Anda di halaman 1dari 11

KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA
SEKTOR INFORMAL

FAJAR NUR RAHMAN


REKA GUSTAMALA
K3 SEKTOR
INFORMAL
PENDAHULUA
N

Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin bertambah pesat menyebabkan kebutuhan akan
lapangan pekerjaan menjadi semakin meningkat. Urbanisasi yang dilakukan oleh penduduk di daerah
pedesaan berpindah ke perkotaan dalam mencari pekerjaan sebagai upaya meningkatkan perekonomian
dan kesejahteraan keluarganya. Kondisi demikian akan meningkatkan jumlah tenaga kerja di suatu
wilayah dan membutuhkan berbagai banyak lapangan pekerjaan yang dapat menampung para pekerja.

Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2012 menunjukkan adanya perbaikan


yang digambarkan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk  bekerja  dan
penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada agustus 2021 bertambah sebesar 1,93
juta orang dibanding keadaan Agustus 2020. Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2021
mencapai 140,15 juta orang. Jumlah penduduk usia kerja yang telah bekerja pada agustus 2021
sebanyak 131,05 juta orang. Dengan tingkat pengangguran pada agustus 2021 sebanyak 9,10 juta orang
(BPS 2021)
K3 SEKTOR
INFORMAL
PENDAHULUA
N

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu perlindungan tenaga kerja di
segala jenis kegiatan usaha, baik formal maupun informal. Kegiatan dan penerapan K3 terhadap tenaga
kerja di sector formal, pada umumnya sudah diterapkan dengan baik. Sedangkan penerapan di sector
informal belum diketahui dengan baik. Kegiatan pekerjaan dan tempat kerja sektor informal sangat
banyak dan belum diklasifikasikan atas jenis usaha , jenis pekerjaan, dan tempat kerja Bila ditinjau dari
ketiganya, nampaknya tidak jauh berbeda. Namun bila dilihat kondisi tempat kerja dan K3
nya sangat berbeda. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak
dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan kerja.

Sektor usaha informal dengan kecenderungan tersebut menyebabkan sistem manajemen


keselamatan kerja tidak bisa diterapkan karena kurangnya pengetahuan dari pihak pengelola usaha
informal itu sendiri. Sedangkan kebanyakan sektor usaha informal memiliki jam kerja yang lebih
panjang dan tidak teratur dibandingkan dengan usaha informal, akibatnya adalah terjadi kelelahan kerja
pada tenaga kerjanya dan menimbulkan kecelakaan kerja sehingga produktivitas kerja di sektor usaha
informal menjadi menurun.
K3 SEKTOR
INFORMAL
USAHA SEKTOR
INFORMAL
Usaha sektor informal adalah suatu sektor perekonomian masyarakat yang penghasilannya tidak
besar dan umumnya tidak memiliki izin resmi dari pemerintah. (Alam S :2007).

Timbulnya sektor informal adalah akibat dari meluapnya atau membengkaknya angkatan kerja
disatu pihak dan menyempitnya lapangan kerja dipihak yang lain. Hal ini berarti bahwa lapangan kerja
yang tersedia tidak cukup menampung angkatan kerja yang ada. Permasalahan ini menimbulkan
banyaknya penganggur dan setengan penganggur. Oleh karenanya, secara naluri masyarakat ini
berusaha kecil-kecilan sesuai dengan kebiasaan mereka. Inilah yang memunculkan usaha sektor
informal (DepKes RI, 1994).

Beberapa jenis usaha sektor informal diantaranya adalah home industry, pengrajin kayu atau
meubel kayu, pengrajin aksesoris, pengrajin tas, sepatu atau sandal, penjahit baju, warung makan,
kedai, toko kelontong, toko pakaian, pedagang pasar dan lain sebagainya.
K3 SEKTOR
INFORMAL
CIRI-CIRI USAHA SEKTOR
INFORMAL

Tidak memerlukan modal besar

Mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini

Biasanya usaha milik keluarga, operasi dalam skala kecil, padat karya

Keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah

Pola kegiatan tidak teratur, baik dalam waktu kerja, permodalan mauapun penerimaannya

Kebanyakan tidak memiliki izin usaha dari pemerintah

Peralatan yang digunakan dalam menjalankan usahanya masih sederhana


K3 SEKTOR
INFORMAL
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA

Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa keselamatan
kerja diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia. Jadi pada dasarnya, setiap pekerja di Indonesia berhak atas jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja.

UU no 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada pasal 86 menyatakan bahwa setiap


pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama. Hak-hak tersebut salah satunya adalah penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja
diberikan untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal. Dengan demikian, setiap perusahaan wajib meoptierapkan system manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.
K3 SEKTOR
INFORMAL
KECELAKAAN KERJA
PENYAKIT AKIBAT
KERJA

Kecelakaan kerja masih sering terjadi dan angka kecelakaan yang ada hanya data kecelakaan
sektor formal. Sedangkan data kecelakaan kerja untuk sektor informal masih sangat minim. Padahal
didalam UU Ketenagakerjaan RI No. 25 Tahun 1997 Bab XI Mengenai Tenaga Kerja di Dalam
Hubungan Kerja Sektor Informal dan di Luar Hubungan Kerja Pasal 158-160 menyatakan bahwa
adanya jaminan sosial dan keselamatan kerja serta pembinaan dari pemerintah bagi pekerja sektor
informal.

Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja :


1. Golongan Fisik (bising, radiasi, suhu ekstrem, tekanan udara, vibrasi, penerangan)
2. Golongan Kimiawi (semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut)
3. Golongan Biologi (bakteri, virus, jamur, dll)
4. Golongan Fisiologik/Ergonomic (desain tempat kerja, beban kerja)
5. Golongan Psikososial (stress psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan dll)
K3 SEKTOR
INFORMAL
PROGRAM
K3
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja memang harus diadakan sebagai suatu upaya
menurunkan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program ini diperuntukkan bagi
tenaga kerja yang bekerja di mana saja dan dapat dilaksanakan melalui sistem manajemen keselamatan
di suatu perusahaan baik sektor formal maupun informal.

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). Namun sangat disayangkan didalam Peraturan Pemerintah ini pun masih
terdapat kesalahan yang sama dimana hanya terdapat kewajiban bagi pengusaha dan perusahaan saja
yang harus menjalankan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hal ini tertulis dalam
Pasal 5 ayat (2) bahwa pengusaha/perusahaan yang telah mempekerjakan tenaga kerja diatas 100 orang
atau yang memiliki pekerjaan dengan potensi bahaya yang tinggi wajib menjalankan SMK3. Dengan
kata lain apabila tidak termasuk kedalam kriteria tersebut belumlah terikat dengan kewajiban
menjalankan SMK3, dan tentu saja belum ada keharusan secara hukum bagi para pemilik proyek
pembangunan rumah tinggal informal untuk turut menjalankan SMK3 ini.
K3 SEKTOR
INFORMAL
PROGRAM K3
(lanjutan)

Oleh karena itu diperlukan sebuah usaha yang konkrit dalam mengimplementasikan K3 pada
sektor informal. Masih kurangnya kepedulian baik dari sisi pemberi kerja maupun buruh rumah tinggal
itu sendiri terhadap keselamatan kerja adalah hal yang sangat berbahaya apabila tidak segera dicari
solusinya. Kurangnya perhatian dan gerakan nyata dari pemerintah dalam mengurus K3 pada sektor
informal baik itu dalam bentuk regulasi maupun kebijakan adalah hal yang sangat disayangkan.
Sampai saat ini penerapan K3 disektor informal yang silakukan pemerintah masih bersifat preventif
edukatif dalam bentuk sosialisasi, pembinaan, dan pemberian buku pedoman K3.

Pemerintah Indonesia memberikan berbagai upaya untuk menjamin kesehatan tenaga kerja
Indonesia diantaranya melalui pengadaan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Akan tetapi berbagai program Pemerintah tersebut belum
sepenuhnya mencakup pada sektor informal, hal ini disebabkan oleh kemampuan financial pekerja
informal terhadap program jamsostek atau sejenisnya.
K3 SEKTOR
INFORMAL
SARAN

 Kepada semua para pekerja khusus nya di sektor informal :


1. Kesadaran diri sendiri akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja
2. Para pekerja di sektor informal harus mengetahui pentingnya penerapan K3 di tempat kerjanya
3. Penggunaan alat pelindung perorangan sesuai dengan kebutuhan pekerja merupakan alternatif lain
untuk melindungi pekerja dari bahaya-bahaya kesehatan
4. Membatasi waktu selama pekerjaan guna menurunkan resiko terkena bahaya kesehatan di lingkungan
kerja

 Kepada Pemerintah :
1. Lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerja di sektor informal
2. Menggalakkan penerapan K3 di semua sektor baik formal maupun informal yang bertujuan untuk
menurunkan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
3. Memberikan jaminan sosial kepada para pekerja di sektor informal seperti Jamsostek.
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai