Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rahma Dita Israwan

NPM : 170410170010

METODE PENELITIAN SOSIAL KUALITATIF

 Peristiwa Pemerintah:

Segitiga kongkalingkong suap antara Kepala Daerah, Anggota Dewan, dan Dinas terhadap suap
terkait dengan pembahasan alih fungsi lahan.

 Tradisi Naratif:

Drs. H. Annas Maamun adalah mantan Gubernur Riau, yang menjabat sejak 19 Februari 2014. Ia
merupakan tokoh keturunan Melayu. Pada tanggal 25 September 2014, satuan tugas Komisi
Pemberantasan Korupsi menangkap sembilan orang, dimana salah satunya adalah Annas
Maamun yang masih menjabat sebagai Gubernur Riau. Annas Maamun ditangkap oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi di Cibubur, Jakarta Timur. Annas Maamun ditangkap terkait dengan
dugaan suap alih fungsi lahan. Komisi Pemberantasan Korupsi juga menyita sejumlah mobil,
termasuk mobil berpelat nomor Riau. Annas Maamun merupakan Gubernur Riau ketiga yang
secara berturut-turut ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, dimana sebelumnya Saleh
Djasit yang menjabat dari tahun 1998 hingga 2003 ditangkap karena kasus korupsi mobil
pemadam kebakaran yang melibatkan Hari Sabarno. Kemudian Rusli Zainal yang menjabat
untuk periode 2003 hingga 2013 ditangkap karena kasus korupsi PON XVIII, suap anggota DPRD
Riau, dan penerbitan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-
HT) di Kabupaten Pelalawan, Riau.

Annas Maamun selaku Gubernur Riau mempunyai kewenangan untuk mengajukan usulan
perubahaan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan kepada Menteri
Kehutanan. 9 Agustus 2014, Annas Maamun menerima kunjungan Zulkifli Hasan (Menteri
Kehutanan) yang memberikan surat keputusan tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas ±1.638.249 ha , Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Seluas
±717.543 ha dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas ±11.552 ha
di Propinsi Riau. Pada pidatonya Zulkifli memberikan kesempatan pada masyarakat untuk
merevisi melalui Pemda Riau apabila belum terakomodir dalam SK tersebut.

Selanjutnya Annas Maamun memerintahkan M. Yafiz (Kepala Bappeda Propinsi Riau) dan Irwan
Effendi (Kadishut Propinsi Riau) untuk melakukan penelaahan terkait keberadaan kawasan yang
direncanakan dalam program pembangunan daerah yang masih masuk sebagai kawasan hutan
untuk diusulkan menjadi bukan kawasan hutan. Setelah dilakukan telaah oleh Tim Terpadu, 12
Agustus 2014 Annas Maamun menandatangani surat Gubernur Riau perihal pertimbangan
perubahan luas kawasan bukan hutan yang ditujukan kepada Menteri Kehutanan. 14 Agustus
2014 Surat tersebut kemudian dibawa ke kantor Zulkifli Hasan oleh Arsyad Juliandi Rachman
(Wagub Riau), Yafiz, Irwan, dan Cecep Iskandar (Kabid Planologi Dinas Kehutanan Propinsi
Riau) , Zulkifli pun memberikan tanda centrang persetujuan terhadap sebagian kawasan yang
diajukan yang peruntukannya antara lain untuk jalan tol, jalan propinsi, kawasan candi muara
takus dan perkebunan untuk rakyat miskin seluas 1.700 ha. Selain itu Zulkifli secara lisan
memberikan tambahan perluasan kawasan hutan menjadi bukan hutan maksimal 30.000 ha.

Atas pengajuan revisi SK tersebut, Gulat Medali Emas Manurung menemui Annas Maamun
untuk meminta bantuan agar areal kebun sawit yang dikelolanya dapat dimasukkan ke dalam
usulan revisi dari kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan. Atas perintah Annas Maamun,
Gulat berkoordinasi dengan Cecep agar areal kebun sawit di Kabupaten Kuantan Sengingi seluas
±1.188 ha dan Bagan Sinembah di Kabupaten Rokan Hilir seluas ±1.214 ha dapat dimasukkan ke
dalam usulan revisi SK Menteri Kehutanan, padahal lokasi tersebut diluar lokasi yang
direkomendasikan oleh Tim Terpadu Kehutanan Riau. Setelah dilakukan tinjauan terdapat
beberapa kawasan yang tidak dapat dimasukkan karena kawasan hutan lindung, namun Gulat
meminta agar tetap dimasukkan ke dalam usulan. 31 Agustus 2014, Edison Marsadauli Siahaan
melalui Gulat juga meminta kepada Cecep agar titik koordinat kebun sawit milik Edison seluas
120 ha di Duri Kabupaten Bengkalis dapat dimasukkan dalam usulan revisi. Gulat juga
menyampaikan apabila dibutuhkan biaya untuk memasukkan lokasi Perusahaan Kebun Sawit
(PKS) milik Edison tersebut, maka akan disiapkan.

Setelah draft usulan revisi SK selsai dibuat, Annas Maamun memerintahkan Cecep agar tetap
memasukkan usulan Gulat. 17 September 2014, Annas Maamun menandatangani Surat
Gubernur Riau tentang Revisi Usulan Perubahan Luas Kawasan Bukan Hutan di Propinsi Riau
yang ditujukan kepada Menteri Kehutanan yang didalamnya terdapat area kebun sawit yang
dimintakan oleh Gulat dan Edison yaitu kebun kelapa sawit di Kabupaten Kuantan Sengingi
seluas 1.000 ha dan Kebun Rakyat Miskin di Kabupaten Rokan Hilir seluas 1.700 ha dan kebun
kelapa sawit seluas 120 ha di Duri Kabupaten Bengkalis, yang mana lokasi-lokasi tersebut diluar
wilayah rekomendasi Tim Terpadu Kehutanan Riau. 19 September 2014 atas perintah Annas
Maamun, Cecep menyerahkan surat tersebut kepada Mashud (Direktur Perencanaan Kawasan
Hutan Kementerian Kehutanan) di Jakarta untuk diproses permohonannya.

21 September 2014, Annas Maamun berangkat ke Jakarta dalam rangka urusan dinas sekaligus
memantau perkembangan surat usulan revisi tersebut di Kemenhut. Keesokan harinya Annas
Maamun menghubungi Gulat melalui telepon dan meminta uang sebesar Rp2,9 milyar dengan
dalih bahwa uang tersebut akan diberikan kepada anggota DPR RUI Komisi IV sebanyak 60 untuk
mempercepat proses pengesahan RTRW Propinsi Riau oleh DPR RI. Atas permintaan tersebut
setelah kesepakatan antara Gulat dan Edison mereka menyanggupi Rp2 milyar dengan rincian
dari Edison Rp1,5 milyar dan Gulat Rp500 juta.

25 September 2014, Annas Maamun bersama Triyanto (ajudan Annas Maamun) menemui Gulat
di Restoran Hotel Le Meridien untuk menyerahkan kembali uang sebesar USD 166,100 kepada
Gulat untuk ditukar dengan mata uang dollar Singapura. Setelah menukarkan uang tersebut
bersama Edison di daerah Kwitang, Gulat diantar Lili Sanusi (Sopir Badan Penghubung Propinsi
Riau di Jakarta) menuju rumah Annas Maamun di Perumahan Citra Gran Cibubur. Setelah
sampai di rumah Annas Maamun, Annas Maamun menerima uang sebesar SGD156,000 dan
Rp500 juta yang selanjutnya disimpan dikamar beliau. Beberapa saat kemudian Annas Maamun
keluar dari kamar dan menyerahkan sebagian dari uang yang telah diterimanya yakni Rp60 juta
kepada Gulat. Tidak lama setelah itu datang petugas KPK melakukan penangkapan terhadap
Annas Maamun dan Gulat. Bahwa Annas Maamun mengetahui atau patut menduga
perbuatannya menerima hadiah uang tersebut dari Gulat disebabkan karena beliau selaku
Gubernur Riau telah memasukkan permintaaan Gulat dan Edison dalam surat revisi usulan
perubahan luas bukan kawasan hutan di Propinsi Riau yang ditandatangani Annas Maamun
bertentangan dengan kewajiban beliau selaku Gubernur sekaligus Penyelenggara Negara
sebagaimana diatur dalam UU.

Pada 26 September 2014, Komisi Pemilihan Umum melalui ketuanya, Abraham Samad
menetapkan Annas sebagai tersangka pasca operasi tangkap tangan pada 25 September malam.
Menurut Abraham, Annas diduga menerima uang dari pengusaha terkait dengan izin alih fungsi
hutan tanaman industri di Riau. Selain Annas, KPK menetapkan pengusaha sawit berinisial GM
sebagai tersangka. GM diduga sebagai pihak pemberi uang kepada Annas. Dalam operasi
tangkap tangan tersebut, KPK menyita uang 156.000 dollar Singapura dan Rp 500 juta sebagai
barang bukti. Annas Maamun akan segera ditahan di rumah tahanan Guntur, berbeda dengan
tersangka GM yang sedianya akan ditahan di rumah tahanan KPK. Terkait dengan hal ini,
Mendagri Gamawan Fauzi akan segera menunjuk Wakil Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman
menjadi pelaksana tugas Gubernur Riau setelah disahkannya undang-undang pemerintah
daerah.

Makna dari peristiwa tersebut adalah masih ada Kepala Daerah tidak memikirkan jangka
panjang dari kejahatan korupsi SDA seperti hutan memberikan dampak sangat buruk dan
bersifat multidimensi. Ia berdampak bukan hanya pada lingkungan, tetapi memicu persoalan
sosial (konflik), bencana lingkungan menahun, kemiskinan dan lain-lain. Ia masih belum bisa
bersikap dengan bijaksana terhadap hal itu karena pada hakikatnya hutan haruslah kita jaga dan
lestarikan. Sebagai Kepala Daerah ia seharusnya mendengarkan dan mempertimbangkan apa
yang telah dikatakan dan ditelaah oleh tim terpadu bukannya malah terus menerus ingin
ditambah area yang asalnya Kawasan Hutan menjadi Kawasan Bukan Hutan di Propinsi Riau.
Karena disana terdapat Hutan Lindung dll.

 Tradisi Fenomenologi :

Patut dikaji mengapa Annas Maamum melakukan suap seperti itu. Tapi sepertinya kasus suap ini
berhubungan dengan penyalahgunaan jabatan demi kepentingan atau kepuasan pribadi
maupun korporasi, bagi mereka yang memegang jabatan atau kekuasaan senantiasa
menyalahgunakan kekuasaan mereka tersebut. Tindakan suap atau korupsi oleh Annas
Maamum ini tindakan yang berdampak bukan hanya pada lingkungan tetapi memicu persoalan
sosial (konflik), bencana lingkungan maupun pemiskinan dan lain lain. Karena motif seperti ini
tidak difikirkan dengan sangat matang hanya semata-mata untuk merasa dirinya puas dan tidak
memikirkan dampaknya kedepan bagi lingkungan dan bagi orang lain. Kasus ini merupakan
tingkat teratas yang disebut dengan material benefit (mendapatkan keuntungan material yang
bukan yang bukan haknya melalui kekuasaan). Karena Annas Maamum melakukan
penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan material bagi dirinya sendiri dan
orang lain. Kasus suap atau korupsi ini sangat membahayakan karena melibatkan kekuasaan dan
mendapatkan keuntungan material.

 Studi Kasus:

Penyalahgunaan kekuasaan menjadi penyebab utama dari semuanya yang terjadi ia ingin
mendapatkan keuntungan material dari jabatannya tersebut dengan mengganti Kawasan Hutan
menjadi Kawasan Bukan Hutan dengan memanfaatkan pejabat yang ada di sekitarnya untuk
menjalankan motif dan aksinya tersebut. Untuk melancarkan aksinya juga ia menyuap DPR agar
fungsi alih lahan itu dapat berjalan dengan lancar dan aman. Hal ini disebabkan kurangnya
pengawasan yang lebih dari pusat yang menyebabkan para pejabat dapat melakukan hal yang
serupa seperti itu. Hal ini juga membuat dampak yang tidak cukup baik kedepannya, hutan
menjadi terancam keasrian dan keberadaannya karena sikap egois para manusia dan
pemiskinaan pun bisa terjadi karena ulah manusia itu sendiri yang dengan memanfaatkan
kekuasaannya. Adapun dampak yang lain mungkin dapat terjadinya bencana alam karena hutan
di alih fungsi lahankan. Sikap ketidakpatuhan tersebut seharusnya menjadi pandangan utama
bagi pusat karena ini dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi masyarakat yang
dipimpinnya karen pemimpinnya tersebut malah memikirkan keuntungan material untuk
pribadi bukan untuk masyarakatnya. Penyebab ketidakpatuhan tersebut menunjukan bahwa
banyak pejabat yang memanfaatkan jabatannya untuk mendapatkan keuntungan material yang
tidak sedikit dan ia memanfaatkan jabatannya hanya untuk itu bukan untuk menyuarakan suara
rakyat ataupun mengatasi masalah masalah yang ada pada masyarakatnya tetapi malah
menambah masalah yang ada yang akhirnya merugikan masyarakatnya. Padahal seharusnya
antara masyarakat dan pemerintah harus saling melengkapi dan pusat pun harus mengawasi
dengan baik agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Dan pemerintah seharusnya benar
benar berorientasi kepada kesejahteraan masyarakatnya.

REFERENSI:
- https://acch.kpk.go.id/id/jejak-kasus/10-annas-maamun

Anda mungkin juga menyukai