Anda di halaman 1dari 13

KONSEP PENJUALAN SECARA KREDIT (BAI’ MU’AJJAL)

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Manajemen Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Dr. Siti Amaroh, SE, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 5 – AKSYA 4C
1. Andika Dwi Febrianto (1820610103)
2. Ahmad Zubaidi (1820610104)
3. Moh. Nilzam Nurul A. (1820610110)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bagi setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa, dagang maupun


perusahaan manufaktur, penjualan merupakan suatu aktivitas yang utama. Hal
ini dikarenakan dari penjualan, perusahaan memperoleh uang masuk ( cash
inflow ) yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan
dan kelangsungan hidup perusahaan. Dari penjualan pula sebagian besar
pendapatan perusahaan diperoleh.

Secara garis besar, penjualan dapat dibagi dua yaitu penjualan tunai dan
penjualan kredit. Untuk penjualan tunai perusahaan tidak menghadapi suatu
masalah yang cukup berarti karena begitu barang jasa dijual maka kas akan
langsung diperoleh. Namun untuk penjualan kredit, perusahaan akan
menghadap/i suatu masalah yang cukup berarti. Karena kas tidak langsung
dapat diperoleh begitu barang dijual. Namun perlu menunggu beberapa waktu
untuk memperoleh kas tersebut. Bahkan perusahaan dapat mengalami
kehilangan uang kas tersebut karena pembeli/pelanggan lalai untuk
membayarnya.

Dalam menghadapi persaingan di pasar yang semakin ketat, maka


perusahaan tidak mungkin hanya mengandalkan penjualan tunai untuk
meningkatkan pendapatan perusahaan. Maka perlu memberikan bagian untuk
penjualan kredit, bahkan bagian untuk penjualan kredit jauh lebih besar dari 2
bagian penjualan tunai guna untuk mencapai target penjualan yang telah
dianggarkan

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi penjualan secara kredit?


2. Bagaimana sistem penjualan secara kredit?
3. Bagaimana penentuan standar dan kebijakan kredit?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penjualan Secara Kredit


Penjualan adalah suatu kegiatan dimana perusahaan atau penjual
menyerahkan barang atau jasa kepada pembeli dan kemudian pembeli
melakukan pembayaran atas barang atau jasa yang diterimanya dengan cara
tunai ataupun kredit.
Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan
dilaksanakan pada jangka waktu yang telah disepakati.1
Penjualan tunai adalah penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan
dengan cara mewajibkan pembeli untuk melakukan pembayaran harga barang
terlebih dahulu sebelum barang di serahkan perusahaan kepada pembeli,
setelah uang diterima perusahaan, barang kemudian di serahkan pembeli dan
transaksi penjualan tunai dicatat perusahaan.
Sedangkan penjualan kredit adalah penjualan yang dilaksanakan
perusahaan dengan cara mengirimkan harga sesuai order diterima dari pembeli
dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada
pembeli tersebut.2
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit
adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Sesuatu yang paling utama dari unsur kredit yang harus ada karena
tanpa adanya rasa saling percaya antara kreditur dan debitur maka
akan sangat sulit terwujud suatu sinergi kerja yang baik. Karena dalam
konsep sekarang ini kreditur dan debitur adalah mitra bisnis.
2. Waktu

1
Mia Lasmi Wardiyah, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Pustaka Setia, 2017),
hlm. 281.
2
Asep Ririh Riswaya, “Sistem Penjualan Tunai Dan Kredit Property Di PT Sanggraha
Property”, Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 7, No. 2, hlm. 109.

2
Bagian yang paling sering dijadikan kajian oleh pihak analisis
finance khususnya oleh analisis kredit. Ini dapat dimengerti karena
bagi pihak kreditur saat ia menyerahkan uang kepada debitur maka
juga harus diperhitungkan juga saat pembayaran kembali yang akan
dilakukan oleh debitur itu sendiri, yaitu limit waktu yang tersepakati
dalam perjanjian yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak.
3. Risiko
Risiko di sini menyangkut persoalan seperti degree of risk. Disini
yang paling dikaji adalah pada keadaan yang teburuk yaitu pada saat
kredit tersebut tidak kembali atau timbulnya kredit macet. Ini
menyangkut dengan persoalan seperti lamanya waktu pemberian
kredit yang menyebabkan naiknya tingkat risiko timbul, karena para
pebisnis menginginkan adanya ketepatan waktu dalam proses
pemberian kredit ini.
4. Prestasi
Prestasi yang di maksud disini adalah prestasi yang dimiliki oleh
kreditur untuk di berikan kepada debitur. Pada dasarnya bentuk atau
objek dari kredit itu sendiri adalah tidak selalu dalam bentuk uang tapi
juga boleh dalam bentuk barang dan jasa (goods and service). Namun
pada saat sekarang ini pemberian kredit dalam bentuk uang adalah
lebih dominan terjadi daripada bentuk barang.
5. Adanya kreditur
Kreditur yang dimaksud disini adalah pihak yang memiliki uang
(money), barang (goods), astu jasa (service) untuk dipinjamkan kepada
pihak lain, dengan harapan dari hasil pinjaman itu akan diperoleh
keuntungan dalam bentuk interest (bunga) sebagai balas jasa dari
uang, barang, atau jasa yang telah di pinjam tersebut.
6. Adanya debitur
Debitur yang dimaksud disini adalah pihak yang memerlukan uang
(money), barang (goods), astu jasa (service) dan berkomitmen untuk
mampu mengembalikan tepat sesuai dengan waktu yang di sepakati

3
serta bersedia menanggung berbagai risiko jika melakukan
keterlambatan sesuai dengan ketentuan administrasi dalam
kesepakatan perjanjian yang tertera disana.3

Adapun fungsi kredit adalah sebagai berikut:


1. Pemenuhan jasa melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka
mendorong dan melancarkan perdagangan.
2. Mendorong dan melancarkan produksi, jasa, dan konsumsi.
3. Menaikan taraf hidup rakyat banyak.
4. Memajukan arus tukar-menukar barang atau jasa.
5. Mengaktifkan alat pembayaran dan meningkatkan manfaat potensi
ekonomi yang ada.
6. Menciptakan alat pembayaran yang baru, yaitu kredit rekening
koran/rekening giro serta sebagai alat pengendalian harga dalam
perluasan jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan jalan
mempermudah pemberian kredit perbankan pada masyarakat.4

B. System Penjualan Secara Kredit


Penjualan kredit adalah penjualan yang dilaksanakan perusahaan dengan
cara mengirimkan harga sesuai order diterima dari pembeli dan untuk jangka
waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.
Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan kredit yang
pertama kepada seorang pembeli selalu didahului dengan analisis terhadap
dapat atau tidaknya pembeli tersebut deberi kredit.
Adapun prosedur-posedur penjualan kredit adalah sebagai berikut:
1. Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini bagian penjual menerima order dari pembeli
dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli.
Bagian penjualan kemudian membuat faktur penjulan dan

3
Irham Fahmi, Manajemen Pengkreditan, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 6-8.
4
Mia Lasmi Wardiyah, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 282-283.

4
mengirimkannya kepada bagian yang lain untuk memungkinkan bagian
tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembeli.
2. Posedur Pengiriman
Dalam prosedur ini bagian gudang menyiapkan barang yang
diperlukan oleh pembeli dan bagian pengiriman mengirimkan barang
kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam faktur
penjualan yang diterima dari bagian gudang.
3. Prosedur Pencatatan Piutang
Dalam Prosedur ini bagian akuntansi mencatat teembusan faktur
penjualan kedalam kartu piutang.
4. Prosedur Penagihan
Dalam prosedur ini bagian pengihan menerima faktur penjulan dan
mengarsipkannya menurut abjad. Secara periodik bagian penagihan
membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pembeli tadi yang
dilampiri dengan faktur penjulan.
5. Prosedur Pencatatan Penjualan
Dalam prosedur ini bagian akuntansi mancatat transaksi penjualan
kedalam jurnal penjualan.5

Persyaratan penjualan kredit.


Persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran
kembali piutang dari pelanggan. Kondisi tersebut meliputi waktu pemberian
kredit dan potongan tunai serta persyaratan khusus lainnya. Persyaratan kredit
ini dapat mempengaruhi tingkat penjualan, dengan demikian perusahaan perlu
mempertimbangkan apakah sebaiknya memperpanjang periode pemberian
kredit atau tidak. Selain itu perlu juga diperhatikan perilaku pesaing. Apabila
pesaing pesaing juga memperpanjang periode pembayaran kembali, itu berarti
besar kemungkinan perusahaan hanya akan mencapai tingkat yang sama
dengan pesaing.

5
Asep Ririh Riswaya, “Sistem Penjualan Tunai Dan Kredit Property Di PT Sanggraha
Property”, Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 7, No. 2, hlm. 110.

5
Di samping persyaratan kredit berupa waktu pemberian kredit,
seringkali perusahaan juga memberikan potongan tunai untuk meningkatkan
penjualan. Potongan tunai diberikan agar mempercepat pengumpulan piutang,
dengan demikian akan memperkecil biaya yang terjadi pada piutang. Dengan
asumsi bahwa pemberian potongan tunai akan meningkatkan penjualan tetapi
bad-debt tidak berubah.6
Syarat pembayaran dari penjualan kredit dapat bersifat ketat, atau
lunak. Jika persyaratan pembayaran dari penjualan kredit yang ditetapkan
oleh suatu perusahaan ketat, berarti perusahaan tersebut lebih mengutamakan
keselamatan kredit dari pada tingkat profitabilitas. Sebaliknya jika syarat
pembayaran dari penjualan kredit yang ditetapkan adalah lunak, berarti
perusahaan tersebut lebih mementingkan tingkat profitabilitas dibanding
keselamatan kredit.
Persyaratan ketat dapat saja dilakukan dengan cara jangka waktu
pembayaran reltif pendek, pembebanan bunga jika pembayaran piutang
terlambat.
Syarat pembayaran penjualan kredit pada umumnya dikenal dengan
istilah 5/10 Net 30. Hal ini berarti bahwa, jika pembayaran dilakukan dalam
jangka waktu 1 sampai 10, maka pembelian tersebut dianggap sebagai
pembelian tunai, sehingga pembeli akan mendapatkan potongan penjualan
tunai (cash discount) sebesar 5% dan penjualan kredit selambat-lambatnya 30
hari.7
Dokumen yang digunakan dalam penjualan kredit adalah sebagai
berikut :

1. Surat Order Pengiriman dan Tembusannya.


Surat order pengiriman merupakan dokumen pokok untuk
memproses penjualan kredit kepada pelanggan.

6
Suprihatmi Sri Wardiningsih, “Analisis Pengelolaan Piutang Sebagai Tindak Lanjut
Kebijakan Penjualan Kredit”, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 11, No. 2, Oktober 2011,
hlm. 131.
7
Dedy Takdir Syaifuddin, Manajemen Keuangan, (Kendari: Unhalu Press, 2008), hlm.
295-296.

6
2. Faktur Penjualan dan Tembusan.
Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai
dasar untuk mencatat timbulnya piutang tembusan surat order
pengiriman terdiri dari:
a. Faktur penjualan merupakan lembar pertama yang
dikirim oleh fungsi pengihan kepada pelanggan.
b. Tembusan Piutang merupakan tembusan faktur yang
dikirim oleh fungsi penagihan dan akuntansi sebagai
dasar untuk mencatat piutang kedalam buku besar.
3. Rekapitulasi harga pokok penjulan.
Merupakan dokumen pendukung yang digunakan untuk
menghitung total harga pokok produk yang dijual selama periode
akuntansi. Data yang dicantumkan dalam rekapitulasi harga pokok
penjualan berasal dari kartu persediaan. Secara periodik harga
pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu dihitung
dalam rekapitulasi harga pokok penjualan dan kemudian dibuatkan
dokumen sumber berupa bukti memorial untuk harga pokok
produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.
4. Bukti Memorial
Merupakan dokumen sumber untuk dasar pencatatan
kedalam jurnal umum. Dalam sistem penjualan kredit, bukti
memorial merupakan dokumen sumber untuk mencatat harga
pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.8

C. Penentuan Standard dan Kebijakan Kredit


1. Standar Kredit
Standar kredit merupakan kriteria penentuan pelanggan manakah
yang diperkenankan membeli dengan kredit dan yang tidak boleh.

8
Asep Ririh Riswaya, “Sistem Penjualan Tunai Dan Kredit Property Di PT Sanggraha
Property”, Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 7, No. 2, Desember 2017, hlm. 110-111.

7
Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pelanggan
yang dapat membeli secara kredit (The Five C) adalah sebagai berikut;
a. Character (Karakter), yaitu pelanggan yang memiliki
tanggung jawab moral, jujur dan tulus hati.
b. Capacity (Kapasitas), yaitu kemampuan pelanggan untuk
membayar hutang secara tepat waktu, sesuai yang telah
ditentukan oleh perusahaan.
c. Capital (Modal), yaitu jumlah aktiva yang dimiliki pelanggan
yang digunakan dalam operasi perusahaannya.
d. Collateral (Agunan), yaitu jaminan atau borg yang diberikan
pelanggan penerima kredit, sehubungan dengan pinjamannya.
e. Condition od ecoconmic (situasi ekonomi), yaitu kondisi
ekonomi yang dapat mempengaruhi kemampuan membayar
dari pelanggan yang membeli dengan kredit.9

Selain ”5C” perlu dilengkapi analisis tiga faktor lain yaitu:


a. Rate of Return
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan. Ini dapat dianalisis dengan menggunakan data
historis kemudian diproyeksikan untuk beberapa periode
mendatang. Dalam analisis ini juga perlu diperhatikan kondisi
persaingan, karena meskipun kemampuan memperoleh
keuntungan dimasa lampau cukup tinggi, belum tentu
perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang sama, jika
persaingannya semakin ketat.
b. Risk Bearing Ability
Menunjukkan kemampuan menghadapi risiko, baik risiko
usaha (business risk) maupun risiko finansial (financial risk).
Kedua risiko ini dapat dianalisis dengan melihat struktur aktiva
dan struktur keuangannya. Perusahaan yang mempergunakan

9
Dedy Takdir Syaifuddin, Manajemen Keuangan, hlm. 297.

8
lebih banyak aktiva tetap relative memiliki business risk yang
lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang memiliki
aktiva tetap lebih sedikit. Misal perusahaan jasa memiliki
aktiva tetap lebih rendah dibanding perusahaan real estate.
Sementara risiko finansial dapat dianalisis dengan struktur
keuangan perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan
leverage yang lebih besar maka risiko keuangan cenderung
akan lebih besar pula. Sebaliknya makin kecil leverage
perusahaan maka semakin kecil risiko keuangannya.
c. Repayment Capacity
Menunjukkan kemampuan untuk membayar kembali bunga
dan pokok pinjamannya. Kemampuan membayar
kewajibannya ini dapat dilihat dari tingkat keuntungan yang
diperoleh perusahaan.10
2. Kebijakan Kredit
Dalam penentuan kebijakan kredit, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah pengaruh kebijakan kredit tersebut terhadap
perubahan volume penjualan dan harga pokok yang mempengaruhi laba
perusahaan.
Kebijakan Kredit (Credit Policy) adalah aturan-aturan tegas yang
ditetapkan oleh perusahaan yang menjadi panduan dalam pelaksanaan
pemberian kredit kepada nasabah, agar berjalan pada arah yang benar,
tertib, aman dan menguntungkan.
Credit Policy meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Subject Credit

2. Object Credit

3. Persyaratan Kredit

10
Suprihatmi Sri Wardiningsih, “Analisis Pengelolaan Piutang Sebagai Tindak Lanjut
Kebijakan Penjualan Kredit”, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 11, No. 2, Oktober 2011,
hlm. 129-130.

9
4. Credit Scheme

5. Plafon Kredit (Limit Exposure)

6. Kemudahan Pembayaran Angsuran dan Reward

7. Standart Approval dan Penyimpangan

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penjualan kredit adalah penjualan yang dilaksanakan perusahaan
dengan cara mengirimkan harga sesuai order diterima dari pembeli dan untuk
jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli
tersebut. Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit yaitu
kepercayaan, waktu, resiko, prestasi, adamya kreditur, dan adanya debitur.

Persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran


kembali piutang dari pelanggan. Kondisi tersebut meliputi waktu pemberian
kredit dan potongan tunai serta persyaratan khusus lainnya. Persyaratan kredit
ini dapat mempengaruhi tingkat penjualan, dengan demikian perusahaan perlu
mempertimbangkan apakah sebaiknya memperpanjang periode pemberian
kredit atau tidak. Selain itu perlu juga diperhatikan perilaku pesaing. Apabila
pesaing pesaing juga memperpanjang periode pembayaran kembali, itu berarti
besar kemungkinan perusahaan hanya akan mencapai tingkat yang sama
dengan pesaing.
Standar kredit merupakan kriteria penentuan pelanggan manakah yang
diperkenankan membeli dengan kredit dan yang tidak boleh. Kriteria yang
digunakan untuk menentukan pelanggan yang dapat membeli secara kredit
(The Five Cs) adalah Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition od
ecoconmic.
Kebijakan Kredit (Credit Policy) adalah aturan-aturan tegas yang
ditetapkan oleh perusahaan yang menjadi panduan dalam pelaksanaan
pemberian kredit kepada nasabah, agar berjalan pada arah yang benar, tertib,
aman dan menguntungkan. Credit Policy meliputi subject credit, object credit,
persyaratan kredit, credit scheme, plafon kredit (limit exposure), kemudahan
pembayaran angsuran dan reward, standart approval dan penyimpangan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asep Ririh Riswaya. “Sistem Penjualan Tunai Dan Kredit Property Di PT


Sanggraha Property”. Jurnal Computech & Bisnis, Vol. 7, No. 2, Desember
2013.

Dedy Takdir Syaifuddin.2008. Manajemen Keuangan. Kendari: Unhalu Press.

Irham Fahmi. 2014. Manajemen Pengkreditan. Bandung: Alfabeta.

Mia Lasmi Wardiyah. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Pustaka


Setia.

Suprihatmi Sri Wardiningsih. “Analisis Pengelolaan Piutang Sebagai Tindak


Lanjut Kebijakan Penjualan Kredit”. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan,
Vol. 11, No. 2, Oktober 2011.

12

Anda mungkin juga menyukai