Anda di halaman 1dari 16

Lobster Us Farm

(Ternak Lobster)
(Perusahaan budidaya lobster milik Monica dan Erna)

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN STRATEGIS


Kelompok: Monica Vrettycia / 20200101179
Ernawati Ohoitenan / 20200101060
Latar Belakang Budidaya Lobster
Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang yang banyak
dibudidayakan di Indonesia dan negara lain seperti: Australia, Amerika dan Inggris. Lobster
air tawar adalah komoditas perikanan air tawar yang sangat menjanjikan sebagai pengganti
lobster air laut. Beberapa keunggulan lobster air tawar yaitu memiliki kandungan lemak,
kolesterol dan garam yang rendah dibandingkan dengan lobster air laut serta dagingnya lunak
dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (Sukmajaya dan Suharjo, 2003). Lobster
air tawar merupakan salah satu komoditas perikanan yang sudah dikembangkan. Budidaya
lobster air tawar dirintis sejak tahun 1990, berbeda dengan lobster air laut yang belum dapat
dibudidayakan dan hanya dapat ditemukan di pasar dari hasil tangkapan para nelayan
(Iskandar, 2003). Permintaan lobster air tawar ukuran konsumsi cukup tinggi, namun
jumlahnya sangat terbatas karena masih sedikit kegiatan budidaya lobster air tawar. Salah
satu kendalanya adalah waktu pemeliharan untuk mencapai ukuran konsumsi memerlukan
waktu cukup lama, yaitu sekitar 7- 10 bulan (Kurniasih, 2008).
Keunggulan lobster air tawar dibandingkan spesies lainnya adalah tidak mudah diserang
penyakit dan bersifat omnivora (Hartono dan Kurniawan, 2007). Selain itu, lobster air tawar
merupakan spesies yang bersifat kanibal. Sifat kanibal pada lobster akan muncul jika lobster
air tawar dalam keadaan lapar dan ketika lobster air tawar lainnya mengalami pergantian kulit
karena pada saat itu tubuh lobster air tawar akan lemah sehingga memudahkan bagi lobster
lainnya untuk memangsa (Setiawan, 2010). Semakin sering lobster air tawar melakukan
moulting, maka laju pertumbuhannya akan semakin cepat (Ahvenanju, 2007; Lukito dan
Prayogo, 2007).
Pertumbuhan lobster air tawar tidak akan terjadi tanpa adanya moulting. Oleh karena itu
pertumbuhan lobster bersifat diskontinyu karena hanya akan terjadi setelah moulting yaitu
pada saat kerangka luar (eksoskeleton) belum mengeras secara sempurna (Iskandar, 2003).
Penggunaan pakan buatan pada lobster air tawar berpengaruh terhadap biaya produksi lobster
air tawar. Pembuatan pakan buatan memerlukan protein hewani yang tinggi untuk menunjang
pertumbuhan lobster air tawar, seperti tepung ikan. Sementara itu tepung ikan yang
berkualitas tinggi harganya cukup mahal. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi
penggunaan tepung ikan dalam pakan adalah dengan melakukan substitusi tepung ikan
dengan TDT.
Bahan substitusi ini harus mempunyai jumlah yang tidak terbatas dan mudah diperoleh
dengan harga yang relatif murah, tetapi kandungan nutrisinya tidak berbeda jauh dengan
tepung ikan. TDT dibuat dari limbah pembuatan sosis. Kandungan protein dan kalsium dalam
TDT relatif tinggi yaitu sebesar protein 55% dan kalsium 10% (Hendriks et al., 2006). TDT
dapat dijadikan sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam pembuatan pakan buatan lobster
air tawar. Penggunaan TDT dalam pakan buatan diharapkan mampu mengurangi penggunaan
tepung ikan dalam pakan lobster air tawar, sehingga perlu dikaji penggunaan TDT sebagai
bahan substitusi parsial pada tepung ikan dalam formulasi pakan buatan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi lobster air tawar.
Lobster Us Farm
Lobster Us Farm adalah ternak budidaya lobster yang dimiliki oleh Erna dan Monica yang
akan ber operasi dan berlokasikan di sebuah pinggir pantai di daerah Sulawesi Selatan,
(Kampung Halaman Erna) dan memiliki segala alat dan teknologi terbaik dikelasnya dalam
hal Budidaya Lobster di Indonesia, dan akan membuka lapangan pekerjaan di SULSEL seperti
memiliki Pekerja dan Nelayan Lobster ASLI Setempat.

Visi: Menjadi perusahaan perternakan lobster terkemuka yang memberikan produk


berkualitas tinggi, berkelanjutan, dan memberdayakan komunitas nelayan setempat.

Misi:
1. Menyediakan Lobster Berkualitas Tinggi: Kami berkomitmen untuk memproduksi
lobster berkualitas tinggi dengan proses perawatan yang baik untuk memenuhi
permintaan pasar yang eksklusif dan memberikan pengalaman gastronomi yang luar
biasa kepada pelanggan kami.
2. Praktik Bisnis Berkelanjutan: Kami berkomitmen untuk mengelola perternakan
lobster kami dengan cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kami akan
memastikan keberlanjutan populasi lobster melalui praktik pemeliharaan yang
bertanggung jawab dan menjaga keseimbangan ekosistem laut.
3. Pemberdayaan Komunitas Nelayan Lokal: Kami bertujuan untuk bekerja sama
dengan komunitas nelayan setempat dan memberdayakan mereka melalui kemitraan
jangka panjang. Kami akan memberikan pelatihan, dukungan teknis, dan akses ke
pasar yang lebih luas, sehingga membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosial mereka.
4. Inovasi dan Penelitian: Kami akan terus melakukan inovasi dalam teknologi
perternakan lobster, mengadopsi praktik terbaru, dan terlibat dalam penelitian untuk
meningkatkan efisiensi, kualitas, dan keberlanjutan operasional perternakan kami.
5. Kepuasan Pelanggan: Kami akan memberikan layanan yang unggul dan responsif
kepada pelanggan kami. Kami akan mendengarkan masukan mereka, menjaga
kualitas produk kami, dan memberikan pengalaman yang memuaskan dalam setiap
interaksi dengan perusahaan kami.
6. Kualitas dan Keamanan Produk: Kami berkomitmen untuk menjaga standar tertinggi
dalam hal kualitas dan keamanan produk lobster kami. Kami akan memastikan bahwa
produk kami memenuhi persyaratan sanitasi dan regulasi yang berlaku, sehingga
memberikan keyakinan kepada pelanggan kami.
TUJUAN:
Tujuan perusahaan peternakan lobster kami adalah:
1. Menghasilkan lobster berkualitas tinggi secara konsisten.
2. Meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi dampak lingkungan.
3. Menjaga kesehatan dan kesejahteraan lobster yang dibudidayakan.
4. Menjalin kemitraan yang saling menguntungkan.
5. Memperluas pangsa pasar produk lobster.
6. Menerapkan praktik budidaya yang berkelanjutan.
7. Berkontribusi pada pelestarian lobster di alam liar.

SASARAN:
I. Produksi dan Kualitas: Sasaran utama perusahaan peternakan lobster adalah
memproduksi lobster secara efisien dan berkualitas tinggi. Hal ini melibatkan
pemilihan benih lobster yang sehat, pengelolaan kolam atau wadah yang optimal,
pengawasan nutrisi dan kesehatan lobster, serta pemantauan kualitas air.
II. Pertumbuhan dan Kepatuhan: Perusahaan peternakan lobster biasanya memiliki
sasaran untuk mencapai pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan dalam bisnis
mereka. Mereka dapat mempertimbangkan pertumbuhan jumlah produksi lobster atau
ekspansi pasar yang lebih luas. Selain itu, kepatuhan terhadap peraturan dan standar
peternakan yang berlaku juga menjadi fokus penting, termasuk dalam hal
keberlanjutan, kesejahteraan hewan, dan kesehatan lingkungan.
III. Efisiensi Operasional: Perusahaan peternakan lobster harus bertujuan untuk mencapai
tingkat efisiensi yang tinggi dalam operasional mereka. Ini melibatkan manajemen
yang baik terhadap sumber daya seperti pakan, air, dan energi, serta penggunaan
teknologi yang tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya
produksi.
IV. Inovasi dan Riset: Industri peternakan lobster terus berkembang, dan perusahaan yang
berfokus pada inovasi dan riset memiliki keunggulan kompetitif. Sasaran perusahaan
dapat meliputi pengembangan teknik budidaya baru, penggunaan pakan alternatif
yang lebih baik, atau penelitian tentang kesehatan lobster untuk mengurangi risiko
penyakit.
V. Pemasaran dan Penjualan: Perusahaan peternakan lobster juga perlu
mempertimbangkan strategi pemasaran dan penjualan. Mereka harus menargetkan
pasar yang tepat, membangun hubungan dengan pembeli potensial, dan memastikan
produk lobster mereka dikenal dan dihargai di pasaran.
2.ASPEK LINGKUNGAN UMUM
Aspek lingkungan umum dalam konteks perusahaan peternakan lobster mencakup dampak
operasional terhadap lingkungan di sekitarnya. Beberapa aspek lingkungan umum yang perlu
diperhatikan oleh perusahaan peternakan lobster adalah sebagai berikut:
 Penggunaan Sumber Daya Alam: Perusahaan peternakan lobster harus memperhatikan
penggunaan sumber daya alam seperti air, energi, dan pakan. Mereka harus berupaya
mengurangi konsumsi sumber daya tersebut dengan menerapkan teknik budidaya
yang efisien dan menggunakan teknologi yang hemat energi. Selain itu, penggunaan
pakan yang berkelanjutan dan efisien juga penting untuk mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan.

 Kualitas Air: Kualitas air merupakan faktor penting dalam peternakan lobster.
Perusahaan harus memastikan bahwa air yang digunakan dalam kolam atau wadah
untuk budidaya lobster bersih dan bebas kontaminasi. Mereka juga perlu memantau
parameter kualitas air seperti suhu, pH, oksigen terlarut, dan konsentrasi bahan kimia
agar lingkungan air tetap sehat bagi lobster dan organisme lainnya.

 Pengelolaan Limbah: Limbah dari peternakan lobster dapat memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Perusahaan harus
mengimplementasikan sistem pengelolaan limbah yang tepat, termasuk pengelolaan
limbah organik, limbah pakan, dan limbah kimia. Dalam beberapa kasus, pengolahan
limbah seperti sistem filtrasi dan sistem pengolahan air limbah mungkin diperlukan
untuk memenuhi standar lingkungan yang berlaku.

 Pengendalian Pemangsa Liar: Pemangsa liar seperti burung atau ikan predator dapat
menjadi ancaman bagi populasi lobster yang dibudidayakan. Perusahaan peternakan
lobster perlu mengadopsi tindakan pengendalian pemangsa liar yang efektif untuk
melindungi lobster dan menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar area peternakan.

 Keberlanjutan dan Konservasi: Perusahaan peternakan lobster harus menjalankan


operasional mereka dengan prinsip keberlanjutan dan konservasi. Mereka harus
mempertimbangkan dampak jangka panjang dari praktik peternakan mereka terhadap
keberlanjutan spesies lobster dan kelestarian habitat alam. Ini bisa meliputi upaya
restorasi habitat, partisipasi dalam program konservasi, dan kolaborasi dengan
lembaga lingkungan untuk mempromosikan praktik yang berkelanjutan.
3. Evaluasi aspek lingkungan eksternal
melibatkan analisis faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan peternakan
lobster.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun evaluasi aspek lingkungan eksternal:
1.Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal: Identifikasi faktor-faktor lingkungan
eksternal yang dapat memengaruhi operasional perusahaan peternakan lobster. Beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi:
2.Regulasi lingkungan: Kebijakan, undang-undang, dan peraturan terkait lingkungan
yang dapat mempengaruhi operasional perusahaan peternakan lobster.
3.Perubahan iklim: Dampak perubahan iklim seperti suhu air yang berubah, kenaikan
permukaan air laut, atau perubahan pola cuaca yang dapat mempengaruhi kualitas air dan
kesehatan lobster.
4.Ketersediaan sumber daya: Ketersediaan air bersih, keberlanjutan pakan, dan
sumber daya alam lainnya yang diperlukan untuk budidaya lobster.
5.Perubahan sosial dan kebijakan: Perubahan tren konsumen, preferensi makanan,
atau kebijakan-kebijakan terkait tanggung jawab sosial dan lingkungan.
6.Penilaian Dampak: Evaluasi dampak dari faktor-faktor lingkungan eksternal yang
telah diidentifikasi. Identifikasi dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi pada
perusahaan peternakan lobster. Misalnya, peraturan lingkungan yang ketat dapat mengurangi
risiko pencemaran lingkungan, namun juga dapat meningkatkan biaya kepatuhan.
7.Prioritaskan Faktor yang Paling Berpengaruh: Setelah mengevaluasi dampak faktor-
faktor lingkungan eksternal, tentukan faktor yang paling berpengaruh dan berisiko tinggi bagi
operasional perusahaan peternakan lobster. Prioritaskan faktor-faktor ini berdasarkan tingkat
urgensi dan potensi dampaknya terhadap bisnis.
8.Strategi Mitigasi dan Adaptasi: Mengembangkan strategi mitigasi dan adaptasi
untuk mengatasi dampak negatif dan memanfaatkan dampak positif faktor-faktor lingkungan
eksternal yang relevan. Misalnya, jika perubahan iklim mempengaruhi suhu air, perusahaan
dapat mempertimbangkan penggunaan sistem pendingin atau penyesuaian pola pemberian
makan untuk mengatasi perubahan suhu.
7.Kolaborasi dan Keterlibatan Pihak Eksternal: Mengidentifikasi kesempatan untuk
berkolaborasi dengan pihak eksternal seperti lembaga lingkungan, pemerintah, atau
komunitas lokal dalam rangka mengatasi tantangan lingkungan. Ini dapat meliputi partisipasi
dalam program konservasi, inisiatif keberlanjutan, atau pendidikan dan kesadaran masyarakat
terkait praktik peternakan lobster yang bertanggung jawab.
Pemantauan dan Evaluasi Terus-Menerus (lanjutan):
 Melakukan pemantauan dan evaluasi terus-menerus terhadap faktor-faktor lingkungan
eksternal yang telah diidentifikasi dan strategi yang telah diimplementasikan.
Perusahaan peternakan lobster harus memperbarui penilaian mereka secara berkala
untuk mengikuti perubahan dalam regulasi lingkungan, perubahan iklim, atau faktor
lingkungan eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi operasional mereka. Dengan
melakukan pemantauan yang cermat, perusahaan dapat mengidentifikasi ancaman
atau peluang baru dan menyesuaikan strategi mereka sesuai kebutuhan.
Komunikasi dan Transparansi:
 Penting bagi perusahaan peternakan lobster untuk berkomunikasi secara terbuka dan
transparan dengan para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, lembaga
lingkungan, pemerintah, dan konsumen. Memberikan informasi tentang upaya
lingkungan yang dilakukan, dampak yang dihasilkan, dan langkah-langkah yang
diambil untuk mengatasi tantangan lingkungan dapat membangun kepercayaan dan
memperoleh dukungan dari pihak-pihak terkait.
Penyesuaian dan Inovasi:
 Lingkungan eksternal terus berubah, dan perusahaan peternakan lobster harus siap
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Mendorong inovasi dalam
teknologi budidaya, pengelolaan sumber daya, dan praktik berkelanjutan adalah cara
yang efektif untuk mengatasi tantangan lingkungan eksternal dan menjaga
keberlanjutan operasional.
Pengaruh Stakeholder:
 Menyadari pengaruh dan kepentingan berbagai pemangku kepentingan terkait
lingkungan eksternal. Mendengarkan masukan dan umpan balik dari pemangku
kepentingan dapat membantu perusahaan peternakan lobster dalam memahami
kebutuhan dan aspirasi mereka, serta membangun hubungan yang kuat dengan pihak-
pihak terkait.
Mengukur Kinerja Lingkungan:
 Menetapkan indikator kinerja lingkungan yang relevan dan mengukur kinerja
perusahaan secara teratur. Ini dapat meliputi pengukuran emisi, penggunaan energi,
pengelolaan limbah, atau keberlanjutan sumber daya alam. Dengan melacak kinerja
lingkungan, perusahaan dapat memantau kemajuan mereka dan mengidentifikasi area
di mana perbaikan lebih lanjut diperlukan.
Dalam rangka memastikan kesinambungan operasional, perusahaan peternakan
lobster harus tetap beradaptasi dengan lingkungan eksternal yang berubah dan
berkomitmen untuk mengurangi dampak negatif dan memanfaatkan dampak positif
pada lingkungan.
4. Evaluasi aspek lingkungan Internal – Manajemen dan SDM Strategis

1. Lingkungan Internal dan Eksternal


a. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal ditujukan untuk menganalisis factor faktor yang dapat menjadi
kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan usaha budidaya lobster air tawar di Sulawesi
Selatan
I. Faktor-faktor strategis internal tersebut adalah :
a. Kekuatan
1. Nilai gizi yang tinggi
Lobster air tawar memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan udang windu
atau udang galah sehingga kandungan dagingnya lebih banyak. Tekstur dagingnya lebih
kenyal, memiliki kandungan lemak, kolesterol dan garam yang lebih rendah sehingga aman
dikonsumsi semua kalangan konsumen. Lobster air tawar juga memiliki kandungan seng
yang tinggi yang dapat meningkatkan vitalitas pada manusia. Zat gizi yang terkandung dalam
daging lobster juga dapat memperbaiki sel tubuh yang rusak.
2. Teknik budidaya yang sederhana
Berdasarkan analisis dari hasil wawancara dengan informan, diungkapkan bahwa ssistem
produksi budidaya lobster air tawar sangat sederhana. Sistem budidaya dayanya hampir sama
dengan budidaya ikan pada umumny maupun budidaya ikan hias. Lobster dapat
dibudidayakan dengan menggunakan akuarium di dalam rumah atau teras rumah, kolam
terpal, kolam beton atau kolam tanah dengan memanfaatkan pekarangan rumah maupun
lahan marjinal lainnya.
3. Tidak mudah stress
Salah satu kelebihan lobster air tawar disbanding jenis udang lainnya (udang windu) adalah
tidak mudah stress dan tidak gampang diserang penyakit, yang penting kebutuhan pakan,
kualitas air dan oksigen erlarut terpenuhi.
4. Ketersediaan Bibit
Salah satu faktor utama keberhasilan budidaya adalah ketersediaan bibit. Bibit lobster air
tawar ini dapat diperoleh pada balai benih ikan ikan tawar, dari pembudidaya ataupun dari
asosiasi lobster air tawar Sulawesi Selatan dengan jaminan bibt bersertifikat.
5. Diversifikasi vertikal yang tinggi
Lobster air tawar memiliki diversivikasi vertical yang tinggi, artinya lobster ini dapat
dipasarkan dalam berbagai ukuran. Ukuran 2 inchi dapat dijual sebagai anakan untuk usaha
pembesaran maupun sebai udang hias. Lobster juga dapat dijual untuk konsumsi dan sebagai
indukan untuk usaha pembenihan.
6. Ketersediaan Pakan
Pakan merupakan faktor yang penting dalam kesuksesan usaha budidaya. Dalam budidaya
lobster air tawar, pakan dapt diperoleh dari sisa-sisa makanan dan sayuran keluarga, cacing
dan makanan tambahan berupa pellet yang banyak tersedia di toko-toko tani dan tokoikan
hias.
b. Kelemahan
Faktor-faktor kelemahan yang harus diatasi dalam usaha budidaya
lobster air tawar adalah :
1. Kontinuitas dan kuantitas produksi
kelemahan usaha budidaya lobster air tawar adalah tidak terjamninnya kontinuitas dan
kuantitas produksi. Hal ini disebabkan kapasitas produksi setiap pembudidaya masih sangat
terbatas sehingga tidak mampu untuk memenuhi target yang butuhkan oleh rumah
makan/restoran khususnya di Sulawesi Selatan
2. Tidak semua pembudidaya memiliki akses langsung pada pasar
Akses terhadap pasar merupakan faktor yang dapat menjamin kepastian pasar bagi
pembudidaya. Akan tetapi pembudidaya memiliki informasi yang sangat minim terhadap
pasar.
3. Kurangnya komunikasi antar pembudidaya dan stakeholder
Salah satu kelemahan dari pengembangan usaha budidaya ini adalah kurangnya komunikasi
antara pembudidaya maupun dengan seluruh stakeholder. Mereka bekerja sendiri-sendiri
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar yang ada. Keberadaan asosiai lobster pun
belum banyak berpengaruh positif kepada para pembudidaya.
4. Siklus produksi pembesaran yang lama (5-6 bln/siklus)
Siklus produksi untuk usaha pembesaran tergolong lama yaitu berkisar 5-6 bulan persiklus
produksi. Bahkan untuk kolam beton, untuk memcapai ukuran konsumsi biasa memerlukan
waktu 8-12 bulan.
5. Ketersediaan Lahan untuk usaha pembesaran
Ketersediaan lahan untuk usaha pembesaran di kota Makassar sangat terbatas. Hal ini dilihat
dari sedikitnya responden yang memiliki lahan yang memadai untuk usaha pembesaran.
Berbeda dengan wilayah Sulsel diluar makassar yang memiliki banyak lahan untuk
pembesaran.
Evaluasi SDM Budidaya Lobster

 Status Pendidikan Pendidikan


Nelayan lobster merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi pola pikir nelayan dalam
menjalankan usahanya. Tingginya tingkat pendidikan yang ditempuh oleh nelayan juga turut
akan mempengaruhi dalam menerima inovasi dan teknologi baru yang disebabkan oleh
pengembangan dibidang ilmu pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
pada nelayan lobster di Kecamatan Bungo Mas Kabupaten Bengkulu Selatan, paling banyak
nelayan menyelesaikan pendidikan pada tingkat pendidikan menengah pertama (SMP)
 Umur
Umur seseorang dapat menggambarkan seberapa besar efektifitas kerja yang dapat mereka
lakukan. Biasanya usia yang lebih muda dapat meyelesaikan pekerjan lebih berat dengan
intensitas waktu yang lebih singkat. Angkatan kerja digolongkan sebagai tenaga kerja
produktif jika berada pada rentang umur 18 tahun sampai >60 tahun (Tohir, 1998). Rata-rata
umur nelayan lobster di Kecamatan Bungo SULSEL adalah3 9-44 tahun yang menunjukkan
bawa rata-rata nelayan lobster didaerah penelitian berada pada rentang umur tenaga kerja
produktif. Dimana paling banyak nelayan berada pada rentang umur 39-44 tahun dengan
presentase 30.4% dan paling sedikit sebanyak 7.1% nelayan lobster berada pada rentang
umur 21-26 tahun. Hal tersebut diperkirakan karena usia 21-26 tahun merupakan usia yang
masih sangat muda, biasanya pada rentang usia tersebut yang menjadi tujuan utama dalam
mendapatkan pekerjaan lebih kepeda sektor jasa.
 Pengalaman
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Bungo Mas menunjukkan bahwa
rata-rata pengalaman melaut yang dimiliki oleh nelayan lobster di daerah penelitian adalah 4-
5 tahun, dimana riancian pengalaman melaut yang dimiliki nelayan dapat dilihat pada gambar
diagram 4.3 dibawah ini. Hal ini menunjukan pengalaman kerja yang dimiliki oleh nelayan
lobster di Kecamatan Bungo Masih tergolong rendah.
 Jumlah Tanggungan Nelayan
Paling banyak memiliki jumlah anggota keluarga 3-4 orang dengan presentase sebesar 34.8%
dan kemudian sebanyak 31.3% nelayan memiliki anggota keluarga 5-6 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kelahiran pada masyarakat nelayan masih cukup tinggi. Hal ini
juga erat kaitannya dengan tingkat pendidikan dan budaya yang dimiliki nelayan, dimana
kebanyakan nelayan beranggapan bahwa banyak anak akan mendatangkan banyak rezeki.
 Kelestarian
Persentase paling tinggi kesadaran nelayan terhadap kelestarian lobster di daerah
pengangkapan adalah tidak sadar dengan presentase sebesar 52.68% bahkan sebanyak
20.54% nelayan sangat tidak sadar terhadap kelestarian lobster. Dimana nelayan belum
mampu mengendalikan penagkapan lobster pada batas bobot minimum lobster yang dapat
diambil. Pada sekarang ini nelayan lobster tidak terlalu mementingkan ukuran lobster yang
mereka tangkap, sebab bayak sekali di pasaran ditemui bahwa ukuran lobster yang dijual oleh
pedagang masih dalam ukuran yang relatif kecil. Hal tersebut yang menyebabkan kelestarian
lobster tidak terjaga.
 Kepercayaan terhadap rekan kerja
Terkadang kepercayaan antar sesama rekan kerja sangat dibutuhkan dalam modal sosial.
Dimana dapat diketahui bahwa modal sosial adalah juga termasuk sumber modal bagi suatu
usaha yang juga berpengaruh terhadap faktor produksi. Serta presentase paling rendah yaitu
0% pada kategori sangat rendah. Hal ini membuktikan tingkat kepercayan antar sesama
nelayan adalah baik, dimana nelayan akan saling membantu dalam menghadapi kesulitan
dalam kehidupan sebagai nelayan. Selain itu sebagian besar nelayan juga yakin dan percaya
jika teman satu profesinya akan membantu dirinya jika ia mengalami kesulitan di bidang
keuangan. Nelayan juga berpendapat akan melakaukan hal sama jika rekan kerjannya
membutuhkan pertolongan maka ia juga akan siap mambantunya.
 Norma sosial
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi acuan prilaku dalam suatu kelompok
masyarakat. Norma sosial akan berkembang sesuai degan kesepakatankesepakatan sosial
masyarakatnya atau yang sering juga disebut dengan peraturan sosial. Keberadaan norma
dalam masyarakat memaksa seorang individu atau kelompok agar bertindak sesuai dengan
aturan sosial yang telah ditetapkan atau terbentuk. Pada hakikatnya norma disusun agar
hubungan individu dalam kehidupan bermasyarakat dapat berlangsung tertib. Kemudian pada
modal sosial indicator norma social, mayarakat nelayan yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 43.80% dan hanya 2.70% saja yang memiliki norma sosial dalam kategori
sangat rendah. Hal ini membuktikan bahwa norma sosial di masyarakat nelayan lobster
adalah baik, dimana kesalah pahaman yang terjadi antar nelayan dapat diselesaikan secara
aturan adat yang ada, nelayan juga masih patuh dan ikut dengan aturan-aturan adat yang ada.
 Hubungan timbal balik (mutual reciprocity)
Hubungan muatual reciprocity merupakan hubunggan timbal balik antar individu atau
kelompok yang sama-sama memberikan manfaat bagi masing-masing pihak. Sebelumnya
telah dijelaskan mengenai tingkat norma sosial nelayan berada pada kategori baik, begitu
pula dengan hubungan mutual reciprocity presentase paling tinggi berada pada kategori yang
baik yaitu sebanyak 45.40%.
 Jaringan social
Pada jaringan sosial presentase paling tinggi berada pada kategori cukup tinggi yaitu sebesar
60.70% bahkan hanya 0% nelayan dengan tingkat jaringan sosial yang sangat rendah. Hal ini
membuktikan bahwa hubungan kerja antar sesama nelayan cukup kuat karena sebanyak
17.90% nelayan memiliki jaringan sosial yang tinggi bahkan sebanyak 8.90% nelayan
memiliki jaringan sosial yang sangat tinggi. Meskipun demikian, terdapat juga nelayan yang
meiliki tingkat jaringan sosial pada kategori rendah walau hanya dengan jumlah yang relative
kecil yaitu 2.50%.
 Partisipasi nelayan dalam kegiatan kelompok
Terakhir adalah partisipasi nelayan dalam kegiatan kelompok yang presentase tertingginya
berada pada kategori cukup tinggi yaitu sebanyak 50% dari seluruh nelayan yang ada.
Dimana tingkat kehadiran nelayan pada kegiatan yang diadakan oleh organisasi yang ikuti
sudah cukup baik, pertemuan dengan anggota kelompok nelayan pun sering diadakan.

 Kinerja Nelayan Lobster


Pumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kinerja nelayan lobster di Kecamatan
Bungo. Berarti bahwa semakin baik sumberdaya manusia yang dimiliki nelayan maka kinerja
nelayan pun akan semakin baik. Variabel kesadaran lingkungan berpengaruh positif terhadap
kinerja nelayan lobster di Kecamatan Bungo Mas. Berarti bahwa semakin baik kesadaran
lingkungan yang dimilik inelayan maka kinerja nelayan pun akan semakin baik. Variabel
modal sosial berpengaruh positif terhadap kinerja nelayan lobster di Kecamatan Bungo Mas.
Berarti bahwa semakin baik modal sosial yang dimiliki nelayan maka kinerja nelayan pun
akan semakin baik.
5.Aspek lingkungan internal – Pemasaran Strategis
a. Strategi Strength-Opportunity (S-O), yaitu strategi memanfaatkan seluruh kekuatan yang
dimiliki untuk mendapatkan peluang yang ada.
1. Lebih meningkatkan kualitas pelayanan terhadap konsumen,
 memberikan pelayanan terbaik yang dimiliki oleh perusahaan budidaya agar
konsumen semakin yakin bahwa Lobster milik perusahaan kita adalah yang paling
baik, meningkatkan kualitas sopan dan santun para Pekerja agar semakin luwes dan
Informatif terhadap Pembeli
2. Meningkatkan promosi dan menawarkan jasa yang dihasilkan kepada instansiinstansi.
 Melakukan promosi ke berbagai Instansi, menawarkan Lobster yang kita miliki
sehingga kita memiliki Pembeli yang merupakan sebuah Instansi yang dimana akan
menjamin bahwa kita akan menerima permintaan Lobster yang banyak.
b. Stratrgi Weakness - Opportunity (W-O), Strategi ini yaitu memanfaatkan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang dimiliki.
1. Memberikan pelatihan pada pekerja.
 Memberikan / Mendaftarkan para pekerja atau nelayan yang bekerja kepada kita
untuk melakukan pelatihan Budidaya Lobster yang baik dan benar agar menghasilkan
Lobster terbaik sesuai dengan kelasnya. Dengan mengikuti berbagai Langkah yang
sesuai dengan S&K budidaya Lobster yang berlaku di Indonesia dan sesuai dengan
peraturan perundang2an oleh Kementrian Perikanan Dan Kelautan.
 Memberikan Motivasi kerja kepada setiap pekerja
2. Aktif melakukan promosi menggunakan media sosial.
 Melakukan promosi dengan berbagai metode, baik dalam metode Digital maupun
metode Offline, seperti ; Social Media Promotion ( membuat Instagram untuk
Perusahaan Lobster yang berisikan berbagai macam keunggulan Lobster yang kita
miliki, tertata Rapih di social media dan berisikan informasi yang sangat Informatif
bagi Pembeli sehingga pembeli akan tertarik membeli atau bertanya2 melalui Social
Media ) ( Juga dengan Website, Google Ads, dll)
 Promosi dengan metode lama yaitu seperti Membuat Brosur, menyebarkan brosur
perusahaan Budidaya Lobster kita dengan tampilan semenarik2 nya dan informatif
berisikan berbagai macam Kontak perusahaan yang dapat dihubungi dengan mudah
oleh para Target Sasaran Pembeli. ( Brosur, Spanduk, dll)

c. Strategi Strength- Threats (S-T), Strategi ini yaitu dilakukan dengan cara memanfaatkan
seluruh kekuatan yang dimiliki untuk mengahadapi berbagai ancaman yang ada.
1. Meningkatkan sasaran pasar terhadap individu atau masyarakat sekitar.
 Mencari tahu sasaran terhadap berbagai individu, melakukan analisis ketertarikan
masyarakat sekitar agar promosi yang kita lakukan lebih tepat sasaran
2. Lebih meningkatkan dan memaksimalkan teknologi dan sistem yang diterapkan saat ini.
 Teknologi budidaya tinggi arena dengan teknologi budidaya secara intensif , maka
akan memacu produksi udang yang besar pula walaupun saat ini terdapat sedikit
kendala dalam usaha pembesaran udang .

d. Strategi Weakness - Threats (W-T), Strategi W-T yaitu meminimalkan seluruh kelemahan
yang dimiliki untuk mengatasi berbagai ancaman yang ada.
1. Membuat SOP (Standard Operating Procedure) pekerjaan dan pelayanan mengatasi
keluhan dari konsumen.
 Memiliki forum / nomor yang dapat menampung segala kritik dan saran dari para
pembeli agar berguna bagi perusahaan budidaya lobster dalam meningkatkan
kualitasnya dari berbagai aspek penilaian oleh para Pembeli yang memberikan
keluhan atau sekedar saran.
2. Memberikan reward kepada pekerja dengan target tertentu
 Sebagai contoh, Pekerja yang dapat menghasilkan Lobster Terbaik dan Terbanyak
pada periode yang telah ditentukan akan mendapatkan barang Elektronik dapat berupa
Gadget ( iphone 14 ) kepada Pekerja yang menghasilkan hasil terbaik nomor satu, TV
kepada pekerja yang dapat memberikan hasil terbaik nomor dua selama periode yang
telah di tentukan oleh perusahaan.
6.Aspek Manajemen Keuangan Strategis
Berikut merupakan rincian dari perencanaan pembuatan Bisnis ternak Lobster US!
budidaya lobster untuk 1 set indukan lobster (4 jantan 6 betina) budidaya lobster modal kecil
di kolam terpal :
A. Pembuatan media kolam terpal
1. Biaya investasi awal yang dikeluarkan :
a. 3 kolam terpal orchid terdiri dari kolam pemijahan, kolam pengeram, dan kolam penetasan.
Menghabiskan dana = Rp 1.680.000.
b. Pipa untuk penyangga Rp. 500.000. Total biaya investasi awal = Rp. 2.180.000.
2. Biaya produksi budidaya lobster :
a. Pembelian 1 set indukan lobster (4 jantan 6 betina) @Rp.350.000 = Rp. 350.000.
b. Pembelian pakan selama 9 bulan @ 10kg/bulan= 90 kg x 15.000/kg = 1.350.000 Total
biaya pakan + bibit = Rp. 1.700.000.
TOTAL = Rp. 5.910.000
B. Estimasi harga jual hasil panen
Perkiraan untuk hasil panen dengan persentase kematian sekitar 10 %. Terhitung 1 betina
menghasilkan 300 ekor telur =6 betina x 300 = 1800 ekor. Bibit – 180 ekor = 1620 ekor.
Siap panen dan asumsinya 1 kg itu = 10 ekor lobster dan harga 1 kg = 110.000. Maka
hitunganya = 1620 ekor : 10= 162 kg x Rp. 110.000 = Rp.17.820.000.
TOTAL = 17.820.000
C. Kalkulasi keuntungan
Budidaya lobster= 17.820.000 – 3.880.000 = Rp. 13.920.000.
Sebagai catatan umumnya lobster dipanen kalau sudah berumur 7 bulan sampai 8 bulan dari
umur burayak 0 hari.
Hasil diatas merupakan hasil dari 1 kolam berisi 1 set indukan. Secara umum 1 kolam bisa di
isi 50-80 ekor indukan setara dengan 5-8 set indukan.

Anda mungkin juga menyukai