Anda di halaman 1dari 19

Resume Hukum Bisnis

(Yayasan)

Di Susun Oleh:
Kelompok 3
1. Adeline Tirzha Hermania 36121002
2. Huswatul Ismul Haq 36121008
3. Muh. Rizky Iskandar 36121035
4. Reza Gustiarani Putri 36121062
5. Siti Sarah Aziziah 36121065
6. Yilia Marinta 36121068

2A D3 AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

1. Pengertian, Dasar Hukum Dan karakteristik Yayasan


a. Pengertian Yayasan
Secara umum, yayasan cenderung diartikan sebagai suatu
bentuk badan hukum yang memiliki maksud dengan tujuan yang
memiliki berbagai sifat, seperti bersifat sosial, bersifat
kemanusiaan, serta bersifat keagamaan. Yayasan didirikan dengan
sangat teliti dan memperhatikan dengan jeli mengenai semua
persyaratan formal yang dikeluarkan langsung melalui undang-
undang yang berlaku di Indonesia. Di negara Indonesia sendiri,
undang-undang yang mengatur tentang yayasan diatur dalam
Undang-undang dengan Nomor 28 Tahun 2004. Undang-undang
tersebut berisi mengenai adanya perubahan dalam undang-undang
sebelumnya, yakni Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 yang
berisi tentang yayasan.
Yayasan menurut ahli :
Subekti, Pengertian yayasan menurut Subekti, yayasan
merupakan sebuah badan hukum yang berada dibawah kekuasaan
suatu badan yang mengurusnya dengan berlandaskan pada tujuan
sosial dan beberapa tujuan lainnya yang bersifat legal.
Poerwadarminta, Pengertian yayasan menurut
Poerwadarminta sendiri dibedakan menjadi dua pengertian. Berikut
ini kedua pengertian yayasan menurut pendapat Poerwadarminta.
Pasal 1 (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang
Yayasan mendefinisikannya sebagai berikut : Yayasan adalah
badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Menurut UU No.28 Tahun 2004 Yayasan merupakan
sebuah badan hukum yang tersusun dari kekayaan baik harta
maupun lainnya yang dipisahkan dan bertujuan untuk dapat
mencapai sebuah tujuan tertentu dalam beberapa bidang, seperti
bidang sosial, bidang kemanusiaan, dan bidang keagamaan yang
tidak memiliki anggota.
b. Dasar Hukum Yayasan
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan atau bisa disebut sebagai UU Yayasan,
Indonesia tidak memiliki peraturan perundang-undangan
yang secara khusus mengatur tentang yayasan. Kata
yayasan memang terdapat dalam beberapa pasal dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 365, 899, 900,
1680) dan Rv (Pasal 6 ayat 3, dan pasal 236) tetapi dalam
pasal-pasal tersebut tidak terdapat definisi ataupun “aturan
main” yang jelas mengenai yayasan.
2. Belanda telah memiliki Wet Op Stichtingen sejak tahun
1956.
Yayasan di Indonesia selama ini hanya merujuk kepada
Yurisprudensi putusan Hoogerechtshof tahun 1884 dan
Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Juni 1973 Nomor
124/Sip/1973. Meskipun begitu, UU yayasan berupa
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan.
c. Karakteristik Yayasan
Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan. Status korporasi diperoleh setelah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menyetujui
Dokumen Pendiriannya. Pencapaian tujuan dan kegiatan
usahanya diatur berdasarkan Anggaran Dasar yang
tercantum dalam Akta Pendirian yang mengacu pada
Peraturan Yayasan. Meskipun tidak memiliki anggota,
yayasan memiliki komponen-komponen seperti Pembina dan
Pengurus Yayasan yang berdasarkan prinsip transparansi
dan akuntabilitas publik harus diadakan mekanisme
pengendalian, yaitu:
1. Pengendalian internal, oleh komponen yayasan bernama
Pengendali;
2. Laporan tahunan;
3. Audit oleh Akuntan Publik;
4. Enquete Right oleh Jaksa Agung atau pihak lain yang
berkepentingan;
5. Kewenangan Jaksa Agung. Sebagai salah satu komponen
dalam organisasi, pengurus yayasan bertanggung jawab
atas kerugian yang diakibatkan oleh tindakan ultra vires dan
mempunyai kemungkinan tanggung jawab bersama di
antara para anggota pengurus, atau bersama-sama dengan
penasehat jika terjadi kesalahan atau kecerobohan yang
mengakibatkan kebangkrutan.
Yayasan tidak mempunyai anggota. Maksudnya,
yayasan tidak mempunyai semacam pemegang saham
sebagaimana perseroan terbatas atau sekutu-sekutu dalam
CV atau anggota-anggota dalam badan usaha lainnya.
Namun, yayasan tentu saja digerakkan oleh organ-organ
yayasan, baik pembina, pengawas dan terlebih lagi peran
utama pengorganisasian yayasan berada di tangan
pengurus dengan pelaksana hariannya
2. Prosedur Pendirian Yayasan
a. Syarat Pendirian Yayasan
Yayasan sudah diatur di dalam undang-undang. Sehingga,
pendirian yayasan ini dilakukan sesuai dengan ketentuan
dan syarat yang berlaku. Berikut berbagai syarat untuk
mendirikan yayasan, seperti:
1. Memisahkan harta kekayaan
Perlu diketahui, yayasan yang didirikan satu orang
maupun lebih harus dilakukan pemisahan harta
kekayaan serta menjadi kekayaan awal dari yayasan
tersebut. Oleh sebab itu, sebelum pengajuan
permohonan pendirian yayasan, Anda harus menyiapkan
dokumen ini.
2. Dilakukan melalui akta notaris
Dalam UU yayasan terbaru, dalam pendirian yayasan
juga harus dilakukan melalui akta notaris serta dibuat
dengan mempergunakan bahasa Indonesia.
3. Memiliki struktur organisasi yang jelas
Di dalam yayasan juga harus terdapat struktur organisasi
yang jelas. Struktur organisasi ini terdiri dari Pengurus,
Pembina serta Pengawas. Sehingga, sebelum
mendirikan yayasan, alangkah lebih baik Anda sudah
merangkai struktur organisasi ini terlebih dahulu.
4. Dibuat berdasarkan surat wasiat
Jika seseorang memiliki wasiat mendirikan yayasan, dan
terdapat keterangan sah pada surat wasiat yang
dimilikinya, pendirian yayasan dapat dilakukan.
5. Disahkan oleh menteri
Ketika pengajuan permohonan pendirian yayasan sudah
dalam proses dan sudah selesai, nantinya yayasan akan
memperoleh status badan hukum sesudah akta pendirian
yayasan disahkan oleh menteri maupun pejabat yang
sudah ditunjuk.
6. Nama tidak boleh sama dengan yayasan lain
Ini menjadi hal lain yang harus dicermati ketika akan
mendirikan yayasan. Tidak sedikit contoh akta pendirian
yayasan yang bertebaran di internet, biasanya di dalam
contoh tersebut terdapat nama yayasan.
Jika Anda ingin menggunakan nama tersebut, dan
ternyata sudah digunakan oleh yayasan lain, tentu saja
ini tidak diperbolehkan. Yayasan tidak boleh
mempergunakan nama yang sudah digunakan secara
sah oleh atasan lain.
7. Dokumen yang Mesti Disiapkan Dalam mendirikan
Yayasan
Dalam UU yayasan terbaru, ketika ingin mendirikan
yayasan, berbagai macam syarat harus dipenuhi. Jika
sudah dipenuhi, Anda bisa menyiapkan berbagai macam
berkas pendukung untuk pendirian yayasan ini. Berikut
berbagai macam dokumen yang harus diketahui, antara
lain:
1. Berbagai macam dokumen yang nantinya harus
diurus, seperti:
 Akta pendirian yayasan yang berasal dari notaris
 Surat keterangan domisili perusahaan yang
berasal dari kecamatan serta kelurahan
 Surat keterangan terdaftar dari kantor perpajakan
 Surat keputusan kementerian Hukum dan HAM RI
 Pengumuman di dalam lembaran Berita Negara RI
yang berasal dari Perum Percetakan Negara
 Tanda daftar yayasan yang berasal dari Dinas
Sosial.
2. dokumen yang harus disiapkan
Saat akan mendirikan yayasan, ada berbagai macam
dokumen yang harus disiapkan, seperti:
 Nama yayasan
 Jumlah kekayaan awal yang dimiliki oleh yayasan
 Bukti modal atau aset yang menjadi dasar
kekayaan awal yayasan
 Fotocopy data diri para pendiri
 Fotocopy data diri pembina, pengurus serta
pengawas yayasan
 Fotocopy NPWP pribadi ketua yayasan
 Fotocopy bukti kantor. Fotocopy bukti kantor ini
merupakan SPPT PBB atau surat perjanjian sewa
antara pemilik bangunan dan yayasan sebagai
penyewa
 Surat pengantar RT serta RW yang sesuai dengan
domisili yayasan
 Berbagai syarat lain bila dibutuhkan.
Bila dokumen persyaratan tersebut belum ada, nantinya
pendiri yayasan bisa segera mengurusnya, sehingga
nantinya rencana kerja yayasan bisa secepat mungkin
dilaksanakan.
Tahap tahap pendirian yayasan
Sebelum mengurus cara mendirikan yayasan dan
perizinannya, ada berbagai macam tahap yang harus dilalui,
seperti:
1. Pendirian
Tahap pertama yang harus dilalui ialah pendirian yayasan.
Pendirian yayasan bisa dilakukan perorangan atau badan
hukum dengan pemisahan kekayaan pendiri serta yayasan.
2. Pengesahan
Pengesahan status badan hukum. Jika sudah memperoleh
akta pendirian, nantinya disahkan oleh menteri Hukum dan
HAM.
3. Pengumuman
Terakhir proses pengumuman. Dalam akta pendirian
yayasan juga terdapat tanggal pengumuman. Jika yayasan
sudah berbadan hukum tentu saja harus diumumkan di
dalam tambahan berita negara.
Prosedur Pendirian yayasan
Prosedur pendirian yayasan harus disesuaikan dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, dan tidak
dapat dilakukan sembarangan. Akan tetapi, prosedur yang
telah ditetapkan Pemerintah tentu tidak sulit dan dapat
dilakukan dengan mudah seperti cara berikut.
1. Perumusan Nama Yayasan
Hal yang pertama Anda perlu menyiapkan minimal 3 nama
untuk yayasan tersebut, yang untuk satu nama utama dan
dua nama sebagai nama cadangan apabila nama yayasan
tersebut ditolak.
2. Penentuan Bidang Fokus Yayasan
Selanjutnya tentukan fokus yayasan tersebut dalam bidang
apa saja, seperti bidang sosial, agama dan kemanusiaan.
3. Persiapan Administrasi
Dalam persiapan administrasi meliputi dokumen yang
menjadi syarat pendirian yayasan, seperti fotokopi Kartu
Tanda Penduduk dan struktur organisasi.
4. Persiapan Anggaran Dasar
Merumuskan anggaran dasar yayasan, biasanya dalam
perumusan anggaran dasar ini meliputi pembahasan
mengenai tujuan didirikannya yayasan serta jumlah
kekayaan yayasan.
5. Pengajuan Pendirian Yayasan Oleh Notaris
Pendirian yayasan ini akan melibatkan notaris, sehingga
pengajuan pendirian akan dilakukan oleh notaris kepada
Departemen Hukum dan Ham/
6. Penandatanganan
Penandatangan disini merupakan penandatangan yang
dilakukan oleh pendiri, pembina, ketua, sekretaris dan
pengawas yayasan atas persetujuan pendirian yayasan.
Penandatangan juga dilakukan dihadapan notaris.
7. Pengajuan Anggaran Dasar Oleh Notaris
Setelah perumusan mengenai anggaran dasar dilakukan
dan telah mendapat kesepakatan perihal anggaran dasar,
selanjutnya pengajuan anggaran dasar akan dilakukan oleh
notaris kepada Departemen Hukum dan Ham.
3. Organ Yayasan
Organ yayasan sendiri terdiri dari pembina, pengurus, dan
pengawas. Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai
kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau
pengawas oleh Undang-Undang Yayasan atau anggaran dasar.
Adapun Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan
kepengurusan yayasan. Sementara itu, yang dimaksud dengan
Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan
pengawasan serta memberi nasihat kepada pengurus dalam
menjalankan kegiatan yayasan. Yang bisa menjadi pembina
yayasan adalah orang perseorangan sebagai pendiri yayasan atau
mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota pembina dinilai
mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan
tujuan yayasan. Merujuk pada Pasal 28 UU Yayasan, pembina
tidak boleh merangkap sebagai pengurus atau pengawas. UU
Yayasan sebagaimana tercantum dalam Pasal 31 ayat (3) juga
mengatur bahwa pengurus tidak boleh merangkap sebagai
pembina atau pengawas. Dengan kata lain, ketika menjalankan
yayasan maka semua pihak harus patuh pada perannya agar
organisasi ini bisa berjalan dengan baik dan benar.
Tata kelola yayasan merupakan seperangkat aturan
yayasan yang menetapkan hubungan antara Pembina, Pengurus,
dan Pengawas sehingga ada kejelasan fungsi, tugas pokok,
tanggung jawab, dan kewenangan masing-masing organ dalam
rangka mengendalikan dan mengarahkan yayasan untuk
menjalankan misi dan mencapai visinya.
Dalam UU No.28 Tahun 2004 tentang Yayasan Pasal 2. Yayasan
mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan
Pengawas.
 Pembina
Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai
kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus.
Diciptakan organ Pembina, sebagai pengganti pendiri,
disebabkan dalam kenyataannya, pendiri yayasan pada
suatu saat dapat tidak ada sama sekali, yang diakibatkan
karena pendiri meninggal dunia, ataupun mengundurkan diri.
Mengenai organ yayasan ini dijelaskan pasal 28 ayat 1 UU
Yayasan No.28 Tahun 2004.
 Pengurus
Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan
kepengurusan yayasan, yang diangkat oleh pembina
berdasarkan keputusan rapat pembina. Pengurus tidak
boleh merangkap sebagai pembina dan pengawas hal ini
dimaksudkan untuk menghindari tumpang tindih
kewenangan, tugas dan tanggung jawab antara pembina,
pengurus dan pengawas yang dapat merugikan kepentingan
yayasan atau pihak lain. Mengenai pengurus ini UU No.28
Tahun 2004 mengaturnya dalam pasal 31 sampai pasal 39.
 Pengawas
Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas
melakukanpengawasan serta memberi nasehat pengurus
dalam menjalankan kegiatanyayasan. Pengawas mengawasi
serta memberi nasihat kepada Pengurus.Pengawas tidak
boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengurus. Dalam
UU Yayasan No.28 Tahun 2004 Organ Pengawas diatur
dalam pasal 40 sampai dengan pasal 47.
4. Kedudukan Sekutu Yayasan
a. Yayasan Sebelum berlakunya Undang-undang Yayasan No. 28
Tahun 2004
Sebagai suatu lembaga sosial, yayasan adalah badan hukum
yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan bertujuan untuk
kegiatan dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, seperti
yang telah ditentukan oleh Undang- undang yayasan, kehadiran
Undang-undang tentang yayasan sudah sejak lama dinantikan
oleh masyarakat Indonesia, karena sebelum adanya Undang-
undang ini kepastian hukum bagi masyarakat belum ada.
Karena tidak jalannya aturan tentang yayasan itu sendiri. Ini
menimbulkan penyalahgunaan lembaga yayasan yang
merupakan salah satu bentuk praktek penyimpangan yang
terjadi dimasa lampau.Sebelum adanya Undang-undang No. 28
Tahun 2004 tentang yayasan, keberadaan yayasan hanya
didasari atas kebiasaan dan yurisprudensi Mahkamah Agung
(MA). Yurisprudensi M. A sebagaimana termaktub dalam
putusannya tanggal 27 Juni 1973 No. 124/Sip/1973 yang
menegaskanbahwa “Yayasan merupakan badan hukum”.
Meskipun demikian, ribuan yayasan telah didirikan dan
beroperasi”. Pendirian yayasan selama ini di Indonesia hanya
berdasarkan atas kebiasaan dalam masyarakat dan
yurisprudensi Mahkamah Agung karena bilamana ada Undang-
undang yang mengatumya yaitu dilakukan dengan akta notaris,
kemudian didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri
setempat dan diumumkan dalam tambahan berita negara.
Selama ini pula pemikiran tentang yayasan hanya sebatas
seminar dan pembicaraan saja, tidak ditindak lanjuti dengan
upaya pembentukan Undang-undang tentang yayasan.
Memasuki era reformasi yang dimulai sejak tahun 1997,
peluang untuk membentuk Undang-undang yang dilandasi nilai-
nilai demokrasi dan pemberdayaan masyarakat dibidang sosial
dan ekonomi mulai terbuka. Hal ini diawali dengan
pembentukan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha, Undang-
undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsunien.
Perkembangan tersebut kemudian dilanjutkan dengan tuntutan
terbentuknya beberapa Undang-undang, yang antara lain RUU
tentang yayasan kemudian disahkan menjadi Undang-undang
No. 28 Tahun 2004 tentang yayasan. Beberapa kasus
kontropersial yang mencuat dibeberapa media yang berkaitan
dengan adanya dugaan adanya penyelewengan dan/ atau
penyimpangan yang dilakukan oleh beberapa yayasan, seperti
kasus tujuh yayasan yang diketui oleh mantan presiden
Soeharto diduga melakukan penyelewengan dana untuk
membiayai operasi politik dan bisnisnya dan/ atau bisnis
kroninya, dugaan penyimpangan dana dan ketidak sempumaan
administrasi yayasan dibawah naungan Kostrad (yayasan
dharma putra kostrad) sebesar Rp.66 milyar (enam puluh enam
milyar rupiah) berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK), serta kasus yayasan dana kesejahteraan
(yautera) karyawan bulog yang bermula dari bocomya dana Rp.
35 milyar (tiga puluh lima milyar rupiah) yang kemudian di kenal
dengan “Buloggate”.
Di negara-negara Eropa seperti Jerman, Swiss dan Belgia
yayasan sudah mcndapat kepastian hukum dengan pengaturan
institusi tersebut daiam suatu peraturan per Undang-undang
yayasan (stifling) di Jerman diatur dalam Burgerhches Gezets
buch sejak tahun 1986. Di Swiss, yayasan diatur dalam Zivil
Gezetsbuch tahun 1970, sedangkan di Belgia yayasan diatur
dalam Van Open baar Nut tahun 1921. Di Indonesia sendiri
keberadaan yayasan telah dikenal sejak zaman pemerintah
Hindia Belanda, yang dikenal dengan sebutan “stichting”,
namun tidak ada suatu peraturan satupun yang menegaskan
bentuk hukum suatu yayasan tersebut, apakah berbentuk badan
hukum yang konsekuensinya mempunyai kekayaan sendiri
yang terpisah dengan kekayaan para pendirinya atau kah bukan
merupakan badan hukum. Juga tidak ada suatu peraturan yang
mengatur mengenai maksud dan tujuan kegiatan-kegiatan apa
saja yang boleh dilakukan yayasan. Tujuan dan kegiatan
stichting termasuk pengaturan mengenai harta kekayaan
stichting diatur berbatasan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi
karena kebutuhan dan yang diterima di dalam masyarakat pada
masa pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian
bcrkembang atas dasar yurisprundensi putusan Mahkamah
Agung.
b. Kedudukan Yayasan Setelah Undang-undang No. 28 Tahun
2004 tentang Yayasan
Yayasan sebagai badan hukum yang diperuntukkan untuk
mencapai maksud dan tujuan tertentu dalam kegiatan sosial,
keagamaan dan kemanusiaan dan mempunyai kedudukan
sebagai badan hukum yang sah berdasarkan Undang-undang,
sehingga masyarakat luas lebih merasa yakin untuk mengelola
atau mendirikan yayasan, sebaiiknya juga bagi para pengurus
dapat memperoleh kepastian hukum tentang keberadaan
yayasan, karena suatu yayasan mempunyai maksud dan tujuan
tertentu, yaitu untuk hal-hal yang sudah ditentukan, sudah
dibatasi dan bersifat khusus untuk melakukan suatu kegiatan.
Jadi maksud dan tujuan yayasan tidak dapat bersifat umum.
Berlakunya Undang-undang yayasan, maka maksud dan tujuan
yayasan di Indonesia harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu dibidang
sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota (Pasal 1 angka 1 Undang- undang yayasan No. 28
Tahun 2004).
b. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk
menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara
mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu
badan usaha (penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-undang
Yayasan No 28 Tahun 2004).
C. Maksud dan tujuan yayasan wajib dicantumkan dalam
anggaran dasar yayasan (Pasal 14 ayat (2) Undang-undang
Yayasan No. 28 Tahun 2004).
Yayasan merupakan badan hukum yang berbeda dengan
badan hukum perkumpulan atau Perseroan Terbatas. Yayasan
tidak memiliki anggota atau persero, karena dalam hal ini yayasan
yang dianggap badan hukum adalah sejumlah kekayaan berupa
uang dan lainnya. Pendapat yang lazim dianut adalah yayasan
tidak memiliki anggota, hanya mempunyai pengurus dan mungkin
mempunyai kelompok orang yang diberi bantuan atau sumbangan.
Pengurus merupakan pusat dari segala aspek kegiatan
yayasan. Pengertian anggota pada yayasan adalah anggota
pengurus yang mengelola dan menjalankan yayasan, bukan dalam
arti anggota dalam suatu organisasi. Orang-orang yang merupakan
para pendiri, dan organ yayasan, yakni pembina, pengawas dan
pengurus bukan merupakan anggota yayasan. Karyawan yayasan
juga bukan merupakan anggota yayasan. Demikian pula orang-
orang yang menerima manfaat baik secara langsung maupun tidak
langsung bukan merupakan anggota yayasan.
Yayasan tidak sama seperti koperasi yang mempunyai
anggota dan memberikan keuntungan kepada anggotanya
termasuk kepada pengurus, pembina dan pengawas sebagai
anggota koperasi. Karenanya tidak ada keuntungan hasil kegiatan
usaha yayasan yang diberikan kepada para pembina, pengawas
dan pengurus, sebab bukan merupaka anggota yayasan (Pasal 3
ayat (2) Undang-undang Yayasan No. 28 Tahun 2004). Namun
mereka dituntut untuk dapat bekerja secara sukarela tanpa
menerima gaji, upah dan honor tetap (penjelasan Pasal 3 ayat (2)
Undang-undang yayasan No. 28 Tahun 2004).
5. Struktur Dan Karakteristik Modal Yayasan
A. Struktur organisasi yayasan
Salah satu tujuan mendirikan yayasan adalah untuk
mencapai tujuan sosial, keagamaan atau kemanusiaan dalam
setting yang lebih profesional dan resmi. Oleh karena itu, penting
untuk menentukan hak dan kewajiban yang jelas untuk setiap
peran dalam struktur organisasi. Secara umum, yayasan sebaiknya
memiliki struktur dengan peran-peran berikut: pembina, pengawas
dan pengurus-pengurusnya.
B. Karakteristik yayasan
Sebagai badan hukum, layaknya subyek hukum manusia, yayasan
memiliki kekayaan tersendiri. Demikian yang termaktub dalam
Undang-Undang Yayasan, dimana “yayasan adalah badan hukum
yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan…” dan seterusnya
sebagaimana Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan. Pasal 9 ayat
(1) di Undang-Undang yang sama, menekankan bahwa yayasan
didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan harta
kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal.
Kekayaan yayasan yang diberikan oleh pendiri sebagai modal awal
operasional yayasan, tidaklah bersifat komersil, artinya pendiri
yayasan memisahkan hartanya tersebut, bukan untuk mendapatkan
keuntungan dari penyertaan modal yang diberikan sebagaimana
layaknya pembelian saham oleh pemegang saham di perusahaan
yang mengharapkan deviden atas penyertaan modal tersebut. Karena
pemisahan kekayaan itu, semata-mata ditujukan untuk mencapai
maksud dan tujuan yayasan yang bergerak di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan. Tujuan utama pendiri memisahkan
harta kekayaannya adalah semata-mata untuk operasional yayasan
yang tujuannya adalah dalam rangka membantu dan/atau
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat bukan untuk
memperkaya diri pribadi pendiri.
Hal ini sejalan dengan tujuan diciptakan Undang-Undang Yayasan,
dimana sebuah yayasan didirikan untuk tidak disalahgunakan dan
tidak menyimpang dari tujuan semula, yaitu sebagai lembaga nirlaba
dan bertujuan sosial kemanusiaan serta tidak digunakan untuk tujuan
memperkaya diri para pendiri, pengurus, dan pengawasnya. Undang-
Undang Yayasan juga menegaskan Pendiri dan/atau Organ Yayasan
yang telah memisahkan harta kekayaannya sebagai modal awal
yayasan, sudah tidak lagi mempunyai kuasa atas harta tersebut untuk
dirinya sendiri sebagai person, karena kekayaan yang diperoleh
yayasan sepenuhnya menjadi hak milik yayasan sebagai badan
hukum. Termasuk, perolehan yayasan lainnya yang didapat oleh
yayasan baik berupa sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat,
wakaf, hibah, hibah wasiat, ataupun perolehan lainnya, tidak boleh
dialihkan atau diberikan bahkan dimiliki secara pribadi oleh organ
yayasan.
Larangan ini ditegaskan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Yayasan “kekayaan
yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh yayasan berdasarkan Undang-Undang ini, dilarang dialihkan
atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam
bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat
dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas.”
Apabila larangan ini dilanggar, maka yang bersangkutan, baik
pendiri maupun organ yayasan yang menggunakan harta yayasan
untuk memperkaya diri pribadi akan dikenanak sanki pidana dengan
ancaman pidana 5 (lima) tahun. Akan tetapi, terdapat pengecualian
terhadap pengurus, dimana pengurus dapat menerima gaji, upah,
honorarium selama ditentukan dalam anggaran dasar, sepanjang
pengurus itu bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi (memiliki
hubungan keluarga karena perkawinan atau keturunan sampai derajat
ketiga, baik secara horizontal maupun vertical) dengan organ yayasan
dan melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan
penuh (sesuai dengan ketentuan hari dan jam kerja yayasan bukan
pekerja paruh waktu).
6. PEMBUBARAN YAYASAN
a. Menurut Pasal 62 UU 16/2001 menyatakan bahwa yayasan
bubar karena:
1. Jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar (“AD”)
berakhir;
2. Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam AD telah tercapai
atau tidak tercapai;
3. Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap berdasarkan alasan:
a. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
b. Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan
pailit; atau
c. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi
utangnya setelah pernyataan pailit dicabut.
b. Menurut Pasal 63 & 64 UU 16/2001:
1. Dalam hal yayasan bubar, Pembina menunjuk likuidator
untuk membereskan harta kekayaan yayasan.
2. Jika tidak ada penunjukan likuidator, maka pengurus
bertindak sebagai likuidator.
3. Dalam hal yayasan bubar pengurus dilarang melakukan
perbuatan hukum yang baru selain kegiatan pemberesan
yayasan.
4. Dalam hal yayasan bubar karena putusan pengadilan maka
pengadilan juga akan menunjuk likuidator.
5. Dalam hal bubarnya yayasan karena pailit, maka peraturan
tentang kepailitan yang berlaku.
c. Menurut Pasal 65,66,67 UU 16/2001:
1. Likuidator wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan
proses likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa
Indonesia paling lambat 5 hari sejak tanggal penunjukannya
sebagai likuidator.
2. Dalam waktu paling lambat 30 hari likuidator wajib
mengumumkan hasil likuidasinya dalam surat kabar harian
berbahasa Indonesia.
3. Paling lambat 7 hari sejak proses likuidasi berakhir, wajib
melaporkan hasil likuidasinya kepada Pembina.
4. Jika laporan dan pengumuman tidak dilakukan, maka
bubarnya yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.

d. Menurut Pasal 68 UU 16/2001 status harta suatu yayasan yang


bubar dinyatakan sebagai berikut:
1. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan ke yayasan lainnya
yang punya maksud dan tujuan yang sama dengan yayasan
yang dibubarkan.
2. Jika tidak diserahkan ke yayasan lain, maka sisa tersebut
harus diserahkan ke negara.

Anda mungkin juga menyukai