Anda di halaman 1dari 7

ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU

Nama
NIM
Pendahuluan
Ontologi adalah salah satu konsep sentral dalam dunia filsafat yang
memperoleh perhatian yang semakin besar dalam kaitannya dengan pemahaman
ilmu pengetahuan dan realitas. Istilah "ontologi" berasal dari bahasa Yunani, di
mana "ontos" berarti "ada" dan "logos" merujuk pada "kajian" atau "pemahaman."
Secara sederhana, ontologi adalah studi tentang apa yang ada dan bagaimana hal-
hal tersebut ada. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi makna dan relevansi
ontologi dalam konteks filsafat ilmu.

Ontologi, atau juga sering diistilahkan dengan Metafisika, merupakan


salah satu cabang Filsafat yang mempelajari tentang hakikat kenyataan. Kendati
kedua istilah tersebut di satu sisi sering dipergunakan secara identik satu sama
lain, di sisi lain istilah Ontologi juga dibedakan dari Metafisika. Ontologi adalah
suatu bentuk Metafisika umum, yang berbeda dengan cabang-cabang Metafisika
khusus lainnya (Teologi Metafisik; Kosmologi Metafisik; dan Antropologi
Metafisik).1

Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang mempertanyakan aspek


fundamental tentang ilmu pengetahuan, metode ilmiah, dan sifat realitas yang
ditemukan dalam ilmu pengetahuan. Ontologi menjadi relevan dalam filsafat ilmu
karena mempengaruhi cara kita memahami realitas, konstruksi pengetahuan, dan
batasan ilmu pengetahuan. Sebuah pemahaman yang kuat tentang ontologi adalah
kunci untuk membahas pertanyaan-pertanyaan penting dalam ilmu pengetahuan
dan filsafat ilmu.

Artikel ini bertujuan untuk merinci konsep dasar ontologi, menggali


relevansinya dalam konteks filsafat ilmu, dan menyajikan berbagai metode
ontologi yang memengaruhi pemahaman ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
1
Saifullah Idris and Fuad Ramly, Dimensi Filsafat Ilmu Dalam Diskursus Integrasi Ilmu (Yogyakarta:
Darussalam Publishing, 2016), p. 121.
artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang peran
ontologi dalam membentuk pandangan dunia ilmiah dan pemikiran filsafat ilmu
secara keseluruhan.

Konsep Dasar Ontologi


Ontologi memiliki pengertian yang berbeda-beda, definisi ontologi
berdasarkan dari bahasa Yunani merupakan ilmu mengenai yang ada. Ontologi
secara istilah merupakan ilmu yang membahas hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality, baik berbentuk jasmani (konkret) maupun rohani (abstrak).
Dalam definisi Aristoteles, ontologi merupakan pembahasan mengenai yang ada
sebagai hal yang ada dan akan mengalami perubahan yang dalam, sehubungan
dengan objeknya.2 Ontologi itu membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori
tentang “yang ada”.3

Ontologi adalah the theory of being qua being atau filosofi mengenai
kehadiran selaku kehadiran. Ontologi merupakan ilmu yang mengulas mengenai
dasar “yang ada”, yang tidak terikat oleh satu konkretisasi tertentu dan berupaya
mencari inti “yang ada” dalam setiap realitas.4

Liang Gie dalam bukunya memaparkan bahwa ontologi merupakan bagian


dari filsafat dasar yang mengungkapkan makna dari sebuah eksistensi yang
pembahasannya meliputi persoalan-persoalan sebagai berikut5 :

 Apakah artinya ada, hal ada?


 Apakah golongan-golongan dari hal ada?
 Apakah sifat dasar kenyataan dari hal ada?

2
Suaedi Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor: IPB Press Printing, 2016), p. 81.
3
Muhammad Ramdon Dasuki, ‘TIGA ASPEK UTAMA DALAM KAJIAN FILSAFAT ILMU; ONTOLOGI,
EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI’, Seminar Nasional Bahasa Dan Sastra Indonesia Sasindo Unpam
2019, 2019, p. 82.
4
Ermida and Ardimen, ‘Ontologi Ilmu Pengetahuan’, Journal on Education, Vol.06 No.01 (2023), p.
3307.
5
Suaedi, p. 81.
 Apakah cara-cara yang berbeda di mana entilas dari kategori-
kategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis,
pengertian universal, abstraksi, dan bilangan) dapat dikatakan ada?

Sedangkan Srisumantri memaparkan bahwa ontologi merupakan bahasan


mengenai apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan
kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan :

 Apakah objek ilmu yang akan ditelaah?


 Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut?
 Bagaimana hubungan antara objek dan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang dapat menghasilkan
pengetahuan?

Ontologi dalam memandang suatu realitas menggunakan dua paradigma.


Pertama, ialah kuantitatif yang mengajukan pertanyaan pakah realitas itu tunggal
(singular) atau jamak (plural).6 Ini berkaitan dengan pertanyaan apakah entitas
atau objek dalam realitas adalah satu-satunya atau ada banyak entitas serupa.
Misalnya, dalam hal objek konkret seperti meja, apakah ada satu meja tunggal
atau banyak meja di dunia ini. Pertanyaan ini membantu kita memahami dasar
dasar realitas dari sudut pandang kuantitatif. Kedua, ialah kualitatif yang
mengajukan pertanyaan apakah realitas itu memiliki mutu khusus. 7 Ini berkaitan
dengan sifat-sifat kualitatif atau karakteristik yang dimiliki oleh objek atau entitas
dalam realitas. Misalnya, apakah ada sifat-sifat khusus yang membedakan satu
entitas dari yang lain. Pertanyaan ini membantu kita memahami sifat-sifat atau
karakteristik unik yang dapat ada dalam realitas.

Secara sederhana, ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba untuk


memahami realitas atau kenyataan dengan cara yang kritis. Dengan
mempertimbangkan aspek kuantitatif dan kualitatif, ontologi membantu kita
menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang sifat dan struktur realitas.
6
Ermida and Ardimen, p. 3308.
7
Ermida and Ardimen, p. 3308.
Ontologi mengkaji yang ada. Dengan kata lain, objek kajian ontologi
adalah yang ada. Dalam filsafat ilmu, istilah ontologi banyak digunakan ketika
membahas yang ada, yang terikat oleh satu perwujudan tertentu. Pembahasannya
meliputi apa yang ada dan menampilkan semesta universal. Ontologi berupaya
mencar inti yang termuat dalam setiap kenyataan.

Ontologi dalam Filsafat Ilmu


Dalam pembahasan tentang ilmu (pengetahuan ilmiah), sebagai salah satu
bentuk pengetahuan manusia, Ontologi, sebagaimana halnya Epistemologi dan
Aksiologi, menempati unsur dasar setiap ilmu. Setiap ilmu memiliki dasar atau
landasan filosofis yang terdiri dari: landasan ontologis, landasan epistemologis,
dan landasan aksiologis. Keberadaan dan upaya pengembangan ilmu-ilmu, secara
normatif, harus bertumpu pada ketiga landasan ini. Landasan-landasan ini
sekaligus menggambarkan dimensi-dimensi dari ilmu: dimensi ontologis, dimensi
epistemologis, dan dimensi aksiologis. Pembahasan tentang ketiga landasan atau
dimensi ini merupakan salah satu kajian penting dalam Filsafat Ilmu.8

Ontologi dalam filsafat ilmu merupakan studi mengenai sifat dasar ilmu
yang memiliki arti, struktur, dan prinsip ilmu. Ontologi filsafat sebagai cabang
filsafat adalah ilmu apa, dari jenis dan struktur dari objek, properti, peristiwa,
proses, serta hubungan dalam setiap bidang realitas. Filsuf seringkali
menggunakan sinonim ontologi yang sering digunakan oleh Aristoteles, yakni
‘filsafat pertama’. Terkadang ontologi digunakan dalam arti yang lebih luas untuk
merujuk kepada studi yang mungkin ada; metafisika.9

Ontologi bertujuan untuk memberikan klasifikasi yang definitif dan


lengkap dari entitas semua bidang. Klasifikasi harus definitif, dalam arti bahwa
hal itu dapat berfungsi sebagai jawaban seperti apa kelas entitas yang diperlukan
untuk penjelasan lengkap dari semua kejadian di alam semesta? Apa kelas entitas
yang diperlukan untuk memberikan penjelasan mengenai apa yang membuat

8
Idris and Ramly, p. 121.
9
Suaedi, p. 82.
benar semua kebenaran? Hal ini harus lengkap agar hubungan antar entitas
membentuk keutuhan yang lebih besar.10

Pembahasan para ahli sebelumnya mengatakan bahwa fenomena ilmu


bagaikan fenomena gubung es di tengah lautan, sedangkan yang tampak oleh kita
hanyalah sebuah kerucut yang biasanya tidak begitu besar. Namun, jika diselami
maka akan terlihat fenomena yang luar biasa. Sehingga ilmu yang terlihat
hanyalah permukaan (terapan) dari sebuah dunia yang begitu luas, yaitu dunia
paradigma atau dunia landasan ilmu.11

Metode Ontologi
Beberapa pandangan-pandangan pokok di dalam ontologi adalah sebagai
berikut :

Terdapat beberapa paham mengenai hakikat, salah satunya adalah


monoisme. Monoisme merupakan paham yang menganggap bahwa hakikat yang
asal sari kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Berikut dua aliran
yang terbagi dari paham monoisme12 :

 Materialisme : aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu


adalah materi, bukan rohani. Menurutnya, zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta.

10
Suaedi, p. 82.
11
Suaedi, p. 88.
12
Suaedi, p. 84.
 Idealisme : sebagai lawan dari materialisme adalah aliran idealisme
yang dinamakan juga dengan spiritualisme. Idealisme berasal dari
kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu
berasal dari roh, yakni sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruang. Materi dan zat itu hanyalah satu jenis
penjelmaan rohani.

Kemudian ada pula dualisme, yakni paham yang memahami bahwa


hakikat itu ada dua, yakni benda terdiri dari atas dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya ; hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit,
materi bukan muncul dari rohm dan roh bukan muncul dari benda. Masing-masing
hakikat berdiri sedniri, sama-sama azali dan abadi.13

Lalu ada pula pluralisme, yakni paham yang berpandangan bahwa segala
macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme berawal dari keseluruhan dan
mengakui bahwa segala macam bentuk ini semuanya nyata. Pluralisme dikatakan
sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak
unsur, lebih dari satu atau dua entitas.14

Kemudian ada nihilisme. Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti
nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif
yang positif. Salah satu tokoh aliran ini adalah Friedrich Nietzche yang mengakui
bahwa pada kenyataannnya moral di Eropa sebagian besar masih bersandar pada
nilai-nilai Kristiani. Namun, yidak dapat dihindarkan bahwa nilai-nilai itu akan
lenyap dengan sendirinya, dan manusia modern terancam nihilisme. Dengan
demikian, ia sedniri harus mengatasi bahaya itu dengan menciptakan nilai-nilai
baru, dengan transvaluasi semua nilai.15

Yang terakhir adalah agnotisisme. Paham ini mengaingkari kesanggupan


manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi ataupun hakikat

13
Suaedi, p. 85.
14
Suaedi, p. 85.
15
Suaedi, p. 86.
rohani. Timbulnya aliran ini disebabkan seseorang yang belum mampu
menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan
dapat dikenal.16

Referensi
Ermida, and Ardimen, ‘Ontologi Ilmu Pengetahuan’, Journal on Education,
Vol.06 No.01 (2023)

Idris, Saifullah, and Fuad Ramly, Dimensi Filsafat Ilmu Dalam Diskursus
Integrasi Ilmu (Yogyakarta: Darussalam Publishing, 2016)

Ramdon Dasuki, Muhammad, ‘TIGA ASPEK UTAMA DALAM KAJIAN


FILSAFAT ILMU; ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI’,
Seminar Nasional Bahasa Dan Sastra Indonesia Sasindo Unpam 2019,
2019

Suaedi, Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor: IPB Press Printing, 2016)

16
Suaedi, p. 87.

Anda mungkin juga menyukai