Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang Masalah

Persewaan tanah dan bangunan yang dilakukan untuk kegiatan usaha

memang harus dilakukan oleh setiap pengusaha yang ingin

mengembangakan usaha dan bisnisnya, hal ini dilakukan agar usaha yang

dilakukan dpat dikenal luas. Hasil dari Persewaan tanah dan bangunan

terdapat unsur pajak yang untuk di potong dan dilaporkan oleh para

pengusaha baik itu berupa badan maupun perorangan. Hal ini dilakukan

Negara untuk kesejahteraan bangsa guna mensukseskan program progam

pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi dan masyarakat pada

umumnya.

Analisis Perhitungan sebelum dilakukan Pemotongan dan pelaporan

pajak dari hasil persewaan tanah dan bangunan sangatlah diperlukan agar

tidak terjadi kesalahan dalam pemotongan dan pelaporan pajak. Analisis

pemotongan pajak penghasilan yang di dapat dari persewaan tanah dan

bangunan ini berdasarkan pada PPH pasal 4 ayat 2 yang dimana setiap

potongan bersifat final dengan tarif 10 %, karena tarif yang dikenakan

10% terkadang membuat orang bingung apakah tarif yang dikenakan

1
adalah PPN atau tarif PPH pasal 4 ayat 2 sehingga membuat si pemotong

bingung dalam pelaporan pajaknya.

Dengan demikian berdasarkan latar belakang yang telah penulis

kemukakan diatas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana

pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 atas persewaan tanah dan bangunan Pada

PT. EASTWEST MEDIKA. Melalui teori yang didapat penulis

diperkuliahan pada bidang akuntansi dalam mata kuliah Perpajakan

Khusunya Pada PPh Pasal 4 AYAT 2.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul”

ANALISIS PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PPH FINAL PASAL 4

AYAT 2 ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH ATAU

BANGUNAN DI PT. EASTWEST MEDIKA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka yang menjadi pokok

masalah dalam penyusunan tugas akhir ini dapat diidentifikasikan sebagai

berikut:

1. Kurangnya pengetahuan tentang mekanisme pemotongan PPh Pasal 4

ayat 2 atas Persewaan Tanah dan Bangunan

2. Terjadi kekeliruan perhitungan dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 4 Ayat 2 atas Persewaan Tanah dan Bangunan

3. Masih adanya sebagian Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang

memahami tentang Peraturan Perpajakan yang terjadi atas Persewaan

Tanah dan Bangunan.

2
C. Pembatasan Masalah

Begitu luasnya permasalahan yang akan dibahas berdasarkan

permasalahan yang telah diidentifikasi diatas, maka penulis dalam tugas

akhir ini hanya membatasi pada kasus yang terjadi di PT. Eastwest

Medika.

1. Menurut (Purnandito 2013:1) Pajak adalah kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Menurut Dr, Waluyo, M.Sc, Ak “Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat

(2) merupakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Yang dimaksud

dengan final adalah, bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak

telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final

tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak

penghasilan yang bersifat tidak final”.

3. Tempat penelitian yang penulis pilih sebagai bahan untuk tugas akhir

saya yaitu PT. Eastwest Medika di Jalan Darmawangsa Squere lantai 2

unit 52-53, Jalan Darmawangsa VI, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

4. Waktu yang ditentukan oleh perusahaan tempat riset penulis terhitung

dari tanggal 1 September 2014 sampai dengan 31 Oktober 2014.

3
5. Data penelitian ini hanya dibatasi pada data-data yang berkaitan

dengan Pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 atas sewa tanah dan bangunan

PT. Eastwest Medika.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang diangkat mengenai Analisis

pemotongan atas Penghasilan persewaan tanah atau bangunan, maka

terdapat beberapa perumusan masalah yang akan dibahas, yaitu:

1. Bagaimana Mekanisme Pemotongan, Perhitungan, Pembayaran dan

Pelaporan PPh Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan persewaan tanah atau

bangunan di PT. Eastwest Medika ?

2. Apakah Proses Pemotongan, Perhitungan, Pembayaran dan pelaporan

PPh Pasal 4 Ayat 2 pada PT. Eastwest Medika sudah sesuai dengan

peraturan Perpajakan ?

E. Tujuan

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis dan mengevaluasi proses Perhitungan,

Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat 2 yang digunakan

PT. Eastwest Medika sesuai dengan peraturan perpajakan dan

b. Untuk mengetahui proses pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 pada PT.

Eastwest Medika dalam melakukan tugasnya sebagai pihak yang

melakukan perhitungan dan pemotongan atas pajak penghasilan

dari persewaan tanah atau bangunan .

2. Manfaat

4
a. Manfaat Teoritis

1) Manfaat Teoritis

Adapun manfaat tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai

berikut:

a) Bagi Penulis

(1) Untuk memberikan pengetahuan dan menambah

wawasan dalam bidang perpajakan khususnya dalam

perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 atas

Persewaan Tanah Atau bangunan.

(2) Untuk mendapatkan pengalaman langsung mengenai

bagaimana perhitungan Pajak Penghasilan atas

Persewaan Tanah Atau Bangunan

(3) Untuk mengetahui salah satu syarat dalam

mendapatkan gelar diploma tiga Fakultas Ekonomi

Jurusan Akuntansi Perpajakan di Universitas Pamulang.

b) Bagi Universitas Pamulang

(1) Untuk melengkapai literatur sebagai bahan bacaan

khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan

Akuntansi Perpajakan di Universitas Pamulang.

(2) Menjadi sarana dalam menajalin hubungan kerja antara

Universitas dengan perusahaan yang dijadikan objek

penilitian.

c) Bagi Peneliti selanjutnya

5
Dapat digunakan sebagai referensi bagi tugas akhir lainnya

dalam kegiatan akademis.

3. Manfaat Praktis Bagi Perusahaan

a. Menjadikan bahan sarana dan prasarana dalam menjalin kerjasama

dengan lembaga pendidikan.

b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam

perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 atas Persewaan

Tanah atau bangunan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan ini. Dibuat suatu kerangka

pembahasan dalam bentuk bab yang dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan,

manfaat dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendukung

penulis dalam laporan ini, yaitu teori-teori yang berkaitan

dengan sistem pemotongan Pajak Pengasilan Pasal 4 Ayat 2

atas Persewaan Tanah dan Bangunan.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil dan pembahasan analisis yang

telah dilakukan pada PT. Eastwest Medika mengenai

6
perhitungan, pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan

(PPh) pasal 4 Ayat 2 atas Penghasilan Persewaan Tanah atau

Bangunan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang

dikemukakan oleh penulis pada objek yang diteliti.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pajak

Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.

dalam bukunya “Perpajakan Edisi Revisi” (Mardiasmo.2004): “Pajak adalah

iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat kontraprestasi, yang langsung dapat

ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran untuk

kepentingan umum.” Unsur-unsur yang dimiliki dari pengertian pajak

tersebut diatas:

1. Dipungut dari semua rakyat yang menurut Undang-undang

wajib membayar pajak.

2. Dimaksudkan untuk mengisi kas negara (Anggaran Pendapatan

Belanja Negara/APBN).

3. Dapat dipaksakan dalam pembayarannya karena diatur oleh

Undang- undang.

4. tidak mendapatkan balas jasa secara langsung pada saat rakyat

membayar pajak kepada Negara tetapi,

5. digunakan untuk kepentingan umum, artinya tidak terbatas pada

sebagian orang saja tetapi menyeluruh untuk seluruh rakyat baik yang

membayar pajak maupun yang belum membayar pajak.

8
B. Pembagian pajak

1. Pajak menurut golongan dibagi menjadi 2:

a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban wajib

pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebannya dapa

dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2. Pajak menurut sifatnya dibagi menjadi 2:

a. Pajak subjektif adalah pajak yang mendasarkan pemungutannya

dengan memperhatikan subjek pajak (Wajib Pajak secara

subjektif) Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak objektif adalah pajak yang mendasarkan pemungutannya

pada objek pajak saja tanpa memperhatikan subjek pajaknya Contoh:

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPN dan PPNBM).

3. Pajak menurut pemungutnya dibagi menjadi 2:

a. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

yang digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh:

Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPNBM), Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah

9
terdiri atas:

1) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor.

2) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,

Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.

(Mardiasmo.2004)

C. Fungsi Pajak

Fungsi pajak ada dua yaitu:

1. Fungsi pendanaan (budgeter), yaitu pajak berfungsi sebagai sumber dana

bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Ditunjukkan

dengan masuknya Pajak ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara.

2. Fungsi mengatur (regulerend), yaitu fungsi pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

Contoh: PPnBM, Pajak Ekspor 0% dan lain-lain.

D. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak ada 2 yaitu :

1. Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pemerintah untuk menghitung/menentukan

jumlah pajak terutang dan menagihkan kepada Wajib Pajak.

2. Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang

memberikan wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung

10
dan melaporkan jumlah harta kekayaan dan pajak terutang ke Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) dan menyetorkan pembayaran sendiri pajaknya

ke Kantor Kas Negara.

3. Witholding System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong dan memungut

besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

E. Pajak Penghasilan (PPh)

Bab I Pasal 1 UU PPh tentang ketentuan umum menyatakan bahwa “ Pajak

Penghasilan dikenakan terhadap Wajib Pajak atas penghasilan yang diterima

atau diperolehnya dalam tahun pajak “.

Ketentuan umum tersebut merupakan ketentuan yang menjadi

dasar dan menjiwai ketentuan pada pasal-pasal berikutnya. (Muda

Markus.2005) Jiwa dari ketentuan Pasal 1 menyatakan bahwa Pajak

Penghasilan termasuk dalam kelompok pajak langsung, yaitu jenis pajak

yang pengenaannya dilakukan secara periodik dan secara yuridis beban

pajaknya tidak boleh dialihkan kepada pihak lain selain pihak yang telah

ditentukan dalam UU PPh. Pengunaan frasa “dalam tahun pajak“ dalam

ketentuan Pasal 1 tersebut menunjukkan bahwa PPh dikenakan secara

periodik setahun sekali, tidak secara isidentil setiap kali terjadinya

peristiwa penerimaan penghasilan. Dalam ketentuan Pasal 1 juga

menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan termasuk dalam kelompok pajak

subjektif, yaitu jenis pajak yang terlebih dahulu menekankan Subjek

Pajak baru kemudian Objek Pajak yang maksudnya dalam

11
menentukan peristiwa atau transaksi atau kasus yang dikenai atau tidak

dikenai PPh, yang lebih dahulu dianalisis adalah Subjek PPh baru

kemudian Objek PPh dan penghitungan besarnya PPh. Dasar hukum:

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1991, Undang-Undang

Nomor 10 tahun 1994, dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No.17

Tahun 2000 mengatur mengenai pajak atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh oleh orang pribadi dan badan.

F. Subjek Pajak Penghasilan

1. Subjek Pajak Dalam Negeri

a. Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, orang pribadi yang

bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di

Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau

orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada diIndonesia

dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

b. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri, badan yang didirikan

menurut hukum Indonesia atau bertempat kedudukan di

Indonesia.

c. Warisan yang Belum Terbagi (jika pewarisnya sebelum

meninggal dunia berdomisili di Indonesia dan warisannya

belum terbagi)

2. Subjek Pajak Luar Negeri

a. Subjek Pajak Luar Negeri Selain BUT

12
1) Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri Selain BUT (tidak

berdomisili di Indonesia tetapi menerima atau memperoleh

penghasilan dari sumber di Indonesia)

2) Subjek Pajak Badan Luar Negeri Selain BUT (tidak

didirikan menurut hukum Indonesia atau tidak bertempat

kedudukan di Indonesia, tetapi menerima atau memperoleh

penghasilan dari sumber di Indonesia)

b. Subjek Pajak Luar Negeri BUT atau disingkat Subjek Pajak BUT

Subjek Pajak Luar Negeri BUT sebenarnya terdiri dari Subjek

Pajak Orang Pribadi Luar Negeri BUT dan Subjek Pajak Badan

Luar Negeri BUT. Tetapi karena perlakuan PPh terhadap keduanya

sama, maka keduanya desatukan dengan satu nama yaitu Subjek

Pajak Luar Negeri BUT (orang pribadi yang tidak berdomisili di

Indonesia tetapi melakukan kegiatan usaha melalui BUT di

Indonesia, atau badan yang tidak dirikan menurut hukum Indonesia

atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia tetapi melakukan

kegiatan usaha melalui BUT di Indonesia)

G. Bukan Subjek Pajak Penghasilan

1. Badan perwakilan negara asing

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat atau pejabat lain dari

negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka,

13
dengan syarat:

a. Bukan warga negara Indonesia,

b. Mereka tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di

luar jabatan atau pekerjaannya tersebut di Indonesia, dan

c. Negara yang bersangkutan memeberikan perlakuan timbal

balik.

3. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat:

a. Indonesia menjadi anggoa organisasi tersebut, dan

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman

kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi intenasional yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat:

a. Bukan warga negara Indonesia, dan

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia.

H. Objek Pajak Penghasilan

Yang menjadi objek pajak penghasilan adalah penghasilan. Menurut

Pasal 4 ayat (1) UU PPh mendifinisikan ‘penghasilan’ sebagai ‘Setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib

Pajak, baik yang bersal dari Indonesia maupun dari luar Indonesi, yang

dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib

14
Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, pensiun, premi asuransi jiwa, kesehatan, yang

dibayar pemberi kerja/imbalan dalam bentuk apapun.

2. Hadiah dari undian/pekerjaan/kegiatan dan penghargaan.

3. Laba usaha

4. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta.

5. Penerimaan kembali beban pembayaran pajak yang telah

dibebankan sebagai biaya.

6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun.

8. Royalti

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

10. Premi asuransi

I. Bukan Objek Pajak Penghasilan

1. Bantuan atau sumbangan

2. Warisan

3. Aktiva yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyertaan modal.

J. Pengecualian dari Pemajakan PPh secara Periodik (PPh Final)

PPh dikelompokkan kedalam kelompok pajak langsung karena PPh

15
dipajaki secara periodik setahun sekali. Tetapi dalam Pasal 4 ayat (2), Pasal

21 ayat (5), Pasal 22 ayat (3) UU PPh dan dalam beberapa Keputusan

Menteri Keuangan yang mendapat ‘wewenang’ dari ketentuan Pasal 15 dan

Pasal 19 ditentukan bahwa penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh

WP Dalam Negeri dan WP BUT dipajaki tidak secara periodik tetapi secara

isidentil, yaitu dipajaki langsung pada saat timbulnya (diterima atau

diperolehnya) penghasilan tersebut dan sifat dari pemajakan tersebut bersifat

final, tidak sebagai uang muka PPh sehingga PPh yang bersifat final tersebut

tidak bisa dikreditkan dengan PPh Tahunan Terutang pada akhir tahun

pajak. Dan penghasilan yang dikenai PPh bersifat final tersebut juga tidak

digabungkan atau diperhitungkan dengan penghasilan lain yang dikenai PPh

Tahunan.

Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan pengecualian dari ketentuan umum

yang berlaku bagi PPh, yaitu pemajakan secara periodik setahun sekali.

(Muda Markus.2005)

K. Penghasilan yang dikenai PPh Final Pasal 4 ayat (2)

Penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh WP Dalam Negeri

atau WP BUT dan yang dikenai PPh pada saat timbulnya penghasilan

tersebut dan bersifat final. Berdasarkan Ketentuan Pasal 4 ayat (2) UU PPh:

1. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan oleh

WP Orang Pribadi Dalam Negeri, WP Badan Dalam Negeri berbentuk

Yayasan dan Organisasi sejenisnya.

2. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan.

16
3. Penghasilan berupa bunga deposito/tabungan yang ditempatkan di

bank-bank di Indonesia dan penghasilan berupa diskonto SBI.

4. Penghasilan bungan dan diskonto obligasi yang diperdagangkan

dan/atau dilaporkan perdagangannya di bursa efek di Indonesia.

5. Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek

Indonesia.

6. PPh Final atas penghasilan perusahaan modal ventura dari

transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada

perusahaan pasangan usaha.

7. PPh Final atas penghasilan dari usaha dari jasa kontruksi.

8. Penghasilan berupa hadiah undian.

L. Pajak Penghasilan Final atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan

atau Bangunan.

Pajak penghasilan penyewaan sebidang tanah dan atau suatu

bangunan adalah pajak penghasilan berupa sewa tanah dan atau

bangunan berupa tanah rumah, rumah susun, apartemen, kondominium,

gedung perkantoran, pertokoan, atau pertemuan termasuk bagiannya,

rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan,

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002 dan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 120/KMK.04/2002,

penghasilan yang diterima dari persewaan dan atau bangunan tersebut

dikenakan Pajak Penghasilan Final. (Atep Adya Barata- Jajat

17
Djuhadiat.2004)

Dasar hukum:

1. UU No. 17 tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan.

2. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2002 tentang Pembayaran Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Sewa Tanah dan atau Bangunan.

3. Keputusan Menteri Keuangan No.120/KMK.04/2002 Tentang

Pembayaran dan Pemotongan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari

Persewaan Tanah dan atau Bangunan.

4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP- 227/PJ/2002 tentang Tata

Cara Pemotongan dan Pembayaran, serta Pelaporan Pajak Penghasilan

dari Persewaan Tanah dan atau Bangunan. (Waluyo- Wirawan B.

Ilyas.2007)

M. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan atas Persewaan Tanah dan atau

Bangunan Subjek pajak yang menjadi Wajib Pajak dari pajak penghasilan

atas penyewaan tanah dan atau bangunan ini adalah orang pribadi atau

badan yang memperoleh penghasilan dari sewa tanah dan atau

bangunan. Objeknya adalah sewa tanah dan atau bangunan. Pengenaan

pajak penghasilan atas persewaan tanah atau bangunan tersebut

bersifat final.

N. Contoh Perhitungan PPH Pasal 4 Ayat 2

1. Perhitungan Atas Sewa Tanah atau Bangunan CV Polan (badan memiliki

NPWP) membayar kepada Tuan A sebesar Rp10.000.000,-. atas sewa

18
toko. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong CV Polan :

Rp10.000.000,- x 10% = Rp1.000.000,-

2. Perhitungan PPH Pasal 4 ayat 2 atas penerimaan jasa konstruksi

CV Polan (badan memiliki NPWP) menerima penghasilan atas jasa

kosntruksi yang diserahkannya ke Dinas Pendidikan kota A sebesar

Rp500.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong

Dinas Pendidikan Kota A atas penghasilan yang diterima CV Polan :

Rp500.000.000,- x 2% = Rp10.000.000,-

BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL

A. SEJARAH PENDIRIAN

EastWest adalah pusat fisioterapi, didirikan pada bulan Juli 2005 yang

dimulai oleh dua dokter yang mempunyai pendidikan di Australia dan

Amerika Serikat, dalam kemitraannya dengan perusahaan kesehatan yang

berkedudukan di Australia mulai mengembangkan usaha kesehatannya

yang saat ini kepemilikannya mayoritas dimiliki oleh Pantai Indah Kapuk

Hospital. Kemitraan ini memastikan bahwa semua aspek manajemen

pasien dilakukan sesuai dengan bukti dan obat-obatan terbaik dan standar

19
internasional.

EastWest bekerja sama dengan banyak dokter dan ahli bedah serta

konsultan Indonesia dan luar negeri. Saat ini pusat pilihan yang lebih

disukai oleh sebagian besar Singapura ortopedi, bedah saraf, dan konsultan

kedokteran olahraga untuk merujuk pasien mereka untuk serta

menindaklanjuti pengobatan mereka ke Indonesia.

B. VISI DAN MISI

1. Visi

EastWest mempunyai visi untuk memberikan standar layanan medis

yang sangat tinggi.

2. Misi

Misi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui

praktek berbasis bukti dan penelitian terbaru serta Pengobatan yang

efisien dan efektif oleh praktisi berpengalaman.

C. BAGAN DAN STRUKTUR ORGANISASI

3.1 Gambar Struktur Organisasi

PT. EASTWEST Indonesia

20
Director

Quality Control Research And Finance And


Operation Div
Div Development DIV Accounting

Research And Admin Finance


SPV SPV External Relation Internal Relation
Development Div And Cashier

Admin, Logistic,
Research And front Desk &
QC QC HRD, Legal,
Development Div Custemer Care
General Afair

Sumber PT.EASTWEST Indonesia

PT. EAST WEST memiliki beberapa departemen yang mempunyai

peranan penting sesuai dengan fungsi dan deskripsi kerjanya masing-

masing Seperti seorang Director membawahi langsung emapt divisi

managerial yaitu :

1. Quality Control Divisi

2. Research And Development Div

3. Finance And Accounting

4. Operation Divisi

Devisi managerial membawahi langsung beberapa departemen yang

bertanggung jawab langsung kepada divisi managerial dan setiap

departemen dipimpin oleh supervisi adapun uraian tugas nya adalah

21
sebagai berikut :

1. Quality Control

a. Melakukan pemeriksaan terhadap jalannya proses pengobatan

untuk memastikan kesesuaian prosedur

b. Memonitor kualitas material serta hasil dari jasa dengan

perbandingan kualitas standar

c. Menyusun dan menyiapkan dokumen-dokumen QC dan data

pengobatan pasien

d. Menganalisa permasalahan yang timbul pada kualitas proses dan

hasil therapy

e. Menyusun ususlan pemecahan masalah yang terkait dengan

kualitas proses dan hasil therapy

2. Research and Development (R&D)

a. Bertanggung jawab untuk segala aktivitas riset dan pengembangan

di perusahaan.

b. Bertanggung jawab untuk memastikan kualitas performansi dalam

perusahaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

perusahaan.

c. Bertanggung jawab mengelola sejumlah dana tertentu yang telah

dianggarkan perusahaan untuk riset dan pengembangan. Research

And Devlopment melakukan test dan tak jarang membuat alat test

sendiri dan terus mengembangkan teknologi baru untuk

meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan.

22
d. Research And devlopment adalah bagian yang dihubungi apabila

pihak luar hendak melakukan kerjasama dengan perusahaan

berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa untuk aktivitas riset

dan pengembangan perusahaan.

3. Finance dan Akuntansi

a. Mengendalikan kegiatan-kegiatan Bidang Keuangan.

b. Mengendalikan program dan pendapatan pengeluaran keuangan.

c. Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan

serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

e. Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur

Umum.

f. Membentuk, menganalisa dan menginterpretasikan data statistik

maupun informasi keuangan, sehingga dapat memberikan penilaian

yang independent mengenai rasio atau perbandingan antara hasil

operasi (tingkat keuntungan) dan kinerja terhadap anggaran, dan

hal-hal lain terkait dengan perpajakan maupun tingkat ke-efektif-an

operasional perusahaan

g. Bertanggung jawab secara langsung untuk mengevaluasi kinerja

staf maupun manajer Bagian Accounting. Kemampuan untuk

memberikan pelatihan terhadap karyawan adalah diperulan,

bertugas untuk menjaga keterampilan staf di bagian keuangan dan

accounting agar tetap berada di level yang terbaik, boleh

23
memberikan rekomendasi untuk mengangkat maupun

memberhentikan staf maupun manajer di bagian accounting dan

keuangan.

h. Menjaga sistem akuntansi dan pencatatan transaksi maupun aset

perusahaan.

i. Berpartisipasi di dalam menyusun anggaran dan peramalan

keuangan, institusi, dan pengawasan terhadap perencanaan,

pelaksanaan prosedur, analisa dan pelaporan selisih.

j. Bertanggung jawab terhadap perencanaan perpajakan, sejalan

dengan peraturan Ditjen Pajak terkait dengan peraturan pemerintah

setempat mengenai penggajian dan pengupahan, serta peraturan

lainnya terkait dengan perpajakan.

4. Operation Divisi

a. Bertanggung jawab dalam penyediaan pergudangan dan

penyediaan bahan baku ( lokal maupun import )

b. Bertanggung jawab dalm masalah transportasi bahan baku dan

barang produksi.

c. Menjual barang / jasa dari perusahaan PT. EastWest sesuai dengan

target yang telah ditentukan oleh perusahaan tersebut

d. Mencari pelanggan / costumers perusahaan.

e. Menerangkan / menjelaskan tentang produk perusahaan semenarik

mungkin kepada pelanggan agar pelanggan tertarik.

f. Melakukan pengenalan terhadap sampel perusahaan

24
g. Menjawab telepon masuk dan menghubungkannya dengan orang

yang bersangkutan.

h. Menerima pesan dari penelepon dan menulisnya apabila orang

yang dicari tidak ada di kantor.

i. Melaksanakan penyiapan ruang meeting dan kebutuhannya sesuai

dengan jenis aktivitas, meeting mingguan, interview ataupun

kedatangan tamu.

j. Melaksanakan dan membantu kegiatan persiapan surat menyurat

dan pengiriman sampel.

k. Melaksanakan dan membuat surat jalan, invoice dan faktur pajak

sesuai dengan arahan accounting supervisor dan logistic

supervisor.

l. Melaksanakan kegiatan dokumentasi dan pengarsipan surat jalan,

invoice dan faktur pajak.

m. Memberikan dukungan administrasi bagi kelancaran kegiatan

kantor dan lab.

n. Melaksanakan photocopy dan penjilidan kebutuhan kantor.

o. Mengawasi dan memonitor kebersihan dan kenyamanan ruang

kantor.

p. Melaksanakan penagihan sesuai dengan arahan accounting dept.

D. Mekanisme Pengenaan Pajak Pengahsilan (PPH) Pasal 4 Ayat 2 Atas

Sewa Tanah Dan Bangunan.

Berdasarkan Ketentuan UU PPh Pasal 4 Ayat (2) salah satu

25
enghasilan yang dikenai PPh yang bersifat Final antara lain

adalah Penghasilan dari Sewa Tanah dan atau Bangunan. Dengan

dasar hokum Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 Tanggal

18 April 1996 dan KMK Nomor 394/KMK.4/1996 Tanggal 15 Juni

1996 yang mengatur masalah pengenaan Pajak Penghasilan atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Persewaan Tanah dan

atau Bangunan yang diperbaharui dengan Peratuan Pemerintah Nomor

5 Tahun 2002 Tanggal 23 Maret 2002 tentang Pembayaran Pajak

Penghasilan dari Persewaaan Tanah dan atau

Bangunan.(www.pajak.co.id, 23 Juni 2008) Sebagai aturan pelaksanaan

dari Peraturan Pemerintahan No.5 tahun 2002, telah ditetapkan pula

Keputusan Menteri Keuangan No.120/KMK/.03/2002

pada tanggal 1 April 2002 yang merupakan perubahan dari

Keputusan Menteri Keuangan No.394/KMK.04/1996. Sedangkan

Tatacara Pemotongan dan Pembayaran, serta Pelaporan Pajak

Penghasilan dari Persewaan Tanah dan atau Bangunan diatur

melalui Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-227/PJ/2002 tanggal 23

April 2002. (www.pajak.co.id, 23 Juni 2008) Pengertian dari tanah dan

atau bangunan yang dimaksudkan adalah tanah, rumah, rumah susun,

apartemen. kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, atau gedung

pertemuan, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan

industri, dan lain-lain termasuk bagiannya yaitu areal didalam maupun

diluar gedung yang merupakan bagian dari gedung tersebut,

26
terutang atau dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat Final. Sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002, pelaksanaan

atau sistem pemajakan PPh Final atas penghasilan dari

persewaan tanah dan atau bangunan dapat dilakukan dengan dua

system yaitu, sebagai berikut:

1. Sistem pemotongan oleh penyewa jika penyewa adalah pemotong

PPh Final , dalam hal ini penyewa adalah:

a. Badan Pemerintah

b. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri

c. Penyelenggara Kegiatan

d. Bentuk Usaha Tetap

e. Kerja sama operasi

f. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

g. Orang pribadi yang ditetapkan oleh Diektorat Jenderal Pajak.

h. Sistem pemajakan sendiri oleh pihak yang menyewakan tanah

dan atau

i. bangunan jika yang menyewa bukan pemotong PPh Final,

atau jika pemotong PPh Final tidak atau lupa memotongnya

ketika membayar penghasilan atas sewa tersebut.

j. Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang ditentukan dari

persewaan tanah dan atau bangunan berdasarkan PP No.5 tahun

2002 adalah ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari

jumlah bruto nilai persewan tanah dan atau bangunan dan bersifat

27
final.

2. Rumus umum:

PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Sewa Tanah dan atau Bangunan:

10% x jumlah bruto nilai persewaan

Yang dimaksud dengan jumlah bruto nilai persewaan sesuai

dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 227/Pj/2002

adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa

dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang berkaitan dengan

tanah dan atau bangunan yang disewa, termasuk biaya

perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas

lainnya dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara

terpisah maupun disatukan dengan perjanjian persewaan yang

bersangkutan.

E. Perhitungan Pengenaan Pajak Pasal 4 Ayat 2 atas sewa Tanah Dan

Bangunan.

PT. EASTWEST menyediakan tanah dan bangunan yang terletak

di kawasan Sudirman City Walk 2f/17 dan 18 serta bangunan di wilayah

Darmawangsa Squere Jakarta untuk disewakan untuk disewakan pada

masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha serta berbisnis.

Berdasarkan keterangan yang penulis terima, penghitungan PPh

Final atas sewa tanah dan atau bangunan yang dilakukan oleh PT.

28
EASTWEST, dalam hal ini adalah sebagai objek penelitian bagi

penulis, secara garis besar dapat dirumuskan sesuai dengan perjanjian

yang telah dibuat oleh PT. EASTWEST dengan kedua pihak penyewa.

Dari perjanajian itu timbulah besarnya nilai sewa yang sudah

disepakati, dimana nilai atas sewa itu akan dikenai PPh Final Pasal 4

ayat (2) atas sewa tanah dan atau bangunan.PT. EASTWEST membuat

perjanjian atas sewa dengan pihak yang akan menyewa perihal

permohonan sewa tanah dan atau bangunan, perjanjian itu berlaku

dalam jangka waktu sewa untuk …….dimulai bulan…… sampai

berakhirnya masa kontrak yaitu ditentukan bulan……. Kewajiban

pembayaran/pelunasan atas sewa oleh pihak penyewa dilakukan

langsung pada saat dibuatnya perjanjian kontrak tersebut. Pada ….. PT.

EASTWEST membuat perjanjian dengan dua pihak penyewa, dan atas

perjanjian itu P T . E A S T W E S T mendapat pelunasan untuk sewa

s e l a m a … sebesar Rp…… dimana harga tersebut sudah termasuk

Biaya perawatan gedung . Harga sewa didapat dari perkalian luas tanah

dengan besaran tarif fasilitas barang dan jasa yang dikelola

PT.EASTWEST, dimana besaran tarif tersebut sudah

ditentukan, Berikut adalah table jumlah potongan yang dikelola

PT.EASTWEST:

Tabel 3.1 : jumlah Potongan dan Tarif Sewa yang dikenakan

BUKTI JUMLAH PPH LOKASI TANAH DAN


NO NAMA
POTONGAN POTONGAN YANG DI

29
POTONG/ BANGUNAN
PUNGUT
PT. DUTA
SUDIRMAN CITY WALK
1 ANGGADA REALTY. 000015/PPH4/2014 30.956.095 3.095.610
2F/17
TBK
PT. DUTA
SUDIRMAN CITY WALK
2 ANGGADA REALTY. 000016/PPH4/2014 47.852.550 4.785.255
2F/18
TBK
JOHANNES TEDJA DARMAWANGSA
3 000017/PPH4/2014 94.334.625 9.433.463
PRANATA SQUARE UNIT 67
Sumber : PT.EASTWEST Indonesia

Dari table diatas didapat perhitungan dari PT. Duta Anggada Realty

TBk. Dan Tuan Johannes Tedja Pranata dengan perhitungan

potongan sebagai berikut :

1. PT. Duta Anggada Realty. TBK menyewa dua ruangan untuk

dijadikan kantor jalan sudirman City Walk di no 2F/ 17 dengan

nilai sewa Rp 30.956.095 setahun sedangkan Ruangan di no

2f/18 sewa perbulannya adalah 47.852.550 berapa penghasilan

dari sewa tanah yang di dapatkan PT.EASTWEST :

a. Sudirman City Walk No.2F/17

10 % X dari Jumlah Bruto Sewa Sebulan

30.956.095 X 10% = 3.095.610

Besarnya PPH final yang harus disetorkan adalah: 3.095.610

b. Sudirman City Walk No. 2f/18

10% X dari Jumlah Bruto Sewa Sebulan

47.852.550X 10% = 4.782.225

2. Tuan Johannes Tedja Pranata menyewa lahan pada PT.

30
EASTWEST yang terletak dijalan Darmawangsa Square Unit 67

untuk dijadikan tempat usaha dengan sewa pertahun Rp.

94.334.625 berapakah pph terutangnya:

10% X dari jumlah Bruto Sewa sebulan

94.334.625 X 10% = 9.433.463

Kenyataannya, dalam kasus penghitungan PPh Final atas sewa

tanah dan atau bangunan pada kantor P T . E A S T W E S T tidak

sesuai dengan penghitungan yang dinyatakan dalam Peraturan

Pemerintah bahwa PPh Final atas sewa tanah dan atau bangunan

adalah 10% dikalikan nilai bruto dari sewa tanah dan/atau

bangunan tersebut. PT. EASTWEST melakukan penghitungan

dengan terlebih dahulu mencari nilai DPP (Dasar Pengenaan

Pajak) dari nilai bruto sewa, setelah didapat nilai DPP baru

kemudian dikalikan dengan tarif 10%, dengan penjelasan :

1. PT. Duta Anggada Realty. TBK 2f /17

10% x DPP

DPP = Nilai Sewa X 100/110

= RP.30.956.095 x 100/110

= 28.141.904.54

Besarnya PPh Final yang disetorkan:

10% x Rp. 28.141.904.54 = Rp. 2.814.190,45

2. PT. Duta Anggada Realty. TBK 2f /18

DPP = Rp.47.852.550 X100/110

31
= Rp. 43.502.318,18,18

Besarnya PPH Final yang Disetorkan :

10% X Rp.43.502.318,18,18 = 4.350.231,818

3. Tuan Johannes Tedja Pranata

DPP = Rp. 94.334.625 X 100/110

= Rp. 85.758.750.

Besarnya PPh Final yang harus disetorkan:

10% x Rp. 85.758.750 = Rp. 8.575.875

Total jumlah yang harus disetorkan sebesar:

Rp. 2.814.190,45+ Rp. 4.350.231,818+ Rp. 8.575.875 = Rp.

15.740.297.268 Cara perhitungan yang dilakukan disarankan

langsung oleh fiskus selaku pihak pengawas pelaksana

perpajakan .karena adanya ketidak sesuaian dengan PP No.5

tahun 2002 maka terjadi selisih pph sebesar Rp.1.574.030,732.

Selisih itu menunjukkan bahwa pajak yang ditanggung

oleh PT.EASTWEST lebih kecil dari pajak yang harus

ditanggung sebenarnya menurut penghitungan sesuai rumus

umum PPh Pasal 4 ayat (2) Final atas sewa tanah dan/atau

bangunan.

F. Penyetoran dan pelaporan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Sewa

Tanah dan atau Bangunan.

Setelah dapat ditentukan besarnya utang PPh Final atas

penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan yang timbul pada

32
saat menerima penghasilan wajib disetorkan ke kas Negara. Dengan

dua sistem pemajakan yang tersebut diatas penyetoran bisa dilakukan

oleh penyewa jika penyewa adalah Pemotong PPh Final, atau

disetorkan sendiri oleh pihak yang menyewakan jika penyewa

bukan pemotong PPh Final. Dalam hal ini karena alah satu penyewa

adalah Subjek Pajak Orang Pribadi yaitu Tuan Johannes Tedja Pranata ,

maka PPh Final tidak dipotong oleh penyewa dan pihak

P T . E A S T W E S T selaku pihak yang menyewakan tanah tersebut

yang wajib menyetor sendiri PPh Final Pasal 4 ayat (2) ke Kas Negara.

Karena pihak PT.EASTWEST yang sudah melakukan penghitungan,

maka PT. EASTWEST juga wajib menyetor PPh Final yang sudah

dipotong dari jumlah bruto hasil sewa tanah dan/atau bangunan ke

kas Negara, dengan menggunakan SSP (Surat Setoran Pajak) rangkap

lima:

Lembar ke-1: Arsip Wajib Pajak

Lembar ke-2: Untuk KPP melalui KPKN

Lembar ke-3: Untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP

Lembar ke-4: Untuk Bank Persepsi/Kantor Pos & Giro

Lembar ke-5: Untuk Arsip Wajib Pungut atau Pihak Lain

PT.EASTWEST melakukan kewajibannya yaitu dengan menyetorkan

ke Kas Negara, penyetoran melalui instansi yang telah ditunjuk,

dalam hal ini PT. EASTWEST menunjuk BANK B N I 4 6 cabang

M O D E R N L A N D . Penyetorannya wajib dilakukan paling lambat

33
tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan timbulnya utang PPh atas

penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan yaitu tanggal 7 Juli

2 0 1 4 , karena transaksi pembayaran sewa kepada PT. EASTWEST

terjadi pada bulan Juni 2014. Setelah kewajiban menyetor selesai

maka timbul waktunya untuk melaporkan PPh terutang. Pelaporan

mengenai penghitungan dan penyetoran PPh Final atas penghasilan

sewa tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh pihak yang

menyewakan ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak) tempat ia

terdaftar, yaitu KPP Kebayoran baru dengan menggunakan SPT

(Surat Pemberitahuan) Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) rangkap dua:

Lembar ke-1: Untuk Kantor Pelayanan Pajak

Lembar ke-2: Untuk Pemotong PPh

Pelaporan menggunakan SPT dilampiri dengan lembar ketiga

Surat Setoran Pajak, paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya

setelah bulan timbulnya penghasilan dari sewa tanah dan atau bangunan.

BABIV

34
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis analisis didapatkan

kesimpulan:

1. Atas penghasilan dari persewaaan tanah dan/atau bangunan

dikenakan pajak tersendiri yang diatur oleh Pemerintah, melalui

PP No.5 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa penghasilan atas

sewa tanah dan/atau bangunan dikenai Pajak Penghasilan yang

bersifat final dengan penghitungan: PPh Final = 10% x jumlah

bruto nilai persewaan

2. Penyetoran dan pelaporannya, jika menggunakan sistem

pemotongan melalui pemotong PPh besarnya utang PPh

Final disetorkan ke Kas Negara paling lambat tanggal 10 bulan

berikutnya setelah bulan timbulnya utang PPh dengan

memberikan Bukti Pemotongan dan SSP dan jika

menggunakan sistem pemajakan sendiri, utang PPh disetorkan

sendiri oleh pihak yang menyewakan paling lambat tanggal

15 bulan berikutnya setelah bulan timbulnya utang PPh

cukup dengan SSP. Untuk pelaporan, sama halnya baik

menggunakan sistem pemotongan atau sistem pemajakan

sendiri, pelaporannya ke KPP dengan SPT Pasal 4 ayat (2)

paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan

35
timbulnya utang PPh.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, saya selaku penulis mencoba memberikan

beberapa saran

1. Untuk PT. EASTWEST

Sebaiknya segera melaporkan kesalahan jika terjadi kesalahan

hitungan PPH ke KPP tempat dia terdaftar.

2. Sebaiknya perusahaan segera memebenahi perhitungan agar tidak

terjadi kesalahan yang berulang-ulang

3. Dalam hubungannya dengan pengisian baik SSP maupun SPT,

harus teliti dan disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya,

karena SSP dan SPT merupakan sarana pertanggungjawaban

akan besarnya PPh terutang yang harus dibayarkan

36

Anda mungkin juga menyukai