Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat ilmu telah mengantarkan manusia pada perkembangan ilmu
pengetahuan yang amat luas dan mendalam dari olah pikir manusia, Pemahaman
kita tentang proses realitas atau alam semesta, melalui sebuah pemahaman pikiran
manusia telah memberikan beberapa kajian tentang ilmu filsafat. Ilmu filsfat
secara umum menjelaskan tentang beberapa paham yakni paham wujud
(ontology), paham alam (cosmology), paham ilmu (epistemology), paham
metodologi (methodology), dan paham nilai (value) dalam Islam.
Istilah ontologi atau paham wujud digunakan ketika kita
membahas sesuatuyang ada dalam konteks filsafat ilmu. Persoalan tentang ada
menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta mempeunyai arti dibalik
physika mempunyai arti benda-benda fisik atau nyata. Dari kata diatas dapat kita
ambil sebuah pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat
paling dalam dibalik sebuah kenyataan atau dari sebuah benda-benda fisik. Dalam
kajian ini para filosof tidak mengacu pada ciri-ciri khusus dari benda-benda
tertentu, akan tetapi mengacu pada ciri-ciri universal dari semua benda yang ada.
Metafisika sebagai salah satu cabang filsafat mencakup persoalan ontologys,
kosmologis dan antropologis. Ketiga hal itu memiliki titik sentral kajian
tersendiri.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf
yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah

1
pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi
belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua
macam sudut pandang:
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memilikikualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna
kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari
realitas atau kenyataan konkret secara kritis.Beberapa aliran dalam bidang ontologi,
yakni realisme, naturalisme, empirisme. Istilah istilah terpenting yang terkait dengan
ontologi adalah:
1) Yang-ada (being)
2) Kenyataan/realitas (reality)
3) Eksistensi (existence)
4) Esensi (essence)
5) Substansi (substance)
6) Perubahan (change)
7) Tunggal (one)
8) Jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara
menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya
antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan
sebagainya).
Dalam makalah ini akan memaparkan pembahasaan yang sangat menarik
yakni tentang makna ontologi dalam filsafat islam. Dalam konsep Islam
memberikan gambaran pada kita sebuah pandangan pada kajian Al-Quran dan
Hadist. konsep filsafat islam yang dibangun berdasarkan pemahaman terhadap

2
ajaran Islam atau berdasarkan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadist akan
membuat kita tidak terjebak hanya pada satu pola filsafat saja atau hanya pada
filsafat orang barat yang konseptualnya tidak dilandasi pada konsep keimanan.
1.1 Rumusan Masalah
Dalam pandangan latar belakang di atas penulis mengambil beberapa rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu :
1) Apa pengertian Antologi Secara Umum ?
2) Apa pengertian Antologi Prespektif Islam ?
3) Bagaimana Objek Materi Ilmu menurut pandangan Antologi Qur’ani ?
4) Apa saja macam-macam Aliran-aliran Antologi ?
1.2 Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:
1) Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Filsafat Islam.
2) Untuk memperdalam wawasan keilmuan mengenai baik filsafat umum maupun
filsafat islam terutama dalam segi Antologi Islam.
3) Dapat mengetahui pengertian Antologi, Antologi menurut Islam dan Aliran-
aliran Antologi.
1.3 Manfaat Penulis
Dalam penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan pegangan yang
mendukung suatu proses pembelajaran mahasiswa serta diskusi untuk mengkaji
Antalogi dalam Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist agar kita tidak
terjebak hanya pada satu pola filsafat saja atau hanya pada filsafat orang barat yang
konseptualnya tidak dilandasi pada konsep keimanan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antologi Secara Umum
Ontologi sering diidentikkan dengan metafisika yang juga di sebut dengan
Proto-filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang bahasanya
adalah Hakekat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab dan akibat, realita, prima atau
Tuhan dengan segala sifatnya, malaikat, relasi atau segla sesuatu yang ada di bumi
dengan tenaga-tenaga yang di langit, wahyu, akhirat, dosa, neraka, pahala dan surga.
Baik filsafat kuno maupun filsafat modern tentang ontologi ini menjadi
pembahasan utama di bidang filsafat. Sebagimana ontologi adalah teori dari cabang
filsafat yang membahas tentang realitas. Realita ialah mengenai kenyataan, yang
selanjutnya menjurus kepada sesuatu kebenaran. Tetapi realitas pada ontologi ini
melahirkan pertanyaan-pertanyaan. Apakaah sesungguhnya hakekat realitas yang ada
ini? Apakah realitas yanng nampak ini? Sesuatu realita materi saja? Atau adakah
sesuatu di balik realita itu? Serta apakah realita ini terdiri dari satu untuk unsur
(monisme), kedua unsur (dualisme) atau serba banyak (pluralisme). Pertanyaan
tersebut adalah pertanyaan metafisika atau ontologi. Sesuatu perwujudan
menampakkan diri sebagai satu tubuh, satu eksistensi dan mewujudkan keseluruhan
suatu sifatnya dan yang utama dari perwujudan itu adalah eksistensinya. Eksistensi
suatu realita itu adalah fundamental atau esensial.
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan Logos = logik.
Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Louis O.Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, Ontologi
itu mencari ultimate reality dan menceritakan bahwa di antara contoh pemikiran
ontologi adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa air lah yang menjadi
ultimate subtance yang mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu
saja yaitu air”.
Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengatakan, ontologi
mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ia disebut ilmu

4
hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontologi
memikirkan tentang Tuhan.
Amsal Bakhtiar dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan, ontologi berasal dari
kata ontos = sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori/ilmu tentang wujud,
tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi
berdasar pada logika semata-mata.
Bramel menjelaskan bahwa interpretasi tentang suatu realita itu dapat
bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang berbeda-beda
pendapat tentang bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahannya pastilah meja itu
substansi dengan kualitas materi. Inilah yang dimaksud dari setiap orang bahwa meja
itu suatu realita yang konkrit. Jadi realitas yang dibahas pada ontologi ini
dipergunakan untuk membedakan apa yang hanya nampaknya saja atau nyata,
sebagai contoh, sebuah tongkat yang lurus, menurut perasaan kita masih lurus bila
diceburkan ke air menurut penglihatan tongkat itu bengkok dan setelah diangkat
tongkatnya itu kembali lurus.
Objek telaah Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu perwujudan
tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari
inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua
bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang
mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-
jenis dan individu-individu. Diantara cabang – cabang hakikat adalah sebagai berikut:
1) Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga
hakikat tujuan kosmos.
2) Antrofologi membicarakan hakikat manusia.
3) Theodicea membahas mengenai hakikat tuhan
4) Theologia atau filsafat agama
5) Filsafat hukum
6) Filsafat pendidikan, Dll.

5
Untuk mengetahui realita semesta ini di dalam ruang lingkup ontologi secara
jelas, di sini dibedakan antara metafisika dan kosmologi:
1) Ontologi, secara etimologi yang berarti di balik atau di belakang fisika makna
yang diselidiki adalah hakekat realita menjangkau sesuatu di balik realita
karena metafisika ingin mengerti sedalam-dalamnya.
2) Kosmologi tentang realita. Kosmos yakni tentang keseluruhan sistem semesta
raya dan kosmologi terbatas pada realita yang lebih nyata dalam arti alam fisika
yang material dalam memperkaya kepribadian manusia di dunia tidaklah di
alam raya dan isinya. Dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari akan tetapi
suatu yang luas, realita visi spiritual yang tetap dinamis.
Dalam kajian ontologi ada beberapa masalah yang perlu dipahami dan
dicermati diantaranya yaitu :
1. Jumlah dan ragam
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pikiran
semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan. Kenyataan itu baik dari pengalaman pribadi maupun dari sejarah
pemikiran muncul persoalan tentang kesatuan dan kebanyakan, tentang ketunggalan
dan kegandaan, tantang keekaan dan keanekaan, tentang kesamaan dan keberlainan.
Persoalan itu merupakan pertanyaan ontologi yang paling fundamental, sebab
menentukan sudut pandang pertama mengenai kenyataan seutuhnya, dan menberikan
arah utama bagi seluruh ontologi.
2. Pertentangan
Rasanya orang-orang harus memilih salah satu di antara dua kemungkinan
tersebut (antara kenyataan yang satu dan yang beragam), jikalau kenyataan itu
bersatu, maka kiranya menjadi satu, tunggal, esa dan tidak akan menjadi banyak,
ganda dan aneka. Dan demikian pula sebaliknya, jikalau jika kenyataan itu
mengandung perbedaan. Atau sekurang-kurangnya salah satu menjadi sifat utama dan

6
karakteristik bagi kenyataan, sedangkan sifat lainnya marupakan kekurangan dan
kemerosotan.
3. Hampiran
Untuk menolak pemecahan persoalan awal ini, ontologi harus menolak dari
kenyataan konkret menurut apa adanya. Tidak akan diusahakan menjawab
pertanyaan:”Karena apa ada suatu kenyataan?” keniscayaan mengada atau tidaknya
itu mustahil diuraikan secara apriori. Adanya kenyataan diterima saja sebagai fakta,
dan ontologi berusaha menetapkan batas-batas struktur-strkturnya.
Analisis mengenai keseluruhan kenyataan tidak akan dimulai dengan berefleksi
tentang kesadaran manusia akan pertanyaan mengenai mengada-pada-umumnya
(I’etre, Sein, bieng). Andaikata demikian, maka akan bahaya bahwa rumusan
pertanyaan pun telah memuat kekurangan. Titik pangkal penelitian ialah kesadaran
manusia mengenai dirinya sendiri sebagai data. Disitulah manusia paling dekat
dengan kenyataan.
2.2 Pengertian Antologi Prespektif Islam
Dalam Islam, ontologi itu tidak sekedar yang tampak dan dapat dicerap oleh
alam empiris, tapi lebih dari itu. Ada ”the ultimate reality” di balik yang empirik ini.
Hakekat mutlak mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan-
tumbuhan, dan alam-alam lainnya.
Mari kita simak ayat- ayat al-Quran sebagai berikut:
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu. (QS. At-Thalaq (65): 12).
Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan dia Maha
mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Hadid (57): 3).
Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. (QS. Az
Zumar (39): 62).

7
Dengan tidak melepaskan diri dari landasan Al-Qur’an di atas dapat dikatakan
bahwa sejauh kita akan berbicara apapun mengenai hakekat realitas sebagai realitas
ciptaan Allah, maka pertama-tama, ia harus berangkat dari kepercayaan dan
keyakinan bahwa adanya pencipta sebagai sebab keterciptaannya sesuatu yang ada
didunia ini. Sudah pasti dan tidak bias dipungkiri bahwa pencipta bukanlah ciptaan
itu sendiri, sebab hal tersebut adalah mustahil.
Islam memiliki pandangan bahwa ontologi itu tidak sekedar sesuatu yang
tampak dan dapat dicerap oleh alam empiris, tapi lebih dari itu. Ada ”the ultimate
reality” di balik yang empirik ini. Hakekat mutlak mendasari alam zahir; alam
manusia, alam hewan, alam tumbuhan-tumbuhan, dan alam-alam lainnya.
Paham wujud (ontologi) yang benar menurut Islam, seperti disebutkan di atas,
adalah yang mendasari paham manusia tentang alam (kosmologi). Kosmologi Islam,
adalah ilmu tentang ”kaun”, alam fisikal. Alam ini selalu bergantung kepada Allah
Swt.
Setiap titik alam selalu merujuk dan menjadi ayat kepada Tuhannya. Jika kita
melihat dalam pandangan ini hukum sebab akibatpun tidak bisa diakui. Konsep
sebab-akibat mengimplikasikan proses yang independen dari Tuhan. Padahal tidak
bisa demikian, karena hakekatnya semua yang ada tetap dibawa kuasa Allah sebagai
sang pencipta dan yang mengatur alam semesta ini, bukan akibat di bawah dari
sebuah sebag atau akibat dibawah akibat.
Guna menafikkan hukum sebab-akibat ini, merujuk kepada ulama’ besar dan
tokoh filosof islam yakni Al-Ghazali. Ia mencontohkan bahwa peristiwa A (makan)
dan B (kenyang) bukanlah sebab akibat. A dan B kejadiannya memang diatur terjadi
serentak oleh Allah. Keduanya sama-sama diinginkan oleh Allah. Itulah hukum
hukum kebiasaan yang diturunkan Allah. Karena orang yang makan nasi biasanya
kenyang , tapi ada juga yang tidak kenyang, yang mungkin adat itu suatu waktu
memang dicabut oleh Allah. Maka sunnatullah fil ardhi tidaklah dharuri (mesti).

8
2.3 Obyek Materi Ilmu Menurut Pandangan Qur’ani
Pengetahuan manusia pada hakekatnya hanya datang dari penguasa alam
semesta ini yakni Allah Swt. yang didapati melalui beberapa saluran. Saluran ini pun
masih terkait erat dengan paham manusia tentang wujud. Paham wujud ontologi
islammemberikan pemahaman bahwa saluran ilmu bagi Islam terdiri dari:
1) Panca indera eksternal, yang meliputi peraba (touch), perasa (taste), pencium
(smell), pendengaran (hearing), dan penglihatan (sight);
2) Panca indera internal, yakni indera bersama (common sense atau al-hiss al-
musytarak), representasi (representaion atau al-khayaliyyah), estimasi
(estimation atau al-wahmiyyah), rekoleksi (retention/recollection atau al-
hafizah/al-dhakirah), imaginasi (imagination atau al-khayal/al-mutakhalliyyah).
Menurut Prof. Wan Mohd. Nor Wan Daud, “Islam tidak pernah mengecilkan
peranan indera, yang pada dasarnya merupakan saluran yang sangat penting dalam
mencapai pengetahuan tentang reality empiris”.
Dari uraian diatas bisa sedikit kita tarik sebuah garis pemikiran bahwa yang
wujud atau yang ada itu tidak hanya sekedar fisik belaka tetapi transfisik atau
metafisik. Alam fisik ini hanya pengejewantahan ’af’al sifat-sifat Allah yang
metafisik. Allah pencipta dan alam ciptaannya. Allah kekal dan alam tidak kekal.
Bahwa memang bisa timbul kebingungan bagi sementara kalangan terhadap
pandangan ontologi qurani yang telah dikemukakan diatas, khususnya bagi mereka
yang sudah berpijak pada cara pandang ontologi filsafat Barat yang tidak didasarkan
pada keimanan.
Pasti akan banyak pernyataan dari mereka yang berpijak pada cara pandang
filsafat barat bahwa betapa mungkin alam gaib juga dinyatakan sebagai obyek materi
ilmu sementara secara epistemologis, atau lebih khusus lagi secara metodologis tidak
dimungkinkan adanya suatu alat verifikasi yang dapat digunakan secara bersama oleh
semua orang. Misalnya, bagaimana menggunakan verifikasi untuk menguji kebenaran
pernyataan mengenai hal-hal yang bersifat gaib.

9
Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi sebab dalam rangka verifikasi, dunia ilmu
sekuler sendiri telah mengakui salah satu acuan verifikasi adalah pernyataan-
pernyataan otoritas. Verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang berkenaan
dengan obyek alam gaib, dapat dilakukan mengenai verifikasi rasional terhadap
pernyataan-pernyataan doctrinal yang berkenaan dengannya, yang bersumber dari
Allah sebagai sumber ilmu sendiri. Jawaban tersebut memang masih dapat
menimbulkan pertanyaan selanjutnya, yaitu bagaimana mungkin itu dilakukan oleh
mereka yang tidak mengakui adanya Allah? Jawabnya adalah, dengan melihat pada
substansi pernyataan itu sendiri. Apakah ia memenuhi syarat untuk menjadi
acuandalam hal ini? Apakah ia dapat memberi penjelasan secara konsisten dan dapat
diterima secara rasional oleh semua orang?
Pandangan ontologys tersebut melahirkan pandangan mengenai obyek materi
ilmu dengan pernyataan singkat sebagai berikut:
1) Obyek ilmu adalah alam syahadah maupun alam gaib
2) Membangun pengetahuan ilmiah mengenai alam tersebut dilakukan dengan
acuan petunjuk Allah Swt sebagai penciptanya.
Selanjutnya, yang mesti menjadi perhatian kita semua dalam memahami
ontology dalam perspektif islam adalah bahwa pandangan Islam tentang realitas
sebagai objek kajian ilmu ternyata tidak hanya terpaku pada dunia empiric atau fiscal
tetapi juga mencakup dunia ruh atau alam ghaib. Diri manusia sendiri
adalah sebuahminiatur alam semesta ini yang tidak hanya terdiri atas jasad atau badan
saja tetapi juga hati, perasaan, jiwa dan ruh yang merupakan “bagian” dari Tuhan.
Karena itu, metodologi pemikiran Islam tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan dan
kegeniusanpemikiran atau rasio saja tetapi harus dengan kesucian hati dan keimanan
yang kuat.
2.4 Aliran-aliran Antologi
Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan
pokok pemikiran sebagai berikut:

10
1) Monoisme
Monisme adalah aliran yang memberikan gagasan metafisis bahwa kosmos
terbuat dari satu jenis Zat .. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik
yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-
masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang
pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Paham ini kemudian
terbagi ke dalam dua aliran:
a. Materialisme
Menurut aliran ini, yang sesungguhnya ada adalah keberadaan yang bersifat
material atau bergantung terhadap materi. Menurutnya, zat mati (materi) merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta, aliran ini juga menolak segala sesuatu yang tidak
kelihatan. Yang ada hanyalah materi. Sedangkan yang lainnya, yaitu jiwa atau ruh
tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri seperti halnya jiwa dan
badan (materi). Tanpa jiwa badan dapat hidup, tapi jiwa tanpa bahan tidak akan dapat
hidup. Contohnya jantung katak yang dikeluarkan dari tubuhnya masih dapat
berdenyut beberapa detik. Sedangkan tidak akan pernah ada katak tanpa badan
(materi) . ini..
b. Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme. Idealisme diambil dari kata
"Idea", yaitu sesuatu yang Nadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Aliran ini
menjadikan 'AKU' sebagai dasar tindakan yang merupakan subyek yang sekonkret-
konkretnya dan dianggap sebagai satu-satunya realitas. 'AKU' berfikir bahwa segala
sesuatu sebetulnya tak lain dari pada saya. Saya sadar akan dunia dan orang-orang
sekitar saya. Mereka ada di dalam kesadaran saya. Jadi seluruh realita yang nampak
ini adalah karena AKU berfikir.

11
2) Dualisme
Dualisme merupakan aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua
faham yang saling bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. Dualisme
mengatakan bahwa materi dan ruh sama-sama hakikat. Materi muncul bukan karena
roh, begitu pula roh tidak muncul karena materi. Kedua macam hakikat itu masing-
masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Contoh yang paling
jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia. Tokoh
paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat
modern. la menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan
dunia ruang (kebendaan).
3) Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu
semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan
sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan ini tersusun dari banyak unsur,
lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah
Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu
terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M). kelahiran New
York dan terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya
The Meaning of Truth James mengemukakan, tiada kebenaran yang mutlak, yang
berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang
mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar
dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena dalam praktiknya
apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena
itu, tiada kebenaran yang mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran, yaitu apa
yang benar dalam pengalaman-pengalaman yang khusus, yang setiap kali dapat
diubah oleh pengalaman berikutnya. Kenyataan terdiri dari banyak kawasan yang

12
berdiri sendiri. Dunia bukanlah suatu universum, melainkan suatu multi-versum.
Dunia adalah suatu. yang terdiri dari banyak hal yang beraneka ragam atau pluralis.
4) Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah
doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme
diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fathers and Childern yang
ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia.
Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno,
yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang
realitas. Pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada.
Bukankah Zeno juga pernah sampai pada kesimpulan bahwa hasil pemikiran itu
selalu tiba pada paradoks. Kita harus menyatakan bahwa realitas itu tunggal dan
banyak, terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta. Karma kontradiksi tidak
dapat diterima, maka pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas.
Kedua, bila sesuatu itu ada, isi tidak dapat diketahui. Ini disebabkan oleh
penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi. Akal juga
tidak mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta ini karma kita telah
dikungkung oleh dilema subjektif. Kita berpikir sesuai dengan kemauan, ide kita,
yang kita terapkan pada fenomena. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, isi
tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
5) Agnostisisme
Agnosticisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin
mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataan ini. Baik hakikat materi maupun
hakikat ruhani. Kata Agnosticisme sendiri berasal dari bahasa Grik Agnostos yang
berarti unknown. A artinya not, Gno artinya know. Manusia dengan semua
keterbatasannya tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik oleh
inderanya maupun oleh pikirannya.
Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu
menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat

13
kita kenal. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan mutlak
yang bersifat trancendent.
2.5 Landasan Ontologi Ilmu Kebidanan
Dari segi keilmuan, kebidanan sebagai profesi yang mandiri memerlukan
pengetahuan teoritis yang jelas dan dirumuskan dengan berpedoman kepada filsafat
ilmu, sehingga dapat memenuhi ciri atau karakteristik dan spesifikasi pengetahuan
yang berdimensi dan besifat ilmiah. Ilmu kebidanan mempunyai beberapa pokok
karakteristik dan spesifikasi baik obyek forma maupun obyek materia yang meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Obyek materia Ilmu Kebidanan
Obyek materia ilmu kebidanan adalah substansi dari obyek penelaahan dalam
lingkup tertentu. Objek materia dalam disiplin keilmuan kebidanan adalah janin, bayi
baru lahir, bayi dan anak dibawah lima tahuan (balita) dan wanita secara utuh
(holistih) dalam siklus kehidupannya ( kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa
muda, dewasa lansia dini dan lansia lanjut) terutama dalam masa reproduksi pada
masa pra konsepsi, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas/masa menyusui
dan bayi baru lahir.
2. Obyek forma Ilmu Kebidanan
Obyek forma ilmu kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada obyek
penelaahan dalam batas atau ruang lingkup tertenu. Obyek forma dari disiplin
keilmuan kebidanan adalah mempertahankan status kesehatan reproduksi yaitu
kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya termasuk upaya keamanan dan
kesejahteraan ibu dan janinnya pada pra konsepsi masa kehamilan, masa persalinan,
masa nifas/masa menyusui, sehingga tercapai kondisi yang sejahtera pada ibu dan
janinnya dan selanjutnya ibu tersebut dapat memelihara bayinya secara optimal.
Dengan demikian kajian ilmu kebidanan dapat dikembangkan berdasarkan
konsep dasar tersebut diatas yaitu tubuh pengetahuan teoritis yang khas, berdimensi
dan bersifat ilmiah. Secara umum berdasarkan fikiran dasar obyek forma dan obyek
materia dalam mengisi kerangka konseptual ilmu kebidanan, maka ilmu kebidanan ini

14
dapat menerima dan menerapkan unsur pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang
lain sesuai dengan kebutuhan ilmu kebidanan itu sendiri, maka disusunlah tubuh
pengetahuan kebidanan (Body of midwifery knowledge) yang dikelompokan menjadi
empat yaitu :
A. Ilmu Dasar
 Anatomi
 Psikologi
 Mikrobiologi dan para sitologi
 Patofisiologi
 Fisika
 Biokimia
B. Ilmu social
 Pancasila dan Wawasan Nusantara
 Bahasa Indonesia
 Bahas Inggris
 Sosiologi
 Antropologi
 Psikologi
 Administrasi dan Kepemimpinan
 Ilmu Komunikasi
 Humaniora
 Pendidikan (Prinsip Belajar dan Mengajar)
C. Ilmu terapan
 Kedokteran
 Farmakologi
 Epidemiologi
 Statistik
 Tenik Kesehatan Dasar (TKD)/Keperawatan Dasar

15
 Paradigma Sehat
 Ilmu Gizi
 Hukum Kesehatan
 Kesehatan Masyarakat
 Metode Riset
D. Ilmu Kebidanan
 Dasar-dasar kebidanan (Perkembangan kebidanan, registrasi dan organisasi
profesi dan peran serta fungsi bidan)
 Teori dan model konseptual kebidanan
 Siklus Kehidupan Wanita
 Etika dan Etiket Kebidanan
 Pengantar Kebidanan Profesional (Konsep kebidanan, Definisi dan lingkup
kebidanan, dan manajemen kebidanan)
 Teknik dan Prosedur Kebidanan
 Asuhan Kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi (berdasarkan siklus
kehidupan manusia dan wanita )
 Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan
 Legislasi Kebidanan
 Praktek Klinik Kebidanan
Adapun wujud yang hakiki dari obyek ilmu kebidanan adalah sebagai berikut :
1) Wanita
Wanita adalah mahluk bio-psikososial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik
, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Wanita/ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga
keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta social sangat
diperlukan.Wanita/Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas
manusia sangat ditentukan oleh keberadaan dan kondisi dari wanita/ibu dalam
keluarga.

16
2) Reproduksi
Reproduksi adalah suatu fungsi pada manusia yang sangat penting untuk
mempertahankan diri dari kepunahan. Proses reproduksi mulai dari saat pembuahan,
melalui masa kehamilan dan akhirnya mencapai titik kulminasi berupa persalinan,
maka lahirlah insan yang menjadi generasi penerus.
3) Keluarga
Keluarga adalah suami, istri disertai anak dari suami istri tersebut dan juga
individu yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang tinggal dibawah satu
atap.Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah atau daerah membentuk
masyarakat.Kumpulan dari masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan
bangsa Indonesia.Masyarakat terbentuk karena adanya interaksi antar manusia dan
budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai
yang terorganisasi.
4) Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal. setiap individu berhak
untuk dilahirkan secara sehat, unik itu maka setiap wanita usia subur, ibu hamil,
melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berualitas.
Sebagai Bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup Pancasila,
seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa
semua manusia adalah mahluk biopsikososialkultural dan spiritual yang unik
merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang
sama.Manusia terdiri dari pria dan wanita yang kemudian kedua jenis individu itu
berpasangan menikah membentuk keluarga dan mempunyai anak.
Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan menusia dan
perbedaan budaya.Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri,mendapat
informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya.

17
Untuk dapat tercapainya keamanan dan kesejahteraan bagi ibu dengan janinnya
dapat dikembangkan prinsip dari kebidanan dalam pemberian asuhannya. Pelayanan
bidan di Indonesia berdasarkan konsep yang menjelaskan proses asuhan kebidanan
sebagai berikut
a) Tindakan kebidanan yang tepat dan aman,yaitu semua tindakan yang diberikan
oleh bidan untuk ibu/wanita, bayi dan keluarga terhadap hal-hal yang dapat
merugikan kesehatannya
b) Memberi kepuasan klien adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan
keadaan permasalahannya dan hasil yang dicapai dari tindakan tersebut.
c) Menghargai derajat manusia dan haknya untuk dapat mengambil keputusan
sendiri, yaitu:tindakan yang dilakukan mennjukan sikap bahwa bidan dihargai
ibu/wanita sebagai individu yang mandiri dan mendukung hak dan tanggung
jawab untuk ikut menentukan atau mengambil keputusan yang berkaitan
dengan kesehatan dirinya dan asuhan yang diberikan.
d) Menghargai perbedaan social budaya seseorang yaitu tindakan dan sikap yang
menunjukan pengertian bahwa individu dan keadaan kesehatan dapat
dipengaruhi oleh adat kebiasaan dan perilaku keluarga atau lingkungan.
e) Kontak keluarga adalah tindakan/asuhan yang diberikan dengan
mengikutsertakan keluarga sebagai komponen penting dalam masa kehamilan,
persalinan dan nifas serta meningkatkan secara optimal kesehatan keluarga
sesuai keinginan ibu maupun keluarga.
f) Peningkatan kesehatan adalah tindakan yang mendukung prilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan ibu/wanita sepanjang siklus kehidupannya, terutama
berkaitan dengan proses kehamilan, persalinan dan nifas yang normal
g) Mengikutsertakan masyarakat dalam hal ini kelompok ibu-ibu.Dengan
mengerakan peranserta masyarakat adalah upaya menyadarkan masyarakat,
agar masyarakat dapat mengerti dalam memecahkan masalah kesehatannya
sendiri terutama yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas
dalam mencapai kesehatan reproduksi menuju tercapainya NKKBS.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata ontologi, barasal dari dua kata dasar yaitu Ontos dan Logos. Ontos yang
berarti Ada dan Logos yang berarti Ilmu. Sehingga secara global istilah onntologi
bisa diartikan sebagai suatu ilmu yang mengkaji tentang hakiat dari segala sesuatu
Yang-Ada. Hakikat dalam kajian ontologi adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu,
bukan keadaan sementara yang selalu berubah-ubah.
Begitu halnya antologi islam yang berdasarkan pada Al-Qur’an
memandangbahwa segala sesuatu selain Al-Khaliq (Pencipta) adalah Makhluq
(ciptaan), sang pencipta sebagai sesuatu yang maha kuasa adalah pengatur alam
semesta ini. Allahtelah memberikan hukum-hukum keberadaan (Sunnatullah) pada
alam semesta ini.
Objek filsafat ilmu bukanlah alam nyata atau alam yahadah saja tetapi menurut
islam objek filsafat ilmu adalah alam syahadah maupun alam gaib dan untuk
membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmiah mengenai alam tersebut
dilakukan dengan acuan petunjuk Allah Swt, sebagai Penciptanya.
Dalam Islam, ontologi itu tidak sekedar yang tampak dan dapat dicerap oleh
alam empiris, tapi lebih dari itu. Ada ”the ultimate reality” di balik yang empirik ini.
Hakekat mutlak mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan-
tumbuhan, dan alam-alam lainnya.
Dalam kajian ontologi ada beberapa masalah yang perlu dipahami dan
dicermati yaitu jumlah dan ragam, pertentangan dan hampuran. Dalam tataran
ontologi ini ada beberapa aliran filsafat yang mencoba menilai tentang makna yang-
ada, di antaranya :
a) Aliran Monisme yang berpendapat bahwa Monisme bahwa kosmos terbuat dari
satu jenis Zat.
b) Aliran Dualime yang beranggapan bah segala sesuatu berasal dari materi dan
pikiran yang kedua-duanya sama-sama hakiki

19
c) Pluralisme yang berasumsi bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah berasal
dari keberagaman dan tidak bersifat tunggal
d) Nihilisme yang memberikan tanggapannya bahwa sebenarnya tidak ada istilah
kebenaran hakiki tentanf segala sesuatu
e) Agnosticisme yang mangatakan bahwa manusia dengan segala kekuranggannya
tidak akan bisa menemukan makna hakiki dari segala sesuatu baik yang
diperoleh dari inderanya maupun pikiranya.
f) Dalam kajian ontologi memang banyak terjadi perbedaan pendapat, hal ini
disebabkan keberbedaan sistematika berfikir oleh para pendiri aliran-alirann
tersebut. Tapi yang pasti, pendapat dari aliran-aliran itu bersifat spekulatif,
sehingga tidak menutup memungkinan terjadi kekeliruan.
3.2 Saran
Mari kita mengambil sebuah contoh gambaran Antologi dalam konsep filsafat
islam yang dibangun berdasarkan pemahaman terhadap ajaran Islam atau berdasarkan
pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadist akan membuat kita tidak terjebak hanya
pada satu pola filsafat saja atau hanya pada filsafat orang barat yang konseptualnya
tidak dilandasi pada konsep keimanan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ani. 2011. Aspek Ontologi dalam Filsafat Ilmu.


(http://bermenschool.wordpress.com/
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakarta
Farina Anis. Ontologi Islam. 2007. (http://permenungan.multiply.com,
Nasution, Harun, Filsafat Agama. Jakarta
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai.
Suriasumantri , Jujun S. Pengantar Ilmu dalam Perspektif.
http://makalahtarbiyah7s.blogspot.co.id/2014/11/makalah-antologi-islam-yang-ada-
nyata.html
http://alfarizisalman.blogspot.co.id/2010/07/ontologi-dalam-perspektif-islam.html
https://bidanshop.blogspot.co.id/2010/01/kebidanan-secara-ontologi.html

21

Anda mungkin juga menyukai