PERTEMUAN 6
SUMBER SUMBER HUKUM
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Algra membagi sumber hukum menjadi sumber hukum materiil dan sumber
hukum formal:
a. Sumber hukum materiil merupakan tempat dari mana materi hukum itu
diambil. Sumber hukum materiil itu merupakan faktor yang membantu
pembentukan hukum, misalnya: hubungan sosial, hubungan kekuatan
politik, situasi sosial, ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan),
hasil penelitian ilmiah (kriminologi, lalu lintas), perkembangan
internasional, keadaan geografis. Ini semuanya merupakan objek studi
penting bagi sosiologi.
b. Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber dari mana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau
cara yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku. Yang diakui
umum sebagai sumber hukum formal ialah undang-undang, perjanjian
antarnegara, yurisprudensi dan kebiasaan.
a. Undang-undang
b. Kebiasaan dan adat yang dipertahankan dalam keputusan yang berkuasa
dalam masyarakat
c. Traktat
d. Yurisprudensi
Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi kaidah
hukum, dan terdiri atas:
Sumber hukum materiil yaitu tempat materi hukum itu diambil. Sumber
hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum. Sumber
hukum materiil dapat ditinjau dari pelbagai sudut, misalnya dari sudut ekonomi,
sejarah, sosiologi, filsafat, dan sebagainya. Sumber hukum materiil yang terpenting
adalah kesadaran hukum warga masyarakat dari mana dan di mana hukum itu
berlaku dan diberlakukan.
a. Undang-undang (statute)
b. Kebiasaan (custom)
c. Keputusan-keputusan hakim (jurisprudentie)
d. Traktat (Treaty)
e. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
a) Bersifat umum dan komprehensif; kebalikan dari sifat khusus dan terbatas
b) Bersifat terbatas diciptakan untuk menghadapi peristiwa yang akan datang
dan belum jelas bentuk konkretnya.
c) Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri.
Suatu peraturan, lazimnya, mencantumkan klausula yang berisi
kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali, jika diperlukan. Kekuatan
Berlakunya Undang-undang Kekuatan berlakunya undang-undang ini
perlu dibedakan dari kekuatan mengikatnya undang-undang. Bahwa
undang Undang mempunyai kekuatan mengikat sejak diundangkannya di
dalam lembaran negara. Ini berarti bahwa sejak dimuatnya dalam
lembaran negara setiap orang terikat untuk mengakui eksistensinya.
Berkaitan dengan kekuatan berlaku secara sosiologis ini, dikenal dua teori:
Ada 3 penyebab (alasan) seorang hakim mengikuti 2 putusan hakim yang lain
(menurut utrecht), yaitu: seorang hakim mengikuti putusan hakim lainnya
kedudukannya lebih tinggi, karena hakim adalah pengwas hakim di bawahnya.
Putusan hakim yang lebih tinggi mempunyai “GEZAG” karena di anggap lebih
berpengalaman. Karena jika putusannya beda dengan hakim yang lebih tinggi maka
pihak yang di kalahkan akan melakukan banding atau kasasi kepada hakim yang
pernah memberi putusan dalam perkara yang sama agar perkara di beri putusan
sama dengan putusan sebelumnyaSudah adil, tepat dan patut sehingga tidak ada
alasan untuk keberatan mengikuti putusan hakim yang terdahulu
Traktat ialah perjanjian yang diadakan oleh beberapa negara atau antar
negara yang dituangkan dalam bentuk tertentu. Traktat tersebut dapat menjadi
sumber bagi pembentukan peraturan hukum. Perjanjian yang dilakukan oleh 2 (dua)
negara disebut Traktat Bilateral, sedangkan Perjanjian yang dilakukan oleh lebih dari
2 (dua) negara disebut Traktat Multilateral. Selain itujuga ada yang disebut sebagai
Traktat Kolektif yaitu perjanjian antara beberapa negara dan kemudian terbuka bagi
negara-negara lainnya untuk mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut. Perjanjian
antar negara di bedakan menjadi treaty dan agreement treaty adalah perjanjian yang
kurang penting.
Doktrin adalah pendapat para ahli atau sarjana hukum ternama/ terkemuka.
Dalam yurispudensi dapat dilihat bahwa hakim sering berpegangan pada pendapat
seorang atau beberapa sarjana hukum yang memiliki pemikiran dan pendapat
terkenal. Pendapat para sarjana hukum itu menjadi dasar keputusankeputusan yang
akan diambil oleh seorang hakim dalam menyelesaikan suatu perkara. Adapun yang
dimaksud dengan pendapat sarjana hukum disini adalah pendapat seseorang atau
beberapa orang ahli hukum terhadap suatu masalah tertentu internasional dan
yurisprudensi tidak memberi jawaban hukum sehingga di carilah pendapat ahli
hukum.
2. Asas-asas Hukum
Definisi Asas Hukum Secara terminologi, yang dimaksud asas memiliki dua
pengertian, yaitu yang pertama adalah dasar, atau fundamen. Sedangkan arti asas
yang kedua adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir
atau berpendapat.
Sementara itu Kamus hukum memberikan pemaknaan asas sebagai suatu alam
pikiran yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya sesuatu norma hukum.
Sehingga asas hukum juga dapat dipahami sebagai dasardasar umum yang
terkandung dalam peraturan hukum dan dasardasar umum tersebut merupakan
sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis. Asas hukum bukanlah norma hukum
konkrit karena asas hukum adalah jiwanya norma hukum itu. Norma hukum
merupakan penjabaran secara konkrit dari asas hukum. Dikatakan asas hukum
sebagai jiwanya norma hukum atau peraturan hukum karena ia merupakan dasar
lahirnya peraturan hukum.18 Asas hukum merupakan petunjuk arah arah bagi
pembentuk hukum dan pengambil keputusan. Asas hukum tidak mempunyai sanksi
sedangkan norma hukum mempunyai sanksi. Pada umumnya asas hukum tidak
dituangkan dalam bentuk peraturan yang konkrit atau pasal-pasal, misalnya asas
fictie hukum, asas pact sunt servanda. Akan tetapi tidak jarang asas hukum itu
dituangkan dalam peraturan konkrit seperti asas presumption of innocence, dll.
Fungsi asas dalam ilmu hukum: asas dalam ilmu hukum hanya bersifat
mengatur dan eksplikatif (menjelaskan). Tujuannya adalah memberi ikhtisar, tidak
normative sifatnya dan tidak termasuk hukum positif. Setiap perundang-undangan
yang dibuat selalu didasari sejumlah asas atau prinsip dasar. Kata asas ialah dasar,
sedang kata prinsip merupakan sinonimnya. Asas hukum bukan merupakan hukum
kongkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau
merupakan latar belakang peraturan kongkrit yang terdapat di dalam dan di belakang,
setiap sistem hukum. luas bagi lahirnya sebuah peraturan hukum. Ini berarti
penerapan peraturan-peraturan hukum itu bisa dikembalikan kepada asas hukum
Asas hukum karena mengandung tuntutan etis, maka asas hukum diibaratkan
sebagai jembatan antara peraturan-peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan
pandangan etis masyarakatnya. Selanjutnya Sudikno Mertokusumo, menyatakan
bahwa tak semua asas yang tertuang dalam peraturan atau pasal yang kongkrit.
Alasannya, adanya rujukan pada asas Nullum delictum nulla poena sine praevia lege
poenali (Tiada suatu peristiwa dipidana, kecuali atas dasar peraturan perundang-
positif dalam suatu masyarakat. Sementara Van Eikama Hommes, menyebutkan asas
hukum itu tidak boleh dianggap sebagai norma-norma hukum yang konkrit akan
tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang
berlaku. Dengan kata lain asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif.
1. Asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum
dan berlaku untuk semuabidang hukum itu, seperti asas equality before
the law, asas lex posteriore derogate legi priori, asas bahwa apa yang
lahirnya tanpak benar, untuk sementara harus dianggap demikian sampai
diputus (lain) oleh pengadilan.
Menurut P. Scholten ada 5 asas hukum umum, yaitu :
a. Asas kepribadian
b. Asas pesekutuan
c. Asas kesamaan
d. Asas kewibawaan
e. Asas pemisahan antara baik dan buruk.
2. Asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam bidang yang lebih
sempit seperti dalam bidang hukum perdata, hukum pidana dsb.
Fungsi asas hukum dalam ilmu hukum, fungsi asas hukum terbagi dalam dua
fungsi, yaitu:
Ragam Asas Hukum Asas hukum secara konseptual terdiri dari bermacam
macam, beberapa asas hukum yang digunakan di Indonesia, yaitu:
1. Asas Nullum Delictum Noella Poena Sine Praevia Lege Poenali, yaitu tiada
suatu perbuatanpun dapat dihukum, kecuali atas kekuatan undang-undang
yang telah ada sebelum perbuatan itu dilakukan.
2. Asas In Dubi Pro Reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang
paling menguntungkan bagi si terdakwa.
3. Asas Similia Similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus
diputus sama (serupa).
4. Asas Pact Sunt Servanda yaitu bahwa perjanjian yang sudah disepakati
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan.
5. Asas Geen Straft Zonder Schuld ialah asas tiada hukuman tanpa
kesalahan.
6. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yaitu asas undangundang yang
berlaku kemudian membatalkan undangundang terdahulu, sejauh undang-
undang itu mengatur objek yang sama.
7. Asas Lex Superior Derogat Legi Inferiori, yaitu suatu asas undang-undang
dimana jika ada dua undang-undang yang mengatur objek yang sama maka
undang-undang yang lebih tinggi yang berlaku sedangkan undang-undang
yang lebih rendah tidak mengikat.
8. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali yakni undangundang yang khusus
mengenyampingkan yang umum.
9. Asas Res judicata pro veritate habeteur, yaitu Putusan hakim dianggap
benar sampai ada putusan hakim lain yang mengoreksinya.
10. Asas Lex dura set tamen scripta, yaitu Undang – undang bersifat memaksa,
sehingga tidak dapat diganggu gugat.
11. Asas In Dubio Pro Reo, yaitu apabila hakim ragu mengenai kesalahan
terdakwa, hakim harus menjatuhkan putusan yang menguntungkan bagi
terdakwa.
D. DAFTAR PUSTAKA