentukan isi hukum positif, misalnya keadaan ekonomi, pandangan agama hingga
psikologis.
Prinsip-prinsip umum ini mencakup berbagai bidang hukum, seperti hukum pidana,
perdata, dan lingkungan.
Contoh dari prinsip-prinsip umum adalah prinsip pacta sunt servanda (perjanjian harus
ditaati).
D. KEPUTUSAN-KEPUTUSAN
PENGADILAN ATAU YURISPRUDENSI
INTERNASIONAL
Keputusan-keputusan pengadilan atau yurisprudensi internasional juga menjadi
sumber hukum tambahan dalam hukum internasional. Meskipun bukan sumber
hukum utama, keputusan-keputusan ini memiliki peran penting dalam membantu
membentuk norma-norma baru dalam hukum internasional.
Meskipun tidak mengikat, pendapat para ahli sering dikutip untuk memperkuat
argumen dalam konteks hukum internasional. Namun, hakim tidak dapat memutus
perkara berdasarkan opini para pakar ahli karena opini ini tidak memiliki kekuatan
hukum yang mengikat.