1.Dapat disimpulkanbahwa Hubungan antara hukum dan ekonomi sangatlah erat dan
bersifat timbal balik. Kedua-duanya saling mempengaruhi bekerjanya satu sama
lain. Hukum sebagai pengontrol perkembangan ekonomi dengan peraturannya, sedangkan
ekonomi sebagai bekerjanya hukum itu sendiri.
Hukum memiliki peran yang sangat sentral dalam keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara,
khususnya dalam memberikan kepastian usaha dan investasi. Di negara berkembang, hukum
memiliki peranan yang besar untuk turut memberi peluang pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi di sebuah negara tidak bisa dilepaskan dengan aspek hukum. Tanpa
kepastian hukum yang jelas, maka investasi asing tidak akan masuk ke sebuah negara. Dukungan
dari bidang hukum bagi pembangunan ekonomi sebuah negara sangat diperlukan. Hukum memiliki
peran yang sangat sentral dalam keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya
dalam memberikan kepastian usaha dan investasi.
Di negara berkembang, hukum memiliki peranan yang besar untuk turut memberi peluang
pembangunan ekonomi. Pelaksanaan roda pemerintahan yang demokratis, dan menggunakan
hukum sebagai instrumen untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang
komprehensirf, akan membawa negara ini menuju masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang
di cita-citakan. Agar hukum dapat tetap memainkan peranannya dalam menunjang perekonomian
suatu negara, maka hukum juga harus beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam
bidang bisnis.
Kata kunci: hukum, pembangunan ekonomi, kepastian hukun, kepastian usaha/investasi.
3. subjek hukum
subjek hukum adalah suatu pendukung hak, yaitu manusia atau badan yang menurut hukum
berkuasa menjadi pendukung hak.
ubjek hukum adalah pihak-pihak yang berhubungan dengan sistem hukum. Adapun sifat-sifat subjek
hukum meliputi hal-hal yang antara lainnya:
Sebagai subjek hukum, sejak lahir hingga meninggal, manusia berperan sebagai pembawa
hak dan kewajiban.
Kemudian, sebagai subjek hukum, badan atau perkumpulan memiliki hak-hak dan melakukan
perbuatan hukum seperti manusia. Diterangkan C.S.T Kansil, badan dan perkumpulan dapat
memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu-linta hukum dengan perantaraan
pengurusnya, dapat digugat dan menggugat di muka hakim. Badan-badan atau perkumpulan
ini dinamakan badan hukum (rechtspersoon) dengan arti orang (persoon) yang diciptakan
hukum.
Kedua, kewenangan hukum yang berarti kecakapan untuk menjadi subjek hukum, yakni
sebagai pendukung hak dan kewajiban. Terkait kecakapan sebagai subjek hukum, pada
dasarnya manusia memiliki kecakapan, terkecuali undang-undang menyatakan sebaliknya.
Kemudian, diterangkan pula bahwa hukum Indonesia mengakui bahwa setiap manusia adalah
subjek hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan
bahwa menikmati hak-hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak-hak kenegaraan.
Adapun makna tersirat dari pasal tersebut adakah status manusia (warga negara) sebagai
subjek hukum tidak ditentukan pada syarat yang ditetapkan oleh negara. Manusia diakui
sebagai subjek hukum sejak lahir hingga meninggal.
Bryan A. Garner. (dalam Hapsari, 2014: 79) menerangkan bahwa dalam kepustakaan Inggris,
istilah badan hukum sering kali disebut dengan istilah legal entity, juristic
person, atau artificial person.
Dalam hukum Indonesia, sebagaimana diterangkan Pasal 1654 KUH Perdata, badan hukum
diartikan sebagai perkumpulan yang sah seperti halnya orang-orang swasta dan berkuasa
untuk melakukan perbuatan-perbuatan perdata, tanpa mengurangi perundang-undangan,
dalam hal kekuasaan telah diubah, dibatasi, atau ditundukkan.
setiap badan hukum yang dapat dikatakan mampu bertanggung jawab secara hukum haruslah
memiliki empat unsur pokok berikut.
Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah. Adapun yang termasuk dalam kategori
ini adalah badan hukum publik, contohnya provinsi, kabupaten, kota, dan lainnya.
Badan hukum yang diakui oleh pemerintah, contohnya gereja atau badan keagamaan
lainnya.
Badan hukum yang didirikan oleh pihak swasta, misalnya Perseroan Terbatas (PT)
atau Commanditaire Vennootschap (CV).
4.Badan hukum dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai organisasi atau perkumpulan yang
didirikan dengan akta yang otentik dan dalam hukum diperlakukan sebagai orang yang
memiliki hak dan kewajiban atau disebut juga dengan subyek hukum.
Ada banyak jenis badan usaha yang sering ditemui, seperti PT, CV atau Perum. Ada
beberapa bentuk dari badan usaha yang harus Anda pahami dan juga mengerti,
sebagai berikut:
1. Koperasi
Koperasi adalah salah satu jenis badan usaha yang didasari oleh beberapa asas
kekeluargaaan. Organisasi ekonomi ini juga dioperasikan guna kepentingan secara
bersama-sama. Ada pula mengatakan, bahwa koperasi merupakan sebuah badan
hukum yang dibentuk atas beberapa asas kekeluargaan. Dimana, untuk tujuan dari
koperasi adalah untuk mensejahterakan para anggotanya.
Para pemilik koperasi bisa berupa perorangan atau badan hukum koperasi.
Semua modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
Kini koperasi mempunyai peran aktif di dalam meningkatkan kualitas hidup semua
anggotanya dan juga kalangan masyarakat. Selain itu, koperasi juga bisa
dipergunakan untuk memperkuat perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan ekonomi nasional dimana koperasi sebagai pondasinya.
Sedangkan, untuk fungsi koperasi yang paling akhir adalah mewujudkan dan
mengembangkan perekonomian secara nasional menjadi lebih baik lewat usaha
bersama. Semua peraturan yang ada di dalam koperasi juga sudah disesuaikan
dengan beberapa asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini
sepenuhnya modal dari pemerintah. Selain itu, ada beberapa jenis lainnya dari
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang harus Anda ketahui sebagai berikut:
Perjan (Perusahaan Jawatan)
Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah salah satu jenis Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang semua anggarannya termasuk di dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Perjan juga mempunyai tujuan untuk membuat kalangan
masyarakat menjadi sejahtera melalui pengabdian dan pelayanan.
Selain itu, untuk hal tersebut juga dilakukan tanpa mengabaikan beberapa poin
esensi, efektivitas, ekonomi serta pelayanan yang terbaik. Saat ini, untuk Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) tidak mempunyai Perjan.
Tidak ada badan usaha yang bisa digolongkan ke dalam Perjan, karena semuanya
sudah dialihkan menjadi badan hukum atau badan usaha. Ada beberapa contoh
Perjan yang telah diganti bentuk, yaitu:
Perjan Pegadaian yang sempat berubah menjadi perum dan kini beralih lagi
menjadi persero.
Perjan Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Perjan Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo, Perjan Rumah Sakit Dr. Kariadi, Perjan Rumah Sakit
Dr. M.Djamil, Perjan Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin dan semuanya
berubah menjadi badan layanan umum.
Perjan Radio Republik Indonesia dan Perjan Televisi Republik Indonesia kini
menjadi Lembaga Penyiaran Publik.
Di dalam membentuk suatu persero, Menteri juga memberikan usulan pada suatu
usaha tersebut kepada pihak Presiden. Usulan tersebut juga sangat lengkap dengan
pengkajian yang telah didasari dengan berbagai pertimbangan.
Pada saat mendirikan persero ini bertujuan guna menyediakan barang maupun jasa
yang mempunyai nilai jual lebih dan mempunyai kualitas terbaik. Secara umum,
Persero bergerak di dalam bidang produksi dan bertujuan untuk mencari
keuntungan.
Sebagian atau seluruh modal adalah kekayaan negara yang telah dipisahkan.
Perum adalah salah satu perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh suatu negara.
Perum juga mempunyai tujuan untuk memberikan manfaat di dalam hal yang umum,
di dalam bentuk jasa maupun barang.
Menteri BUMN juga memberikan usulan kepada pihak Presiden mengenai beberapa
dasar yang telah dikaji bersama oleh Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Perum
mempunyai fungsi sebagai penyelenggara usaha untuk memberikan manfaat secara
umum dengan barang dan jasa secara berkualitas.
Akan tetapi, untuk masalah perum ini mempunyai harga yang masih terjangkau oleh
kalangan masyarakat umum. Hal tersebut juga tetap diolah dengan sistem
perusahaan yang sangat baik.
Ada beberapa perusahaan yang termasuk di dalam Perum, yaitu Perum Pelayaran,
Perum Pegadaian dan masih banyak lainnya lagi. Selain itu, ada juga beberapa ciri-
ciri di dalam Perusahan Umum (Perum) sebagai berikut:
Sesuai dengan namanya, untuk Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) modalnya
dimiliki sepenuhnya oleh pihak swasta. Selain itu, BUMS ini didirikan dengan tujuan
untuk mencari keuntungan guna untuk mengembangkan suatu usaha.
Kini untuk UMS dibagi menjadi dua, yaitu badan usaha swasta di dalam negeri dan
swasta asing. Badan usaha swasta di dalam negeri merupakan badan usaha yang
modalnya dimiliki oleh kalangan masyarakat dalam negeri.
Sedangkan, badan usaha swasta asing merupakan badan usaha yang modalnya
dimiliki oleh kalangan masyarakat bukan warga negara Indonesia. Pada pasal 33
Undang Undang Dasar 1845 telah mengatur mengenai berbagai bidang yang bisa
dikelola oleh swasta, seperti mengelola sumber daya ekonomi yang mempunyai sifat
tidak vital dan strategis atau menguasai hajat hidup orang banyak. Masih sama
seperti yang sebelumnya, di dalam Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) ini juga
terdapat beberapa bentuk lain harus Anda ketahui juga sebagai berikut:
CV adalah salah satu bentuk kemitraan yang telah dibentuk oleh dua orang maupun
lebih. Selain itu, semua orang yang ada di dalamnya mempunyai tanggung jawab
yang tidak terbatas dan tanggung jawab terbatas.
Kini CV juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu sekutu aktif (komplementer) dan sekutu
pasif (komanditer). Sekutu aktif merupakan sekutu yang mempunyai tugas untuk
mengelola suatu perusahaan sekaligus mempunyai hak guna membuat perjanjian
dengan pihak ketiga.
Sedangkan sekutu pasif adalah sekutu yang hanya menyerahkan modal tetapi tidak
ikut campur di dalam pengelolaan sebuah perusahaan. Dapat dikatakan, bahwa
untuk sekutu pasif hanya mempunyai peran di dalam memberikan sebuah modal.
Tidak hanya itu saja, untuk tenaga kerja dan alat produksi yang dibutuhkan juga
sangat terbatas. Sehingga, untuk masalah tanggung jawab atas aktivitas dan resiko
perusahaan akan ditanggung oleh individu tersebut. Ada beberapa kelebihan dan
kekurangan pada Perusahaan Perseorangan (PO) yang harus Anda ketahui, yaitu:
6. Firma
Masih ada jenis badan usaha lain yang harus Anda ketahui, yaitu Firma. Firma
merupakan sekutu di antara satu orang dengan lainnya guna menjalankan sebuah
usaha bersama dengan tujuan berbagi keuntungan.
Dapat disimpulkan, bahwa Firma mempunyai minimal beberapa anggota atau dua
orang. Semua anggota tersebut juga akan bertanggung jawab atas badan usaha
perusahaan dan menyerahkan modal sesuai dengan yang tertera pada akta
pendirian firma.
Ada beberapa kelebihan di saat memilih badan usaha Firma, yaitu semua kebutuhan
modal dapat terpenuhi, semua keputusan bisa diambil secara bersama-sama.
Sedangkan, untuk kekurangannya pada saat memilih Firma adalah sering terjadi
perselisihan, perusahaan bisa saja bangkrut dan masih banyak lainnya lagi.
Contoh perusahaan BUMN Perum antara lain Damri, Bulog, dan Airnav. Sementara
contoh Persero BUMN adalah PLN, Pertamina, Telkom, Pupuk Indonesia, dan
sebagainya.
Perusahaan besar seperti PT Bank Central Asia Tbk, PT Indofood Sukses Makmur,
PT HM Sampoerna Tbk, dan PT Krakatau Steel merupakan contoh kecil dari BUMS
Dasar hukum di Indonesia telah memuat banyak hal tentang perjanjian, termasuk
syarat sah perjanjian. Pengertian perjanjian itu sendiri telah tercantum dalam Pasal
1313 KUHPerdata.
Pasal tersebut menyebut “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Sementara untuk syarat sah perjanjian dicantumkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata.
Berdasarkan pasal tersebut, kesepakatan harus memenuhi empat syarat agar bisa
sah menjadi perjanjian, di antaranya:
syarat kesepakatan,
kecakapan,
objek,
halal.
Dalam praktiknya, perjanjian memiliki sejumlah syarat supaya dianggap sah secara
hukum. Syarat sah perjanjian itu diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
khususnya Pasal 1320. Syarat-syarat sah tersebut, antara lain:
Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subjektif karena berkaitan dengan
para subjek yang membuat perjanjian.
Sementara itu, syarat kedua dan ketiga disebut syarat objektif karena berkaitan
dengan objek dalam perjanjian.
“Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya” berarti para pihak yang membuat
perjanjian harus sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok atau materi yang
diperjanjikan.
Kesepakatan itu harus dicapai dengan tanpa ada paksaan, penipuan, atau
kekhilafan. Adanya unsur pengikat inilah yang kemudian menjadi syarat sah
perjanjian.
Pasal 1330 KUHPerdata telah mengatur pihak-pihak mana saja yang boleh atau
dianggap cakap untuk membuat perjanjian. Di samping itu, ada orang yang
dianggap tidak cakap untuk membuat perjanjian, antara lain:
Sebagai contoh, perjanjian menyewa rumah toko (ruko) dua lantai dengan luas
bangunan 750 m2 yang terletak di Jalan Kebahagiaan Nomor 69, Jakarta Pusat.
Ruko adalah barang yang jelas dan nyata.
“Suatu sebab yang tidak terlarang” atau juga sering disebut sebagai suatu sebab
yang halal berarti tidak boleh memperjanjikan sesuatu yang dilarang undang-undang
atau yang bertentangan dengan hukum, nilai-nilai kesopanan, ataupun ketertiban
umum.
Sebagai contoh, pihak terkait melakukan perjanjian jual beli ganja yang mana
barang tersebut dinyatakan terlarang secara hukum di Indonesia. Perjanjian
semacam ini adalah dianggap tidak sah.
2. Syarat kedua, usia pekerja telah memasuki usia yang mampu dan cakap
melakukan perbuatan hukum.
4. Syarat sah perjanjian kerja yang terakhir, pekerjaan yang diberikan tidak
bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, dan kesusilaan.
Perjanjian asuransi itu dibuat secara tertulis dan memuat berbagai perjanjian antara
pihak pemegang polis dan perusahaan asuransi.
Polis asuransi harus mencantumkan poin-poin penting sebagai bentuk syarat sah, di
antaranya:
Pengecualian-pengecualian pertanggungan
Syarat dan tata cara pengajuan klaim, beserta detil bukti-bukti yang
diperlukan
Semua itu harus tercantum di dalam kesepakatan polis. Pasalnya, asuransi adalah
hal yang sangat penting untuk mempersiapkan diri kamu di masa yang akan datang
sehingga pastikan kamu memiliki asuransi yang telah sesuai ketentuan.
Asas-asas perjanjian
Dalam KUHPerdata, ada lima asas perjanjian, yaitu asas kebebasan berkontrak,
asas konsensualisme, asas kepastian hukum, asas itikad baik, dan asas
kepribadian.
2. Asas konsensualisme
Bahkan, jika kedua belah pihak telah mencapai kata sepakat, maka perjanjian
tersebut sudah berlaku tanpa perlu suatu formalitas. Kecuali sebuah perjanjian yang
membutuhkan syarat formalitas sesuai Undang-Undang, contoh jual beli rumah yang
membutuhkan legalitas notaris.
Di dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, dituliskan bahwa perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Artinya, kedua belah pihak atau lebih yang telah membuat perjanjian, wajib mentaati
dan melaksanakan perjanjian tersebut layaknya mematuhi Undang-Undang yang
berlaku di negara. Jika salah satu mengingkari janji maka perjanjian tersebut bisa
diusut ke pengadilan.
Bagi yang melanggar bisa dan sangat dimungkinkan untuk mendapatkan sanksi
sesuai dengan keputusan hakim.
Perjanjian harus dibuat berdasarkan asas itikad baik. Artinya, kedua belah pihak
harus saling percaya, saling jujur, dan saling terbuka dalam membuat kesepakatan.
Jangan sampai perjanjian tersebut dibuat dengan maksud buruk seperti menipu atau
memanipulasi fakta.
5. Asas kepribadian
Apabila perjanjian telah memenuhi empat syarat sah perjanjian yang telah
disebutkan sebelumnya, maka perjanjian telah dinyatakan sah.
Kendati demikian, perjanjian bisa batal demi penegakan hukum apabila tidak
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.
1. Voidable
Jika syarat pertama dan kedua atau salah satunya tidak terpenuhi, maka salah satu
pihak dapat meminta pembatalan atas perjanjian yang berlangsung melalui putusan
pengadilan. Selama belum dibatalkan oleh hakim, maka perjanjian itu masih tetap
dianggap sah dan mengikat kedua belah pihak.
Jika syarat ketiga dan keempat atau salah satunya tidak terpenuhi, maka perjanjian
itu batal demi hukum. Yang berarti perjanjian itu dianggap tidak pernah ada.
Sebuah perjanjian telah diatur dan dicatat dalam KUHPerdata. Artinya, perjanjian
bisa dibawa ke ranah pengadilan bila salah satu pihak ada yang mengingkari.
Apabila satu di antara empat syarat sah perjanjian yang telah disebutkan
sebelumnya tidak terpenuhi, maka perjanjian bisa dibatalkan.
Jika yang tidak terpenuhi adalah syarat nomor 1 dan 2, yaitu sepakat dan
kecakapan, maka proses pembatalannya harus dilakukan melalui pengadilan.
Sementara bila yang tidak terpenuhi nomor 3 dan 4, perjanjian dianggap batal dan
tidak pernah ada.
Bila salah satu pihak mengingkari perjanjian dan syarat sah perjanjian, pihak
satunya bisa menuntut ke pengadilan dan pihak yang mengingkari berpotensi
menerima sanksi denda, atau sanksi yang telah disepakati keduanya.