Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fajar Nur Rahman

NPM : 132010521032

Matkul : Filsafat Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu : Dr. Aan Juhana Senjaya

1) A. Ontologi
Kata Ontologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu : Oon/Ontos yang berarti ‘ada’, dan Logos yang
berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang „ada‟ (being atau wujud). Menurut istilah (tasrif),
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat ‘ada’, yang merupakan ultimate reality baik yang
berbentuk jasmani atau konkret maupun yang berbentu rohani atau abstrak. Ada beberapa pengertian
ontologi menurut para tokoh-tokoh filsafat diantaranya: Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang
“ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan: (a) Apakah obyek ilmu yang akan
ditelaah?, (b) Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?, dan (c) Bagaimana hubungan
antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang
membuahkan pengetahuan (Jujun Suriasumantri, 1985). Ontologi yaitu merupakan azas dalam
menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau
obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi
atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh
pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan (Soetriono dan Hanafie,
2007). Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang
pembahasannya meliputi persoalan-persoalan:
1. Apakah artinya ada, hal ada?
2. Apakah golongan-golongan dari hal yang ada?
3. Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?
4. Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan
(misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada ? (The
Liang Gie, 1999).
Konsepsi Aristoteles (abad 4 SM) , Ontologi adalah teori atau studi tentang being/ wujud seperti
karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk
menentukan sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti,
struktur dan prinsip benda tersebut. (Ensiklopedi Britannica). Pada masa kekinian, pengertian yang
banyak digunakan adalah bahwa ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari
hakikat dari sesuatu. Pengertian ini terus berkembang dan dikaji menurut lingkup cabang keilmuan
tertentu. Oleh karena itu, selanjutnya pengertian ontologi ini menjadi beragam dan berubah sesuai
dengan berjalannya waktu. Ontologi memberi penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap
representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base. Ontologi juga dapat diartikan suatu struktur
hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan suatu
pengertian dasar (knowledge base). Dengan demikian, ontology merupakan suatu teori tentang hakekat
dari suatu objek, ciri-ciri khas (property) dari suatu objek, serta relasi yang mungkin terjadi dari objek
tersebut pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi
tentang sesuatu yang ada atau hakekat wujud. Dalam perjalanannya, ontologi berkembang sesuai
dengan konsep filsafat sedemikian hingga muncul perbedaan-perbedaan dalam sudut pandang dan
terminologi. Dalam hal ini, muncul beberapa istilah seperti ontologi primitive (bersahaja), ontologi
kuantitatif dan kualitatif, ontology monistik (ketunggalan). Ontologi primitif (bersahaja) memandang
bahwa hakekat ada adalah apa yang dapat diindra oleh panca indra. Segala sesuatu yang tidak dapat
diindra adalah „bukan yang ada‟. Misal, yang ada hanyalah raga atau jasmani, sedangkan ‘jiwa’, ‘nyawa’,
maupun ‘ruh’ adalah ‘bukan yang ada’. Ontologi kuantitatif memandang hakekat ‘ada’ dari sudut
pandang kuantitas dan kualitas. Ontologi kuantitas bercirikan hawa hakekat ‘ada’ itu berbilang atau
tidak berbilang, tunggal atau jamak. Ontologi kualitatif memandang hakekat ‘ada’ dari sudut pandang
ada atau tidak ada, benar atau salah, kecil atau besar. Ontologi monistik beranggapan bahwa hakekat
‘ada’ adalah tunggal. keanekaragaman, perbedaan, serta perubahan hanya bersifat semu belaka.
Dewasa ini, sistem monistik seperti ini dapat dikatakan tidak umum dianut orang. Alasannya, karena
justru perbedaanlah yang merupakan katagori dasar segenap yang ‘ada’ dan tidak dapat disangkal
lagi kebenarannya. Namun, masih ada yang berpendirian bahwa pada dasarnya segala sesuatu (‘ada’)
sama hakekatnya. Pendirian yang demikian ini dianut oleh para pendukung paham monisme dewasa ini.
yaitu kaum idealism dan kaum materialisme. Selanjutnya, muncul beberapa paham atau madzhab
ontologi. Paling tidak ada tiga madzhab besar. Artinya, yang lain merupakan pecahan atau turunannya.
Madzhab atau paham dimaksud adalah madzhab: (a) idealisme, (b) naturalisme, dan (c) materialisme.

1) B. Epistemologi
Kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Episteme” yang berarti pengetahuan dan
kata Logos yang berarti teori, uraian, atau alasan. Secara definisi Epistemologi dapat diartikan sebagai
teori tentang pengetahuan. Dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Secara
etimologis Epistemologi diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar yang dalam bahasa
Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi, ada beberapa pendapat tentang hali ini,
yang diantaranya menyatakan bahwa etimologi adalah: (1) cabang filsafat yang menyelidiki tentang
keaslian pengertian, struktur, mode, dan validitas pengetahuan (Dictionary of Philisophy), (2) ilmu yang
membahas apa pengetahuan itu dan bagaimana memperolehnya (Harun Nasution), (3) ilmu filsafat
tentang pengetahuan atau dengan kata lain filsafat pengetahuan (Fudyartanto), (4) teori mengenai
refleksi manusia atas kenyataan (Anton Suhono), (5) cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat
dasar dan ruang lingkup pengetahuan,pra anggapan-pra anggapan dan dasar-dasarnya serta reabilitas
umum dari tuntutan akan pengetatuan (The Liang Gie), (6) cabang filsafat yang menjelaskan tentang
masalah-masalah filosofis sekitar teori pengetahuan. Epistemologi memfokuskan pada makna
pengetahuan yang dihubugkan dengan konsep, sumber dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan,
dan sebagainya (Conny Semiawan, dkk.). Masalah utama dari epistemologi adalah bagaimana cara
memperoleh pengetahuan yang benar. Sebenarnya, seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan
apabila telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi. Artinya, pertanyaan
epistemologi dapat menggambarkan pecinta pengetahuan. Hal ini menyebabkan eksistensi epistemologi
sangat penting untuk menggambar manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan men-jawab dan
menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam
epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat membedakan antara satu
ilmu (Sains) dengan ilmu (Sains) lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek
disamakan dengan tujuan. Akibatnya, pengertian objek maupun tujuan menjadi rancu bahkan bias.
Padahal, jika diamati secara cermat, objek tidak sama dengan tujuan. Objek adalah sasaran, sedangkan
tujuan hampir sama dengan harapan (keadaan/posisi sasaran yang diharapkan). Meskipun berbeda,
tetapi antara objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan. Jelasnya, objeklah yang
mengantarkan tercapainya tujuan. Landasan epistemologi Sains disebut metode ilmiah (Scientific
method), yaitu cara yag dilakukan Sains dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut Sains. Jadi, Sains pengetahuan
merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut
Sains,
karena Sains merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut Sains tercantum dalam
metode ilmiah. Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan atau ilmu
menjadi Sains. Bisa tidaknya pengetahuan atau ilmu menjadi Sains sangat bergantung terpenuhi atau
tidaknya syarat metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar
pengetahuan, yaitu nalar (rasional) dan fakta (empiris) secara integratif. Nalar dengan logikanya,
merupakan alat utama untuk memperoleh pengetahuan. Rasio dalam pengertian nalar ini telah lama
digunakan untuk memecahkan atau menemukan jawaban atas suatu masalah pengetahuan. Bahkan,
merupakan cara tertua yang digunakan manusia dalam wilayah Sains. Dengan demikian, salah satu ciri
Sains adalah bahwa cara perolehannya harus menggunakan tata cara (metoda) yang jelas dan benar.
Jika tidak ada kejelasan dalam metoda atau metoda yang digunakan diragukan validitas dan
reliabilitasnya, maka bukan Sains.

1) C. Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu axios yang berarti sesuai atau wajar dan
logos yang berarti ilmu. Aksiologi sering dipahami sebagai teori nilai. Jujun S. Suriasumantri (1996)
mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Dalam lingkup kajian filsafat, nilai merujuk pada pemikiran suatu sistem seperti politik, sosial,
dan agama. Adapun nilai dapat dipahami sebagai sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap
insan yang pada umumnya berupa sikap. Kata lain yang sepadan dan banyak digunakan selain istilah
nilai adalah norma. Jadi, Aksiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya
dari pengetahuan serta etika dan estetika cara memperolehnya pengetahuan (Sains). Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan Sains serta etika dan estetika yang harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat. Dengan demikian, dalam aksiologi, ada dua
sistem nilai yang dijadikan acuan, yaitu Etika dan Estetika.
2) Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Paradigma Kualitatif Paradigma Kuantitatif

Metoda kuanlitatif Metoda kuantitatif

Memahami perilaku manusia dari sudut pandang Mencari fakta / penyebab fenomena secara
si aktor objektif

Pendekatan fenomenologi Pendekatan logical-positivism

Tidak dikendalikan, pengukuran sifat pengamatan Di kondisi kan, engukuran terkendali


natural

Subjektif pengamatan dari dalam tidak menjaga Objektif sudut pandang dari luar menjaga jarak
jarak dengan data dengan data

Graunded, discovery oriented, exploratory, Ungrounded verification oriented confirmatory


expansionist, descriptive, inductive reductionist, inferential, hypothetico, deductive

Orientasi proses Orientasi hasil

Validitas sangt penting nyata kaya dan mendalam Rehabilitas sangat penting hard data dan mudah
di replikasi

Holistik dominasi sintesa Partikularistik dominasi analisa.


3) Contoh Judul Penelitian/Skripsi Kuantitatif dan Kualitatif
 KUANTITATIF

1. EFEKTIVITAS BELAJAR ONLINE BAGI SISWA SEKOLAH DASAR 2 BRAGA, BANDUNG


2. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAFETY RIDING PADA PENGEMUDI MOBIL TANGKI BBM
PT. PERTAMINA INDRAMAYU TAHUN 2022
3. HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI
DI PT. DJARUM
4. ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT PADA PUSKESMAS MARGADADI INDRAMAYU
5. EKOFEMINISME DAN PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI SURAKARTA

 KUALITATIF

1. STRATEGI INTERNET MARKETING TERBAIK UNTUK NAIKKAN PENJUALAN PRODUK KERIPIK


COWAK CAWIK ASLI TEGALURUNG BALONGAN INDRAMAYU
2. ANALISIS MACAM-MACAM STRATEGI GURU DI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
PARA SISWA
3. EFEKTIFITAS METODE PENDEKATAN SOSIOLOGI PERSONAL DALAM MEMINIMALISASI TERHADAP
KENAKALAN REMAJA
4. ANALISA TENTANG PERILAKU KONSUMSI MAHASISWA UNIVERSITAS WIRALODRA DITINJAU DARI
MOTIF MEREKA BERTRANSAKSI
5. ANALISIS DESAIN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PELAPORAN PADA UMKM X DI KOTA
BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai