Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

HUKUM PERUSAHAAN HKUM4303

NAMA : MUHAMMAD AGUS SUKARDI


NIM : 043252537
MK/TUGAS : HUKUM PERUSAHAAN HKUM4303/I (SATU)
PRODI : SI ILMU HUKUM
FAKULTAS : FHISIP UT

SOAL :
1. Analisislah Bagaimana definisi dan karakteristik badan usaha yang berbentuk badan
hukum dan tidak berbadan hukum? Bagaiman bnetuk badan usaha PT PLN (Persero)?
Jelaskan!
2. Bagaimana pertanggungjawaban perseroan terbatas sebagai badan usaha berbadan hukum
berdasarkan karakteristiknya di dalam hukum perusahaan?
3. Dari berita tersebut di atas, identifikasi dan tetapkan, apakah kebijakan pemerintah dalam
melakukan privatisasi pada BUMN sebagai suatu hal yang tepat ataukah merupakan sebuah
persoalan? Jika anda setuju dan memandang privatisasi sebagai sebuah hal yang tepat,
sebutkan alasan anda berpendapat demikian! Jika tidak setuju, sebutkan alasan anda dan
bagaimana jalan keluar (solusi nyata) untuk mengoptimalkan kinerja BUMN?

JAWABAN :
1.1 Badan usaha berbadan hukum adalah badan usaha yang menjadi subjek hukum seperti orang.
Oleh karena itu, badan usaha badan hukum memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan
perbuatan sendiri. Menurut R. Rochmat Soemitro dalam (Binari Aufa Sinarizky/legal.id)
mengemukakan, bahwa badan hukum (rechtpersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai
harta, hak serta kewajiban seperti orang pribadi. Berarti dapat saya simpulkan kedalam defenisi
sederhana bahwa usaha berbadan hokum adalah usaha yang memiliki subjek hukum (manusia),
objek hukum (badan usaha) dalam kesatuan yuridis dan ekonomis atau kesatuan organisasi
yang terdiri dari faktor-faktor produksi yang bertujuan mencari keuntungan.
1.2 Karakteristik usaha berbadan hukum terdapat pemisahan kekayaan pemilik dengan kekayaan
badan usaha, sehingga pemilik hanya bertanggungjawab sebatas harta yang dimilikinya.
Pemisahan kekayaan memberikan dampak untuk para pemegang sahamnya dalam hal
pertanggungjawaban yang terbatas apabila suatu saat terjadi kerugian. Pemegang saham
bertanggungjawab hanya sebatas dengan saham yang dimilikinya. Pada prinsipnya yang
bertanggungjawab atas kegiatan yang dilakukan oleh perseroan itu selaku badan hukum.
Menurut E. Utrecht/Moh. Soleh Djidang, bahwa pergaulan hukum ada berbagai macam-
macam badan hukum yaitu:
1. Perhimpunan (vereniging) yang dibentuk dengan sengaja dan dengan sukarela oleh
orang yang bermaksud memperkuat kedudukan ekonomis mereka, memelihara
kebudayaan, mengurus soal-soal sosial dan sebagainya. Badan hukum semacam itu
berupa-rupa, misalnya Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara, joint venture;
2. Persekutuan orang (gemmenschap van mensen) yang terbentuk karena factor-faktor
kemasyarakatan dan politik dalam sejarah, misalnya negara, propinsi, kabupaten dan
desa;
3. Organisasi yang didirikan berdasarkan undang-undang tetapi bukan perhimpunan
4. Yayasan;
Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 diklasifikasikan menjadi perusahaan umum (perum) dan
perusahaan persero. Perusahan berbadan hukum terdiri atas :
1. Perseoran terbatas (PT); Pengaturan perseroan terbatas terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas merupakan
badan hukum yang melakukan kegiatan usaha tertentu yang di dalamnya terdiri dari
persekutuan modal dan modal tersebut terbagi-bagi dalam bentuk saham.
2. Koperasi ; Pengaturan koperasi terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan usaha beranggotakan orang
perseorangan atau badan hukum dengan berlandaskan pada prinsip koperasi sebagai
gerakan ekonomi rakyat, berdasarkan asas kekeluargaan.
3. Yayasan ; Usaha badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial, kemanusiaan dan
keagamaan. Yayasan memiliki kekayaan tersendiri dari berbagai macam sumber.
Yayasan ini sifatnya tidak memiliki anggota. Menilik dari tujuannya, yayasan tidak
mencari profit atau keuntungan
1.3 PT Pelayanan listrik nasional (PT. PLN Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
yang diberi tugas dan tanggungjawab oleh pemerintah melaksanakan pembangunan dan
penyelenggaraan di bidang penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. Adapun
tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata
serta mendorong kegiatan ekonomi.
Bentuk badan usaha pelayanan listrik nasional berbentuk perseroan terbatas (PT), merupakan
usaha milik negara (BUMN) yang di kelola sendiri maupun dengan bekerjasama pihak
swasta. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70), yang selanjutnya disebut Undang-Undang
BUMN. Undang-Undang BUMN membedakan BUMN menjadi dua jenis yaitu Perusahaan
Perseroan dan Perusahaan Umum sesuai Pasal 9 Undang-Undang BUMN. Badan Usaha Milik
Negara yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan, menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang BUMN. Sedangkan dalam
Pasal 1 angka 2, mendefinisikan Perusahaan Perseroan sebagai BUMN berbentuk perseroan
terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh
satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
PT. PLN Persero sebagai penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik dalam melaksanakan
fungsinya berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133) yang selanjutnya disebut
Undang-Undang Ketenagalistrikan. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Ketenagalistrikan
mengatur bahwa pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dilakukan oleh
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang secara jelas dimaksud BUMN
adalah PT. PLN Persero. PT. PLN Persero berbentuk Perusahaan Perseroan memiliki tujuan
tersendiri disamping tujuannya sebagai pelaksana usaha penyedia tenaga listrik juga bertujuan
memberikan keuntungan bagi negara serata kemanfataan bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.1 Berdasarkan karakteristiknya subjek hukum usaha berbadan hukum dalam bentuk perseroan
terbatas terpisah dari objeknya dan mandiri yang oleh hukum dibekali dengan hak dan
kewajiban dalam pertanggungjawbannya. Perseroan Terbatas merupakan suatu Badan Hukum
sesuai peraturan perundangan merupakan subyek hukum yang mandiri, sehingga mempunyai
hak dan kewajiban hukum secara mandiri. Namun demikian karena Perseroan Terbatas bukan
merupakan subyek hukum alamiah, maka Perseroan Terbatas membutuhkan “Person” untuk
melakukan tindakan-tindakan hukum untuk dan atas nama Perseroan Terbatas. Pelaksana
tindakan hukum ini sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah Direksi yang
merupakan alter ego dari Perseroan Terbatas.

Perseroan merupakan wujud atau entitas (entity) yang terpisah dan berbeda dari
pemlikinya dalam hal ini dari pemegang saham (separate and distinct from its owner).
Entitas terpisah (separate entity) memberikan keleluasaan kepada Perseroan tanpa
tekanan dari pemegang saham dan tidak disalahgunakan oleh pemegang saham.
Kekayaan yang dimiliki Perseroan menjadi milik sepenuhnya dari Perseroan sehingga
Perseroan bertanggung jawab penuh atas kekayaan tersebut. Kewajiban yang timbul atas
kerugian yang diterima Perseroan menjadi tanggung jawab Perseroan. Perseroan harus
menggunakan kekayaannya sendiri tanpa menggunakan kekayaan pendiri atau pengurus
Perseroan.
Separate entity memberikan tanggungjawab yang terbatas (limited liability). Pasal 3 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan (selanjutnya disebut UU
PT) menyebutkan bahwa pemegang saham Perseroan tidak bertanggungjawab secara
pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggungjawab atas
kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Direksi Perseroan bertangggungjawab
untuk mengelola Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dan mewakili
Perseroan baik di dalam Pengadilan maupun di luar Pengadilan. Tanggungawab yang
diberikan kepada Direksi oleh Perseroan didasarkan atas kepercayaan (fiduciary duty).
Komisaris bertanggungjawab mengawasi Perseroan dan memberi nasihat kepada
Direksi Perseroan. Tanggungjawab Komisaris didasarkan pada prinsip yang sama
dengan Direksi. Pemegang saham, Direksi dan Komisaris harus beriktikad baik dalam
menjalankan wewenangnya masing-masing sesuai AD PT dan peraturan perundang-
undangan.

3.1 Kebijakan privatisasi merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk
mengalihkan sebagian atau keseluruhan aset yang dimiliki negara kepada pihak swasta.
Privatisasi BUMN telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia.
Sebagian masyarakat setuju dengan privatisasi sepanjang privatisasi dapat memberikan
manfaat yang lebih baik, sebagian masyarakat menolak privatisasi karena dianggap tidak
nasionalis dan menghabiskan aset negara.

Maka meneurut penalaran sederhana saya, bahwa kebijakan pemerintah dalam privatisasi
sangatlah gegabah dan tidak berdasarkan penelitian dan penjajakan dampak jangka panjang.
Sehingga pada kenyataanya banyak cabang-cabang dan atau anak-anak dari perusahaan
(BUMN dan BUMD) di liquidasi, dibubarkan dan digabungkan yang menyebabkan
pendapatan negara dan daerah menurun drastis. Disinyalir perusahan yang disentrlisasi pada
badan usaha milik negara dan daerah dalam skala besar hamper semua diserahkan dan dikolah
oleh badan usaha swasta, sehingga dampaknya akan terjadi pembagia hasil dari keuntungan
bruto dan secara tidak langsunng mengurangi pendapatan negara dan atau daerah. Selain itu
dampak terhadap social masyakat juga sangat signifikan dimana banyak kaum buru, pekerja di
level bawah di PHK.

kebijakan privatisasi di Indonesia bukan cara utama untuk melakukan pembenahan BUMN.
Privatisasi hanya merupakan salah satu komponen, dan akan menjadi langkah tepat jika
didukung oleh kondisi tertentu, dan yang utama adalah adanya infrastruktur hukum dan
ekonomi yang memadai, serta kemampuan pemerintah dalam melakukan swastanisasi itu
sendiri harus sesuai prosedur yang benar dan transparan . Studi internasional yang dilakukan
oleh PBB sampai pada kesimpulan bahwa peluang keberhasilan privatisasi akan ada hanya di
negara- negara yang pemerintahannya terbukti mampu mengelola perusahaan negara. Adapun
di negara-negara yang pemerintahannya tidak mampu mengelola perusahaan negara dengan
efektif dan efisien, maka besar kemungkinan akan gagal dalam swastanisasi itu. Kesimpulan
ini sangat sesuai dengan apa yang terjadi di Indonesia. Pemerintahan Indonesia selama ini
belum terbukti mampu mengelola perusahaan negara secara optimal dan berdasarkan
pengalaman empiris, swastanisasi yang dilakukan lebih banyak mendatangkan masalah dari
pada manfaat.
Kay dan Thompson (1975) mengemukakan bahwa privatisasi merupakan terminologi yang
mencakup perubahan hubungan antara pemerintah dan sektor swasta. Perubahan hubungan
yang terpenting adalah adanya denasionalisasi melalui penjualan kepemilikan publik serta
deregulasi terhadap status monopoli dan kontrak menjadi kompetisi perusahaan swasta, yang
diantaranya dalam bentuk waralaba (franchise). privatisasi sebagai tindakan mengurangi peran
pemerintah atau meningkatkan peran swasta, khususnya dalam aktivitas yang menyangkut
kepemilikan atas aset-aset beralih baik kepemilikan dan penguasaannya kepada swasta.
Sumber referensi :

Siti Hapsah Isfardiyana,2014. Tanggung Jawab Organ Perseroan Terbatas Dalam Kasus
Kepailitan. Arena Hukum Volume 7, Nomor 2
https://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena/article/view/155/154

Siti mro`ah,2002. Kebijakan Privatisasi Dan Pengaruhnya Dalam Perekonomian Makro


Indonesia. BALANCE Economics, Bussiness, Management and Accounting Journal Th. V /
No. 9/ Juli /2008 Published by Faculty of Economic Muhammadiyah Surabaya ISSN : 1693-
9352

Nyulistowati dan Rai Mantili,2023. Hukum Perusahaan. Edisi 2. Cetakan1. Modul HKUM
4303. Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai