Anda di halaman 1dari 3

NAMA : EGIK AIRLANGGA

NIM : 042585689

1. Badan usaha merupakan kesatuan yuridis dan ekonomis atau kesatuan organisasi yang
terdiri dari faktor-faktor produksi yang bertujuan mencari keuntungan. Badan usaha
adalah rumah tangga ekonomi yang bertujuan mencari laba dengan faktor -faktor
produksi. Sebuah usaha /bisnis sendiri dapat dikatakan berbadan hukum apabila
memiliki “Akte Pendirian” yang disahkan oleh notaris disertai dengan tandatangan di
atas materai dan segel.
Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan apabila kita ingin mendirikan badan
usaha?
 Barang dan jasa yang akan diperdagangkan
 Pemasaran barang dan jasa yang diperdagangkan
 Penentuan harga pokok dan harga jual barang dan jasa yang diperdagangkan
 Pembelian
 Kebutuhan tenaga kerja
 Organisasai intern
 Pembelanjaan
 Jenis badan usaha yang dipilih
1. Badan Usaha berbentuk Badan Usaha milik negara
Karakteristik suatu badan negara yaitu terdapat pemisahan kekayaan pemilik dengan
kekayaan badan usaha, sehingga pemilik hanya bertanggung jawab sebatas harta yang
dimilikinya.
Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum terdiri dari :
(1) Perseroan Terbatas (“PT”)
 Memiliki ketentuan minimal modal dasar, dalam UU 40/2007 minimum modal
dasar PT yaitu Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Minimal 25% dari modal
dasar telah disetorkan ke dalam PT;
 Pemegang Saham hanya bertanggung jawab sebatas saham yang dimilikinya;
 Berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu diwajibkan agar suatu
badan usaha berbentuk PT.
(2) Yayasan
 Bergerak di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota;
 Kekayaan Yayasan dipisahkan dengan kekayaan pendiri yayasan.

(3) Koperasi
 Beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat berdasar atas asas kekeluargaan.
 Sifat keanggotaan koperasi yaitu sukarela bahwa tidak ada paksaan untuk
menjadi anggota koperasi dan terbuka bahwa tidak ada pengecualian untuk
menjadi anggota koperasi.
2. Badan Usaha Daerah
Lain halnya dengan badan usaha yang bukan berbentuk badan hukum, pada bentuk
badan usaha ini, tidak terdapat pemisahan antara kekayaan badan usaha dengan
kekayaan pemiliknya.
Badan usaha bukan berbentuk badan hukum terdiri dari:
(1) Persekutuan Perdata
 Suatu perjanjian di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang terjadi karenanya;
 Para sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas Persekutuan Perdata.
(2) Firma
 Suatu Perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah nama
bersama;
 Para anggota memiliki tanggung jawab renteng terhadap Firma.
(3) Persekutuan Komanditer (“CV”)
 Terdiri dari Pesero Aktif dan Pesero Pasif/komanditer.
 Pesero Aktif bertanggung jawab sampai dengan harta pribadi, sedangkan pesero
pasif hanya bertanggung jawab sebesar modal yang telah disetorkan ke dalam
CV.
2. Pemerintah terus berupaya untuk mengelola sumber daya alam (SDA) yang ada untuk
kesejahteraan masyarakat Indonesia sebagai bentuk keberpihakan Pemerintah kepada
kepentingan masyarakat. Hal tersebut merupakan perwujudan amanah Pasal 33 Ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 dimana bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Hal
ini diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan pada
Acara Economic Challenges, Selasa (2/4).
"Ada bagian dari Bangsa Indonesia yang kurang beruntung, yang sampai untuk memasang
sambungan listrik sebesar Rp 550.000 saja tidak mampu. Ini merupakan tantangan yang besar,
memang dari sisi produsen ingin menjual harganya minimal fair, tapi Pemerintah ingin harga
lebih terjangkau karena salah satu tugas Pemerintah yang besar adalah hasil sumber daya alam
itu sesuai pasal 33, itu digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat," ujar Jonan.
Menurut Menteri Jonan, yang harus menjadi perhatian dan konsen Pemerintah untuk
ketersediaan listrik masyarakat adalah dua hal, yaitu ketersediaan (availability) dan harga yang
terjangkau (affordability). "Kalau tersedia tapi tidak affordable (terjangkau) juga akhirnya sia-
sia," tuturnya. Trend ke depan utamanya adalah peningkatan daya beli dan peningkatan energi
mix, dan tantangan yang paling besar adalah daya beli masyarakat.
Terkait dengan pengelolaan SDA, Pemerintah juga terus berupaya melakukan pengembangan
energi baru terbarukan (EBT), tidak saja untuk mengatasi climate change tetapi
juga sustainability energy. "Kita akan tetap mendorong EBT di kelistrikan. Kami sudah
membuat ketentuan, Renewable Energy yang untuk PPA tidak dimasukkan ke RPTUL,"
ungkap Jonan.
"Yang penting daya beli masyarakat. Kalau kita lihat Jepang, Tiongkok, India, impor besar -
daya beli besar. Kita kelola SDA yang ada untuk menekan nilai impor kita. Kendaraan listrik
juga sangat penting untuk lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya yang ada,"
pungkasnya. (RWS)

Anda mungkin juga menyukai