Anda di halaman 1dari 44

Perpajakan Untuk

Yayasan & Organisasi


Nirlaba
Kelompok 1
Kelompok 1

Tatyana Putri Milena Gerardine Patricia Karina Anisa Prayitno Kevin Aurelio
1806213485 1806134253 1806213825 1806212892

Rana Athiya Sresa Azzahra Salsabila Aisyah A. N. Allysa W


1806213283 1806134581 1806134064
I
UU No. 16 Tahun
2001 Tentang
Yayasan
Penjelasan Umum UU No 16/2001

Pendirian yayasan di Kecenderungan Timbul berbagai Masalah tersebut


Indonesia selama ini mendirikan dengan masalah, baik kegiatan belum dapat
dilakukan berdasarkan maksud untuk yayasan yang tidak diselesaikan secara
kebiasaan dalam berlindung di balik sesuai, sengketa, hukum karena belum
masyarakat status badan hukum maupun dugaan ada hukum positif
yayasan dan bertujuan bahwa yayasan mengenai yayasan
untuk memperkaya diri digunakan untuk sebagai landasan
para Pendiri, Pengurus, menampung kekayaan yuridis
dan Pengawas yang diperoleh dengan penyelesaiannya
cara melawan hukum
Penjelasan UU 16/2001
1. Pasal 1 Angka 1
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri dari kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota.
2. Pasal 2
Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas : Pembina, Pengurus dan Pengawas.
3. Pasal 3
1) Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan
usaha
2) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina, pengurus, dan
pengawas
→ Ketentuan dalam ayat ini sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yang bersifat sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, sehingga seseorang yang menjadi anggota Pembina, Pengurus,
dan Pengawas yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah, atau honor
tetap.
Penjelasan UU 16/2001
4. Pasal 5
Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan
berdasarkan UU ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung
kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan
terhadap yayasan
PERUBAHAN PASAL 5 (UU NO 28/2004)
1) Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh
yayasan berdasarkan UU ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium kepada Pembina, Pengurus,
dan Pengawas
2) Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat ditentukan
dalam Anggaran Dasar Yayasan bahwa Pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium,
dalam hal Pengurus yayasan:
a. Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan Pengawas;
dan
b. Melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh
3) Penentuan mengenai gaji, upah, atau honorarium sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan oleh Pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan yayasan.
Penjelasan UU 16/2001
5. Pasal 6
Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ yayasan
dalam rangka menjalankan tugas yayasan
6. Pasal 7
1) Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan
tujuan yayasan
2) Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat
prospektif dengan ketentuan seluruh pernyataan tersebut paling banyak 25% dari seluruh
nilai kekayaan yayasan
3) Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas yayasan dilarang merangkap sebagai
anggota direksi atau pengurus dan anggota dewan komisaris atau pengawas dari badan
usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2)
7. Pasal 8
Kegiatan usaha dari badan usaha harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan serta tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundangan yang
berlaku
→ Kegiatan usaha dari badan usaha yayasan mempunyai cakupan yang luas, termasuk antara
lain: HAM, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup,
kesehatan, dan ilmu pengetahuan
Penjelasan UU 16/2001
8. Pasal 9
Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan
pendirinya sebagai kekayaan awal
→ Yang dimaksud dengan orang adalah orang perseorangan atau badan hukum
9. Pasal 26
1) Kekayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang
atau barang
2) Selain kekayaan dalam ayat (1), kekayaan yayasan dapat diperoleh dari:
a. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat
→ yang dimaksud adalah sumbangan atau bantuan sukarela yang diterima
yayasan, baik dari negara, masyarakat, maupun dari pihak lain yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Wakaf
c. Hibah
d. Hibah wasiat, dan
e. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan AD Yayasan dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penjelasan UU 28/2004
10. Pasal 49
Dalam jangka waktu paling lambat 5 bulan terhitung sejak tanggal tahun buku Yayasan ditutup: Pengurus
wajib menyusun laporan tahunan secara tertulis yang memuat sekurang-kurangnya :
a. Laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku yang Laporan keuangan yang terdiri atas
laporan posisi keuangan pada lalu serta hasil yang telah dicapai;
b. akhir periode, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan laporan keuangan.

11. Pasal 52 ⇒ telah mengalami perubahan dari UU 16/2001


1. Ikhtisar laporan tahunan yayasan diumumkan pada papan pengumuman di kantor yayasan.
2. Ikhtisar laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diumumkan dalam surat kabar
harian berbahasa Indonesia bagi Yayasan yang:
a. Memperoleh bantuan Negara, bantuan Iuar negeri, atau pihak lain sebesar Rp 500.000.000 atau lebih.
b. Mempunyai i kekayaan di luar harta wakaf sebesar Rp 20.000,000.000 atau lebih
3. Laporan keuangan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib diaudit oleh Akuntan Publik.
4.Hasil audit terhadap laporan keuangan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan
kepada Pembina Yayasan yang bersangkutan dan tembusannya kepada Menteri dan instansi terkait.
5. Laporan keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku."
Penjelasan UU 28/2004
12. Pasal 62
a. Yayasan bubar karena Jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir
b. Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai.
c. Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan :
1) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
2) Tidak mampu membayar hutangnya setelah dinyatakan pailit, atau
3) Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah
pernyataan pailit dicabut.
13. Pasal 68 ⇒ Mengalami perubahan dari UU 16/2001
1. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai kesamaan kegiatan dengan
Yayasan yang bubar.
2. Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diserahkan kepada badan hukum lain
yang mempunyai kesamaan kegiatan dengan Yayasan yang bubar, apabila hal tersebut diatur dalam
Undang-undang mengenai badan hukum tersebut.
3. Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada Yayasan lain atau kepada badan hukum lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), kekayaan tersebut diserahkan kepada Negara dan
penggunaannya dilakukan sesuai dengan kegiatan Yayasan yang bubar.
13. Pasal 70
1. Setiap anggota organ Yayasan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
2. Selain pidana penjara, anggota organ Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga dikenakan pidana
tambahan berupa kewajiban mengembalikan uang, barang, atau kekayaan yayasan yang dialihkan atau dibagikan.
II
Hak dan Kewajiban
Perpajakan
Yayasan
Periode 1984-1994
(UU No. 7 Th 1983)

- Yayasan dianggap sebagai subjek pajak ⇒ namun penghasilan


yayasan bukan objek PPh. (Pasal 4 ayat 3 huruf i)
- Yayasan mendapatkan fasilitas luar biasa ⇒ sehingga seseorang
yang ingin melakukan kegiatan usaha dalam bidang pendidikan
dan kesehatan akan memilih bentuk usaha ini
Periode 1995-2000
(UU No. 10 Th 1994)

- Fasilitas perpajakan dalam pasal 4 ayat 3 huruf i dan j UU No 7 th


1983 dihapuskan
- Digantikan dengan UU No 10 th 1994 pasal 4 ayat 3
“ Dividen atau bagian laba yang diterima/diperoleh perseroan
terbatas sebagai WPDN, Koperasi, Yayasan, organisasi sejenis,
BUMN, atau BUMD dari penyertaan modal badah usaha yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia tidak termasuk objek
pajak.”
Periode 1995-2000
(UU No. 10 Th 1994)

Penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf f


Prinsipnya, seluruh penghasilan yang diterima yayasan adalah objek pajak, kecuali:

1. Bantuan, sumbangan, dan Hibah sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak yang memberi dengan pihak
yang menerima. Apabila bantuan, sumbangan atau hibah tersebut berupa harta
yang dapat disusutkan atau diamortisasi, harta tersebut harus dibukukan oleh
pihak yang menerima sesuai dengan nilai sisa buku pihak yang memberikan.

2. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh oleh yayasan.
3. Penghasilan yang diterima oleh yayasan yang bergerak dalam bidang sosial
tertentu dengan persetujuan Menteri Keuangan (diatur oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 51 tahun 1994 Jo Keputusan Menteri Keuangan Nomor 604/KMK.O4l1994
tanggal 21 Desember 1994).
Periode 2001 s/d Sekarang
(UU No. 36 Tahun 2008, UU No. 11 Tahun 2020)

● Ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-Undang Nomor 10 tahun


1994 yang menyatakan bahwa dividen yang diterima yayasan bukan
merupakan objek pajak, dihapuskan.
● Penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf f UU No. 36 Tahun 2008
menyatakan bahwa dividen atau bagian laba yang diterima yayasan
merupakan objek pajak.
Pemilihan Bentuk Badan Usaha
● Yayasan adalah badan hukum dengan kekayaan yang terpisah dan
kekayaan para "penyetor modal" dan hanya digunakan untuk
mencapai tujuan di bidang sosial, agama, dan kemanusiaan.
● Yayasan diperbolehkan mendirikan atau ikut serta dalam pendirian
badan usaha.
● Yayasan tidak diperbolehkan membagikan hasil kegiatan usahanya
maupun kekayaan lainnya yang dimiliki yayasan kepada kepada
Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau pihak lain yang
mempunyai kepentingan terhadap Yayasan.

Dari pengertian di atas, terlihat bahwa bentuk badan usaha Yayasan


hanya cocok untuk kegiatan usaha yang tidak bermotif laba.
Pemilihan Bentuk Badan Usaha

● Dari perspektif manajemen pajak bentuk usaha, yayasan sangat


tidak tepat jika digunakan untuk kegiatan usaha jasa di bidang
pendidikan ataupun jasa pelayanan kesehatan, karena sejak
berlakunya UU No. 36 Tahun 2008, sudah tidak ada lagi fasilitas
perpajakan yang diberikan khusus kepada yayasan.

● Bahkan, jika dibandingkan dengan bentuk PT, bentuk badan usaha PT


lebih menguntungkan karena dividen yang dibagikan ke PT dapat
menjadi bukan objek PPh, sepanjang terpenuhinya syarat-syarat
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU No. 36 Tahun
2008.
Pajak Penghasilan Yayasan
Pajak penghasilan yayasan (Badan Hukum) pendidikan, kesehatan, sosial, dan
sebagainya, penghitungannya sama dengan WP Badan lainnya yang melakukan
kegiatan usaha (Penghasilan Bruto dikurang PTKP).

Secara umum, penghasilan Yayasan dapat dibagi atas:


1. Penghasilan dari kegiatan usaha yang dikenakan PPh Badan
2. Penghasilan dari kegiatan dari kegiatan di luar usaha, yaitu:
● Penghasilan yang merupakan objek pajak tetapi tidak dipotong PPh
Potongan/Pungutan
● Penghasilan yang telah dipotong PPh nonfinal
● Penghasilan yang telah dipotong PPh final (Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
● Penghasilan yang bukan merupakan objek PPh (Pasal 4 ayat (3) UU PPh)

Pajak Penghasilan Yayasan
Pasal 4 ayat (3) Huruf a

1. Bantuan sumbangan (zakat) yang diterima oleh badan amil zakat maupun lembaga zakat
lain yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah atau para penerima zakat yang berhak
bukanlah objek pajak.

Penjelasan: zakat atau sumbangan seperti yang dimaksud dalam UU No 38 1999 bukan
objek pajak selama tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan
kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan bukanlah
objek pajak sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Juklak : Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 60/KMK.o4/1994 tanggal 21
Desember 1994 tentang Badan-badan dan Pengusaha Kecil yang Menerima
Harta Hibahan yang Tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan

Pasal 1

● Badan keagamaan adalah badan termasuk yayasan yang kegiatannya


semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah dan/atau menyelenggarakan
kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak mencari keuntungan;
● Badan pendidikan adalah badan termasuk yayasan yang kegiatannya
semata-mata menyelenggarakan pendidikan formal tingkat TK dan/atau tingkat
dasar dan/atau tingkat menengah dan/atau perguruan tinggi, yang tidak
mencari keuntungan
Juklak : Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 60/KMK.o4/1994 tanggal 21
Desember 1994 tentang Badan-badan dan Pengusaha Kecil yang Menerima
Harta Hibahan yang Tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan

Pasal 1 (con’t)

● Badan sosial adalah badan termasuk yayasan yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan :
○ pemeliharaan kesehatan; dan/atau
○ pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo); dan/atau
○ pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang cacat,
dan/atau
○ Santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, cjan sejenisnya;
dan/atau
○ pemberian bea siswa; dan/atau
○ pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
○ kegiatan sosial lainnya; sepanjang badan sosial tersebut tidak mencari keuntungan;
● Pengusaha kecil termasuk koperasi adalah pengusaha yang pada saat akan menerima hibah jumlah
nilai aktivanya tidak termasuk tanah dan/atau bangunan tidak melebihi Rp 600 000.000,00 (enam
ratus juta rupiah)
Juklak : Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 60/KMK.o4/1994 tanggal 21
Desember 1994 tentang Badan-badan dan Pengusaha Kecil yang Menerima
Harta Hibahan yang Tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan

Pasal 2

● Harta hibahan yang diterima oleh badan-badan dan pengusaha kecil termasuk
koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tidak termasuk sebagai objek
pajak penghasilan sepanjang antara pemberi hibah dengan penerima hibah
tersebut tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan
● Harta hibahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibukukan oleh penerima hibah
sesuai dengan nilai sisa buku harta hibahan.
Biaya yang dapat dikurangkan sebagai pengurangan penghasilan bruto sesuai pasal 6 ayat 1 UU
PPh dan dengan memperhatikan ketentuan mengenai biaya yang tidak dapat dikurangkan
sebagai pengurang penghasilan bruto sebagaimana diatur pada pasal 9 ayat 1 UU PPh yang
berlaku umum termasuk bagi yayasan pendidikan dan yayasan lainnya

Pasal 6 ayat 1 : Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi :

A. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan


B. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak
C. Iuran kepada dana pensiun
D. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
E. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
F. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
G. Biaya bea siswa, magang dan pelatihan
H. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
Penjelasan pasal 6 ayat (1) UU PPh

Huruf A

● Biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran → yang berhubungan langsung
dengan usaha (untuk memelihara penghasilan).
● Bunga pinjaman untuk membeli saham tidak boleh dibebankan selama dividen yang diterima bukan
objek pajak → jadinya dikapitalisasi.
● Pengeluaran pribadi pemegang saham tidak boleh dibebankan
● Harus dalam bentuk uang, natura tidak boleh dibebankan kecuali termasuk natura dalam pasal 9(1)
huruf e.
● Pengeluaran yang dibebankan tidak boleh melewati batas kewajaran yang dipengaruhi oleh
hubungan istimewa
Penjelasan pasal 6 ayat (1) UU PPh

Huruf B: Pengeluaran harta berwujud dan tak berwujud masa manfaat >1 tahun,
penyusutan dan amortisasi
Huruf C: Dana pensiun yang telah disahkan oleh MenKeu
Huruf D: Dimiliki untuk digunakan atau dimiliki untuk 3M (mendapatkan, menagih,
memelihara) penghasilan
Huruf E: pembebanannya dilakukan berdasarkan sistem pembukuan yang dianut, dan
harus dilakukan secara taat asas
Huruf F: dilakukan di indonesia dalam jumlah yang wajar
Huruf G: memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan
Huruf H: Sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba
rugi komersial dan telah melakukan upaya-upaya penagihan maksimal atau terakhir
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap tidak boleh dikurangkan :
a. pembagian laba seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha
bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, usaha asuransi, Lembaga Penjamin Simpanan,
usaha pertambangan, kehutanan, dan limbah industri
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi
tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan kenikmatan

f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia

h. Pajak Penghasilan;

i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya;

j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham;

k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan
Pajak Penghasilan untuk Yayasan
Pendidikan
Jenis penghasilan yayasan pendidikan yang diatur secara khusus dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak:
SE - 34/PJ. 4/1995 tentang perlakuan pajak penghasilan bagi yayasan atau organisasi sejenis

Bagi Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, termasuk penghasilan yayasan adalah:
● Uang pendaftaran dan uang pangkal
● Uang seleksi penerimaan siswa pendidikan
● Uang pembangunan gedung/pengadaan prasarana atau pembayaran lainnya dengan nama
apapun yang berkaitan dengan keberadaan siswa/mahasiswa/peserta pendidikan
● Uang SPP, uang SKS, uang ujian, uang kursus, uang seminar/lokakarya dan sebagainya
● Penghasilan dari kontrak kerja dalam bidang penelitian dan sebagainya
● Penghasilan lainnya yang dikaitkan dengan jasa penyelenggaraan
pengajaran/pendidikan/pelatihan dengan nama dan dalam bentuk apapun
Jenis penggunaan penghasilan bruto yayasan pendidikan yang diatur secara khusus dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak: SE - 39/PJ. 4/1995 tentang Penyuluhan tentang Perlakuan Pajak Penghasilan bagi
Yayasan atau Organisasi Sejenis
Biaya-biaya yang diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Yayasan
Pendidikan antara lain berupa:

● Bunga bank dan biaya-biaya bank lainnya


● Gaji/Tunjangan/Honorarium ● Biaya pemeliharaan kampus
pimpinan/dosen/pengajar/karyawan ● Biaya penyusutan
● Biaya umum/administrasi/alat tulis menulis ● Kerugian karena penjualan/pengalihan
kantor harta
● Biaya publikasi/iklan ● Biaya penelitian dan pengembangan
● Biaya kendaraan ● Biaya beasiswa dan pelatihan
● Biaya kemahasiswaan dosen/pengajar/karyawan
● Biaya ujian semester ● Biaya pembelian buku perpustakaan dan
● Biaya sewa gedung & utilities (;istrik, alat-alat olahraga dan peraga
telepon, air) ● Subsidi/beasiswa bagi siswa yang kurang
● Biaya laboratorium mampu
● Biaya penyelenggaraan asrama ● Pajak Bumi dan Bangunan bagi yang
terkena
Fasilitas Penundaan PPh Untuk Yayasan Pendidikan: Pengakuan Penghasilan dan biaya atas dana
pembangunan gedung dan prasarana pendidikan bagi yayasan sejenis yang bergerak di bidang
pendidikan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-87/PJ/1995 dan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER - 44/PJ./2009 tentang PELAKSANAAN PENGAKUAN SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
BADAN ATAU LEMBAGA NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN/ATAU BIDANG PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Memberi kesempatan pada Yayasan untuk menunda pengenaan PPh atas sisa lebih hasil
usaha (=laba kena pajak untuk perusahaan berorientasi laba) yang kemudian digunakan
untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan

Jadi, atas sisa lebih hasil usaha yayasan pendidikan yang digunakan untuk pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan bukan tidak dikenakan pajak, melainkan hanya ditunda
saja, karena setelah dana tersebut digunakan dan prasarana telah tersedia, atas
prasarana tersebut tidak dapat lagi disusutkan
Pokok-Pokok Penting KEP-87/PJ/1995
Yang mendapat fasilitas penundaan adalah yayasan pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi

Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah dana yang berasal dari sisa lebih

Pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah pembangunan fisik sarana pendidikan
seperti:

● Pembelian tanah untuk pembangunan prasarana pendidikan


● Gedung sarana pendidikan
● Asrama mahasiswa
● Rumah dinas guru, dosen, karyawan
● Peralatan laboratorium, perpustakaan termasuk buku-buku
● Sarana olahraga
● Inventaris kantor
Pokok-Pokok Penting KEP-87/PJ/1995
Untuk pembukuannya:

Sisa lebih yayasan setiap tahun yang digunakan untuk pembangunan gedung & prasarana
pendidikan dialihkan ke rekening dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan

Dr Sisa Lebih Usaha xxx


Cr Dana Pembangunan Gedung/Prasarana xxx

Pembukuan atas penggunaan dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan pada
tahun berjalan dilakukan dengan mendebit rekening aktiva dan rekening dana pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan serta mengkredit rekening kas atau hutang dan rekening
modal yayasan

Dr Gedung/Prasarana xxx
Cr Hutang/Bank xxx
Dr Dana Pembangunan Gedung/Prasarana xxx
Cr Modal Yayasan xxx
Untuk mereklas cadangan dana pembangunan gedung/prasarana ke modal yayasan
Pokok-Pokok Penting KEP-87/PJ/1995
Sisa lebih diakui sebagai penghasilan pada tahun digunakannya untuk pembangunan
gedung/prasarana dan sebesar dana yang digunakan untuk pembangunan merupakan biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pada tahun pajak yang bersangkutan

Untuk mendapat fasilitas penundaan, Yayasan memberitahukan rencana fisik sederhana dan rencana
biaya pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dilampiri dengan pernyataan bahwa dana
pembangunan gedung dan prasarana yang tidak digunakan pada tahun diterimanya, akan digunakan
selambat-lambatnya 4 tahun setelah berakhirnya tahun pajak

Apabila melewati jangka 4 tahun setelah yayasan mengajukan pemberitahuan rencana fisik, yayasan
tidak menggunakan dana pembangunan, maka dana tersebut diakui sebagai penghasilan dan
dikenakan Pajak Penghasilan pada tahun Pajak berikutnya setelah lewat jangka waktu 4 tahun
tersebut ditambah denda 2% per bulan
Pajak Penghasilan untuk Yayasan (badan)
Kesehatan (Rumah Sakit dan sejenisnya) -
khusus
Jenis Penghasilan Yayasan yang bergerak di bidang kesehatan:

1. Uang pendaftaran pelayanan kesehatan


2. Sewa kamar
3. Penghasilan dari perawatan kesehatan (pemeriksaan dokter, operasi,
rontgent, scaning, pemeriksaan laboratorium, general check-up
4. Penyewaan alat-alat kesehatan, ambulance, dsb
5. Penjualan obat
6. Penghasilan lain yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

Surat edaran Direktur Jendral Pajak


Nomor: SE-34/PJ.4/1995
Pajak Penghasilan untuk Yayasan (badan)
Kesehatan (Rumah Sakit dan sejenisnya) -
khusus
Jenis Pengurang Penghasilan Bruto Yayasan yang bergerak di bidang kesehatan:
● Gaji/tunjangan/honorarium ● Perlengkapan RS
perawat/tenaga medis/karyawan ● Transportasi
● Biaya umum ● Biaya penyusutan
● Obat-obatan ● Kerugian penjualan
● Konsumsi karyawan ● Biaya penelitian dan
● Biaya bunga pengembangan
● Pemeliharaan kendaraan, ● Subsidi pasien kurang mampu
investasi, gedung

Surat edaran Direktur Jendral Pajak


Nomor: SE-39/PJ.4/1995
Kewajiban Yayasan atas PPh Potongan
Pungutan

PPh

Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 26
Pasal 4 ayat (2)
Kewajiban PPN
Yayasan memiliki penghasilan lain diluar usaha utama dengan nilai sudah
melewati batasan pengusaha kecil. Contoh:

- Yayasan RS memiliki apotik. Penyerahan obatnya kena PPN, yg transaksinya


bukan dengan pasien rawat inap
- Yayasan pendidikan atau sosial memiliki penggunaan ruang yang disewakan
ke pihak lain
- Pengusahan yang dalam 1 tahun melakukan penyerahan barang kena pajak
atau jasa kena pajak tidak lebih dari Rp 360 juta (barang > jasa)
- Pengusaha yang melakukan penyerahan barang atau jasa kena pajak
(gabungan) tidak lebih dari 180 juta (jasa > barang)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571/KMK


03/2003 Pengusaha kecil adalah pengusaha yang
melakukan penyerahan BLP dan JKP tidak lebih dari
600 juta setahun
Yayasan Melakukan
Kegiatan Membangun
Sendiri untuk Gedung dan
Prasarana Kegiatan
554 / KMK.04/2000 Jo. 320 / KMK. 03 / 2002 Jo.
KEP-387 / PJ / 2002 Jo. SE-45 / PJ. 53 / 2002
Syarat yang dikenakan PPN

1. Bangunan yang didirikan merupakan bangunan untuk ditempat tinggal atau


tempat usaha
2. Luas bangunan 400 meter persegi atau lebih
3. Setelah 1 Juli 2002 syarat luas bangunan adalah 200 meter persegi atau
lebih
4. Konstruksi utama bangunan bersifat permanen (tahan 25 tahun atau lebih)
5. Bangunan bersifat permanen artinya konstruksi utama bangunan tahan
sampai dengan 25 tahun atau lebih
6. Silakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan

Bila permulaan membangun sendiri terjadi pada atau


setelah 1 Januari 1995 (Butir 3.1 SE-07 / PJ.53 / 1995)
Dasar Pengenaan Pajak dan PPN

Dasar Pengenaan
Pajak
40% x jumlah biaya yang
dikeluarkan setiap bulan (tidak
termasuk perolehan tanah)

PPN yang terutang


10% x dasar
pengenaan pajak
Dasar Pengenaan Pajak dan PPN

01 Seluruh biaya 03 Terutang oleh 05 Pelaporan


yang orang pribadi paling lambat
dikeluarkan sejak dibangun 20 bulan
sampai selesai penyetoran

02 Terjadi pada 04 PPN paling 06 Kegiatan


atau setelah 1 lambat 15 membangun
januari 1995 bulan sendiri dilakukan
(SE-07/PJ. berikutnya PKP, PPN yang
53/1995) tercantum dalam
SSP
Membangun sendiri kawasan Real Estat

Tanahnya
diperoleh tanggal 1 Bangun sendiri Sejak 1 Spetember
Januari 1995 dan sebelum 1 batas luas
setelahnya masuk september 2002 bangunan 200m2
PKP Real Estate masuk PPN atau lebih
Pengembang
Thank You
Pertanyaan
1. Amelia (Kel. 4) → adakah kasus tentang yayasan yang tidak melaporkan
pajak, apa sanksinya?
2.

Anda mungkin juga menyukai