Tatyana Putri Milena Gerardine Patricia Karina Anisa Prayitno Kevin Aurelio
1806213485 1806134253 1806213825 1806212892
1. Bantuan, sumbangan, dan Hibah sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak yang memberi dengan pihak
yang menerima. Apabila bantuan, sumbangan atau hibah tersebut berupa harta
yang dapat disusutkan atau diamortisasi, harta tersebut harus dibukukan oleh
pihak yang menerima sesuai dengan nilai sisa buku pihak yang memberikan.
2. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh oleh yayasan.
3. Penghasilan yang diterima oleh yayasan yang bergerak dalam bidang sosial
tertentu dengan persetujuan Menteri Keuangan (diatur oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 51 tahun 1994 Jo Keputusan Menteri Keuangan Nomor 604/KMK.O4l1994
tanggal 21 Desember 1994).
Periode 2001 s/d Sekarang
(UU No. 36 Tahun 2008, UU No. 11 Tahun 2020)
1. Bantuan sumbangan (zakat) yang diterima oleh badan amil zakat maupun lembaga zakat
lain yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah atau para penerima zakat yang berhak
bukanlah objek pajak.
Penjelasan: zakat atau sumbangan seperti yang dimaksud dalam UU No 38 1999 bukan
objek pajak selama tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan
kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan bukanlah
objek pajak sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Juklak : Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 60/KMK.o4/1994 tanggal 21
Desember 1994 tentang Badan-badan dan Pengusaha Kecil yang Menerima
Harta Hibahan yang Tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan
Pasal 1
Pasal 1 (con’t)
● Badan sosial adalah badan termasuk yayasan yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan :
○ pemeliharaan kesehatan; dan/atau
○ pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo); dan/atau
○ pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang cacat,
dan/atau
○ Santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, cjan sejenisnya;
dan/atau
○ pemberian bea siswa; dan/atau
○ pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
○ kegiatan sosial lainnya; sepanjang badan sosial tersebut tidak mencari keuntungan;
● Pengusaha kecil termasuk koperasi adalah pengusaha yang pada saat akan menerima hibah jumlah
nilai aktivanya tidak termasuk tanah dan/atau bangunan tidak melebihi Rp 600 000.000,00 (enam
ratus juta rupiah)
Juklak : Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 60/KMK.o4/1994 tanggal 21
Desember 1994 tentang Badan-badan dan Pengusaha Kecil yang Menerima
Harta Hibahan yang Tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan
Pasal 2
● Harta hibahan yang diterima oleh badan-badan dan pengusaha kecil termasuk
koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tidak termasuk sebagai objek
pajak penghasilan sepanjang antara pemberi hibah dengan penerima hibah
tersebut tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan
● Harta hibahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibukukan oleh penerima hibah
sesuai dengan nilai sisa buku harta hibahan.
Biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurangan penghasilan bruto sesuai pasal 6 ayat 1 UU
PPh dan dengan memperhatikan ketentuan mengenai biaya yang tidak dapat dikurangkan
sebagai pengurang penghasilan bruto sebagaimana diatur pada pasal 9 ayat 1 UU PPh yang
berlaku umum termasuk bagi yayasan pendidikan dan yayasan lainnya
Pasal 6 ayat 1 : Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi :
Huruf A
● Biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran → yang berhubungan langsung
dengan usaha (untuk memelihara penghasilan).
● Bunga pinjaman untuk membeli saham tidak boleh dibebankan selama dividen yang diterima bukan
objek pajak → jadinya dikapitalisasi.
● Pengeluaran pribadi pemegang saham tidak boleh dibebankan
● Harus dalam bentuk uang, natura tidak boleh dibebankan kecuali termasuk natura dalam pasal 9(1)
huruf e.
● Pengeluaran yang dibebankan tidak boleh melewati batas kewajaran yang dipengaruhi oleh
hubungan istimewa
Penjelasan pasal 6 ayat (1) UU PPh
Huruf B: Pengeluaran harta berwujud dan tak berwujud masa manfaat >1 tahun,
penyusutan dan amortisasi
Huruf C: Dana pensiun yang telah disahkan oleh MenKeu
Huruf D: Dimiliki untuk digunakan atau dimiliki untuk 3M (mendapatkan, menagih,
memelihara) penghasilan
Huruf E: pembebanannya dilakukan berdasarkan sistem pembukuan yang dianut, dan
harus dilakukan secara taat asas
Huruf F: dilakukan di indonesia dalam jumlah yang wajar
Huruf G: memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan
Huruf H: Sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba
rugi komersial dan telah melakukan upaya-upaya penagihan maksimal atau terakhir
Pasal 9 ayat (1) UU PPh
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap tidak boleh dikurangkan :
a. pembagian laba seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha
bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, usaha asuransi, Lembaga Penjamin Simpanan,
usaha pertambangan, kehutanan, dan limbah industri
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi
tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan
Pajak Penghasilan untuk Yayasan
Pendidikan
Jenis penghasilan yayasan pendidikan yang diatur secara khusus dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak:
SE - 34/PJ. 4/1995 tentang perlakuan pajak penghasilan bagi yayasan atau organisasi sejenis
Bagi Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, termasuk penghasilan yayasan adalah:
● Uang pendaftaran dan uang pangkal
● Uang seleksi penerimaan siswa pendidikan
● Uang pembangunan gedung/pengadaan prasarana atau pembayaran lainnya dengan nama
apapun yang berkaitan dengan keberadaan siswa/mahasiswa/peserta pendidikan
● Uang SPP, uang SKS, uang ujian, uang kursus, uang seminar/lokakarya dan sebagainya
● Penghasilan dari kontrak kerja dalam bidang penelitian dan sebagainya
● Penghasilan lainnya yang dikaitkan dengan jasa penyelenggaraan
pengajaran/pendidikan/pelatihan dengan nama dan dalam bentuk apapun
Jenis penggunaan penghasilan bruto yayasan pendidikan yang diatur secara khusus dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak: SE - 39/PJ. 4/1995 tentang Penyuluhan tentang Perlakuan Pajak Penghasilan bagi
Yayasan atau Organisasi Sejenis
Biaya-biaya yang diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Yayasan
Pendidikan antara lain berupa:
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-87/PJ/1995 dan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 44/PJ./2009 tentang PELAKSANAAN PENGAKUAN SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
BADAN ATAU LEMBAGA NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN/ATAU BIDANG PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK PENGHASILAN
Memberi kesempatan pada Yayasan untuk menunda pengenaan PPh atas sisa lebih hasil
usaha (=laba kena pajak untuk perusahaan berorientasi laba) yang kemudian digunakan
untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
Jadi, atas sisa lebih hasil usaha yayasan pendidikan yang digunakan untuk pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan bukan tidak dikenakan pajak, melainkan hanya ditunda
saja, karena setelah dana tersebut digunakan dan prasarana telah tersedia, atas
prasarana tersebut tidak dapat lagi disusutkan
Pokok-Pokok Penting KEP-87/PJ/1995
Yang mendapat fasilitas penundaan adalah yayasan pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi
Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah dana yang berasal dari sisa lebih
Pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah pembangunan fisik sarana pendidikan
seperti:
Sisa lebih yayasan setiap tahun yang digunakan untuk pembangunan gedung & prasarana
pendidikan dialihkan ke rekening dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan
Pembukuan atas penggunaan dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan pada
tahun berjalan dilakukan dengan mendebit rekening aktiva dan rekening dana pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan serta mengkredit rekening kas atau hutang dan rekening
modal yayasan
Dr Gedung/Prasarana xxx
Cr Hutang/Bank xxx
Dr Dana Pembangunan Gedung/Prasarana xxx
Cr Modal Yayasan xxx
Untuk mereklas cadangan dana pembangunan gedung/prasarana ke modal yayasan
Pokok-Pokok Penting KEP-87/PJ/1995
Sisa lebih diakui sebagai penghasilan pada tahun digunakannya untuk pembangunan
gedung/prasarana dan sebesar dana yang digunakan untuk pembangunan merupakan biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun pajak yang bersangkutan
Untuk mendapat fasilitas penundaan, Yayasan memberitahukan rencana fisik sederhana dan rencana
biaya pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dilampiri dengan pernyataan bahwa dana
pembangunan gedung dan prasarana yang tidak digunakan pada tahun diterimanya, akan digunakan
selambat-lambatnya 4 tahun setelah berakhirnya tahun pajak
Apabila melewati jangka 4 tahun setelah yayasan mengajukan pemberitahuan rencana fisik, yayasan
tidak menggunakan dana pembangunan, maka dana tersebut diakui sebagai penghasilan dan
dikenakan Pajak Penghasilan pada tahun Pajak berikutnya setelah lewat jangka waktu 4 tahun
tersebut ditambah denda 2% per bulan
Pajak Penghasilan untuk Yayasan (badan)
Kesehatan (Rumah Sakit dan sejenisnya) -
khusus
Jenis Penghasilan Yayasan yang bergerak di bidang kesehatan:
PPh
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 26
Pasal 4 ayat (2)
Kewajiban PPN
Yayasan memiliki penghasilan lain diluar usaha utama dengan nilai sudah
melewati batasan pengusaha kecil. Contoh:
Dasar Pengenaan
Pajak
40% x jumlah biaya yang
dikeluarkan setiap bulan (tidak
termasuk perolehan tanah)
Tanahnya
diperoleh tanggal 1 Bangun sendiri Sejak 1 Spetember
Januari 1995 dan sebelum 1 batas luas
setelahnya masuk september 2002 bangunan 200m2
PKP Real Estate masuk PPN atau lebih
Pengembang
Thank You
Pertanyaan
1. Amelia (Kel. 4) → adakah kasus tentang yayasan yang tidak melaporkan
pajak, apa sanksinya?
2.