Anda di halaman 1dari 6

BANK SYARIAH DAN PROSEDUR BAGI HASIL

Disusun Oleh :

Fachri Maulana Sisang

A021201004

Seminar Manajemen Keuangan Kelas B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
Pengertian Bank Syariah

Menurut UU No.21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah pasal 1 butir 7, bank syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas bank umum syariah dan bank perkreditan rakyat syariah.

“Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan bank syariah” (Muhammad, 2004:19). Empat dasar dalam kegiatan perbankan
syariah, yaitu meliputi penyimpanan, pembiayaan, jual beli, dan sewa, yang kemudian
dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip
syariah Islam.

Tujuan dan Fungsi Bank Syariah

Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka


meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi bank syariah untuk menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, fungsi bank syariah untuk menyalurkan
dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga fungsi bank syariah
untuk memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.

• Fungsi Bank Syariah untuk Menghimpun Dana Masyarakat


Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat yang
kelebihan dana. Bank syariah mengumpulkan atau menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi
dengan menggunakan akad al-mudharabah.
• Fungsi Bank Syariah sebagai Penyalur Dana Kepada Masyarakt
Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi
semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas
yang sangat penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank syariah akan memperoleh
return atas dana yang disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank syariah
atas penyaluran dana ini tergantung pada akadnya.
• Fungsi Bank Syariah memberikan Pelayanan Jasa Bank
Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah
merupakan fungsi bank syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang
dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer),
pemindahbukuan, penagihan surat berharga dan lain sebagainya.

Prinsip Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perbankan syariah memiliki prinsip dasar yang
harus dipatuhi. Hal ini dikarenakan bahwa perbankan syariah menjalankan kegiatan syariahnya
harus dijalankan oleh beberapa unsur yang diikat dalam prinsip dasar. Unsur –unsur tersebut
meliputi unsur kesesuaian dengan syariah islam dan unsur legalitas operasi sebagai lembaga
keuangan.

Adapun prinsip dasar dalam perbankan syariah tersebut antara lain :

1. Larangan terhadap transaksi yang mengandung Barang atau Jasa yang diharamkan.
2. Larangan terhadap Transaksi yang Diharamkan Sistem dan Prosedur Perolehan
Keuntungannya.

Beberapa hal yang masuk kategori transaksi yang diharamkan karena sistem dan prosedur
perolehan keuntungannya tersebut adalah:
1) Tadlis, Transaksi yang mengandung hal pokok yang tidak diketahui oleh salah satu
pihak.
2) Gharar, Transaksi gharar memiliki kemiripan dengan tadlis. Dalam tadlis, ketiadaan
informasi terjadi pada salah satu pihak, sedangkan dalam gharar ketiadaan informasi
terjadi pada kedua belah pihak yang bertransaksi jual beli.
3) Bai’ Ikhtikar, Bai’ Ikhtikar merupakan bentuk lain dari transaksi jual beli yang dilarang
oleh syariah islam. Ikhtikar adalah mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan
cara menimbun. Dengan demikian, penjual akan memperoleh keuntungan yang besar
karena dapat menjual dengan harga yang jauh lebih tinggi dibanding harga sebelum
kelangkaan terjadi.
4) Bai’ Najasy, Adalah tindakan menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada banyak
permintaan terhadap suatu produk,sehingga harga jual produk akan naik.
5) Maysir, Ulama dan Fuqaha mendefinisikan maysir sebagai suatu permainan di mana satu
pihak akan memperoleh keuntungan sementara pihak lainnya akan menderita kerugian.

6) Riba, Adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (
iwad ) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut. Adapun penjelasan tentang riba
akan dijelaskan dalam bab berikutnya.

Bagi Hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di
dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian
hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam
sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di
dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih
dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua
belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan
(An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.

Jenis Jenis Akad Bagi Hasil


Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah secara umum dapat
dilakukan dalam empat akad, yaitu musyarakah, mudharabah, muzara’ah dan musaqah. Namun
pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada umumnya bank syariah
menggunakan kontrak kerjasama pada akad musyarakah dan mudharabah.
• Musyarakah
Adalah mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta lainnya sehingga tidak
dapat dibedakan di antara keduanya. Dalam pengertian lain musyarakah adalah akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing -
masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
(Antonio, 1999). Penerapan yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah suatu
kerjasama antara bank dan nasabah dan bank setuju untuk membiayai usaha atau proyek
secara bersama-sama dengan nasabah sebagai inisiator proyek dengan suatu jumlah
berdasarkan prosentase tertentu dari jumlah total biaya proyek dengan dasar pembagian
keuntungan dari hasil yang diperoleh dari usaha atau proyek tersebut berdasarkan
prosentase bagi hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
• Mudharabah
Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberi
modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian
keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian
ditanggung oleh pemilik modal. Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada
Bank Syariah nasabah bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha
atas modal kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang
dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan
dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar
memperoleh keuntungan (profit).
Adapun bentuk-bentuk mudharabah adalah yang dilakukan dalam perbankan syariah
dari penghimpunan dan penyaluran dana adalah:
o Tabungan Mudharabah
Simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau
beberapa kali sesuai perjanjian.
o Deposito Mudharabah
Merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan
hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
(jatuh tempo), dengan mendapat imbalan bagi hasil.

Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil


PERIHAL SISTEM BAGI HASIL SISTEM BUNGA
Penentuan besarnya hasil Sesudah berusaha, sesudah Sebelumnya
ada untungnya.
Yang ditentukan sebelumnya Menyepakati proporsi Bunga, besarnya nilai
pembagian untuk masing Rupiah
masing pihak, misalnya
50:50. 40:60, 35:65, dst.
Jika terjadi kerugian Ditanggung kedua pihak, Ditanggung nasabah saja
nasabah dan Lembaga
Dasar perhitungan Dari untung yang bakal Dari dana yang dipinjamkan,
diperoleh, belum tentu fixed, tetap.
besarnya
Titik perhatian usaha Keberhasilan usaha menjadi Besarnya bunga yang harus
perhatian Bersama: nasabah dibayar nasabah atau pasti
dan Lembaga diterima bank
Besarnya persentase Proporsi: (%) x jumlah Pasti : (%) x jumlah
untung yang belum diketahui pinjaman yang telah
= belum diketahui diketahui pasti.

Perbandingan Kentungan Bank Konvensional (Bunga) dan Bank Syariah (Bagi Hasil)
Simulasi Perhitungan Keuntungan Bank Konvensional (Bunga) :
Seseorang ingin mendepositkan dana sebesar Rp 10.000.000 untuk jangka waktu enam bulan.
Sedangkan suku bunga deposito yang ditetapkan sebesar 6%.
Rumus :
(Setoran Pokok x Suku Bunga Deposito x Tenor) / 365
(Rp 10.000.000 x 6% x 180 hari) / 365
Rp 10.800.000 / 365
= Rp. 295.890

Simulasi Perhitungan Keuntungan Bank Syariah (Bagi Hasil) :


Seseorang ingin mendepositkan dana sebesar Rp 10.000.000 dengan jangka waktu 1 bulan,
dimana keseluruhan jumlah deposito di bank yang memiliki jangka waktu yang sama sebesar
Rp 5.000.000.000, kentungan bank pada bulan tersebut sebesar Rp 50.000.000. Nisbah yang
diberikan dengan jangka waktu 1 bulan ini adalah sebesar 35% untuk nasabah dan 65% untuk
bank.
Rumus :
(Nominal deposito/nominal seluruh deposito) x persentase bagi hasil x keuntungan bank pada
bulan tersebut
(Rp 10.000.000 / Rp 5.000.000.000) x 35% x Rp 50.000.000
= Rp 35.000/bulan

Anda mungkin juga menyukai