Disusun Oleh :
A021201004
Menurut UU No.21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah pasal 1 butir 7, bank syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas bank umum syariah dan bank perkreditan rakyat syariah.
“Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan bank syariah” (Muhammad, 2004:19). Empat dasar dalam kegiatan perbankan
syariah, yaitu meliputi penyimpanan, pembiayaan, jual beli, dan sewa, yang kemudian
dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dengan tidak meninggalkan prinsip-prinsip
syariah Islam.
Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi bank syariah untuk menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, fungsi bank syariah untuk menyalurkan
dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga fungsi bank syariah
untuk memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah.
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perbankan syariah memiliki prinsip dasar yang
harus dipatuhi. Hal ini dikarenakan bahwa perbankan syariah menjalankan kegiatan syariahnya
harus dijalankan oleh beberapa unsur yang diikat dalam prinsip dasar. Unsur –unsur tersebut
meliputi unsur kesesuaian dengan syariah islam dan unsur legalitas operasi sebagai lembaga
keuangan.
1. Larangan terhadap transaksi yang mengandung Barang atau Jasa yang diharamkan.
2. Larangan terhadap Transaksi yang Diharamkan Sistem dan Prosedur Perolehan
Keuntungannya.
Beberapa hal yang masuk kategori transaksi yang diharamkan karena sistem dan prosedur
perolehan keuntungannya tersebut adalah:
1) Tadlis, Transaksi yang mengandung hal pokok yang tidak diketahui oleh salah satu
pihak.
2) Gharar, Transaksi gharar memiliki kemiripan dengan tadlis. Dalam tadlis, ketiadaan
informasi terjadi pada salah satu pihak, sedangkan dalam gharar ketiadaan informasi
terjadi pada kedua belah pihak yang bertransaksi jual beli.
3) Bai’ Ikhtikar, Bai’ Ikhtikar merupakan bentuk lain dari transaksi jual beli yang dilarang
oleh syariah islam. Ikhtikar adalah mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan
cara menimbun. Dengan demikian, penjual akan memperoleh keuntungan yang besar
karena dapat menjual dengan harga yang jauh lebih tinggi dibanding harga sebelum
kelangkaan terjadi.
4) Bai’ Najasy, Adalah tindakan menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada banyak
permintaan terhadap suatu produk,sehingga harga jual produk akan naik.
5) Maysir, Ulama dan Fuqaha mendefinisikan maysir sebagai suatu permainan di mana satu
pihak akan memperoleh keuntungan sementara pihak lainnya akan menderita kerugian.
6) Riba, Adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (
iwad ) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut. Adapun penjelasan tentang riba
akan dijelaskan dalam bab berikutnya.
Bagi Hasil
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di
dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian
hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam
sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di
dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih
dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua
belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan
(An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Perbandingan Kentungan Bank Konvensional (Bunga) dan Bank Syariah (Bagi Hasil)
Simulasi Perhitungan Keuntungan Bank Konvensional (Bunga) :
Seseorang ingin mendepositkan dana sebesar Rp 10.000.000 untuk jangka waktu enam bulan.
Sedangkan suku bunga deposito yang ditetapkan sebesar 6%.
Rumus :
(Setoran Pokok x Suku Bunga Deposito x Tenor) / 365
(Rp 10.000.000 x 6% x 180 hari) / 365
Rp 10.800.000 / 365
= Rp. 295.890