Anda di halaman 1dari 77

Modul Mata Kuliah

TEOLOGI PERJANJIAN BARU

O
L
E
H

Selamat Karo-Karo, S.Th, M.Th, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN- UDA


MEDAN
2022

1
Kata Pengantar

Puji Syukur pada Tuhan Yesus yang senantiasa memberikan rahmat kasihNya pada
penyusun, untuk dapat menyelesaikan Buku Pegangan mahasiswa mata Kuliah Teologi
Perjanjian Baru ini. Buku Pegangan atau yang sering disebut juga dengan Diktat adalah
sebagian besar merupakan sekumpulan tulisan para ahli yang dianggap mumpuni untuk
diangkat menjadi materi perkuliahan.
Tema-tema teologi PB tentu banyak, namun tidaklah mungkin sebanyak itu dimuat di
sini. Biarlah dasar-dasar teologi dan beberapa tema diangkat sebagai materi, dan selebhna
kiranya menjadi PR para mahasiswa mendalami dan menggumulinya.
Dengan adanya Buku pegangan ini kiranya para mahasiswa dapat terbantu dalam
memahami teologi PB itu sendiri serta menjadi sebuah stimulus untuk terus belajar, karena
belajar tidak pernah berhenti, sebagaimana ungkapan seorang ahli “Learning is from wom to
tomb” (belajar adalah dari kandungan samapai liang kubur). Bahwa belajar berhenti, ketika
raga sudah tak bernyawa.
Kami juga siap menerima masukan-masukan dari pembaca untuk revisi berikutnya.
Akhir kata, selamat belajar untuk kemuliaan Tuhan dan menjadi berkat bagi setiap insan
terutama bagi gereja Tuhan. Amin.

Medan, Tahun Baru 2019


Penusun

Pdt. S.Karo-Karo, S.Th, M.Th

2
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan......................................................................................................1

BAB II Pengantar Teologia Sinoptik..............................................................................6

BAB III Pembahasan Teologi Sinoptik..........................................................................17

BAB IV Pengantar Teologi Kisah Para Rasul................................................................20

BAB VI Pengantar Teologi Yakobus.........................................................................................25

BAB VII Pengantar Teologi Ibrani..................................................................................27

BAB VIII Pengantar Teologi Paulus.................................................................................32

BAB IX Pembahasan Teologi Petrus Dan Yudas...........................................................40

BAB X Pengantar dan Pembahasan Teologi Yohanes.................................................47

BAB XI Kebangkitan Yesus Kristus..............................................................................58

BAB XII Kebangkitan Yesus Kristus..............................................................................63

Daftar Pustaka.......................................................................................................................72

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi

Apakah Teologi Itu ?

Kata “teologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu theos dan logos. Theos berarti Allah,
dan logos berarti perkataan, pikiran, percakapan. Jadi Teologi dapat diartikan berpikir atau
berbicara tentang Allah atau hal-hal mengenai Allah.1 Mempercakapkan tentang Allah tidak
dapat dilakukan sendiri (monolog) namun harus dipercakapkan secara dialog dalam
persekutuan orang-orang percaya. Dua orang murid Yesus dalam perjalanannya ke Emaus
mereka bercakap-cakap tentang orang ketiga yang turut menemani mereka serta menerangkan
isi kitab Suci. Dan ketika memecah-mecahkan roti Ia (Yesus) kemudian mengungkapkan
siapa Ia sebenarnya. Menurut Avis, percakapan ini sesungguhnya mereka sedang berteologi.
Avis mengutip pandangan John Macquarrie dalam bukunya Principles of Christian Teologi,
“Teologi dapat diartikan sebagai studi yang lewat partisipasi yang di dalamnya dan refleksi
atas iman keagamaan, berusaha mengutarakan kandungan imannya secara terpadu dan
sejelas-jelasnya dalam bahasa yang telah ada”. Dengan kata lain teologi itu adalah berbicara
tentang hal-hal mengenai Allah, tentang pengalaman manusia mengenai Allah, tentang
tanggapan manusia mengenai Allah. 2

Beberapa pertanyaan penting telah menjadi diskusi panjang dalam telaah Teologi Perjanjian
Baru. Intinya adalah sungguh-sungguhkah ia layak dipercayai? Tentu saja bukan hanya dalam
konteks penyataan atau penyingkapan diri Allah, tetapi juga dalam konteks berlangsungnya
peristiwa baik narasi, nubuatan, rangkaian peristiwa serta nilai otentisitasnya . Sejarah yang
berproses telah menjadi alat bukti dengan sendirinya bahwa ia dapat dipercayai. Bahkan
dengan munculnya temuan-temuan mengenai gulungan-gulungan kitab di sekitar daerah laut
mati (dead sea scroll) dan Nag-Hamadi serta friksi yang dibuat oleh kelompok liberal justru
semakin mempertegas nilai unggul dapat dipercayainya keseluruhan kitab Perjanjian Baru
(tentunya membawa dampak yang sama pada Perjanjian Lama). Permasalahannya kembali
kepada umat Kristus, apakah telah menjadikannya sebagai Perjanjian yang dipercayai? Paling
tidak, untuk itulah tulisan ini hadir.
Perjanjian Baru, paling tidak itulah istilah yang sering digunakan walaupun dengan
pengertian yang tidak tepat, dari sisi peristilahannya dirunut praduga/asumsi terhadapnya:
secara etimologi , merujuk pada suatu ketetapan/kontrak guna memenuhi apa yang belum
dinyatakan pada ketetapan/kontrak sebelumnya; secara historis, berperan sebagai kelanjutan
suatu masa dari masa sebelumnya; secara teologi, merujuk pada penyingkapan yang lain
sama sekali dari sebelumnya; secara praksis , merujuk pada suatu kondisi tuntutan kehidupan
yang berbeda dari
sebelumnya. Namun apakah sebenarnya makna Perjanjian Baru? Penelusuran terhadapnya
dimulai dari latar belakang munculnya suatu “Perjanjian baru”.
Istilah Perjanjian Baru sendiri muncul hanya 6 kali dalam Alkitab, masing-masing: Yer.
31:31; Luk. 22:20; I Kor. 11:25; II Kor. 3:6; Ibr. 8:8; 12:24. Mula pertama digunakan dalam
1
Paul Avis, Ambang Pintu Teologi, Jakarta, BPK GM, 1998, hal. 2
2
Ibid, ha.l4
4
konteks janji nubuatan dan pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya. Sebagai sebuah bentuk
perjanjian yang dinyatakan bukan lagi dalam tanda-tanda atau simbol-simbol lahiriah
melainkan suatu hubungan baru antara Allah dan umat. Bentuk baru ini berakibat pada
pembaharuan perjanjian yang gagal terpelihara oleh umat. Kesadaran yang muncul dalam diri
umat dipengaruhi oleh tekanan-tekanan yang mereka alami terutama pada masa-masa
pembuangan dan pengasingan.

Teologi Biblika merupakan cabang ilmu Teologia yang secara sistematis mempelajari
perkembangan pernyataan Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan Alkitab.

Teologi PB difokuskan kepada tulisan-tulisan PB. Namun sekalipun demikian tulisan


PB tidak terlepas dari kaitan dengan tulisan-tulisan lainnya di dalam PL. Sebab secara
sepintas tulisan PB memperlihatkan adanya kaitan yang erat antara PL dan PB. PB tidak
mungkin dimengerti dengan benar apabila mengabaikan PL. Banyaknya kutipan PL dalam
PB menunjukkan betapa besarnya arti dari kesinambungan yang menghubungkan zaman
kekristenan dengan zaman PL. tema janji dan penggenapannya menjalin hubungan diantara
keduanya, bahkan Kitab Suci yang dipakai oleh jemaat mula-mula adalah PL. ini meunjukkan
bahwa pengkotbah mula-mula menyampaikan penguraian mereka berdasarkan PL. dan
sekalipun kutipan-kutipan PL itu penting namun juga bukan merupakan kontribusi utama dari
dari penelitian PL untuk teologi PB, yang lebih penting ialah pengaruh PL yang mewarnai
gagasan-gagasan, yang diambil alih serta diberi makna yang baru olah penulis-penulis PB,
dengan memahami Pl maka kita akan semakin memahami makna yang ada dalam teologi PB.

Beberapa unsur penting yang berkaitan dengan defenisi Teologi Biblika :

1. Sistematisasi; teologi biblika meskipun direpresentasikan secara sistematis, namun


berbeda dengan teologi sistematik. Teologi sistematik mengasimilasikan kebenaran dari
seluruh Alkitab dan dari luar kitab suci, dalam proses mensistemasikan doktrin2 Alkitab.
Teologi biblika lebih sempit. Lebih terfokus pada pada periode sejarah yang dinyatakan
atau pengajaran eksplisit tertentu dari penulis Alkitab.

2. Sejarah; Teologi Biblika menaruh perhatian pada peristiwa penting yang dinyatakan dalam
sejarah doktrin2 Alkitab. Wahyu, situasi dan kondisi penulis serta pembaca? Hal-hal itu
akan pertanyaan-pertanyaan yang penting yang akan menolong untuk menemukan
penekanan doctrinal tertentu dari periode tertentu dan penulis tertentu. Dan dalam teologi
PB, tidak mungkin untuk menelaah secara mendalam, tanpa memperhatikan hal-hal yang
diatas yang memiliki pengaruh yang besar.

3. Progres dari wahyu; Teologi Biblika menelusuri wahyu yang progresif itu dan melihat
bagaimana Allah menyatakan diriNya dalam era tertentu itu atau penulis tertentu.

4. Natur yang Alkitabiah; Teologi Biblika hanya mengambil nature dari Alkitab, jadi nature
teologi biblika adalah eksegetikal yaitu mempelajari doktin2 dari berbagai periode sejarah
atau mempelajari kata-kata dan pernyataan-pernyataan dari penulis2 tertentu.

B. Hubungan dengan displin ilmu lain:

5
1. Studi eksegetikal; Teologi biblika memiliki hubungan langsung dengan eksegesis
(menjelaskan/menafsirkan). Dapat dikatakan bahwa teologi merupakan hasil dari
eksegesis. Eksegesis berdasar pada teologi biblika. Eksegesis bertugas untuk menganalisa
teks alkitab menurut metode Literal gramatikal.historical.

2. Studi latar belakang penulisan; latar belakang penulisan menentukan isu-isu seprti
penulis, tahun penulisan, tujuan penulisan dan situasi kondisi.

3. Studi teologi sistematik; ada persamaan dan perbedaan antara teologi biblika dan
sistematik. Keduanya berakar dari analisa kitab suci, namun demikian teologi sistematik
juga berusaha mendapatkan kebenaran dari sumber2 diluar Alkitab.. perbedaan yang
dapat dilihat dari kedua teologi ini adalah: (1) TB merupakan awal dari TS; eksegesis
memimpin kepada teologi biblika yang kemudian memimpin kepada teologi sistematik
(2) TB berusaha untuk menentukan apa yg dimaksudkan oleh penulis Alkitab berkaitan
dengan isu2 teologi, sedangkan teologi sistematik menjelaskan mengapa sesuatu itu benar
dengan menambahkan pandangan secara filosofi (3) Teologi Biblika memberikan
pandangan penulis Alkitab, sedangkan teologi sistematik memberikan diskusi doctrinal
dari sudut pandang masa kini. (4) TB menganalisa materi dari penulis tertentu atau dari
periode sejarah tertentu, sedangkan teologi sistematik meneliti semua materi baik dari
Alkitab maupun dari luar Alkitab yang berkaitan dengan doktrin tertentu.

Kontras antara Teologi Biblika dan Teologi Sistematika


Teologi Biblika Teologi Sistematika
Membatasi studinya hanya pada kitab Mencari kebenaran dari Kitab Suci dan
suci sumber lain di luar Alkitab
Mempelajari bagian-bagian dari Kitab Mempelajari keseluruhan Kitab Suci
suci
Menyusun suatu informasi tentang suatu Menyusun suatu informasi tentang suatu
doktrin dari satu penulis tertentu atau era doktrin dengan mengkorelasikan semua
tertentu Kitab Suci
Berusaha untuk mengerti mengapa atau Berusaha untuk mengerti apa yang tertulis
bagaimana suatu doktrin berkembang pada akhirnya
Berusaha untuk mengerti proses dan hasil Berusaha untuk mengerti hasil produk itu
dari produk itu
Melihat progress dari wahyu dalam era Melihat kulminasi dari wahyu Allah
yang berbeda

C. Metodologi

Oleh karena penulisan kitab-kitab PB kemungkinannya ditulis dalam kurun waktu 50


tahun, maka teologi biblika PB harus memperlihatkan sudut pandang penulis PB yang
berbeda. Kadi, teologi biblika PB dipelajari berdasarkan teologi Paulus, Teologi Petrus,
Teologi Yohanes, dan seterusnya. Studi ini mengevaluasi doktrin khusus apakah yang
ditekankan oleh penulis-penulis PB dan bagaimana mereka mengembangkannya.

6
D. Kepentingan Teologi Biblika

1. Memperlihatkan Perkembangan sejarah Doktrin; TB penting dalam pencegahan


mempelajarai doktrin terlepas dari konteks sejarahnya.

2. Memperlihatkan Penekanan dari penulis; TB menyatakan pengajaran doctrinal dari


penulis tertentu atau selama periode tertentu. Dalam pengertian tersebut, teologi biblika
mensistematiskan kitab suci berdasarkan penulis atau periode tertentu.

3. Memperlihatkan unsur manusiawi dari inspirasi; TB menekankan factor manusiawi


dalam penulisan Kitab suci (namun tidak mengabaikan inspirasi). Ia menunjukkan latar
belakang individu, interes dan gaya dari penulis2. TB menekankan bahwa para penulislah
yang telah menyususn firman Tuhan, dan tentu saja, menyusun dan menulisnya di bawah
pengawasan ilahi.

E. Sejarah

Teologi PB baru diminati sekitar dua abad terakhir ini. Sebelumnya teologi yang
diminati adalah dogmatic, formulasi doktrin dari gereja. Dan sistematik, yang seringkali
merupakan hasil spekulasi filosofis. Dalam suatu ceramah di 1787, J.P. Gabler mengimbangi
dan menyerang metodologi teologi dogmatic, dengan mengkritik pendekatan filosofisnya.
Pendekatan rasionalistik dipakai untuk mengerti PB. Alkitab dipandang sebagai buku hasil
karya manusia, baik dalam prosses penulisannya dan apa yang ditekankan oleh masing-
masing penulis. Pada dasarnya mereka menolak inspirasi Kitab Suci dan memandang PB
sebagai karya literature yang tidak berbeda dengan karya literature lainnya, oleh sebab itu
pendekatan yang mereka lakukan untuk studi PB adalah sudut pandang kritikal. Oleh sebab
itu maka banyak keragaman opini. Sebagaian melihat adanya pertentangan antara penulis
yang satu dengan yang lain dalam PB,l baik dari segi sejarah, latar belakang, suatu sintesa
atau kehidupan Kristus yang dibumbui oleh para penulisnya. Akan tetapi kalangan
konservatif dalam mempelajari PB biasanya memakai pendekatan dengan cara menyusun
suatu materi sesuai dengan pembagian teologi sistematik atau memakai pendekatan teologis
dari para penulis PB.

Pelopor mula-mula dalam studi teologi PB adalah F.C. Baur dari Tubingen (1792-
1860) ia adalah pemimpin dari kaum rasionalis. Ia menerapkan filsafat Hegel, yaitu tesis-
antitesis-sintesis pada tulisan-tulisan PB. Jadi Baur menemukan pertentangan antara
penekanan yahudi dari tulisan Petrus dan penekanan non-Yahudi dari Tulisan Paulus. H.J.
Holtzman (1832-1910) melanjutkan pemikiran itu, menyangkal ide apapun yang berkaitan
dengan inspirasi dan menyodorkan teologi konflik dalam PB.

Wilhelm Wrede (1859-1906) mempengaruhi teologi PB cukup besar dengan


penekanan pada pendekatan sejarah agama. Ia menyangkali bahwa PB merupakan satu
dokumen teologi; tetapi berpendapat bahwa PB harus dilihat sebagai suatu sejarahdari abad
pertama. Teologi seharusnya tidak boleh dipertimbangkan sebagai istilah yang tepat; agama
merupakan istilah yang lebih baik untuk mengidentifikasikan tulisan-tulisan PB karena
mengekspresikan “kepercayaan, pengharapan, kecintaan” para penulis daripada hanya
merupakan “suatu catatan refleksi teologis yang abstrak.”

7
Rudolf Bultman (1884-1976) menekankan pendekatan kritik bentuk pada PB dan
berusaha mengungkapkan apa yang ada dibalik materi itu. Bultman mengajarkan bahwa PB
telah dicampuri oleh opini2 dan penafsiran kembali pada penulis. Tugas sekarang adalah
meliputi suatu “demitologisasi” dari PB, yaitu untuk melucuti pengaruh penulis PB dan tiba
pada kata-kata sebenarnya yang diucapkan oleh Yesus. Bultman tidak melihat adanya
koneksitas antara Yesus sejarah dan Yesus kepercayaaan.

Oscar Cullman (1902) menekankan tindakan Allah dalam sejarah dalam mencapai
keselamatan manusia. Hal ini diberi istilah Heilsgeschichte atau “sejarah keselamatan.”
Culman banyak menolak gambaran radikal dari kritik bentuk sebaliknya ia mengikuti
eksegesis PB dengan penekanan pada Kristologi PB.

B. Metodologi Penekanan Teologi PB

Dalam mengikuti Teologi PB, sebagian mengikuti garis umum dari teologis
sistematik, namun demikian metodologi itu tidak cukup untuk menyatakan penekanan dari
masing-masing penulis. Kelihatannya yang paling baik adalah menyusun teologi PB dengan
menganalisa penulisan masing-masing penulis PB yang merefleksikan apa yang setiap
penulis katakana tentang suatu subyek. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan
dalam perkembangan suatu metodologi:

1. Pewahyuan adalah progresif; berkulminasi dalam wahyu yang berkaitan dengan Kristus.
Teologi Penjanjian Baru harus berusaha menggambarkan kulminasi doktrin2 berkaitan
dengan Kristus dan penebusan.

2. Penekanan dari PB berpuncak pada kepercayaan kematian dan kebangkitan Kristus dan
pengharapan akan kedatangan yang kedua kali.. teologi PB harus berfokus pada doktrin2
ini yang bersal dari berbagai penulis PB.

3. Teologi PB harus mengakui bahwa pengajaran Yesus dan pengajaran dari penulis PB
lainnya adalah merupakan satu kesatuan dan harmonis.

4. Keragaman tulisan-tulisan PB tidak menyebabkan kontradiksi, tetapi berasal dari asal


mula ilahi PB

5. Teologi PB harus mengaplikasikan metode analitik (tetapi tidak mengesampingkan metode


tematik) karena metode itu dengan baik merefleksikan keragaman dari PB.

8
BAB II PENGANTAR TEOLOGIA SINOPTIK

Dalam mengembangkan teologi Injil Sinoptik, adalah penting untuk mengerti sudut pandang
dari para penulis. Kepada siapa Matius, Markus, Lukas menulis? Apa tema-tema yang
mereka tekankan? Apa penekanan khusus dari para penulis? Itu merupakan pertanyaan yang
penting dalam nature teologi biblika, yang menentukan apa penekanan teologis dan
keprihatinan yang dikembangkan oleh masing-masing penulis. Nature dari teologi biblika itu
terletak secara khusus pada keprihatinan dari penulis manusia {tanpa mengabaikan atau
mengesampingkan fakta inspirasi ilahi).

Hal-hal pendahuluan seperti penulis, waktu penulisan, pembaca dan tujuan dilibatkan
dalam mendirikan penekanan dari masing-masing penulis.

A. Problem Sinoptik

Diantara keempat kitab Injil yang ditulis dalam PB, Injil Matius, Markus, dan Lukas
hampir memiliki pola yang sama, sehingga ketiga Injil ini hampir nampak sama. Perbedaan
yang terlihat hanyalah bahwa kitab Markus ditulis dengan ringkas, padat dan jelas, sedangkan
Matius menulis Injil Matius dengan agak panjang dan mengelompokkan pokok-pokok yang
sama, sementara Lukas menulis dengan agak panjang dan sangat berurutan. Adanya satu pola
dalam ketiga Injil tersebut terlihat dalam kesamaan urutan cerita tentang Yesus, mulai dari
kelahiran hingga kematianNya, oleh sebab itu ketiga Injil ini sering disebut sebagai Injil
Sinoptik. Istilah Sinoptik berasal dari kata Yunani sunaptikos,” melihat sesuatu bersama-
sama”, dan itu merupakan karakteristik dari ketiga Injil ini.

1. Teori Kritik Awal terhadap Injil Sinoptik

Kesamaan yang terdapat dalam ketiga Injil tersebut akhirnya membuat banyak sarjana
Liberal bertanya, apakah diantara penulis ketiga Injil itu terjadi saling mengutip antara yang
satu dengan yang lain. Mereka akhirnya memulai suatu penyelidikan terhadap ketika Injil ini
dengan asumsi dasar mereka bahwa ketiga Injil ini juga sama dengan buku-buku yang lain,
dan lebih mementingkan rasio manusia mereka yang juga dipengaruhi oleh filsafat modern.
Akhirnya mereka melahirkan beberapa teori tentang problem injil sinoptik ini.

a. Teori Tradisi Lisan

Teori ini berpendapat bahwa sebelum kitab-kitab Injil ditulis, sumber untuk berkotbah
dan mengajar, dan meneguhkan orang dalam gereja ialah tradisi tentang Yesus yang
dipertahankan secara lisan, atau dalam kumpulan kecil yang dapat dikembangkan. Ketika
kitab-kitab Injil sudah beredar, maka gereja tidak lagi perlu berpegang pada tradisi yang
berubah-ubah ini, melainkan pada bentuk-bentuk tulisan yang berbentuk kitab yang
merupakan catatan materi yang tua. Tradisi lisan ini tetap terpelihara bukan karena upaya
yang sistematis dengan maksud yang berhubungan dengan jaman kuno itu, melainkan karena
tuntutan atau kepentingan jaman dari komunitas itu. Dalam layanan seperti itu, maka
fungsinya sebagai tradisi lisan akan tetap bertahan selama kepentingan praktis itu tetap aktif.

b. Teori Injil Saling Bergantung

9
Teori ini mengajarkan bahwa penulis pertama mengambil bahan dari tradisi lisan,
kemudian penulis kedua menggunakan materi yang telah ditulis oleh penulis pertama, dan
ketiga mengambil bahan dari kedua penulis sebelumnya. Mengingat bahwa dahulu orang
tidak terikat pada undang-undang hak cipta maka orang secara bebas memanfaatkan
dokumen yang tertulis sesuka hati mereka. Teori ini dicetuskan oleh Griesbach pada tahun
1789.

c. Teori Injil Primitif

Teori ini mencetuskan bahwa sebelumnya ada Injil primitif yang disebut
Urevangelium yang sudah tidak ada lagi dan penulis –penulis Injil meminjam bahan dari Injil
tersebut.

d. Teori Fragmen

Teori ini mengajarkan bahwa penulis-penulis Injil menyusun catatan mereka dari
tulisan-tulisan di fragmen tentang kehidupan Kristus. Wellhausen, seperti dikutip oleh
Bultman, menambahkan bahwa “tradisi yang paling tua hampir seluruhnya terdiri dari
fragmen-fragmen kecil (ucapan maupun perkataan Yesus), dan tidak menyajikan cerita yang
bekesinambungan mengenai perbuatan Yesus atau kumpulan lengkap berisi ucapan-ucapan-
Nya. Ketika disatukan, fragmen-fragmen tersebut dihubung-hubungkan sehingga membentuk
satu Kis.ah yang berkesinambungan.”

e. Teori Dua Dokumen

Teori ini mengajarakan bahwa Kitab Matius dan Lukas mengambil bahan yang sama
dari Markus, dan kitab Markus merupakan Injil yang ditulis paling awal. Disimpulkan bahwa
kitab Matius menggunakan 90% kitab Markus dan Lukas menggunakan 50%. Namun karena
Matius dan Lukas memiliki cukup materi yang sama tetapi tidak terdapat dalam Markus
maka mereka pasti memiliki satu sumber lain yang sama. Bahan yang dimiliki bersama oleh
Lukas dan Matius tetapi bukan dari Markus ini lazimnya disebut bahan “Q”. Simbol “Q” ini
merupakan sandi untuk kata Jerman Redenquelle yang berarti “sumber sabda-sabda”. Q
dipercayai sebagai sebuah koleksi sabda Yesus yang sudah tersedia secara tertulis dalam
bahasa Yunani. Sumber Q ini tidak memiliki Kis.ah masa kanak-kanak dan Kis.ah sengsara,
wafat dan kebangkitan Yesus. Dan mereka juga berpendapat bahwa sumber Q tersebut tidak
ada salinannya tetapi hanya merupakan sebuah hipotesis belaka.

f. Teori Empat Dokumen

Teori ini menyebutkan bahwa Markus merupakan Injil pertama yang ditulis dan
bahwa Matius dan Lukas menggunakan baik Markus dan Q secara independen, lazimnya
disebut “hipotesis dua sumber”. Namun disamping itu mereka juga memberi tempat bahwa
ada sumber-sumber khusus yang lain yang digunakan oleh Matius dan Lukas, yaitu bahan-
bahan tradisi yang hanya dikenal dan dipakai oleh salah satu dari mereka. Bahan-bahan khas
ini lazimnya diberi tanda “L” dan “M”. “M” merupakan “kata-kata” pribadi sumber dari
Matius yang ditulis sekitar tahun 65 Masehi dan “L” sumber pribadi Lukas ditulis di Kaisarea

10
sekitar tahun 60 Masehi, sedangkan “Q” ditulis di Antiokhia sekitar tahun 50 Masehi dan
Markus ditulis di Roma sekitar tahun 60 Masehi.

2. Perkembangan Kritik Modern

Kritik tehadap Alkitab terus mengalami perkembangan. Sarjana-sarjana Liberal terus


berusaha menggali dan mengembangkan pemahaman mereka dalam mengkritik Alkitab.
Seiring dengan itu mereka akhirnya memunculkan kritik-kritik yang terus diperbaharui
dengan konsep rasio mereka dan mengabaikan Alkitab sebagai firman Allah. Dalam masalah
Problem Injil sinoptik mereka juga menggulirkan berbagai teori kritik yang lebih modern.

a. Kritik Historis

Kritik ini mengalami kejayaan sekitar tahun 1950-an. Para teolog kritik historis
berusaha menyelidiki latar belakang kitab-kitab Injil yang ditulis oleh murid-murid Yesus.
Perbedaan-perbedaan didalamnya diekspos sedemikian rupa untuk membuktikan bahwa
tulisan Injil merupakan tafsir ulang penulis Injil, bahkan lebih jauh mereka menyimpulkan
bahwa Injil itu bukan hanya sekedar tafsir ulang tetapi juga merupakan ungkapan iman
penulis dan bukan peristiwa historis. Pendekatan yang mereka lakukan dikenal dengan teori
Linguistik Modern, suatu displin ilmu dengan prinsip-prinsip; (a) mengutamakan pendekatan
terhadap teks secara “sinkronik” dan bukan secara “diakronik”, (b) Menekankan unsur-unsur
ujaran daripada bentuk tertulis suatu bahasa, dan (c) pemahaman terhadap bahasa sebagai
suatu sistem yang terstruktur.

Pendekatan ini akhirnya membuat Alkitab sama dengan buku-buku lain. Mereka mencatat
dalam keragaman dalam catatan yang pararel, meneliti materi sejarah yang sekuler, dan
mencatat peristiwa sejarah yang terjadi dan berusaha menjelaskan kejadian supranatural
dengan penjelasan peristiwa secara alamiah dan cerita-cerita yang dibuat oleh gereja mula-
mula. Dampak negatif yang terlihat jelas dari kritik ini adalah sehubungan dengan masalah
Kristologi. Mereka menyatakan bahwa Yesus yang ada dalam Alkitab bukanlah Yesus yang
sejarah, tetapi Yesus kepercayaan dari para penulis Injil dan orang Kristen zaman tersebut.

b. Kritik Sumber

Kritik sumber berusaha untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang digunakan


dalam penulisan Injil Sinoptik dan mengidentifikasi hubungannya dengan Injil-Injil itu.
Didalam penentuan sumber-sumber itu setidaknya mereka mempunyai beberapa pertanyaan
dasar. (1) Apakah dokumen yang sedang dipelajari itu menunjukkan adanya sumber? (2) Apa
yang dikatakan sumber tersebut? (3) Apa yang dilakukan pengarang dengan sumber tersebut?
(menyalin? Mengubah? Atau salah paham?). Menentukan adanya sebuah sumber,
menetapkan isi dan makna sumber itu, dan bagaimana sumber itu dipakai, merupakan tiga
pokok penelitian sumber.

Adanya sumber-sumber mereka tentukan juga bila mereka melihat ayat tertentu
membuat alur pemikiran atau gaya bahasa yang berbeda dari konteksnya, walaupun tidak ada
petunjuk eksplisit. Kesepakatan perkataan juga mengusulkan adanya suatu sumber yang
sama, yang mendasarinya. Penganut Kritik sumber mengusulkan penulis-penulis

11
menggunakan suatu sumber yang sama, yang mereka ikuti tetapi mereka merasa, mereka
memiliki kebebasan untuk menambah rincian dan “tidak khawatir akan ketepatan dalam
rincian historis.” Problem dari kritik sumber ini ada dua segi: kritik ini cendrung
mengabaikan unsur ilahi dalam inspirasi dan mengakui adanya salah; kritik ini dibangun atas
hubungan tanpa adanya bukti yang bisa diperlihatkan dari sumber-sumber yang mendasari
semua itu.

c. Kritik Bentuk

Kritik bentuk tidak terlepas dari kritik Wellhausen terhadap Perjanjian Baru, ia
mengemukakan (1) Sumber asli dari bahan-bahan yang ada didalam Injil adalah tradisi lisan
yang beredar dalam unit-unit terkecil (2) Bahan-bahan asli tersebut sudah digabung dan diedit
dalam berbagai cara, langkah atau tingkatan (hanya satu bagian saja yang dilakukan oleh
penulis Injil PB itu sendiri (3) Bahan-bahan yang ada di dalam tradisi itumemberikan
informasi kepada kita tentang kepercayaan dan situasi gereja mula-mula dan pelayanan
Yesus.

Kritik ini akhirnya dikembangkan oleh Bultman, ia menganggap bahwa Injil sinoptik sebagai
“literatur rakyat.” Mereka menyimpulkan bahwa Injil-injil sekarang ini bukanlah merupakan
karya yang utuh sejak semula, melainkan adalah kumpulan materi atau bahan yang akhirnya
dipilih atau disusun oleh para penulis injil PB. Mereka umumnya memeluk bahwa buku Injil
yang tertua adalah Markus. Markus menulis satu karya tulis berbentuk “Injil”, dikemudian
hari Matius dan Lukas mengikuti dan menggunakan bahan yang ada didalam Injil Markus.

Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa bahan-bahan yang kita miliki sekarang didalam
kitab-kitab Injil, sebenarnya mempunyai sejarah penggunaannya dalam gereja, yang
dipelihara dan diwariskan dalam bentuk tradisi lisan. Bahan-bahan itu digunakan didalam
gereja secara sendiri-sendiri atau terpisah-pisah, sesuai dengan fungsi atau penggunaannya
masing-masing dalam kehidupan dan ibadah gereja. Masing-masing tradisi dapat dianalisa
secara sendiri-sendiri. Setiap bentuk digunakan untuk tujuan tertentu pula sesuai dengan
situasi konkrit dalam kehidupan gereja mula-mula. Oleh sebab itu maka disimpulkan bahwa
kebanyakan Injil-Injil itu tidak berisi data historis tetapi bumbu gereja mula-mula. Sebab jika
dianalisa maka ternyata bentuk dan bahan-bahan yang ada dan dipelihara dalam gereja mula-
mula itu sudah dipengaruhi oleh iman teologia gereja sesuai dengan situasi dan keadaan
kehidupan gereja waktu itu.

Dalam sebuah wawancara tidak resmi, Robert Mounce meringkas prosedur penelitian
bentuk sastra sebagai berikut:

“Pertama, peneliti bentuk sastra mencatat berbagai jenis bentuk sastra, yang dipakai untuk
mengelompokkan cerita-cerita Alkitab. Kemudian dia berusaha untuk memastikan Sitz im
Leben (situasi dalam kehidupan) dari gereja mula-mula yang biasa menjelaskan
perkembangan masing-masing perikop yang termasuk dalam ketegori-kategori di atas. Apakah
rasa takut itu terhadap penganiayaan? Apakah itu gerakan dari gereja orang-orang bukan-
Yahudi yang berlatar Yahudi? Apakah itu ajaran sesat? Dan sebagainya. Setelah menentukan
Sitz im Leben, orang dapat menjelasakan perubahan-perubahan yang terjadi dan mengelupas
lapisan-lapisan yang telah ditambahkan pada ucapan-ucapan Yesus. Hasilnya ialah ucapan-
ucapan dalam Kitab-kitab Injil, kembali kepada keadaan mereka yang asli atau murni.”

12
Penelitian bentuk ini terutama berasal dari Jerman pada tahun-tahun berakhirnya perang
dunia pertama. Penelitian dari bentuk sastra Injil-injil Sinoptik ini tampak sebagai metode
yang jelas dalam karya-karay L. Schmidt (1919), M. Dibbelius (1919), dan R. Bultmann
(1921).

d. Kritik Redaksi

Kritik Redaksi berkembang setelah sesudah dan berdasarkan kritik bentuk. Selain itu
kritik redaksi, yang memberi perhatian kepada seluruh Alkitab, juga menyiapkan sarana bagi
lahirnya kritik naratif. Josh McDowel sehubungan dengan masalah ini menjelaskan:

“Metode Kritik Redaksi ini menambahkan sebuah dimensi baru terhadap penelitian
Perjanjian Baru, yaitu mengenai Sitz-im-leben (kedudukan dalam kehidupan) dari
sang pengarang. Para penulis kitab-kitab Injil tidak hanya dianggap sebagai orang
yang menghimpun bentuk-bentuk yang berbeda, melainkan mereka sendiri adalah
pengarang. Mereka adalah seperti orang-orang yang secara cermat telah menggubah
simfoni sastra dengan memakai “bentuk” Injil yang dipelopori oleh penulis Injil
Markus. Para penulis Injil dianggap sebagai para penggubah atau redaktor yang
terutama menyatukan (menghimpun) karya teologis dan karya sastra, bukan karya
sejarah. Penelitian redaksi berusaha menetapkan sudut pandang teologis dari sang
penulis Injil. Para peneliti ingin mengetahui sumber-sumber atau catatan mana yang
dipilih oleh penulis Injil, apa alasannya, serta dimana bagian tersebut cocok dengan
catatannya secara khusus (dikenal sebagai kelim-kelim). Para peneliti ingin
menemukan “perekat” teologis yang digunakan para pengarang untuk menyusun
Kitab-kitab Injil mereka.”

Terlihat jelas bahwa kritik redaksi menempatkan penulis Injil bukan hanya
sejarahwan menurut mereka tetapi juga menjadi seorang teolog dalam memodifikasi dan
membumbui tradisi historis. Penulis dapat kreatif, menambah dan membumbui tradisi historis
bahkan dapat keluar dari peristiwa historis. Penganut Kritik redaksi menyebutkan beberapa
cara kerja penulis Injil sebagai redaktur yaitu: (1) Mengaitkan bahan-bahan tertentu satu
dengan yang lain (2) Menambahkan catatannya sendiri pada bahan tradisional (3) menyusun
ceritanya dalam urutan tertentu (4) menanggapi atau menafsir bahan tradisional.Didalam
penelitian redaksi ini, para peneliti seringkali memberi perhatian besar pada kekhususan
kitab-kitab tersebut, seakan-akan tidak ada kesamaan sama sekali dalam hal isi dan
amanatnya.

B. Introduksi Injil Sinoptik

I. Matius

1. Penulis Injil Matius

a). Bukti External

1). Judul kitab ‘Kata Matheon’ atau ‘According to Matthew’ (menurut Matius) terdapat
dalam MSS (manuskrip) mula-mula (kira-kira 125 A.D.); mengapa keberatan-
keberatan pada waktu itu sedikit diketahui oleh rasul?

13
2). Papias: “Matius menjelaskan ‘Logia’ dalam bahasa Ibrani dan setiap orang
menafsirkannya sama seperti yang dapat ia (Matius) lakukan. “Kemungkinan besar
Matius menulis dalam bahasa Aramik dan Yunani (tulisan asli yang diinspirasikan).

3). Irenaeus: “Sekarang Matius juga menerbitkan Kitab Injil diantara orang Ibrani dalam
bahasa dialect mereka sendiri, yang mana petrus dan Paulus mengkotbahkanInjil itu di
Roma dan jemaat yang didirikan.

b). Bukti Internal

1). Penulis tidak mengidentifikasi dirinya sendiri secara langsung.

2). Markus dan Lukas menyebutnya Matius dan Lewi (Markus 2:14); Matius menghapus
nama Lewi, mengindikasikan bahwa Matius adalah penulisnya

3). Dalam perjamuan makan di rumah Matius, Markus menyebutnya ‘rumah orang itu’
(Markus 2:15) dan Lukas menyebutnya ‘di rumahnya sendiri’. (Lukas 5:29),
sedangkan Matius menyebutnya ‘rumah Matius’ (Matius 9:10).

4). Ia menunjukan fikiran dan karakteristik dari seseorang pemungut cukai dalam
Injilnya.

o Ia adalah satu-satunya penulis Injil yng mencatat tentang pembayaran pajak Bait
Suci (17:24-27).

o Ia menggunakan ‘hapax legomena’ sebanyak tiga kali untuk termonologi moneter


untuk uang upeti.

o Ia menunjukan tingkah laku dan karakteristik seseorang yang berprofesi sebagai


pemungut cukai secara sistematis dalam Injilnya.

o Ia tertarik dengan jumlah (3:5).

c). Tradisi Gereja mula-mula.

Secara tradisi dari bukti-bukti ini Matius lebih cocok dari pada penulis lain. Matius
ditekankan dalam Kis.. 1:13, walaupun secara tradisi diakui bahwa ia menjadi misionari
ke Etiopia dan Persia.

2. Tahun penulisan

1. Bukti External – pertama ditemukan dikutip oleh Ignatius (kira-kira 115 A.D.)

2. Bukti Internal

14
a). Penekanannya yang sangat besar pada Ekskatologi mungkin mengindikasikan masih
hangatnya kedatangan Tuhan yang pertama dan janji kedatangan kedua kali (band. I
dan II Tesalonika).

b). Tidak menyinggung kehancuran Yerusalem dan Bait Suci pada tahun 70 A.D.

c). Menubuatkan secara tidak langsung kehancuran Yerusalem dan Bait Suci (22:7)

d). Sangat mungkin ditulis sekitar tahun 30-an atau bahkan sebelumnya.

3. Alamat pengirim dan tujuan

a. Kemungkinan besar ditulis diAntiokhia – Palestina.

b. Ditujukan kepada orang Kristen Yahudi yang tinggal di Palestina (Yerusalem dan
sekitarnya).

4. Maksud penulisan :

Untuk mmberitakan Injil dan menginstrusikan atau mengajar baik orang Yahudi dan non
Yahudi tentang kebenaran bahwa Kristus adalah Mesias sesuai dengan garis keturunan
Raja Daud dengan penggenapan nubuatan-nubuatan P.L.

5. Tema Injil Matius : “Yesus adalah Raja.”

6. Karakteristik Injil Matius

a. Sangat bermotif ke-Yahudian: 33 kali menyebut ‘Kerajaan Sorga’ (hanya di Matius);


5 kali menyebut ‘Kerajaan Allah’; 9 kali menyebut ‘ Anak Daud’.
b. Bentuk angka khusus — 3 kelompok silsilah, 3 pencobaan, 3 perintah (6:1-7:20), 3
oknum dalam Amanat Agung (28:19-20), dst.

7. Stuktur (5 hal penting)

a. Kotbah di atas bukit (5:1-7:29)


b. Pengutusan misi (9:35-10:42)
c. Perumpamaan tentang Kerajaan (13:1 dst)
d. Ucapan-ucapan Yesus (18:1-35)
e. Peristiwa di bukit Zaitun (23:1-25:46)

8. Tujuan Teologis.

Matius menangkap / menyajikan pengharapan Mesianik dan ekspektasi orang Yahudi. Ia


memberikan petunjuk kepada pembacanya bahwa manusia Sejati, Anak Daud, benar telah
datang. Sementara penulis lain meyajikan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, maka
Matius yang menyajikan Dia untuk orang Yahudi.

15
Tujuan Injil Matius ada dua segi.

1). Membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias.

2). Menyajikan kerajaan sesuai dengan rencana Allah

II. Injil Markus

a. Penulis Injil Markus

1). Bukti External:

a). Papias mengatakan bahwa Markus menulis dari perkamen Petrus tetapi tidak selalu
sama dengan susunan kronologinya.

b). Irenaeus mengatakan bahwa ‘setelah kematian Petrus dan Paulus, Markus meyediakan
bagi kita kotbah-kotbah Petrus dalam bentuk tulisan.

c). Clement dari Alexandria, Origen dan Jerome juga menyatakan bahwa Injil Markus
dihasilkan dalam hubungannya dengan Petrus.

d). Judul kitab ‘kata Markom’/According to Mark (menurut Markus) ditemukan dalam
MSS kuno.

2). Bukti Internal:

a). Banyak teolog percaya bahwa orang muda yang lari telanjang yang hanya dicatat
dalam Injil Markus adalah Markus sendiri (Markus 14:51,52).

b). Kelihatannya penulis hadir sebagai saksi mata dalam beberapa peristiwa (14:12-16).
Sangat mungkin rumah yang dipakai adalah rumah mereka.

c). Percakapan Malaikat dengan Petrus yang bersifat pribadi hanya dicatat dalam Injil
Markus (16:7).

d). Tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan pengakuaan secara tradisi bahwa Markus
anak Maria, kemenakan Barnabas adalah penulis Injil Markus.

b. Waktu Penulisan

1). Dalam lagu bangsanya Paulus memuji pelayannan Markus (II Tim. 4:6-8) sulit
dipercaya bahwa Markus dapat berbuat banyak sebelum jemaat dipuaskan dengan
pelayanannya.

2). Markus menyinggung nama seseorang yaitu Rufus yang kemungkinan besar adalah
nama yang sama disinggung Paulus dalam Roma 16:3.

16
3). Pandangn kaum Liberal yang memprioritaskan Injil Markus sebagai Injil pertama
harus ditolak, karena asumsi mereka penulis Injil lain memakai sumber Markus untuk
menulis Injil mereka. Dan jika demikian Alkitab hanyalah sebuah karya sastra belaka
dan bukan Firman Tuhan.

4). O’Callahan menunjukkan bahwa sebagian pragmen dari Dead Sea Scroll mengandung
Injil Markus di dalamnya, dan akhirnya hal ini diperdebatkan apakah Dead Sea Scroll
ditulis sebelum atau sesudah 50 A.D.

c. Alamat Pengirim dan Tujuan

1). Kelihatannya Markus menunjukkan tulisanya kepada pembaca Romawi karena Ia


berusaha menterjemahkan kata-kata Aramic dan ia menjelaskan adat istiadat Yahudi
yang tidak perlu dilakukan kepada orang Yahudi. Dalam tulisannya ia lebih sering
menggunakan ekspresi latin dari penulis-penulis lain.

2). Kemungkinan besar Rufus adalah orang Roma yang disinggung oleh Markus dan bisa
jadi ia berada di Roma dan kemungkinan ia adalah penerima Injil Markus.

3). Diperkirakan Injil Markus ditulis ketika ia sedang bersama Perus (I Pet. 5:13) A.D.

d. Tujuan Injil Markus:

Memberitakan ‘kabar baik’ bahwa penebusan Tuhan Yesus Kristus untuk semua orang
bahkan juga untuk orang non Yahudi. Penekanan utamanya adalah gambaran Kristus
sebagai hamba yang datang untuk melayani dan memberikan hidupNya sebagai tebusan
bagi banyak orang.

e. Tujuan Teologis:

Oleh karena orang Romawi adalah orang yang bekerja bukan orang yang berpikir, maka
Markus menyajikan Kristus sebagai “Pekerja yang hebat daripada pemikir yang dalam,
manusia yang menang melalui tindakan.” Gaya Markus, demikian pula isinya
mencerminkan isi teologisnya.

f. Thema Injil Markus: “Yesus adalah hamba yang menderita (Markus 10:45)”.

g. Karakteristisk Injil Markus

1). Kata ‘euthus’ (segera) dipakai sebanyak 42 kali

2). Kuasa-penekanan pada mukjizat dan kontradiksikan kebangkitan Kristus dengan


kemunduran pemerintahan Roma.

3). Tertarik pada orang non Yahudi-hanya mengutip secara langsung kitab P.L. sekali saja
(11:17), dan sedikit sekali mencatat penggenapan nubuatan P.L. dalam Injilnya.

17
4). Keterusterangan-Ia menunjukkan sejumlah realitas tentang kegagalan murid-murid
dan reaksi masyarakat terhadap Kristus, ini cocok sekali jika mewakili Petrus dan
diketahui orang Roma.

h. Pengakhiran Injil Markus (Mark. 16:9-20)

1). Menurut Critical text (Liberal)

a. Orang-orang Liberal menyatakan bahwa Injil Markus mengakhiri “ Kabar Baik” –


nya dengan kata “karena mereka takut” (16:8)

b. Yang lain berpendapat bahwa Markus meninggal sebelum menyelesaikan tulisan


Injilnya.

2). Menurut Textus Receptus

a. Markus 16:9-20 tidak ditemukan hanya dalam codex ‘Aleph’ dan ‘B’ yang
merupakan salinan Alkitab yang telah dirusakan olehpara bidat gnostik dan
tangan-tangan kotor.

b. Dikebanyakan MSS mayority ditemukan Markus, 16:9-20.

c. Ada isi theology yangpenting adalah Mar. 16:9-20.

d. John Burgon mempertahankan keontentikan Markus 16:9-20, dan Markus 16:8 itu
adalah akhir dari pembacaan dalam lectionary, bukan akhir dari Injil-nya.

e. Secara logika dari Kis.ah yang dituliskan akan lebih dapat diterima Injil ini berakhir
pada ayat 20 dari pada ayat 8.

III. Injil Lukas

a. Penulis Injil Lukas

1). Bukti Eksternal :

a. Bapa-bapa Gereja seperti Justinus Martyr, Irenaeus, Tertulian dan Origen menyatakan
Lukas sebagai Injil Lukas (mereka adalah orang-orang yang hidup pada abad II, yang
kemungkinan masih sangat jelas berita Lukas).

b. ‘Kanon Moratorian’ (+ 180) melaporkan Lukas sebagai penulis Injil Lukas.

c. Sangat tidak masuk akal Lukas yang kemungkinan besar orang non-Yahudi disebut
penulis oleh jemaat mula-mula kalau bukan mereka tahu bahwa Lukas adalah
penulisnya.

2). Bukti Internal:

18
a. Penulis bukan saksi mata, tetapi ia menggunakan metode ilmiah dalam riset sejarahnya
untuk menulis Injil-Nya (1:1-3).

b. Penulis dapat dipastikan bukan orang Yahudi (kata ‘mereka’ berarti tidak termasuk dia.
Li. Kis.. 1:19).

c. Kesatuan Injil Lukas dengan Kis.. Adalah sangat penting: terbukti ada banyak
kesamaan diantara keduanya, mis. Kesamaan gaya bahasa kata-kata yang dipakai,
kelanjutan Injil Lukas (band. Lukas 1:1-3 & Kis.. 1:1).

d. Kata ‘Kami’ dalam penekanan Kis.. Berarti didalamnya termasuk Lukas.

e. Dalam perjalanan Paulus setiap Lukas bersama dia selalu memakai kata ganti orang
kedua jamak ‘Kami’ (Kis.. 16:6-11), dan memakai kata ganti ketiga jamak ‘Mereka’
kalau ia tidak bersama Paulus (Kis..20:1-6), sehingga kepenulisan Lukas terhadap
Injil Lukas dan Kis.. Tidak diragukan lagi.

b. Waktu Penulisan

1). Sudah pasti sebelum Kis..

2). Kis.. Diakhiri dengan pemenjaraan Paulus di Roma yang pertama, atau kira-kira tahun
60 A.D., sesuai dengan tahun surat-surat penjara.

3). Oleh sebab itu Injil Lukas seharusnya ditulis sebelum Kis.. Kira-kira pertengahan atau
akhir tahun 50-an A.D.

c. Alamat pengirim dan tujuan

1). Beberapa kemungkinan telah ditawarkan ditulis di daerah Yunani, Kaisarea, atu Rom.
Tetapi kemungkinan yang lebih dapat diterima di tulis di Yunani, atau setidaknya
pengumpulan data dilakukan di Palestina.

2). Kelihatannya Lukas mengirim tulisannya kepada Teofilus yang tertarik pada
kekristenan yang juga pejabat Roma.

d. Maksud dan tujuan penulisan

Memberikan pengetahuan rohani atau kemungkinan penginjilan lewat literature tentang


kehidupan dan karya keselamatan Yesus Kristus.

e. Thema: “Yesus adalah sang Juruselamat yang datang sebagai Anak Manusia”.

f. Karakteristik Injil Lukas

1). Lukas menekankan pekerjaan Roh Kudus dan nilai doa dalam hidup kita sebagaimana
dalam kehidupan Kristus.

19
2). Injil Lukas sangat komprehensif atau menyeluruh sehingga menyebabkan Injil Lukas
menjadi Injil yang terpanjang (jumlah kata dalam keseluruhan kitab Lukas)

3). Lukas menekankan kehidupan individu dari pada kelompok dan menaruh perhatian
yang lebih besar tentang wanita.

4). Karakteristik yang istimewa dari Injil ini adalah mulus dan indah dalam hal sejarah
maupun sastra.

g. Tujuan teologis

Lukas memiliki penekanan kosmopolitan, menekankan universalitas Injil dan bahwa


Yesus adalah penebus dunia. Hal ini ditekankan melalui kaitan garis keturunan Yesus dengan
Adam, nenek moyang manusia seluruhnya. Penekanan ini secara khusus juga dapat dilihat
dalam penggunaan perumpamaan Lukas.

20
BAB III

PEMBAHASAN TEOLOGI SINOPTIK

1. Doktrin Allah

Sama seperti kitab-kitab yang lain dalam Alkitab, bahwa mereka memiliki keyakinan
yang besar dan mendasar tentang Allah, yakni bahwa Allah ada, penuh dengan kemuliaan
dan manusia harus terus-menerus bergantung padaNya. Injil Sinoptik juga memiliki bagian
tentang semua ini. Para penulis PB juga memiliki pandangan yang sama sebagaiman yang
terdapat dalam PL. Injil Sinoptik juga secara jelas mencatat tentang atribut Allah.

a. Providensia Allah. (Mat.6:26, 10:29)

b. Kebapakan Allah (Mat.6:32)

c. Anugrah Universal dan personal (Mat. 5:45)

d. Penekanan Kerajaan Allah (Mat. 5: 34; 23:22)

e. Penghakiman Allah bagi semua orang (Mat. 3:7; 7:1; Luk. 3:7)

f. Kemuliaan Allah dinyatakan (Mat. 17:1-8)

g. Kebaikan Allah (19:17)

h. Kuasa Allah (Mrk.12:24-27)

i. Ketritunggalan Allah (Mrk. 1:9-11)

2. Doktrin Kristus

Dari tinjauan mengenai Kristus, Sinoptik secara jelas memberi gambaran tentang pribadi
Kristus.

a. Kelahiran dari anak dara.

1) Matius dan Lukas menekankan bahwa kemanusiaan Yesus dikandung oleh Roh
Kudus (Mat. 1:18; Luk. 1:13)

2) Matius memberikan penekanan yang cukup jelas tentang Maria yang tidak
bersetubuh dengan seorang laki-laki sebelum kelahiran Yesus (Mat. 1:18-25)

3) Markus menekankan bahwa Yesus adalah “anak Maria” daripada mengatakan anak
Yusuf (kebiasaan Yahudi biasanya menggunakan nama ayah)

b. Kemanusiaan Kristus. Ketiga Injil menekankan kemanusiaan Yesus.

21
1) Matius menekankan garis keturunan manusia-Nya (1:1-17), kelahiran-Nya sebagai
manusia (1:25), dan masa kanak-kanak-Nya (2:1-23)

2) Lukas menekankan kelahiran-Nya dan status-Nya yang rendah (2:1-20), Ia


menyesuaikan diri tentang tradisi Yahudi (2:21-24), dan pertumbuhan sebagai
anak laki-laki muda (2:41-52).

3) Markus menekankan kemanusiaan Yesus lebih dari Matius dan Lukas melalui
penekanannya pada karya, kehidupan dan aktivitas Yesus.

4) Ketiganya juga menekankan kemanusiaan-Nya dalam pencobaan.

c. Ketidakberdosaan Kristus. Meskipun Sinoptik menyajikan Yesus sebagai manusia,


mereka juga mengindikasikan Ia bukan manusia biasa, Ia lahir dari seoranf anak dara
dan tidak berdosa.

1) Karena lahir dari seorang perawan, ia tidak memiliki nature dan kecendrungan pada
dosa.

2) Yesus memanggil manusia untuk bertobat tetapi tidak ada catatan bahwa Ia pernah
mengaku dosa atau bertobat.

3) Baptisan-Nya adalah untuk “menggenapi seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15),


bukan untuk pengakuan dosa (Mat.3:6).

4) Pencobaan-Nya juga untuk menekankan bahwa meskipun Ia diuji semua seperti


dalam area kita, namun Ia tidak berdosa (Mat.4-1-11)

5) Pada waktu Ia menegur Petrus, Ia menyatakan bahwa Ia sama sekali tidak ada
hubungan dengan dosa (Mat.16:23)

d. Keilahian Kristus

1) Matius menekankan Yesus sebagai anak Daud (Mat. 9:27), sangat jelas bahwa anak
Daud merupakan Mesias yang dijanjikan dan melakukan pekerjaan Allah.

2) Matius secara terus menerus menyajikan Yesus sebagai Mesias demikian pula
sebagai yang menggenapi nubuat-nubuat PL yang berkaitan dengan Mesias.

3) Asal mula Anak Manusia bermula dari Daniel 7:13 dimana Ia digambarkan sebagai
yang penuh dengan kemenangan, membawa kerajaan kepada bapa. Posisi anak
manusia disebelah kanan Bapa menghubungkan pada Mazmur 110:1 dan yang Ia
adalah Tuhan.

4) Yesus adalah Anak allah dalam pengertian unik yang absolut.

5) Karya penebusan

22
6) Kebangkitan Kristus.

3. Doktrin Roh Kudus

Sinoptik juga menggambarkan peranan Roh Kudus yang cukup signifikan terutama dalam
hubungannya dengan Kristus.

a. Berkaitan dengan kelahiran Kristus dari anak dara. Matius dan Lukas keduanya
menghubungkan konsepsi Yesus di kandungan Maria dengan Roh Kudus yang datang
atasnya (Mat.1:18; Luk. 1:35).

b. Berkaitan dengan baptisan Kristus. Pada saat pembaptisan Yesus, Roh Kudus turun ke
atas-Nya dan mencurahkan kuasa untuk pelayanan kepada publik.

c. Berkaitan dengan pencobaan Kristus.

d. Berkaitan dengan pelayanan Kristus

e. Berkaitan dengan inspirasi kitab suci.

4. Doktrin Gereja

Sinoptik tidak mencatat pengembangan doktrin gereja. Kata gereja (ekklesia) digunakan
hanya tiga kali dalam Matius dan tidak sama sekali dalam Lukas dan Markus. Sekalipun
demikian hal itu mengindikasikan bahwa cikal bakal gereja sudah muncul sejak awal.

5. Doktrin Akhir Zaman

Injil Sinoptik menyediakan materi yang cukup banyak berkaitan dengan akhir zaman.

a. Kata kerajaan (Yun.:Basileia) menonjol di Injil sinoptik, muncul 56 kali di Matius, 21


kali di Markus, 46 kali di Lukas. Matius juga menggunakan istilah raja lebih banya
dari kitab lain yang ada di PB.

b. Injil sinoptik menekankan bahwa Yesus datang untuk mendirikan kerajaan millenial

23
BAB IV

PENGANTAR TEOLOGI KISAH PARA RASUL

Pendahuluan

Kisah Para Rasul bukanlah suatu unit tersendiri karena jelas bahwa Ia ditulis sebagai
kelanjutan dari Injil Lukas, penulis berbicara tentang “bukunya yang pertama” (Kis.ah 1 : 1)
dan menunjukan tulisannya pada Teofilus. Ikthisar dari buku yang pertama, seperti yang
termuat dalam Kisah Para Rasul 1 : 1 - 2, sangat sesuai dengan isi Injil Likas dan cerita
dimulai tepat pada titik dimana Injil Lukas berakhir.

Kisah Para Rasul disusun secara logis diseputar ikhtisar perkembangan geografi seperti yang
dinyatakan dalam 1 : 8: “Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem, diseluruh Yudea, dan
Samaria, dan sampai keujung bumi.” Bagian pertama setelah pembukaan menceritakan awal
perkembangan di Yerusalem. Bagian yang kedua, menguraikan secara singkat pelayanan di
Samaria, daerah pesisir dan Kaisera.

Ikhtisar Kisah Para Rasul juga dapat dibuat berdasarkan catatan perkembangannya dalam 2 :
47; 5 : 14; 6 : 7; 9 : 31; 12 : 24; 16 : 5; dan 19 : 20 tercatat pertumbuhan jumlah serta
peningkatan mutu kehidupan rohani umat Kristen, yang menunjukkan bahwa Kisah Para
Rasul menaruh perhatian pada perkembangan yang progresif dari agama Kristen.

Ikhtisar Kisah Para Rasul dapat pula dibuat berdasarkan pribadi-pribadi yang dimunculkan
didalamnya. Pasal 1 sampai 5 dipusatkan pada Petrus; pasal 6 dan 7, pada Stefanus; pasal 8
hingga 12 memperkenalkan beberapa pribadi, yang paling menonjol diantaranya adalah
Barnabas, Filipus, dan Saulus dari Tarsus; dan pasal 13 sampai selesai Paulus adalah tokoh
yang paling dominant. Suatu perbandingan antara Petrus dan Paulus dapat dilihat dari
pelbagai sudut: keduanya adalah pemimpin, yang stu dikalangan Yahudi, yang lain
dikalangan orang bukan Yahudi. Petrus lebih banyak bekerja di Yerusalem; Paulus didunia
luar Yahudi.

Kebenaran Kisah Para Rasul sudah sering dipertanyakan, namun belum pernah berhasil
dipatahkan. Banyak kesulitan yang ditemui dalam menyelaraskan urutan waktunya dengan
surat-surat kiriman, dan tidak semua penyebutan sejarah didalam Kisah Para Rasul dapat
dipastikan karena seringkali data yang dibutuhkan tidak ada. Jalur cerita utama didalam
Kisah Para Rasul menyangkut misi pemberitaan Injil keutara melalui Antiokhia ke Asia kecil
dan dari sana ke Makedonia, akhirnya ke Roma.

Ada dua alasan yang mungkin mendasari keterbatasan cerita ini. Yang pertama, penulis
sendiri sangat memahami dampak penyebarluasan agama Kristen dan dengan demikian dapat
memanfaatkannya dengan lebih berhasil-guna sebagai sarana untuk menjelaskan tema
utamanya. Yang kedua, tujuan utama penulis adalah untuk mengajar pembacanya tentang
kepastian Injil. Kelangsungan Injil sejak dinyatakan oleh Yesus kepada muridNya hingga saat
ia menulis kitab harus ditujukan dengan jelas, Karena Paulus adalah pemimpin dari misi
kepada orang bukan Yahudi. Ia patut mendapatkan perhatian utama dan penjelasan tentang
peralihan bangsa Yahudi kepada bangsa-bangsa lain, dari hukum taurat menjadi karunia, dan

24
dari Palestina kedunia luar tidak harus didukung oleh suatu pengamatan yang menyeluruh
terhadap semua kejadian yang berlangsung dalam rangka pertumbuhan misi gereja Kristus.

Introduksi Kisah Para Rasul

1. Penulis Kisah Para Rasul

a. Bukti Eksternal

1) Hampir semua bapa gereja menyatakan Kitab ini ditulis oleh Lukas : Kanon
Muratorian, Irenaeus, Yusebius, dll.

2) Secara tradisional kepenulisan Lukas terhadap kitab ini sangat dapat dipercaya.

b. Bukti Internal

1) Semua bukti tentang kepenulisan Injil Lukas adalah bukti bahwa Lukas menulis
Kis.ah Rasul, karena surat ini adalah sambungannya.

2) Sangat jelas bahwa Lukas menulis dua buah buku, ungkapan “Dalam bukuku yang
pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan atau yang diajarkan
Yesus” (Kis.. 1:1), menunujukan bahwa ia melanjutkan pekerjaannya melalui Roh
Kudus (Band. Juga Gal. 4:4,6,. . . Allah mengutus AnakNya, . . . Allah telah
menyuruh Roh AnakNya . . .”

2. Waktu Penulisan

1. Kisah Para Rasul mengakhiri catatannya dengan pemenjaraan Paulus yang pertama di
Roma (+ 60 A.D).

2. Tidak menyinggung kematian Paulus dan kejatuhan Yerusalem berarti ditulis sebelum
tahun 70 A.D.

3. Kira-kira ditulis antara tahun 59-61 A.D.

3. Maksud Dan Tujuan Penulisan:

Untuk menunjukan perkembangan sejarah institusi gereja local sebagai praktek Amanat
Agung (Kis.. 1:8). Catatan Lukas tentang pergerakan gereja juga dapat dilihat sebagai
suatu apologetik bagi kekristenan.

4. Alamat Pengirim Dan Tujuan

Kemungkinan besar Lukas menulis di Roma ditujukan kepada Theofilus.

5. Thema Kisah Para Rasul: “Pergi melaksanakan Amanat Agung”.

25
6. Karakteristik Kisah Para Rasul

a. Kis.ah Rasul menekankan ‘home and foreign missions’, sebagai kunci ayat dan
outline kitab ini (Kis.. 1:8) : Yerusalem (1-7), Yudea dan Samaria (8), dan ujung bumi
(9-28).
b. Walaupun banyak mujizat dicatat dalam kitab ini, namun sangat jelas sifatnya
menurun, atau makin jarang (begitu juga dalam sejarah gereja).

26
BAB V

PEMBAHASAN TEOLOGIA KISAH PARA RASUL

1. Allah.

a. Kedaulatan Allah. Lukas menjelaskan kematian Kristus sebagai hasil dari ketetapan Allah
dan kemahatahuan Allah (Kis.. 2:23). Ketetapan Allah berarti “kehendak-Nya telah
ditetapkan sebelumnya dan tidak fleksibel. Kedua frasa itu menekankan keteguhan dan
ketidakbisaan diganggugugatnya ketetapan itu.”

b. Kedaulatan Allah juga dilihat dalam pemilihan (Kis.. 13:48). Ketepatan jumlah dari orang-
orang pilihan untuk hidup yang kekal.

c. Eksistensi Allah dan anugrah umum. Di Listra paulus mendeklarasikan “Allah yang hidup”
kepada para pendengarnya, mengingatkan mereka bahwa Ia adalah adalah pencipta. (Kis..
14:15-18). Juga kepada orang Atena bahwa Allah telah memberi mereka kehidupan (Kis..
17:22-31).

2. Kristus

Penekanan Lukas sehubungan dengan Kristus di Kisah Para Rasul ada beberapa segi:
penyaliban dan kematian-Nya, serta kebangkitan-Nya.

a. Penyaliban dan kematian Kristus. Banyak pernyataan berkaitan dengan kematian Kristus
merefleksikan tuduhan para rasul pada orang Yahudi dan penyaliban Kristus. Kristus
telah dipaku di atas kayu salib oleh orang fasik (2:23); Kristus telah dipermalukan sampai
mati, dengan penyaliban. Ia yang benar telah dibunuh.

b. Kebangkitan Kristus. Beberapa tema berkaitan dengan kebangkitan ditekankan;

1) Kebangkitan Kristus telah dinubuatkan di Mazmur 16:8-11 dan digenapi dalam Kis..
2:22-32; 13:33-37.

2) Kebangkitan Kristus diproklamasikan dengan kuasa yang besar (Kis.. 4:2, 10, 33)

3) Allah tidak hanya membangkitkan Kristus tetapi juga meninggikan Dia pada posisi
yang berotoritas (Kis.. 5:31)

4) Kebangkitan Kristus juga dihadiri oleh para saksi (Kis.. 10:40-41)

5) Kebangkitan Kristus menandai penghakiman masa yang akan datang (17:31)

6) Kebangkitan Kristus diproklamasikan pada orang Yahudi dan non- Yahudi untuk
penggenapan dan nubuat itu (Kis.. 26:23)

27
c. Kembalinya Kristus. Pada saat kenaikan Kristus, para malaikat berjanji bahwa Kristus akan
datang kembali dengan cara yang sama (Kis.. 1:9-11). Petrus mengumumkan zaman
millennial pada waktu ia berbicara tentang “periode restorasi dari segala sesuatu”
(Kis..3:21).

3. Roh Kudus

a. Keilahian-Nya . KIS.. 5:3-5 mencatat pernyataan utama berkaitan dengan keilahian Roh
Kudus.

b. Pekerjaan-Nya. Melalui karyanya dalam pembaptisan orang percaya , Roh Kudus


mendirikan gereja (1;5; 11:15-16). Roh Kudus aktif memenuhi orang percaya untuk
bersaksi (1:8; 2:4; 4:31). Roh Kudus memimpin dalam pelayanan (8:26-30; 10:19; 20:23;
21:4,11).

4. Keselamatan.

a. Keselamatan melalui beriman kepada Kristus. (10:43)


b. Percaya mencakup pertobatan (20:21)
c. Keselamatan adalah melalui anugrah Allah. (Kis.. 16:14; 18:27).
d. Keselamatan terlepas dari jasa bentuk apapun. (Kis.. 15).

5. Gereja.

Sebagaimana yang diharapkan, KIS.. memberikan cukup banyak materi tentang doktrin
gereja karena kitab ini merupakan catatan lahir dan tumbuhnya gereja.

a. Formasi gereja. Gereja dibentuk melalui baptisan dari karya Roh Kudus.

b. Organisasi gereja. Para rasul merupakan fondasi gereja (Kis.. 2:42), tetapi para penatua
dipilih untuk memimpin gereja-gereja local (Kis.. 14;23; 15:4). Penatua adalah pluralitas
gereja. Diaken juga disebutkan dalam KIS.. 6

c. Fungsi-fungsi di gereja. KIS.. memberikan pandangan yang bernialai berkaitan dengan


gereja;

1) Petunjuk adalah penting di gereja mula-mula (Kis.. 2:24; 4:2 dst), yang melibatkan
pengajaran dari kebenaran proporsional dan doktrin-doktrin.

2) Persekutuan yang melibatkan hal-hal materi (4:32-35; 6:1-3; 16:15, 34), perjamuan
Tuhan, penderitaan.

3) Ibadah direfleksikan dalam penghormatan orang percaya kepada Tuhan. (4:23-31)

4) Pelayanan yang paling dilibatkan adalah penginjilan.

28
BAB VI

PENGANTAR TEOLOGI YAKOBUS

A. Introduksi Teologi Yakobus

1. Penulis Surat Yakobus

a. Bukti Eksternal:

Bapa-bapa gereja bagian Timur (Origen, Eusebius) menunjuk kepada Yakobus sebagai
penulis, walaupun pengakuan bapa-bapa gereja bagian Barat sebagai bagian dari kanon
lebih belakangan.

b. Bukti Internal

1) Penulis menyebut dirinya hamba Yesus Kristus.

2) Ini adalah Yakobus saudara Tuhan Yesus (Matius 13:55), yang tadinya tidak percaya
kepada Tuhan Yesus sampai hari kebangkitannya (1 Kor. 15:7), karena Yakobus
murid Tuhan Yesus telah menjadi martyr (Kis.. 12:2).

3) Adanya kesamaan bahasa dalam surat Yakobus dengan perkataan Yakobus di KIS.. 15

4) Adanya kesamaan antara surat ini dengan pengajaran Yesus.

2. Waktu Penulisan:

Diperkirakan ini adalah literature Kristen yang pertama, bahkan lebih awal dari Injil
Matius. Alasannya adalah karena theologi P.B.-nya masih sangat sederhana, terutama
masalah ekklesiologi-nya dan juga penekanannya pada hal-hal praktis yang diperlukan
untuk mengendalikan jemaat baru dan membedakan mereka dari kelompok Yudaistic
Gnostic (45 A.D).

3. Alamat Penulis dan yang Dituju:

Ditulis di Yerusalem dan di tunjukan kepada orang-orang Kristen Yahudi diaspora


diseluruh wilayah pemerintahan Roma.

4. Tujuan Surat Yakobus:

Menguatkan iman dan memberi nasehat praktis dimasa mengahadapi pncobaan dan
penganiayaan.

29
5. Tujuan Teologis:

Orang percaya Ibrani menghadapi pengadilan-pengadilan, penganiayaan-penganiayaan


dari orang Yahudi yang tidak percaya. Oleh karena orang percaya tidak mengetahui
bagaimana mengerti atau menghadapi penganiayaan, maka Yakobus menulis untuk
memberikan pandangan kepada mereka. Tujuannya adalah memberikan pengoreksian
pada semangat kedagingan yang ada, memperlihatkan iman sebagai penawar masalah
tersebut.

6. Thema Surat Yakobus: “Semakin dewasa didalam Kristus”.

7. Karakteristik Surat Yakobus:

a. Lebih dari 100 kali menunjuk kepada kitab P.L.

b. Banyak referensi untuk karakteristik P.L.

c.Ia menekankan bahwa manusia sempurna adalah yang tidak berdosa dengan mulutnya

B. Pembahasan Teologia Yakobus

1. Kitab Suci.

Sehubungan dengan kitab suci maka ada beberapa poin yang dapat dilihat dalam kitab
Yakobus.

a. Ada penekanan yang kuat atas PL di kitab Yakobus. Dalam lima pasal Yakobus
menunjuk pada penjelasan keduapuluh kitab PL.

b. Ada penekanan pada pengajaran Yesus. Yakobus berisi lima belas kiasan dari kotbah di
Bukit (Mat. 5:22; 3:12; Mat. 7:16; 4:11; 7:1)

c. Ada penekanan atas otoritas kitab suci

d. Ada penekanan atas karya Kitab Suci

2. Allah

Pandangan Yakobus tentang Allah merefleksikan konsep dari relasi bersyarat antara
orang Israel dengan Allah di bawah hukum Musa; ketaatan membawa berkat,
ketidaktaatan membawa hukuman (Ul.28). Jadi Yakobus menyajikan orang berdosa
sebagai musuh Allah; pertemanan dengan dunia akan membuat seseorang menjadi musuh
Allah (4:4-5)

30
3. Manusia dan Dosa

Yakobus menghubungkan doktrin dan aplikasi pada waktu ia menasehati pendengarnya


untuk mengontrol lidah, karena lidah manusia digunakan untuk melawan sesama manusia
yang diciptakan menurut Allah. Meskipun manusia dibuat berdasarkan gambar Allah
tetapi karena kejatuhan manusia ia menjadi berdosa, memiliki nature dosa seperti yang
dijelaskan Yakobus sebagai hawa nafsu. (1:14). Hawa nafsu inilah yang merupakan
respon dari dalam ke luar sebagai keinginan dan menghasilkan dosa (1:15). Pembahasan
yakobus dalam isu ini penting, karena ia memberikan pengertian yang lebih jelas tentang
bagaimana dosa itu terjadi dibandingkan dengan bagian lain kitab suci. Yakobus
menunjuk pada dosa (Yunani; hamartia,”meleset dari sasaran”) enam kali, dosa berasal
dari hawa nafsu yang ada di dalam diri manusia (1:15); akibat dosa adalah dalam hal
rohani dan kematian yang kekal (1:15); dosa memperlihatkan kasih yang pilih-pilih dan
tidak mengasihi (2:8-9); dosa gagal untuk berbuat baik (4:17); dosa dapat diampuni (5:15,
20). Yakobus juga menyebut dosa (Yunani;parabates) sebagai suatu pelanggaran pada
standar Allah (2:9,11).

4. Keselamatan

Yakobus berbicara banyak tentang iman. Iman adalah cara manusia untuk dapat
mendekati Allah (1:6; 5:15); iman harus dalam Yesus (2:1); dan perbuatan manusia akan
mendemostrasikan realitas dari iman (2:18). Perbedaan antara Paulus dan Yakobus adalah
bukan iman versus perbuatan, melainkan perbedaan dari relasi. Yakobus menekankan
perbuatan dari orang percaya dalam relasi dengan iman dan Paulus menekankan,
perbuatan Kristus dalam relasi dengan iman.

BAB VII

PENGANTAR TEOLOGI IBRANI

A. Introduksi Kitab Ibrani

Kitab Ibrani merupakan salah satu surat yang cukup istimewa dalam kanon PB. Oleh
sebab itu pertanyaan-pertanyaan pendahuluan berkaitan dengan pembaca, waktu dan tujuan
penulisan memiliki kepentingan yang khusus dalam membahas teologi Ibrani. Pandangan
yang diambil berkaitan dengan isu-isu ini akan menentukan penafsiran dari teologi Ibrani.

1. Penulis Ibrani

a. Bukti Eksternal:

1) Eusebius mengatakan bahwa, “Siapapun yang menulis surat ini, Allah tahu ini adalah
kebenarn.” (mis. Bawa Paulus yang menulisnya.)

31
2) Bapa-bapa gereja Timur, secara tradisional dan mereka konservatif, menerima
kepenulisan Paulus terhadap surat Ibrani (Clement dari Alexandria, Origen).

3) Bapa-bapa gereja Barat menolak kepenulisan Paulus terhadap surat Ibrani (Hippolytus
dan Irenaeus).

b. Bukti Internal:

1) Ini adalah salah satu buku dalam Perjanjian Baru yang tidak menyebutkan nama
penulisnya, namun bukti internalnya bisa menolong.

2) Penulisnya adalah seorang jenius dalam hal intelektual dan rohani dari abad I yang
sangat dikenal oleh penerima surat.

3) Penulisnya adalah seseorang yang sangat faham tentang perbedaan doktrin kekristenan
dan segala perkembangannya atas Yudaisme.

4) Layak dipertanyakan bila ada yang menolak kepenulisan Paulus, yaitu apakah ada
sesuatu yang bertentangan kalau Paulus menulisnya.

c. Penulis alternatif: Apollos, Barnabas, Lukas, Priskilla, Sillas dsb.

d. Argumentasi yang dikemukakan untuk menentang kepenulisan Paulus:

1) Tidak ada namanya dan dalam 2 Tes. 3:17, Paulus mengatakan ia adalah rasul untuk
orang non-Yahudi, sehingga membuat janji-janji itu untuk jemaat-jemaat non-
Yahudi;--Ia tidak mendasarkan argumentasinya untuk menjelaskan Yudaisme dengan
kekristenan di atas otoritas kerasulannya, tetapi di atas otoritas Perjanjian Lama.

2) Style tulisan dan vocabulary ada banyak yang tidak ada dalam surat Paulus
Argumentasi ini sangat lemah mengingat isi surat khusus mengandung banyak istilah
P.L. yang tentu tidak dipakai kalau menulis surat kepada orang non-Yahudi.

3) Penulis adalah generasi pertama diantara orang-orang percaya (2:3) – bagian ini
generasi pertama, bukan diterima oleh mereka; Wahyu hanya dapat dikuatkan oleh
wahyu.

4) Perbedaan doctrinal – perbedaan audience membuat perbedaan subyek dan sekaligus


perbedaan penkanan theological.

5) Cronology situasi – ini mungkin ditulis pada permulaan pemenjaraan Paulus kedua di
Roma ketika Paulus masih optimis untuk mengunjungi penerima surat (13:23).

e. Petrus menunjukan bahwa Paulus menulis sebuah surat kepada orang Yahudi yang sulit
dipahami (2 Petrus 3:15,16 band. 1 Pet. 1:1). Tidak ada bukti internal yang menyisihkan
Paulus sebagai penulis; pada kenyataannya, ada banyak bukti yang menerima Paulus

32
sebagai penulis sama dengan menerima Matius sebagai penulis Injil Matius. Tak
seorangpun dapat membuktikan bahwa Paulus bukan penulis.

2. Waktu Penulisan

Jika Paulus diakui sebagai penulis, maka waktu penulisannya sekitar tahun 64-67 A.D.;
dan pengungkapan aktivitas penyembahan di Bait Suci ia memakai presernt tense (masih
berlangsung) berarti sebelum tahun 70 A.D., karena tahun 70 A.D. bait Suci dihancurkan.

3. Alamat Penulis dan yang Dituju: Paulus menulis dari Italia untuk sekelompok orang
Yahudi

4. Tujuan Penulisan

Menunjukan keutamaan Kristus atas semua system P.L. dan menunjukan bahwa orang
yang mengundurkan diri tidak memiliki keyakinan iman.

5. Maksud Teologis

Maksud teologis dari kitab ini adalah untuk mendemostrasikan superioritas dari Kristus
dan kekristenan terhadap Yudaisme. Orang Kristen Ibrani ini menderita dan putus asa,
dan Paulus membicarakan keadaan ini serta mendorong mereka menuju kedewasaan.

6. Thema Surat Ibrani: “Yakin di dalam Kristus”

7. Karakteristik Surat Ibrani

a. Orang benar akan hidup oleh iman sangat ditekankan disini (11), dan statement
demikian cocok dengan Paulus (Roma 1:17)

b. Banyak berisikan peringatan


c. Paling kurang ada 13 kali ajakan yang berbunyi ‘baiklah kita’/ ‘marilah kita’ (12:2).

B. Pembahasan Teologia Ibrani

1. Teologi tentang Allah

Penulis Ibrani menekankan baik Pribadi dari Allah yang mulia dan cara Allah
menyatakan diri-Nya kepada manusia.

a. Pribadi-Nya.

1) Penulis menggambarkan Bapa sebagai yang ditinggikan di surga, bertakhta di tempat


yang tinggi (1:3). Frasa itu adalah suatu sebutan bagi Allah yang dinyatakam di
Mazmur 110:1. Gambaran yang sama ditulis di 8:1 dimana istilah “yang mulia”
kembali digunakan. Karena kitab ini ditulis bagi orang Yahudi, tidak diragukan hal itu

33
menunjuk pada “kemuliaan yang bertakhta di Kursi Kemurahan di Tempat Yang
Mahakudus.”

2) Penulis juga membahas bagaimana menghampiri Allah dengan menunjuk pada Takhta-
Nya.

3) Orang percaya Yahudi diingatkan bahwa Allah mereka adalah Allah yang hidup,
berbeda dengan ilah-ilah yang mati. Penulis mendorong mereka untuk tidak kembali
ke system yang mati tetapi melayani Allah yang hidup. (Ibr. 9:14; 10:31; 12:22).

4) Penggunaan api sebagai figure Allah melambangkan penghakiman Allan (12:19). Hal
ini berhubungan dengan tema Ibrani dalam memperingatkan mereka untuk tidak
meninggalkan Allah yang hidup.

5) Kitab ini ditutup dengan menyebut Allah sebagai damai (13:20). Ia dapat memberikan
damai kepada orang Yahudi di tengah penganiayaan.

b. Wahyu-Nya

1) Pernyataan tentang wahyu Allah adalah melalui putra-Nya (1:1-2). Di PL Allah


berbicara setahap demi setahap dan dengan berbagai cara, tetapi klimaks dari wahyu-
Nya adalah dalam Pribadi Putra-Nya.

2) Sebagai saksi dari wahyu di dalam Kristus, Allah mempertunjukkan mujijat-mujijat


melalui tangan-tangan para saksi-Nya, para rasul, yang menyaksikan keselamatan
akbar di dalam Kristus (2:4).

3) Kebesaran anugrah Allah terlihat, karena melaluinya, Kristus mati bagi semua orang.

2. Teologia tentang Kristus

Kristologi terlihat jelas merupakan tema utama Ibrani. Dalam perkembangan kitab ini,
penulis memperlihatkan superioritas Kristus terhadap nabi (1:1-3), malaikat (1:4-2:18),
Musa (3:1-4:13), dan Harun (4:14-10:39). Penekanan Kristologis adalah penting pada saat
mempertimbangkan siapa pembacanya. Dan penulis Ibrani memperlihatkan berbagai segi
dari Kristus untuk mendemontrasikan keunggulan-Nya.

a. Sebutan. Sebutan Kristus (Yang Diurapi) digunakan di seluruh surat-surat (3:6,14; 5:5;
6:1; 9:11, 11, 14, 24, 28; 11:26). Hal itu merupakan suatu peringatan bahwa Yang
Diurapi, Mesias sebagai seorang Raja, telah datang.

b. Nama kemanusiaan-Nya, Yesus, menekankan bahwa dalam kemanusiaan-Nya sebagai


imam besar manusia, ia telah mencapai apa yang tidak dapat dilakukan oleh garis
imam besar Lewi.

c. Istilah Putra digunakan untuk menekankan relasi yang lebih besar yang dimiliki Yesus
dengan Bapa (1:2,5,8: 3:6; 5:5, 8;7:28).

34
d. Kristus juga ditunjuk sebagai Imam Besar yang permanen, yang telah menjadi korban
pendamaian bagi dosa (2:17)

e. Keilahian. Keilahian Yesus diteguhkan melalui nama yang diberikan kepada-Nya. (1:8-
10). Melalui nature intrinsic-Nya dan keberadaan-Nya sebagai “cahaya dari kemulian-
Nya.” Juga melalui karya-Nya. Ia merupakan pencipta masa, penerima dari segala
yang ada (1:2) dan pemelihara.

f. Manusia tak berdosa. Penulis Ibrani menekankan kesejatian, ketidakbercelaan dari


kemanusiaan Yesus, sehingga Ia dapat menjadi korban yang sempurna bagi dosa.

g. Keimaman. Kristus adalah paling tinggi karena Ia adalah imam menurut aturan
MelKis.edek, tidak menurut keimaman Harun. Keimaman Kristus yang menurut
MelKis.edek adalah superior.

3. Teologia tentang Roh Kudus

Meskipun doktrin Roh Kudus tidak dibahas secara panjang lebar, namun ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam kitab Ibrani.

a. Tanda karunia diperlihatkan melalui kedaulatan kehendak Roh Kudus (2:4)

b. Roh Kudus merupakan penulis dari kitab suci (3:7; 9:8; 10:5)

c. Keselamatan menjadikan seseorang mendapatkan bagian dalam Roh Kudus (6:4)

d. Menolak keselamatan melalui Kristus adalah melawan Roh Kudus (10:29).

4. Teologia tentang Dosa

Doktrin dosa dalam Ibrani merupakan hal yang paling fundamental, karena tema Ibrani
adalah peringatan bagi orang Ibrani Kristen untuk tidak berbalik kembali kepada
Yudaisme. Oleh karena itu berarti berdosa kepada Kristus.

5. Teologia tentang Keselamatan

Dalam mengkontraskan Kristus dengan malaikat, penulis menjelaskan bahwa fungsi dari
malaikat adalah untuk menjadi penolong bagi mereka yang telah mewarisi keselamatan.
Ibrani juga menegaskan bahwa Keselamtan Kristus merupakan puncak dari semua.
Implikasi Kristus jauh lebih utama dari persembahan korban PL.

Provisi superioritas Kristus dalam keselamatan terlihat dalam Ia mengalami kematian


bagi semua orang (2:9), dan melalui kematian-Nya Ia membawa “banyak anak-anak pada
kemuliaan” (2:10). Fakta bahwa keselamatan dari Yesus dapat membawa banyak anak
pada kemuliaan menekankan finalitas dan jaminan hal itu. Penulis kemudian menekankan
ketaatan dan ketundukan penuh dari Kristus pada kehendak Bapa; melalui ketaatan yang
sempurna Kristus telah menjadi sumber keselamatan yang kekal (5:9). Orang percaya

35
Ibrani butuh untuk mengetahui kebenaran-kebenaran yang signifikan ini, tetapi mereka
bodoh dan perlu diajar doktrin-doktrin dasar iman.

BAB VIII

PENGANTAR TEOLOGI PAULUS

A. Introduksi Teologi Paulus

1. Latar Belakang dan Pelatihan

Paulus lahir sekitar 3 AD dari keluarga terpandang. Ia berkewarganegaraan Romawi (Kis..


22:28) dan berdomisili di kota Tarsus. Paulus dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang ketat,
disunat pada hari kedelapan, dan dari suku Benyamin (Flp.3:5). Paulus kemudian dilatih di
Yerusalem di bawah Gamaliel, seorang Farisi dan anggota terhormat dari Sanhedrin
(Kis..5:34). Gamaliel adalah satu-satunya dari tujuh sarjana dalam sejarah bangsanya yang
menerima sebutan “Raban” (tuan kami). Gamaliel adalah cucu Hillel, pendiri sekolah
penafsiran yang memakai namanya. Paulus sendiri menjadi Farisi, pengikut ketat pada
hukum tradisi Yahudi. Oleh karena ketaatan yang ketat pada Yudaisme dan tradisi penatua
menyebabkan dia menganiaya gereja.

2. Garis Besar Perjalanan dan Pelayanan

Setelah pertobatannya pada akhir tahun 33 atau awal 34 AD, Paulus menghabiskan
beberapa bulan di Damaskus (Kis..9:23; Gal.1:17); pada waktu lawannya berusaha untuk
membunuhnya ia berusaha kembali ke Yerusalem (Kis..9:26). Tidak lama setelah itu, ia pergi
ke kampung halamanya di Tarsus (Kis..9:30). Ia menghabiskan 3 tahun di Arabia, bisa jadi
dalam suatu bentuk pelayanan yang ia mulai langsung setelah pertobatannya. Setelah itu ia
kembali ke Yerusalem (Kis..11:30; 12:25; Gal.2:1-21). Disitulah gereja mengkhususkan
Paulus dan Barnabas untuk melakukan perjalanan misi yang pertama. Selama perjalanan itu
mereka mengabarkan Injil di Asia Kecil dan pulau Siprus. Pada waktu orang Yahudi menolak
Injil, di Asia Kecil inilah Paulus memulai pelayanannya kepada orang non-Yahudi. Pola khas
dari pelayanan Paulus adalah sebagai berikut:”diawali dengan pemberitaan kepada orang
yahudi dan non-Yahudi pengikut Yudaisme, baik yang porselit sepenuhnya atau yang
asosiasinya lebih bebas, kemudian setelah ditolak oleh para pendengar di sinagoge, maka
dilanjutkan secara pelayanan secara langsung kepada orang non-Yahudi.” Sidang di
Yerusalem terjadi pada tahun 49 AD (Kis..15) dan menyelesaikan suatu keputusan untuk isu
yang penting, dimana keputusan itu memungkinkan Paulus dan yang lain untuk terus
memberitakan Injil pada orang non-yahudi tanpa harus menyahudikan mereka; orang non-
Yahudi tidak dituntut untuk disunat. Keputusan itu penting untuk menjaga kemurnian Injil
dan memisahkan hukum dan anugrah. Perjalanan misi yang kedua (49-52 AD, Kis..15:36-
18:22) dilakukan oleh Paulus dan Silas melintasi Asia Kecil, dimana mereka kembali
mengunjungi gereja-gereja, dan kemudian melanjutkan ke Eropa (Kis..16:11 dst). Perjalanan
misi ketiga (53-57 AD; Kis..18:23-21:16) dilakukan Paulus ke Efesus, dimana ia
menghabiskan waktu hampir 3 tahun, dan kemudian dilanjutkan ke Makedonia dan Akhaya.

36
Ia di tahan di Yerusalem dalam perjalanan kembali dan di penjarakan di Kaisarea (58 AD;
Kis..24:1-26:32). Paulus mengajukan banding ke Kaisar dan ia menghabiskan waktu dua
tahun di penjara. Paulus dibebaskan dari pemenjaraan pertma di Roma, kemudian dia
melayani dari tahun 63-66, kemungkinan ia melakukan perjalanan sejauh Spanyol, dan
kembali ditahan dan diekskusi di Roma pada tahun 67 AD (2Tim.4:6-8).

KRONOLOGI KEHIDUPAN PAULUS


Tahun: AD (Anno Peristiwa
Domino)
3(?) Kelahiran Paulus
18-30 Pelatihan di Yerusalem
33/34 Pertobatan
34-36 Di Arab
46 Di Yerusalem
46-48 Perjalanan Misi yang Pertama: Asia Kecil
48-49 Sidang Yerusalem
49-52 Perjalanan Misi yang Kedua: Asia Kecil dan Eropa
53-57 Perjalanan Misi yang Ketiga: Asia Kecil dan Eropa
58-60 Pemenjaraan di Kaisarea
60-61 Perjalanan ke Roma
61-63 Pemenjaraan di Roma
63-66 Pelayanan sampai ke Spanyol
66-67 Pemenjaraan di Roma dan ekskusi

SURAT-SURAT PAULUS
Ciri Nama Tgl.: AD Asal Teologi
Umum
Galatia 48 Antiokhia/Siria Soteriologi

1 Tesalonika 50 Korintus Dan

2 Tesalonika 50 Korintus Eskatologi

1 Korintus 55 Efesus

2 Korintus 55 Makedonia

Roma 57 Korintus
Penjara Efesus 62 Roma Kristologi

Filipi 63 Roma

Kolose 62 Roma

Filemon 62 Roma

37
Pastoral 1 Timotius 63 Makedonia Ekklesiologi

Titus 63 Korintus

2 Timotius 67 Roma

B. Pembahasan Teologia Paulus

1. Teologia Paulus tentang Allah

a. Wahyu tentang Allah.

Teologi Paulus merepresentasikan sebuah gambaran yang tinggi berkaitan dengan Allah.
Paulus memgambarkan Allah sebagai yang berdaulat, dan yang menyatakan diriNya
sendiri melalui anugrah di dalam Yesus Kristus (Rm. 1:16-17; 3:21; 1 Kor. 2:10; 2 Kor.
12:7). Di mana melalui anugrah itu, tujuan Allah dari sejak kekekalan telam dinyatakan
dalam waktu pada saat sekarang.

b. Allah telah menyatakan diriNya sendiri melalui penghakiman atas orang tidak percaya
(Rm. 1:18; 2:5; 2Tes.1:7).

Murka (orge) mengekspresikan, “kedalaman murka Allah terhadap dosa. Kemarahan ini
berasal dari kekudusan dan kebenaran-Nya. Karena kekudusan-Nya, maka Allah tidak
dapat mengabaikan dosa.”

c. Pernyataan Diri Allah dalam berkatNya.

Allah menyatakan Dirinya sendiri dalam berkat-berkatNya yang mulia kepada orang
percaya (Rm. 8:18-19; 1Kor. 1:7; 3:13; 4:5; 2 Kor.5:10).

d. Kedaulatan.

Konsep kedaulatan Allah mendominasi penulisan Paulus. Ia memberikan sejumlah istilah


untuk menekankan konsep ini. (1) Predestinasi (Yunani; proorizo) berarti “menandai
dengan batasan sebelumnya”. Predestinasi digunakan 6 kali dalam PB, dan 5 kali muncul
dalam tulisan Paulus. (2) Kemahatahuan (Yunani; proginosko) berarti “mengetahui
sebelumnya, mengambil catatan dari, menetapkan atas dasar” (Rm.8:29; 11:2).
Kemahatahuan “menekankan bukan hanya pengetahuan sebelumnya tetapi suatu relasi
aktif antara yang mengetahu sebelumnya dengan yang diketahui sebelumnya” (3) Pilihan
(Yunani:ekklegomai) berarti “dipanggil keluar” (Ef.1:4; 1 Tes.1:4). Berkat-berkat Efesus
1:3 disadari oleh orang percaya karena Allah memilih orang percaya dari sejak kekekalan.
(Ef. 1:4). Pilihan Allah menekankan pada Ia memilih orang percaya bagi Dirinya sendiri.
(4) Adopsi. (Yunani: huiothesia) berarti “menjadikan anak” (Ef.1:5), kata ini menekankan
upacara Romawi bagi seorang anak yang telah diadopsi kepada status dewasa dengan
segala hak yang berkaitan dengan itu. Adopsi adalah hasil predestinasi Allah pada orang

38
percaya sejak kekekalan. (5) Dipanggil (Yunani; kletos) menunjuk pada panggilan Allah
yang efektif untuk keselamatan (Rom.1:1,7;8:28). Ini merupakan panggilan Allah yang
memampukan seseorang untuk percaya. Istilah ini berhubungan dengan pilihan yang
tidak bersyarat (Allah memilih kita tanpa berdasarkan jasa kita). (6) Tujuan (Yunani;
Protithemi) berarti “menempatkan sebelum” dan mengusulkan tujuan Allah dalam
diriNya sendiri untuk meringkaskan semua dalam Kristus (Ef. 1:9-10). (7) Kehendak
(Yunani: boule) menunjuk pada hikmat kedaulatan Allah pada waktu Ia bertindak
berdasarkan kedaulatan dalam hal menjamin keselamatan orang percaya, tetapi juga
tentang pekerjaan Allah dalam segala sesuatu, yaitu di mana semua sejarah berjalan
sesuai kehendak Allah yang berdaulat.

Konklusi penting berkaitan dengan pengajaran Paulus tentang kedaulatan harus


dicermati: (1) Sumber utama dari predestinasi adalah kemutlakan kedaulatan Allah. (2)
Tujuan predestinasi adalah keselamtan, dan isunya adalah pelayanan. (3) Predestinasi tidak
mengesampingkan tanggungjawab manusia.

2. Teologi Paulus tentang Kristus

a. Kemanusiaan.

Paulus bukan hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang paling kuat tentang


keilahian Kristus, ia juga menekankan isu tentang kemanusiaan Kristus. Krsitus
dilahirkan dari seorang peremapuan (Gal. 4:4). Ia memiliki kemanusiaan dari ibu
duniawiNya dan memiliki keturunan fisik dari Daud. (Rm. 1:3; 2Tim.2:8). Kristus juga
sama sekali tidak berdosa (2Kor.5:21)

b. Keilahian

Suatu teologia yang telah berkembang penuh tentang keilahian Kristus dapat ditemukan
dalam tulisan-tulisan Paulus. Penekanan paulus bahwa Kristus adalah “dari surga”
(1Kor.15:47; 2 Kor.8:9) mengusulkan praeksistensi-Nya dan kekekalan-Nya. Paulus
menyatakan bahwa kepenuhan keilahian ada pada Kristus (Kol. 2:9) Keilahian
(Yunani;theotes) “menekankan natur keilahian atau esensi…Ia dulu dan seterusnya
adalah Allah yang mutlak dan sempurna”. Kristus eksis dalam rupa Allah
(Yunani;morphe) mengusulkan warisan karakter atau substansi esensial dari pribadi itu.
Kristus dalam nature esensial eksis sebagai Allah.

c. Ketuhanan

Yesus disebut Tuhan adalah suatu studi yang penting karena sebutan Tuhan muncul
paling sedikit 144 tambah 95 kali lagi dalam hubungan dengan nama Yesus Kristus.

(1) Tuhan menunjuk pada keilahian-Nya (rm. 10:9; 1Kor. 12:3; Flp.2:9).

(2) Tuhan menunjuk pada kuasa (Flp. 2:9). Ketuhanan diberikan kepada Kristus “ yang
sekarang setara dengan Allah dimanifestasikan secara khusus dalam fakta bahwa
semua kuasa yang tidak kelihatan dari ciptaan tunduk kepada-Nya”

39
(3) Tuhan menunjuk pada kedaulatan (2Kor.4:5; Rm.14:5-9)

(4) Tuhan menunjuk pada kerajaan Yesus dan pemerintahan-Nya (1Tim. 6:15;
1Kor.15:25).

3. Teologia Paulus tentang Roh Kudus

Teologi Paulus memberikan pembahasan yang panajng lebar, baik tentang Pribadi
maupun karya Roh Kudus.

a. Pribadinya. Atribut-atribut Pribadi Roh Kudus berikut ini dibahas dalam surat-surat
Paulus.

(1) Intelek. Roh Kudus menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah
(1Kor.2:10) dan kemudian mengajarkannya kepada orang percaya (1Kor.2:13).

(2) Kehendak. Roh Kudus memiliki kehendak dimana di dalamnya ia


mendistribusikan pemberian-pemberian “sesuai dengan kehendak-Nya”
(1Kor.12:11). Roh Kudus memberi bukan berdasarkan kehendak manusia, tetapi
berdasarkan kehendaknya sendiri.

(3) Emosi. Roh Kudus dapat didukakan (Ef. 4:30)

(4) Keilahian-Nya. Keilahian Roh Kudus terbukti dalam Ia menjadi pengantara seperti
Kristus (Rm. 8:26-27,34) dan ia mendiami orang percaya bersama dengan Bapa
dan Putra (Rm. 8:9-11).

b. Kuasanya. Tulisan Paulus juga meneguhkan banyak karya penting yang dilakukan Roh
Kudus sebagai salah satu anggota pentang Tritunggal.

(1) Ia meregenerasikan. Roh Kudus membawa hidup baru kepada orang percaya (Tit.
3:5).

(2) Ia membaptis. Roh Kudus mempersatukan orang percaya dengan Tuhan mereka
dengan menempatkan mereka ke dalam Tubuh Kristus (1Kor. 12:13).

(3) Ia mendiami. Roh Kudus mendiami setiap orang percaya.

(4) Ia memeteraikan. Roh Kudus memberi tanda identitas Allah dan kepemilikan atas
orang percaya; ia adalah materai itu sendiri dan memverifikasi keselamatan
mereka (Ef.1:13; 4:30).

(5) Ia memberikan karunia.

(6) Ia memenuhi. Roh Kudus mengontrol oranmg percaya pada waktu kondisi mereka
dipenuhi. (Ef. 5:18)

40
(7) Ia memberi kuasa. Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup
berdasarkan kuasa-Nya (Gal.5:16).

4. Teologia Paulus tentang Dosa

Paulus menggunakan sejumlah kata-kata Yunani yang berbeda untuk menjelaskan nature
dosa.

a. Hamartia adalah kata umum yang digunakan untuk menjelaskan tindakan berdosa (Rm.
4:7; 11:27). Hamartia mengaitkan kematian Kristus dengan dosa manusia
(1Kor.15:3). Dalam bentuk jamak, kata itu menunjuk pada akumulasi dosa (Gal.1:4),
sedangkan dalam bentuk tunggal kata itu menunjuk pada kleadaan berdosa
(Rm.3:9,20; 5:20; 6:16,23).

b. Paraptoma menunjuk pada langkah yang salah, dikontraskan dengan yang benar
(Rm.4:25, Gal.6:1; Ef.2:1).

c. Parabasis berarti melangkah keluar, suatu penyimpangan dari iman yang benar (Rm.
2:23; 4:15; Gal. 3:19).

d. Anomia berarti tanpa hukum atau pelanggaran (2Kor..6:14; 2Tes.2:3)

Dosa adalah sebuah hutang, mengusulkan obligasi manusia dan ketidakmampuan


manusia untuk membayar hutang itu. (Ef.1:7, Kol.1:14). Hal itu merupakan bentuk
penyimpangan dari jalan yang lurus. Dosa tanpa hukum dan menjadi pemberontakan
(Rm. 11:30; Ef.2:2; 5:6; Kol. 3:6), yang menyangkut tindakan eksternal maupun internal.

Tentang Keselamatan

Paulus memberikan beberapa tema-tema besar sampai pada pengembangan yang penuh.
Doktrin Paulus tentang soteriologi berpusat pada anugrah Allah; Allah yang berinisiatif
dalam menyelamatkan manusia berdasarkan anugrah-Nya semata-mata. Karya penebusan
Kristus memuaskan keadilan Allah dan membebaskan manusia dari ikatan dosa dan
menyatakan pembenaran yang legal bagi orang percaya.

a. Pengampunan. Pada waktu Allah mengampuni pelanggaran-pelanggaran kita, Ia


melakukan-Nya berdasarkan anugrah-Nya (Kol. 2;13). Diampuni (Yunani;
charizomai) berarti “menganugrahkan berdasarkan kemurahan, memberikan dengan
murah hati, mengampuni berdasarkan anugrah”. Kata itu erat kaitannya dengan kata
anugrah. Kata lain dari paulus untuk pengampunan (yunani; aphesis) memiliki suatu
arti dasar “membebaskan” atau “menyuruh pergi” tetapi secara teologis berarti
“mengampuni” atau “membatalkan suatu obligasi atau hukuman” (Ef. 1:7; Kol.1:14).
Anugrah Allah mencapai puncaknya dalam teologi Paulus pada waktu ia meninggikan
kemuliannya, dimana Allah dengan murah hati telah membatalkan hutang dosa yang
tidak dapat dibayar oleh manusia.

41
b. Penebusan. Kata penebusan (Yunani: apulotrosis) adalah istilah yang secara khusus
dipakai oleh Paulus; kata ini digunakan 10 kali dalam PB, tujuh diantaranya ada
dalam tulisan Paulus. Penebusan berarti membebaskan dengan cara pembayaran
dengan suatu harga tertentu.

c. Pendamaian. Kata pendamaian muncul hanya empat kali dalam PB. Kata ini (Yunani:
hilasterion) berarti mengalihkan, memindahkan atau mendamaikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kristus sepenuhnya memenuhi dan memuaskan tuntutan dari
kebenaran dan kekudusan Allah. Melalui penumpahan darah Kristus, kekudusan
Allah telah dipuaskan dan murka Allah telah dialihkan.

d. Pembenaran (Justifikasi). Justifikasi secara khusus merupakan istilah Paulus. Kata


kerjanya digunakan empat puluh kali di PB, tetapi Paulus menggunakan kata itu dua
puluh sembilan kali. Justifikasi merupakan tindakan legal, dimana Allah menyatakan
bahwa orang berdosa yang percaya dibenarkan berdasarkan darah Kristus. Arti dasar
dari justifikasi adalah “mendeklarasikan benar”. Beberapa hal lain dapat dipelajari
tentang penggunaan justifikasi oleh Paulus;

(1) justifikasi merupakan pemberian anugrah Allah (Rm.3:24)

(2) hal itu dapat terjadi melaui iman (Rm.5:1; Gal.3:24)

(3) hal itu dimungkinkan melaui darah Kristus (Rm. 5:9)

(4) dan hal itu terpisah dari hukum Taurat (Rm. 3:20; Gal. 2:16; 3:11).

5. Teologia Paulus tentang Gereja

a. Defenisi

Kata gereja (Yunani; ekklesia) berari “memanggil keluar dari suatu kelompok.” Kata
ini seringkali digunakan dalam pengertian teknis bagi orang percaya yang Allah
panggil keluar dari dunia dan menjadi suatu kelompok khusus dari miliknya. Namun
demikian, kata itu sewaktu-waktu digunakan dalam pengertian non teknis untuk
menunjuk, misalnya, suatu kelompok (diterjemahkan “jemaat”), seperti di KIS....
19:32. gereja digunakan dalam dua cara utama di PB,. Gereja universal dan gereja
local. Paulus menggunakan istilah ini menunjuk pada tubuh Kristus, mak yang
dimaksud adalah pengertian universal. Gereja menunjuk pada gereja local, yang
dimaksudkan adalah suatu jemaat orang percaya tertentu dalam suatu lokasi dan suatu
waktu tertentu.

b. Penjelasan

Paulus menetapkan gereja sebagai suatu organisasi yang terdiri dari “struktur
kompleks tubuh Kristus yang menjalankan aktivitas sehari-hari, hal itu dijalankan
oleh masing-masing orang percaya, yang memiliki fungsi masing-masing tetapi saling
bergantung dan diatur melalui relasi mereka dengan Kristus, sebagai Kepala gereja”

42
c. Organisasi

Gereja adalah organisasi yang hidup, namun gereja juga adalah suatu organisasi, yang
melibatkan jabatan-jabatan dan fungsi. Ada beberapa jabatan yang ditunjuk dalam PB.
Jabatan penatua (Yunani; presbuteros) yang menekankan kedewasaan dan
kewibawaan dan biasanya menunjuk pada pribadi yang sudah lanjut usia. Penatua
ditunjuk sebagai pemimpin gereja-gereja local (! Tim. 5:17; Tit. 1:5). Istilak penilik
(Yunani; episkopos) menunjuk pada pekerjaan pengembalaan yang dilakukan oleh
penatua (1Tim.3;1). Istilah itu pada dasarnya memiliki arti yang sama, namun
demikian penatua lebih menekankan pada jabatan sedangkan penilik kepada fungsi.
Dan kedua istilah identik dengan gembala. Jabatan lain di gereja adalah diaken
(Yunani; diakonos), yang artinya”pelayan”, dimana mereka juga terlibat pelayanan
rohani, yang berada di bawah otoritas penatua. Kemudian jabatan lain yang
disinggung sedikit dalam surat Paulus adalah penginjil dan guru.

d. Ordinansi

Meskipun topik baptisan merupakan hal utama dalam PB, namun hal itu bukan
penekanan yang utama dalam teologi Paulus. Kata kerkja baptizo digunakan sebanyak
delapan puluh kali dalam PB, tetapi Paulus hanya menggunakannya sebanayk enam
belas kali dan hanya sebelas diantaranya menunjuk pada baptisan air. Sementara
mengenai perjamuan, Paulus memberikan penjelasan yang rinci tentang Perjamuan
Tuhan (1Kor. 11:23-34), dimana dia secara langsung menerima wahyu dari Tuhan.
Paulus menyatakan bahwa Perjamuan Tuhan sebagai suatau peringatan dan mengutuk
orang yang melakukannya secara sembarangan (1Kor.11:25).

6. Teologia Paulus tentang Hal-Hal Terakhir

a. Berkaitan dengan Gereja.

Sejak Paulus menyediakan pengajaran baru yang signifikan tentang nature gereja,
maka adalah tepat jika paulus memberikan pengajaran tentang konsumasi dari gereja,
yaitu penjabaran tentang masa depan gereja. Paulus menunjuik pada penerjemahan
gereja, dimana sebagian orang percaya yang masih hidup tidak akan mati, tetapi
ditransformasikan lebih cepat dari sekejab mata (1Kor. 15:51-57). Paulus juga
menjelaskan tentang rapture, kebangkitan, tubuh kebangkitan, dan kursi pengadilan
Kristus.

b. Berkaitan dengan Israel

Paulus membahas tentang pemilihan Israel di Roma 9-11, menangisi penolakan Israel
terhadap Mesias. Israel telah menerima hak besar tetapi mereka telah menolaknya,
oleh karena kedaulatan Allah dalam memilih Israel, Ia tidak akan gagal dalam tujuan-
Nya bagi bangsa Itu. Fakta bahwa Allah tidak akan meninggalkan umatnya adalah
terbukti dengan fakta bahwa ada sisa orang Yahudi yang percaya, dimana salah
satunya adalah Paulus.. namun demikian, pada waktu Israel dibutakan, itu adalah

43
sementara. Paulus memperlihatkan masa depan pada waktu kebutaan Israel akan
diangkat dan semua Israel akan diselamatkan (Rm. 11:1,5).

c. Berkaitan dengan dunia

Pada saat Paulus berbicara tentang pengharapan masa yang akan datang bagi gereja
dan pertobatan Israel di masa yang akan datang, ia berbicara secara panjang lebar
tentang penghakiman Allah di masa yang akan datang atas dunia yang tidak percaya.
Paulus menggunakan istilah murka (Yunani;orge) untuk menjabarkan penghakiman
Allah yang akan turun atas dunia. Ia menggunakan istilah ini sebanyak dua puluh satu
kali di tulisannya dan lima belas kali dalam bagian lain PB. Paulus sering
menggunakan kata ini untuk menjabarkan suatu masa depan “hari kemurkaan.” Ia
juga mengidentifikasikan periode tersebut sebagai waktu dari manusia “murtad” dan
juga “anak kehancuran”, yang akan muncul dan menninggikan dirinya sendiri sebagai
Allah, yaitu antikristus. Akan tetapi ia akan dihancurkan pada saat kedatangan
Kristus.

44
BAB IX

TEOLOGI PETRUS DAN YUDAS

Studi teologi biblika ini akan difokuskan pada pengajaran doctrinal oleh Petrus dari
kedua suratnya dan kotbahnya di Kisah Para Rasul.

A. Introduksi I Petrus

1. Penulis I Petrus

a. Bukti Eksternal:Polycarpus, Irenaeus, dan Tertullianus mengakui Petrus sebagai


penulis, bahkan Eusebius menambahkan kata yang tak terbantahkan.

b. Bukti Internal:Penulis menyebut dirinya Petrus (1:1) dan saksi mata penderitaan Kristus
(5:1).

2. Waktu Penulisan I Petrus:

Bentuk penganiayaan yang ditunjukan dalam 1 Petrus adalah penganiayaan sebelum Nero (+
62 A.D.)

3. Alamat Pengirim dan yang Dituju:

Petrus menulis dari Babilon (5:13), ada yang mengira bahwa yang dimaksud Babilon adalah
(Roma), karena belum ada jemaat lokal didirikan di Babolin, dan ditujukan kepada orang
Kristen Yahudi diaspora di Asia Kecil. Ada kemungkinan Markus bersamanya di Roma
pada waktu itu.

4. Tujuan Pertama Petrus:

Mendorong orang percaya ditengah penganiayaan political dan sosial. Petrus mengistilahkan
penderitaan mereka sebagai “nyala api siksaan” (4:12). Tesis surat ini adalah nasihat dan
dorongan dan dinyatakan di 5:12—orang percaya harus tetap teguh dalam anugrah Allah
di tengah penderitaan mereka.

5. Thema I Petrus: “Pengharapan didalam Kristus”

6. Karakteristik I Petrus:

a. Petrus menggunakan istilah ‘penganiayaan’ 16 kali.

b. sekurangnya ada 34 kali bentuk imperative (perintah) dalam surat ini.

c. Hanya ada dalam surat ini bahwa Kristus tinggal dalam nabi-nabi P.L yang umumnya
dikenal dengan Roh Allah atau Roh Kristus (1:11) (setidaknya ini bersifat temporer)

45
dan ia berbicara melalui Nuh kepada orang-orang berdosa pada zaman ante-diluivian
(1:11;3:18).

B. Introduksi II Petrus

1. Penulis

a. Bukti Eksternal:Diterima setelah agak kemudian oleh Jerome, Athanasius, Augustinus,


dsb.dan oleh Konsili Kartago sebagai bagian dari Kanon P.B.

b. Bukti Internal:Penulisnya adalah Simon (1:1) band. Mat. 16:17); 1:1 dan 3:1
menunjukan ini adalah surat Petrus kedua yang ditujukan kepada orang-orang yang
sama; 1;17-18 penulis pernah melihat Yesus dimuliakan.

2. Waktu Penulisan:

Diperkirakan pada selang waktu yang tidak terlalu lama dengan surat yang pertama (+ 63
A.D.), menurut 3:1

3. Alamat Pengirim dan yang Dituju:

Paulus menulis di Roma dan ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang sama dalam I
Petrus.

4. Tujuan Penulisan:

Tujuan Petrus menulis surat ini dapat dikatakan ada dua segi; (1) secara negatif, ia
memperingatkan orang percaya berkaitan dengan akan munculnya orang yang hidup
tanpa hukum (secara terang-terangan mengabaikan perintah Allah) dan pengajar-pengajar
ajaran sesat yang menyusup di tengah jemaat. (2) Secara positif, Petrus mendorong orang
percaya untuk “bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus.”

5. Thema II Petrus: “Melawan ajaran sesat dengan Firman Allah”.

6. Karakteristik II Petrus:

a. Buah iman 7 lipatan itu (1:4-8)

b. Surat ini adalah yang paling banyak menyingkap pengajaran sesat dan pengumpan.

c. Adanya ungkapan yang terselip yang kemungkinannya sangat besar menunjuk Paulus
sebagai penulis surat Ibrani (2 Petrus 3:15-16).

7. Latar Belakang Petrus

46
Rasul Petrus adalah putra dari Yunus (Mat. 16:17) atau Yohanes (Yoh. 1:42), dan saudara
dari Andreas (Yoh.1:40). Ia berasal dari Betsaida (Yoh.1:44) tetapi kemudian pindah ke
Kapernaum (Mrk. 1:21,29). Petrus tadinya bekerja sebagai seorang nelayan (Luk.5:1-11).

Pada awal pelayanannya, Yesus memanggil Petrus untuk diselamatkan (Yoh.1:42), dan
sekitar setahun kemudian Ia memanggilnya untuk menjadi seorang rasul (Mat. 10:1-2).
Sebagai salah seorang dari Kedua Belas Rasul, Petrus diberikan otoritas kerasulan untuk
melakukan berbagai mujijat, untuk meneguhkan berita Mesianik. Petrus juga merupakan
salah satu dari tiga orang pilihan, bersama Yakobus dan Yohanes. (Mat.17:1). Petrus
adalah “sokoguru Jemaat” (Gal.2:9) dan kemudian menjadi pemimpin gereja. Petrus juga
merupakan Rasul bagi orang Yahudi yang juga tercermin dari pembicaraannya dan dalam
suratnya yang pertama (1Pet.1:1). Salah satu tradisi mengusulkan bahwa Petrus pada
akhirnya pergi ke Roma, tetapi hal itu tidak pasti.

B. Pembahasan Teologia Petrus

Teologi Petrus jelas sekali berpusat pada Kristus dan dalam penekanannya, ia
membahas secara mendalam doktrin-doktrin penting yang berkaitan dengan Pribadi Kristus.
Ia menyatakan ketidakberdosaan Kristus, korban perdamaian Kristus sebagai substitusi,
kebangkitan-Nya dan kemulian-Nya. Petrus banyak sekali berbicara tentang penderitaan,
Kristus yang direndahkan dan penolakan akan Kristus.

1. Teologia Petrus tentang Kristologi.

Suatu studi tentang penggunakan nama Kristus oleh Petrus merupakan hal yang
mencerahkan. Dalam kotbahnya di KIS.., Petrus menunjuk Kristus sebagai Yesus dari
Nasareth. Perkataan ini sangat mungkin untuk mengingatkan akan pendengarnya akan
Yesus sebgai yang ditolak, karena istilah Nasareth memiliki konotasi yang negatif. Akan
tetapi lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Yesus itu bukan manusia yang biasa akan tetapi
Allah telah membuat-Nya menjadi Tuhan dan Kristus. (KIS.. 2:36). Di KIS.. 3:13-15
Petrus juga berbicara tentang kemuliaan Yesus yang dihubungkan dengan sebutan
“Hamba”, “Yang Kudus”, “Yang Benar” dan p”Pemimpin kepada hidup.” Oleh karena itu
bersamaan dengan itu, Petrus juga menyebutkan Yesus di 3:16, dan menekankan otoritas
dan kuasa yang berkaitan dengan nama itu.

Dalam suratnya ini Petrus memilih menggunakan nama Kristus dan paling sering
menggunakan sebuatan Mesias untuk menjabarkan penderitaan-Nya. Petrus menulis
bahwa Kristus mencurahkan darah-Nya yang berharga (1Pet.1:19), menderita sebagai
substitusi (1Pet.2:21), menderita dalam daging (1Pet.4:1), menderita di depan banyak
saksi (1Pet.5:1), dan mati satu kali (penekanan) bagi semua (1Pet.3:18). Berdasarkan hal-
hal itu Petrus mendorong orang percaya untuk menguduskan Kristus dan meraih
kemuliaan di dalam semuanya itu.

Petrus juga menggunakan nama Tuhan Yesus Kristus. Ia menggunakannya bukan untuk
menekankan penderitaan Kristus, tetapi kebangkitan, glorifikasi dan kedatangan Kristus
untuk yang kedua kali. Melalui Tuhan Yesus Kristus, orang percaya yang dilahirbarukan
memiliki pengharapan hidup yang baru.

47
2. Teologia Petrus tentang Keselamatan

Sebagaimana yang telah dicatat pada pembahasan sebelumnya, Petrus menekankan karya
keselamatan Kristus: ia adalah korban yang sempurna, seperti domba yang tak bercacat
dan bercela (1Pet.1:19); Ia tidak berdosa(1Pet.1:22); Ia mati sebagai pengganti sekali
untuk kita semua, yang tanpa salah bagi orang yang bersalah (1Pet.3:18). Petrus
menekankan tindakan, bahwa ia dibunuh untuk kita.

Kata ganti menekankan bahwa Kristus mati bagi orang berdosa (1Pet.2:24). Ia menebus
mereka dari perbudakan dosa (1Pet.1:18). Keselamatn Kristus direncanalan sejak
kekekalan (1Pet.1:20), tetapi dinyatakan dalam sejarah. Ia menyelesaikan keselamatam
melalui kebangkitan-Nya, memberikan orang percaya suatu hidup yang penuh
pengharapan. (1Pet.1:3).

3. Teologia Petrus tentang Kitab Suci

Sehubungan dengan kitab suci, Petrus memberikan pandangan yang signifikan tentang
pelayanan Roh Kudus dalam inspirasi sekaligus menegaskan inspirasi dalam tulisan rasul
yang lain terutama Paulus. Ia memberikan salah satu studi yang lengkap tentang Kitab
suci. Kitab suci adalah hasil dari Roh Kudus yang menghsilkan regenerasi dan
pertumbuhan rohani. Berikut ini adalah hal yang perlu dicatat dari doktrin Kitab Suci
yang ditulis oleh Petrus:

a. Kitab suci diistilahkan sebagai “nubuat” (2Pet.1:19), menunjuk pada seluruh PL. Petrus
mengindikasikan Kitab Suci PL menjadi pasti melalui pemunculan Yesus Kristus.

b. Kitab suci adalah hidup dan tidak berubah selama-lamanya (1Pet.1:23).

c. Kitab Suci tidak terkontaminasi dan menyehatkan, memampukan orang percaya untuk
bertumbuh secara rohani (1Pet.2:2).

d. Kitab Suci secara murni berasal dari manusia (2Pet.10:20)

e. Kitab Suci adalah produk dari manusia yang berbicara atas pimpinan Roh Kudus,
sehingga menjamin keakuratan dari Kitab Suci (2Pet.1:21).

f. Kitab Suci PB juga diinspirasikan setara dengan Kitab Suci PL (2Pet.3:16).

g. Kitab Suci merupakan dasar kebenaran teologis (1Pet.2:6).

4. Kehidupan Orang Kristen

Petrus menulis untuk menguatkan orang percaya dan menjelaskan bagaimana orang
percaya harus menyikapi penderitaan, khususnya pada waktu mereka harus mengalami
penderitaan yang tidak sepatutnya (1Pet.1:6). Petrus menulis kata-kata peringatan dan
dorongan berkaitan dengan penderitaan.

48
a. orang percaya harus mengantisipasi pencobaan dan penderitaan dan mempersiapkan
pemikiran mereka untuk menghadapinya, karena Kristus juga telah menderita
(1Pet.1:11; 4:12; 5:9).

b. Orang percaya harus bersukacita ditengah penderitaan karena antisipasi akan


kedatangan kembali Kristus (1Pet.3:14; 4:13).

c. Orang percaya dapat menderita karena ketidakadilan (1Pet.2:19,20,21,23; 3:17).

d. Orang percaya bisa menderita karena kehendak Allah (1Pet.3:17;4:19), tetapi di tengah
penderitaan, mereka akan dikuatkan oleh Dia (1Pet.5:10).

5. Teologia tentang Gereja

Meskipun kata gereja tidak muncul dalam tulisan Petrus, namun ia membahas doktrin
gereja sampai tahap tertentu.

a. Gereja universal. Petrus mengakui kesatuan dari orang Yahudi dan non-Yahudi dalam
satu kesatuan tubuh (Kis..10:34-43). Pada saat deklarasi, Petrus mengumumkan
bahwa orang non-Yahudi diterima oleh Allah tanpa harus menjadi orang Yahudi
proselit. (Kis..10:35).

b. Gereja Lokal. Di 1 Petrus 5:1-4, Petrus menunjuk pada tanggungjawab penatua di


gereja local. Tanggungjawab mereka adalah menggembalakan domba Allah.

c. Petrus juga menyebut baptisan, dengan menggunakan analogi antara baptisan dan Nuh.
Sebagaimana air dan Nuh melambangkan pemutusan dengan kehidupan yang lama,
demikian juga baptisan melambangkan pemutusan dengan kehidupan yang lama yang
penuh dosa.

6. Teologia tentang Akhir Zaman

Sehubungan dengan akhir zaman, Petrus menuliskan beberapa hal tentang akhir zaman.

a. Kondisi. Di 2 Petrus, rasul Petrus menunjuk pada kondisi yang akan mendahului
kedatangan Tuhan

b. Kedatangan Kristus. Dalam kedua suratnya, Petrus kelihatannya membedakan antara


pengangkatan gereja dan kedatangan Kristus yang keduakalinya untuk menghakimi
orang fasik.

c. Hidup yang kekal. Petrus menjabarkan kedatangan hari Tuhan yang tiba-tiba (2Pet.3:10).
Hari Tuhan digunakan dalam beberapa cara di kitab Suci, tetapi sebagai istilah umum, hal itu
memandang pada keseluruhan periode permulaan dengan pengangkatan dan berhentinya
millennium; jadi, Hari Tuhan meliputi penghakiman atas orang tidak percaya dan berkat bagi
orang percaya.

49
C. Pengantar Teologia Yudas

1. Penulis

a. Bukti Eksternal. Athenagoras, Clement dari Alexandria dan kanon Muratorian


menunjuk Yudas saudara Tuhan Yesus (Mat.13:55)sebagai penulis.

b. Bukti Internal. Penulis menunjukan dirinya Yudas saudara Tuhan Yesus dan Yakobus
(1:1), tentu ini bukan Yakobus Rasul karena saudara Yakobus Rasul adalah Yohanes.

2. Waktu Penulisan:

Dari nadanya yang terihat bahwa penganiayaan bukan future tense terutama masalah
pengajaran sesat yang dalam 2 Petrus dikatakan akan datang, kelihatannya ketika surat
Yudas ditulis malah sedang datang. Berarti ditulis tahun 63 A.D. atau diatas itu.

Terutama penekanannya terhadap dosa seksual yang mencapai punck tahun 64-65 A.D.

3. Alamat Pengirim dan yang Dituju: Ditulis di Yerusalem dan mungkin ditujukan kepada
orang Kristen Yahudi.

4. Tujuan Surat Yudas: Meneguhkan iman.

5. Thema Surat Yudas: “Berjuang untuk mempertahankan iman”.

6. Karakteristik Surat Yudas:

a. Banyak mengutip P.L. juga mengutip sumber luar P.L.

b. Mengandung banyak peringatan terhadap ajaran sesat.

c. Menulis doxology yang terbaik dalam Alkitab (24,25).

D. Pembahasan Teologia Yudas

1. Teologia Yudas tentang Kristus.

Dengan tema yang serupa dengan 2 Petrus, Yudas memperingatkan akan adanya guru-
guru palsu yang menyangkali “satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita” (ayat 4). Sebutan
penguasan dan Tuhan, keduanya menunjuk kepada Kristus. Ini merupakan pernyataan
Kristologi yang besar. Penguasa (Yunani; despoten) berarti Kristus adalah penguasa yang
absolut.

50
2. Teologia Yudas tentang Keselamatan

Yudas menujukan suratnya pada “mereka yang dipanggil.” Dalam pernyataan ini Yudas
menunjuk pada doktrin pemilihan. Kata “dipanggil” adalah bagi mereka yang telah
dipanggil secara efektual pada keselamatan berdasarkan anugrah Allah yang efektif.
Anugrah Allah itulah yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Yudas lebih lanjut
menekankan sekuritas dari keselamatan dengan menegaskan bahwa Allah akan
memampukan orang percaya untuk berdiri dihadapan kemuliaan hadirat-Nya (ayat 24).

3. Teologia Yudas tentang Malaikat

Yudas menunjuk pada malaikat yang “meninggalkan tempat tinggal mereka yang
sebenarnya”, kemungkinan besar menunjuk pada kejatuhan Lucifer dari posisi yang
tinggi, dimana ia menarik satu pasukan malaikat bersama dengan dia (Yes. 14:12-17;
Yehz. 28:12-19). Kelihatannya sebagaian dari mereka yang jatuh telah diikat, sedangkan
yang lain tetap bebas dan menjadi iblis.

51
BAB X

PENGANTAR DAN PEMBAHASAN TEOLOGI YOHANES

A. Rasul Yohanes

Yohanes, saudara Yakobus dan anak dari Zebedeus, tadinya adalah seorang pelayan
di Galilea (Mrk.1:19-20). Ia pasti memiliki usaha yang cukup menguntungkan sehingga ia
mempekerjakan pelayan-pelayan dalam usaha nelayannya (Mrk.1:20). Ibunya Salome adalah
saudara perempuan Maria, ibu Yesus. Hal itu berarti ia adalah saudara sepupu Yesus (Yoh.
19:25, mat. 27:56, Mrk. 15:40,47). Ibunya adalah salah seorang yang mengikut Yesus dan
memberi dukungan kepada Yesus. (Luk. 8:3, Mat. 27:55-56; Mrk. 15:40-41). Yohanes tidak
diragukan sebagai salah satu dari dua murid yang mengikuti Yesus pada awal pelayanan-Nya
(Yoh.1:35-37). Kira-kira setahun setelah itu, Yohanes disebut sebagai salah satu dari
keduabelas rasul (Mat.10:2). Yohanes bersama Petrus dan Yakobus adalah salah satu dari
dekat Yesus yang menyaksikan transfigurasi (Mat.17:1-8), kebangkitan anak perempuan
Yairus (Mrk.5:37-43), dan pada waktu Yesus bergumul di Getsemani (Mat.26:37-38). Pada
Perjamuan Terakhir, Yohanes, yang dikenal sebagai murid “yang dikasihi Yesus” memiliki
posisi khusus di samping Yesus (Yoh. 13:23). Yesus juga menyerahkan Maria pada
pemeliharaan Yohanes di kayu salib (Yoh. 19:26-27). Yohanes menyaksikan kebangkitan
Yesus paling sedikit dua kali sebelum kenaikan, di ruang atas (Yoh.20:19-20) dan di Galilea
(Yoh.21:2), dan paling sedikit tiga kali setelah kenaikan, yaitu sebagai Tuhan dari gereja
(Why.1:12-18), hakim orang berdosa (Why. 5:4-7), dan Raja segala raja (Why. 19:11-16). Di
kitab KIS.. ia muncul dalam posisi utama bersama Petrus. Yohanes dikenal sebagai salah satu
sokoguru gereja. Menurut Irenaeus, Yohanes suatu waktu pindah ke Efesus dan tinggal
sampai usia lanjut, hidup sampai pemerintahan Tjajan (98-117 AD).

2. Teologi Yohanes

Sumber untuk studi teologi Yohanes, adalah Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes, dan
kitab Wahyu. Meskipun ada pendekatan lain sebagai alternatif untuk mempelajari teologi
Yohanes, namun studi ini akan digabungkan dengan pengajaran Yesus yang dicatat di Injil
Yohanes demikian pula tulisan Yohanes sendiri secara khusus. Diasumsikan bahwa
pengajaran Tuhan yang dicatat oleh Yohanes dapat dipertimbangkan sebagai teologi Yohanes
karena Yohanes mencatat pernyataan Yesus, dengan anggapan semua itu bagian dari suatu
penekanan yang penting dari Yohanes.

Teologi Yohanes berpusat pada Pribadi Kristus dan wahyu Allah yang diberikan
melaui kedatangan Yesus Kristus. Pribadi yang bersama Allah sejak kekekalan sekarang
menjadi manusia, dan Yohanes memberitakan kemuliaan-Nya. Wahyu tentang terang inilah
yang dijabarkan Yohanes dalam Injilnya, surat-suratnya dan kitab Wahyu. Yohanes
memberikan sebuah ringkasan dari teologinya di pendahuluan injilnya (Yoh. 1:1-18), dimana
didalamnya ia menjabarkan wahyu tentang hidup dan terang melaui Sang Putra dan juga
menjabarkan dosa yang menggelapi dunia dan menolak terang itu.

52
B. Introduksi Teologi Yohanes

1. Penulis Injil Yohanes

a. Penulis

1) Bukti Eksternal: Irenaeus, Tertullianus, Origen menunjuk rasul Yohanes sebagai


penulis.

2) Bukti Internal:

Tradisi mendukung rasul Yohanmes sebagai penulis, karena penulis adalah seorang Yahudi,
saksi mata Tuhan Yesus, dan ia menyebut dirinya sendiri murid “yang dikasihi
Yesus”.

b. Penulisan:

1) Sangat mungkin bahwa peristiwa tahun 70 A.D. sudah lewat bahkan agak lama, oleh
sebab itu tidak disinggung lagi dalam sejarah Yahudi dalam tulisannya.

2) Manuscript P-52, sebuah pragmen yang berisi Injil Yohanes diberi penanggalan 125
A.D.;tetapi ini buku autographa tetapi apografa.

3) Kemungkinan Injil ini ditulis pada akhir abad 1 dan tentunya sebelum pembuangan ke
pulau Patmos, berarti antar tahun 90-95 A.D.

c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:

Ia menulis kepada orang-orang Kristen secara umum di Asia kecil dari Efesus

d. Tujuan Injil Yohanes:

Untuk menginjili memulai menunjukan bahwa Kristus adalah Anak Allah, dan bahwa melalui
iamn didalam Dia kita memperoleh hidup kekal (20:31;3:36).

e. Thema Injil Yohanes

“Krisus adalah Anak Allah dan Firman Allah yang Menjadi Manusia”.

f. Karakteristik Injil Yohanes:

1) Yohanes banyak mencatat tanda-tanda mujizat (2:11)

2) Ia mencatat banyak pasangan kata P.L. ‘AKU ADALAH AKU’ (eyeh asyer eyeh)
dalam bentuk Yunani ‘ego eimi’; Terang dunia; pintu; gembala yang baik;
kebangkitan dan hidup; jalan dan kebenaran dan hidup;pokok anggur yang benar.

53
o Banyak berisikan detail-detail thological khususnya tentang pribadi dan karia
inkarnasi allah dalam Kreistus.

2. Penulis I Yohanes

a. Penulis

1). Bukti Eksternal:

Policarpus, Papias, Origen menyatakan Yohanes adalah penulisnya.

2). Bukti Internal:

Ada banyak istilah theology maupun kata-kata yang sama dengan Injil Yohanes (1:1 band.
Yoh. 1). Penulis saksi mata Kristus (1:1)

b. Waktu Penulisan :

Surat ini dan ulisan-tulisan Yohanes yang lain berKis.ar antara tahun 85-98 A.D.; yaitu pada
akhir pelayanannya menjadi gembala di Efesus

c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:

Dikirim dari Efesus dan ditujukan kepada jemaat Asia kecil.

d. Tujuan Penulis:

Menasehati orang percaya agar hidup atau berjalan sesuai dengan Injil Keselamatan dan
menentang ajaran sesat yaiu, ‘gnostik’.

e. Thema I Yohanes: “Nyata di dalam Kristus”.

f. Karakteristik I Yohanes:

Memberikan gambaran ajaran sesat abad 1.

Johannine Comma (5:7-8) adalah otentik karena argumentasi grammatical & theological-
nya sesuai dengan Injil Yohanes.

C . Penulis II Yohanes

a. Penulis

1) Bukti Eksternal:

Yohanes diakui sebagai penulis oleh Irenaeus, Origen, dan Cyprianus.

54
2) Bukti Internal:

“Seorang penatua” (1:1), bukan rasul lain, berarti Yohanes.

b. Waktu Penulisan :

Diperkirakan antara tahun 85-98 A.D.

c. Alamat Pengirim dan yang Dituju

Dari Efesus kepada ‘Ibu Terpilih’ – kemungkinan jemaat lokal.

d. Tujuan II Yohanes:

Memberikan petunjuk theologis untuk menilai ajaran sesat yang mulai berkembang.

e. Thema II Yohanes:

“Berjalan dalam kebenaran.”

f. Karakteristik II Yohanes:

i. Menekankan kasih persaudaraan

ii. Kepercayaan dalam inkarnasi Kristus adalah dasar untuk Kekristenan fundamental.

4. Penulis III Yohanes:

a. Penulis

i. Bukti Eksternal:Irenaeus, Dionysius, Cypryanus menunjukan kepada Yohanes.

ii. Bukti Internal:Sama dengan I & II Yohanes

b. Waktu Penulisan:

Kurang lebih sama dengan 1&2 Yohanes

c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:

Ditulis dari Efesus dan ditujukan kepada Gayus

d. Tujuan III Yohanes:

Menghadapi Diotrefes (1:9) yang mau menguasai jemaat.

e. Karakteristik III Yohanes:


55
Pembuat kejahatan dalam jemaat-jemaat lokal ‘tidak pernah melihat Allah’ (1:1).

‘Aku telah menulis’ (1:9) bisa jadi surat II Yohanes atau surat lain yang hilang.

D. Penulis Kitab Wahyu:

a. Penulisan

i. Bukti Eksternal:Old Latin Version, kanon Muratorian, Tertullianus, Origen mengakui


Yohanes sebagai penulis.

ii. Bukti Internal:Penulis adalah Yohanes (1:1,4,9;21:2;22:8).

b. Waktu penulisan:

Kitab terakhir dalam kanon Alkitab, ditulis kira-kira tahun 95-98 (Why.22:18,19).

c. Alamat Pengirim dan yang Dituju:

Yohanes menulis dari pulau Patmos kepada tujuh jemaat di Asia Kecil.

d. Tujuan Penulisan:

Menunjukkan hal-hal yang akan terjadi berhubungan dengan Israel, jemaat dan dunia.

e. Thema Wahyu:

“Penyingkapan Masa Lalu, Sekarang dan Yang Akan Datang” (1:19).

f. Karakteristik Wahyu:

i. Terlihat sekali hal yang dilihat Yohanes itu sulit diluKis.kan dengan bahasa manusia.

ii. Sering memakai bilangan tujuh.

iii. Outline kitab ini ada pada 1:19, yaitu yang terjadi sekarang (meta tauta) dengan 4:1
‘sesudah sekarang’ (meta tauta).

iv. Pendekatan-pendekatan yang berbeda terhadap interpretasi adalah pandangan preterist,


idealist, historicist, dan futurist

56
E. Pembahasan Teologia Yohanes

1. Wahyu

Yohanes menjabarkan wahyu dengan dua cara: wahyu melalui Kitab Suci dan melalui
Putra Allah:

a. Kitab. Suci

Yesus mengingatkan orang Yahudi yang tidak percaya bahwa Kitab Suci memberikan
kesaksian tentang diri-Nya (Yoh. 5:39). Yesus meneguhkan bahwa Kitab Suci adalah
kebenaran yang proporsional, yang menyatakan terang Allah melalui diri-Nya. Tensa
yang menunjukkan pada waktu sekarang, menunjukkan bahwa wahyu Kitab Suci sedang
berlangsung. Yesus kemudian mengingatkan pendengar-Nya bahwa Musa menulis
tentang Dia dan mereka harus percaya kepada tulisan Musa yang berbicara tentang
Kristus. (Yoh. 5:45-47). Lebih lanjut Kristus menyatakan bahwa “Kitab Suci tidak dapat
dibatalkan”. Dalam perdebatan-Nya Yesus menumpukan kasusnya pada integritas dan
otoritas dari wahyu yang tertulis yaitu Kitab Suci.

b. Anak Allah

Pada pendahuluan Injilnya, Yohanes menyatakan bahwa wahyu Allah dimanifestasikan


melalui anak-Nya. Pribadi yang bersama Bapa sejak kekekalan (Yoh.1:1), sekarang
tinggal dengan manusia, dan Yohanes bersukacita karena melihat kemulian-Nya.
Yohanes pasti menunjuk pada transfigurasi dari Kristus (Mat. 17:1-8) demikian pula
mujijat-mujijat Kristus (Yoh.2:11). Wahyu Yesus juga merupakan wahyu anugrah
(Yoh.1:16-17).

2. Dunia

Yohanes menggunakan kata dunia banyak sekali; di Injil Sinoptik hanya digunakan lima
belas kali, sedang Yohanes menggunakannya sebanyak 78 kali di Injilnya dan 27 kali di
tulisannya yang lain. Yohanes menggunakan kata dunia untuk menjelaskan dunia yang
berada dalam dosa, kegelapan dan di bawah kuasa setan.

a. Dunia dalam kegelapan

Yohanes menggambarkan dunia yang berada dalam kegelapan dan melawan Kristus;
dunia tidak ramah pada Kristus dan semua yang dipercayai-Nya. Hal itu disebabkan
karena dunia telah menjadi buta. Dunia tidak mengenal Mesias pada waktu Ia datang ke
dalam Dunia. Yohanes menjabarkan dua kelompok manusia; mereka yang datang pada
terang dan mereka yang memmbenci terang itu (Yoh.1:12; 3:19-21). Orang-orang dunia
membenci terang, karena terang itu mengekspos mereka; Yesus mengatakan bahwa inilah
alasan kenapa dunia membenci-Nya. System dunia, yaiotu keinginan daging, keinginan
mata dan keangkuhan hidup, telah memimpin manusia kepada dosa.

b. Dunia di bawah Setan

57
Yesus menjelaskan kenapa orang yang tidak percaya melakukan dosa; hal itu karena
mereka adalah keturunan dari si jahat (Yoh.8:44). Karena mereka adalah anak-anak dari
bapak mereka yaitu si jahat, jadi wajarlah apabila mereka melakukan keinginan
bapaknya. Karena si jahat adalah pembohong dari awalnya, maka wajarlah apabila
keturunan rohani dari si jahat menolak Kristus yang adalah kebenaran.

3. Inkarnasi

a. Terang.

Terang adalah istilah popular Yohanes. Dalam kaitan dengan inkarnasi, Yohanes
menunjuk pada Yesus sebagai terang yang telah datang ke dunia gelap karena dosa.
Karena Yesus telah datang sebagai terang, maka adalah imperatif bahwa manusia hrus
percaya kepada-Nya (Yoh.12:35-36). Yesus, sebagai terang dunia, dapat memberikan
terang fisik (Yoh.9:7) dan terang spiritual (Yoh.8:12).

b. Hidup

Hidup juga merupakan istilah popular di Yohanes; ia menggunakannya 36 kali di Injil, 13


kali di 1 Yohanes, dan 15 kali di kitab Wahyu. Mujijat inkarnasi ialah bahwa Yesus
hidup, diman iIa juga memiliki sumber kehidupan sama seperti Bapa, yaitu Ia memiliki
hidup dalam diriNya sendiri, oleh sebab itu segala sesuatu bergantung pada Yesus untuk
hidup dan eksistensinya.

c. Anak Allah

Yohanes menjabarkan inkarnasi Kristus dengan menunjuk Yesus sebagai “Putra Allah” atau
“Putra”. Yesus menggunakan istilah-istilah itu untuk diriNya sendiri dan relasinya dengan
Bapa. Dan Yohanes sangat tegas dalam menekankan kesetaraan Yesus dengan Allah.

d. Anak Manusia

Yesus pada umumnya menggunakan sebutan “Anak Manusia” untuk menunjukkan misi-
Nya. Asal mula istilah itu berasal dari Daniel 7:13 dan menunjuk pada keberadaan
surgawi yang menerima kerajaan dunia ini. Istilah “Anak Manusia” menunjuk pada
konsep Kristus akan diriNya sebagai yang berasl mula dari Surga dan sebagai pemilik
kemuliaan surga. Pada saat yang sama hal itu menunjukkan kepada kita tentang
kerendahan-Nya dan penderitaan-Nya bagi manusia. Keduanya adalah sama.

e. Pendamaian.

Dalam nubuat. Kata bahasa Inggris atonement (pendamaian) berasal dari dua kata “at”
dan “onement”, yang berarti rekonsiliasi. Meskipun kata pendamaian bukan merupakan
kata di PB, hal itu menunjuk pada apa yang telah diselesaikan oleh Kristus diatas kayu
salib melalui penderitaan dan kematiaan-Nya. Pada waktu Yohanes pembabtis
menyerukan “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia”. Yohanes
berbicara tentang penggenapan dari persembahan korban di PL. diawali dengan provisi

58
Allah, akan seekor domba yang menggantikan Ishak di gunung Muria (Kej 22:8),
kemudian provisi domba paskah di Keluaran 12 sampai nubuat Yesaaya 53:7, dimana
nabi Yesaya mengindikasikan Mesias akan mati, seperti anak domba yang akan
disembelih. Persembahan korban di PL menunjuk pada kematian Mesias untuk
pendamaian. Tidak diragukan lagi, penggenapan dari tema itulah yang dijabarkan oleh
Yohanes pembaptis di Yohanes 1:29. Yesus menekankan kebenaran yang sama dei
Yohanes 6:52-59. ia berbicara tentang diri-Nya yang datang dari surgadan memberikan
hidupNya bagi dunia (Yohanes 6:33,51). Penebusan yang bersifat substitusi dapat dilihat
dari preposisi “atas” (Yunani “huper”). Dalam bagian ini9, Yesus mengajarkan tentang
kematian-Nya sebagai wakil (6:51), yang memberikan hidup kekal (6:53-55,58), dan
persekutuan dengan Kristus (6:56,57) dan hasilnya di kebangkitan (6:54).

Dalam sejarah. Karya Kristus, sesuai dengan tujuan-Nya datang kedunia, digenapkan
dalam Yohanes 19:30. Setelah enam jam diatas kayu salib Yesus berseru, “Sudah selesai”
(Yunani: tetelesthai). Yesus tidak mengatakan, “saya telah selesai”, tetapi “telah selesai”.
Ia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa kepadan-Nya; karya keselamatan
telah diselesaikan. Tensa bentuk lampau dari kata kerja tetelestai dapat diterjemahkan,
“hal akan tetap selesai”, artinya pekerjaan itu untuk selamanya selesai dan akibat dari
selesainya pekerjaan itu terus berlaku.

Di 1 Yohanes 2:1-2, Yohanes menjelaskan provisi yang dibuat oleh Kristus untuk dosa.
Kristus adalah “pembela” (Yunani; parakletos) bagi mereka yang berdosa. Dalam
konteks ini pembela berarti pengancara dalam kasus hukum. Orang percaya memiliki
Kristus sebagai pengacara pembela mereka dalam pengadilan ilahi. Lebih lanjut Yohanes
berkata Kristus adalah “korban pendamaian” (Yunani: hilasmos) bagidosa-dosa dunia.
Kata itu hanya digunakan di Roma 3:25, dan 1Yohanes 4:10. korban pendamaian artinya
Kristus menjadi korban pendamaian bagi dosa dengan cara membayar harga dengan
demikian mengalihkan murka Allah. Korban pendamaian berpusat pada Allah, yang
menyatakan bahwa dosa telah melanggar kekudusan Allah, dan melalui kematian Kristus
Allah Bapa di puaskan dan sekarang Ia bebas untuk menyatakan kemurahan dan
pengampunan-Nya kepada orang berdosa yang percaya. Yohanes mengindikasikan
korban pendamaian adalah “untuk segala dosa kita, dan bukan hanya untuk dosa kita saja,
tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1Yoh 2:2). Kematian Kristus adalah kematian
substitusi yang memberikan provisi bagi orang percaya, namun Yohanes menekankan
juga kecukupannya yaitu “bagi seluruh dunia”. Meskipun seluruh dunia tidak
diselamatkan, karena Kristus adalah Allah maka kematian-Nya adalah cukup untuk
seluruh dunia, namun demikian hanya efektif bagi mereka yang percaya.

Kebangkitan. Yohanes menjabarkan Kis.ah kebangkitan di Yohanes 20 untuk


memperlihatkan penebusan Kristus telah sampai pada puncaknya di kebangkitan.
Penebusan Kristus tidak berakhir pada kematian-Nya tetapi pada kebangkitan-Nya;
Kebangkitan itu harus terjadi untuk meneguhkan Anak Allah (Roma1:4). Yohanes sangat
jelas menjabarkan bagaimana Petrus berlari menuju kuburan, Yohanes tiba lebih dahulu,
melihat ke dalam kubur, dan tidak melihat apapun . petrus masuk dan berteori tentang apa
yang terjadi, kemudian Yohanes memperhatikan dan mengerti. Mereka melihat kain
kafan yang tergeletak di kuburan dan tetap berbentuk tubuh, seakan-akan masih ada tubuh
di dalamnya. Kain untuk muka masih tergulung melingkar (20:7), tetapi tubuhnya telah
tidak ada. Yohanes “melihat dan percaya” karena ia mengerti hanya satu hal yang
59
mungkin telah terjadi, tubuh itu telah melewati kain kafan yang membalutnya. Yesus
telah bangkit. Yohanes memberikan penjabaran yang lebih jelas, lebih rinci
mendeskripsikannya, dibandingkan dengan Injil sinoptik tentang bagaimana menjelaskan
secara tepat apa yang telah terjadi pada waktu kebangkitan. Yohanes kemudian
menjelaskan bagaimana Kristus melewati pintu yang tertutup dalam tubuh fisiknya dan
muncul di tengah para rasul dalam tubuh kebangkitan-Nya (Yoh 20:19,26). Yohanes
memverifikasi realitas dan tubuh kebangkitan Kristus, memperlihatkan bahwa Kristus
dalam karya terakhir-Nya telah mengalahkan maut dan karena itu memberikan
pengharapan dan hidup kepada yang percaya (Yohanes 11:25-26).

4. Roh Kudus

Percakapan di Ruang atas (Yoh 14-16), Yohanes mencatat pengajaran Yesus berkaitan
dengan Roh Kudus. Ketiga fasal itu memberikan informasi yang paling rinci tentang
pribadi dan karya Roh Kudus.

Pribadi-Nya. Kepribaian dari Roh Kudus dilihat dalam kata ganti yang digunakan untuk
menjabarkan tentang Dia. Meskipun kata Roh (yunani: pneuma) adalah netral Yesus
mengatakan “Ia (maskulin) akan mengajarkan kamu segala sesuatu” (Yoh 14:26). “Ia”
(Yunani: ekeinos) adalah kata ganti maskulin. Meskipun ada orang berpikir tentang kata
ganti netral (inggris: it) supaya cocok dengan kata benda netral (Roh), namun pemikiran
yang demikian adalah salah, karena itu berarti kita menunjuk Roh Kudus sebagai “it”,
sedangkan Ia adalah pribadi, seperti halnya dengan Bapa dan Anak. Referensi Yesus pada
Roh Kudus sebagai “Ia (maskulin)” mengkomfirmasikan personalitas dari Roh Kudus
(lihat Yoh 15:56;16:13,14)

Karya-Nya. Ia menyakinkan (Yoh 16:8-11). Karya meyakinkan (yunani: elegxei) adalah


pekerjaan seseorang pengacara penuntut yang mana Ia berusaha untuk meyakinkan
seseorang akan seseuatu. Roh Kudus bertindak sebagai pengacara ilahi, menyakinkan
dunia akan dosa, yaitu penolakan untuk percaya kepada Yesus; Ia juga meyakinkan dunia
akan kebenaran Kristus, karena kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya; dan Ia meyakinkan
dunia akan penghakiman karena setan telah dihukum diatas kayu salib.

Ia melahirbarukan (Yoh 3:6). Dalam menjelaskan kelahiran baru pada Nikodemus, Yesus
mengindikasikanya sebagai kelahiran baru oleh Roh.

Ia mengajar kepada murid-murid-Nya (Yoh 14:26). Pada waktu murid-muridNya tidak


dapat secara rohani mengasimilasikan semua pengajaran Yesus, Yesus berjanji Roh
Kudus akan mengingatkan mereka akan pengajaran Yesus. Pernyataan ini merupakan
jaminan akan catatan akurat dari tulisan PB, karena Roh Kudus akan memberikan
keakuratan untuk mengingat kembali, dan sesuai dengan itu mereka akan menulis Injil.

Ia tinggal (Yoh 14:16-17). Yesus menunjuk pada pekerjaan baru dari Roh Kudus setelah
Pentakosta, dimana kehadiran Roh Kudus ditengah orang percaya tidak lagi bersifat
sementara seperti di PL, tetapi Ia akan tinggal secara permanen. Yesus menekankan
bahwa setelah Pentakosta Roh Kudus akan tinggal “di dalam mereka” (Yoh 14:17) dan Ia
tinggal untuk “selama-lamanya” (Yoh 14:16).

60
5. Hal-hal terakhir.

Pengangkatan. Meskipun Yohanes tidak memberikan pernyataan seeksplisit Paulus


tentang pengangkatan, tanpa diragukan Yohanes juga menunjuk pada pengangkatan
dalam Yohanes 14:1-3. pengangkatan berkaitan dengan gereja, dan Yesus berbicara pada
kedua belas muridNya yang akan memulai jemaat mula-mula di Kisah Para Rasul 2. oleh
karena para murid sedang berduka akan kepergian Yesus di Yohanes 14, Ia menguatkan
mereka dengan mengingatkan mereka (sebagai gereja yang masih kecil) bahwa Ia pergi
untuk menyediakan tempat tinggal bagi mereka di Rumah Bapan-Nya. Ia berjanji untuk
kembali dan membawa mereka kepadan-Nya (Yoh 14:3). Hal itu harus dimengerti
sebagai parallel dengan pernyataan Paulus di 1Tesalonika 4:13-18.

Kesengsaraan. Yohanes memberikan liputan yang luas tentang masa kesengsaraan, serta
merinci apa yang akan terjadi di Wahyu 6-19. ketujuh meterai ini akan dibukakan di
dunia pada awal kesengsaraan (Wahyu 6:1-8:1). Yang akan membawa kemenangan bagi
binatang buas itu (6:1-2), perang (6:3-4), kelaparan (6:5-6), kematian (6:7-8), mati syahid
(6:9-11), dan ledakan di langit dan di bumi (6:12-17). Meterai-meterai itu kelihatannya
akan berlanjut sampai akhir masa kesengsaraan. Meterai ketujuh mengawali sangkakala
ketujuh (8:2-11:19). Pada waktu bunyi sangkakala itu, maka persediaan makanan dan
oksigen di bumi akan hilang (8:2-6), sepertiga dari kehidupan di laut akan mati (8:7),
sumber air akan terkena polusi (8:10-11), benda-benda di langit akan menjadi gelap
(8:12-13), manusia akan sangat menderita dan ketakutan (9:1-12), dan sepertiga dari
manusia akan terbunuh (9:13-21). Sangkakala yang ketujuh akan mengawali cawan
penghakiman (11:15-19;15:1-16:21), mengakibatkan luka-luka yang menyakitkan (16:1-
2), kematian dari kehidupan di laut (16:3), sungai menjadi darah (16:4-7). Manusia mati
karena kepanasan (16:8-9), kegelapan (16:10-11), dilepaskanya tentara dari timur yang
kuat untuk mengakhiri peperangan (16:12-16), dan gempa bumi yang dahsyat,
menghancurkan kota-kota dan bangsa-bangsa (16:17-21). Baik agama Babel (17:1-8),
maupun ekonomi Babel (18:1-24) akan dihancurkan. Masa kesengsaraan berpuncak pada
kembalinya Kristus, dimana Ia akan menaklukkan semua bangsa di dunia (19:11-21).

Anti Kristus. Yohanes menggunakan istilah anti kristus untuk menjabarkan mereka yang
pada zamanya menderikan doktrin yang salah tentang Kristus (1Yoh 2:18,22;4:3;2Yoh.7).
nature dari bidat ini adalah menyangkali kemanusiaan Kristus Yesus (2Yoh.7); Kristus
hanya tampil seperti hantu; Ia tidak benar-benar mengambil rupa manusia. Yohanes
mendeklarasikan bahwa mereka, penyangkal Yesus yang datang dalam daging adalah anti
kristus. Jadi Yohanes menggunakan istilah itu untuk menunjuk pada mereka yang
menyangkali doktrin yang benar tentang.

Yohanes menyebut pribadi yang menyangkali Kristus sebagai binatang buas (Why
11:7;13:1,12,14,15). Yohanes menjabarkan binatang buas ini sebagai “binatang pertama”
(berlawanan dengan nabi palsu yang mendukung binatang buas pertama ini tetapi dikenal
sebagai binatang kedua {“binatang yang lain” 13:11}). Binatang pertama adalah penguasa
politik (13:1-10) yang muncul dalam bentuk akhir sebagai penguasa kafir dan kuasanya
berasal dari setan (13:2), ia menerima sembah dan menghujat Allah selama tiga setengah
tahun (13:4-6), ia menganyiaya orang percaya (13:7), dan menguasai dunia (13:8).
Binatang pertama di dukung oleh binatang kedua yang adalah nabi palsu dan memaksa
manusia untuk menyembah binatang pertama (13:11-12); ia menipu manusia melalui
61
kemampuanya untuk mempertunjukkan tanda-tanda (13:14); ia membatasi perdagangan
hanya bagi mereka yang telah menerima tandanya (13:16-17).

Pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua, baik binatang pertama dan binatang kedua
akan dilemparkan kedalam lautan api (19:20)

Kedatangan Kristus yang Kedua. Pada akhir dari masa kesengsaraan, Yohanes
menggambarkan kembalinya Kristus dengan kemenangan bersama pengantin perempuan-
Nya, yaitu gereja (Why 19:6-8). Pernikahan Kristus dengan gereja terjadi di surga pada
waktu periode kesengsaraan. Kristus kembali dengan pengantin perempuan-Nya untuk
memulai pesta pernikahan, yaitu di kerajaan millennial yang terjadi diatas bumi (19:9-
10). Yohanes menggambarkan kembalinya Kristus sebagai seorang Raja yang menang –
Ia memiliki banyak mahkota diatas kepala-Nya (19:12) – Ia menyatakan perang adengan
setan, binatang dan tentara yang tidak percaya kepada-Nya (19:11,19). Senjata-Nya
adalah otoritas Firman-Nya (19:13) dengan mana Ia mengalahkan dan menaklukkan
bangsa-bangsa (19:15). Ia menghancurkan penguasa bangsa-bangsa dan melemparkan
binatang, nabi palsu (binatang kedua), dan setan ke laut api selama millennial (19:19-
20:3). Dengan kemenangan atas musuh-Nya, Kristus mendirikan kerajaan millennial di
atas bumi.

Kerajaan millennial dan kekekalan. Yohanes menjabarkan kebangkitan dari masa


kesengsaraan dan orang-orang kudus PL pada akhir masa kesengsaraan (Why 20:4-5);
mereka adalah bagian dari “kebangkitan pertama”. Istilah kebangkitan tidak menjabarkan
kebangkitan secara umum dari orang percaya, tetapi suatu kebangkitan kepada kehidupan
(20:6). Paling tidak ada beberapa tahap dalam kebangkitan yang pertama yaitu zaman
orang-orang kudus dibangkitkan sebelum masa akesengsaraan (1Tes 4:13-18), dimana
orang-orang kudus di PL dan dimasa kesengsaraan (Why 20:4). Orang tidak percaya
dibangkitkan pada akhir masa millennium, dimana mereka akan dilemparkan kedalam
lautan api (Why 20:11-15).

Di wahyu 21:1-22-22:21 Yohanes menjabarkan tentang kekekalan. Yerusalem baru yang


Yohanes lihat akan datang dari surga (Why 21:1-8) adalah gereja yang tetap tinggal, yaitu
pengantin perempuan (21:9), tidak diragukan lagi mereka adalah orang-orang yang telah
ditebus di segala zaman dalam kekekalan. Yerusamelm baru kemungkinan besar
berhubungan dengan millennium dan hidup kekal. Tempat itu adalah tempat tinggal,
dimana Kristus telah pergi untuk menyediakan tempat (yoh 14:2). “kedua periode itu
kekal, bukan sementara, kondisinya adalah seperti itu, baik dikota dan bagi penghuninya.
Oleh karena itu, Yerusalem baru adalah millennial dan kekal, baik dari segi waktu dan
posisi, dan hal itu kondisinya adalah selalu kekal. Yohanes menjelaskan bagaimana
Yerusalem baru itu akan memberikan persekutuan dengan Allah (22:4), istirahat (14:13),
kepenuhan berkat (22:2), sukacita (21:4), pelayanan (22:3) dan ibadah (7:9-12;19:1).

62
BAB XI

KEBANGKITAN YESUS KRISTUS'

A. BUKTI KEBANGKITAN YESUS KRISTUS'

Ada banyak tanda yang membuktikan kebangkitan Yesus Kristus (Kis.ah 1:3).
Kesaksian para rasul dan orang-orang yang mula-mula percaya adalah sangat berharga
oleh sebab itu janganlah meremehkan peristiwa kebangkitan-Nya. Tuhan Yesus telah
disalibkan, mati dan dikuburkan; lalu pada hari yang ketiga tubuh-Nya tidak berada lagi di
dalam kubur itu walaupun kubur itu dimeteraikan dan dijaga oleh tentara-tentara Roma.
Seorang malaikat telah memberitahukan kepada perempuan-perempuan yang pergi ke
kubur itu pada dini hari, bahwa Yesus telah bangkit dan sudah mendahuluinya pergi ke
Galilea, Matius 28:1-7. Kain kapan Tuhan telah terletak ditanah, dan dari kain kapan itu
terbukti bahwa tubuh-Nya telah
menerobos ke luar tanpa membuka atau mengoyakkan kain kapan itu, hanya kempis saja.
Tuhan Yesus telah menampakkan diri dalam "tubuh jasmani" kepada rasul-rasul-Nya dan
meyakinkan bahwa tubuh-Nya itulah tubuh yang telah disalibkan. Di samping itu, rasul-rasul-
Nya juga menyadari bahwa Tuhan Yesus telah mendapat kuasa yang baru dan ajaib, yang
lebih besar daripada yang dinyatakan-Nya sebelum Ia disalibkan. Selama empat puluh hari,
dari kebangkitan-Nya sampai kenaikan-Nya ke sorga, Ia menyatakan diri sebagai berikut:
Kepada Maria Magdalena (Yohanes 20:15,16*' dan Markus 16:9'); kepada perempuan-
perempuan yang lain ('Matius 28:9,10*'); kepada Petrus (Lukas 24:34*'); kepada dua murid
yang pergi ke Emaus (Lukas 24:13-35*'); kepada sepuluh orang rasul, Tomas tidak hadir
(Yohanes 20:19*'); kepada sebelas rasul, Tomas hadir (Yohanes 20:26-29*'); kepada rasul-
rasul waktu mereka mencari ikan di danau Tiberias (Yohanes 21:1-14*'); kepada orang
banyak di atas gunung (Matius 28:16'); kepada Yakobus ('1Korintus 15:7*'); kepada lima
ratus orang pada satu saat (1Korintus 15:6*'); kepada rasul-rasul dan yang lain-lain pada
waktu Ia naik ke sorga (Lukas 24:50,51*'); danterakhir sekali, tetapi bukan dalam empat
puluh hari itu, Ia kelihatan kepada Rasul Paulus (1Korintus 15:8*'). Tidak jelas waktunya
kapan Tuhan Yesus kelihatan kepada rasul-rasul dan orang banyak di atas gunung di Galilea.
Boleh jadi waktu itulah Ia kelihatan kepada 500 orang lebih yang dikatakan oleh Rasul
Paulus.
Satu bukti lagi dari kebangkitan Tuhan Yesus Kristus yang tidak dapat
ditolak, yaitu perubahan besar dan nyata yang terjadi dalam hati rasul-rasul. Sesudah Tuhan
dikuburkan mereka menjadi takut, kecewa, tidak percaya dan muram; tetapi sesudah
kebangkitan Tuhan Yesus mereka tiba-tiba berubah, menjadi orang-orang yang percaya dan
bersukacita. Bukti yang terbesar atas Kebangkitan Tuhan Yesus yaitu, karunia Roh Kudus
kepada rasul-rasul dan murid-murid, dan oleh karunia itu mereka menjadi penginjil-penginjil
yang giat dan berani, memiliki kuasa yang besar dalam memberitakan Firman Tuhan. (Lihat
Kis.ah 4:33; 5:32; 10:4; Ibrani 2:4*'). Satu bukti lain mengenai kebangkitan Tuhan Yesus
terdapat dalam Matius 27:52,53*'. Diterangkan bahwa sesudah Tuhan Yesus bangkit maka
banyak kubur orang saleh terbuka dan mereka dibangkitkan serta kelihatan kepada banyak
orang. Hal itu membuktikan danmenggenapkan perkataan Tuhan Yesus, "Akulah
kebangkitan dan hidup." Itu adalah gambaran kebangkitan besar yang nanti akan terjadi.

63
'Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan tubuh'

Kebangkitan Kristus adalah sungguh-sungguh kebangkitan tubuh, bukan hanya satu


kebangkitan roh atau rohani. Kalau kebangkitan Tuhan Yesus hanya kebangkitan rohani saja,
tentu mayat-Nya akan ketinggalan dalam kubur itu. Tetapi ada bukti bahwa kubur itu
kosong (Matius 28:6; Markus 16:6*'; Lukas 24:3,12; Yohanes 20:1,2*'). Kubur yang kosong
itu disaksikan oleh sahabat-sahabat dan musuh-musuh-Nya; yaitu perempuan-perempuan,
rasul-rasul, malaikat-malaikat dan prajurit-prajurit Romawi. Dalam Matius 28:11-15*'
dikatakan bahwa mayat itu tidak dicuri orang, sebab serdadu-serdadu Romawi diberi uang
supaya mereka berkata bahwa mayat-Nya dicuri. Serdadu-serdadu itu pasti tidak membiarkan
mayat Yesus dicuri sebab kalau begitu mereka harus dibunuh. Dan kalau mereka sungguh-
sungguh tertidur bagaimanakah mereka tahu apa yang terjadi? Tentu kesaksian mereka tidak
akan diterima oleh hakim yang benar. Lagipula kalau mayat Tuhan Yesus dicuri tentu kain
kapannya tidak ditinggalkan seperti yang diterangkan di Alkitab, yaitu teratur baik. Pencuri
tidak meninggalkan barang-barang dalam keadaan teratur.

Ada kebangkitan-kebangkitan lain dalam Alkitab yang sungguh-sungguh merupakan


kebangkitan tubuh (Matius 9:18-26; Lukas 7:11-18*'; Yohanes 11:1-44*'). Kejadian-kejadian
ini juga menunjukkan cara kebangkitan Tuhan Yesus, yaitu secara tubuh. Mengapa orang-
orang Yahudi berkata, "Perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga;
jikalau tidak murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia", Kalau mereka itu tidak
berbicara dari hal tubuh-Nya? Tentu mereka tidak dapat mencuri jiwa-Nya. Orang-orang
yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya mengenal Dia serta mengakui bahwa Dia
mempunyai tubuh yang mereka kenal, yaitu tubuh-Nya yang dahulu. Lubang bekas paku-Nya
masih ada (Yohanes 20:27*'; Lukas 24:37-39*'). Memang ada saat-saat di mana Tuhan Yesus
tidak dikenal oleh orang-orang, tetapi hal itu disebabkan Tuhan tidak kenal oleh orang-orang,
tetapi hal itu disebabkan Tuhan tidak mau menyatakan diri-Nya pada waktu itu; hal itu terjadi
karena pekerjaan Tuhan. Tomas telah mengenal Dia oleh sebab bekas luka-Nya, dan masih
ada bekas luka-Nya sampai sekarang.
Sudah tentu rasul-rasul percaya bahwa kebangkitan Tuhan adalah kebangkitan tubuh.
Paulus menulis pasal 1Korintus 15:1-58*' untuk membuktikan hal itu. Yesus sendiri
menyaksikannyajuga sebelum dan sesudah kebangkitan-Nya (Matius 17:23; Lukas 24:39;
Wahyu 1:18*'). Petrus menengok ke kubur yang kosong, dan setelah ia melihat letak kain
kapan yang dipakai oleh Yesus, ia percaya. Kita patut menerima kesaksiannya itu. Setiap kali
Tuhan Yesus menyatakan diri sesudah kebangkitan-Nya. Ia menyatakan bahwa Ia bukan
hantu, atau roh, melainkan seorang manusia yang sungguh-sungguh mempunyai tubuh
kebangkitan. Mereka
telah melihat Dia, menjamah Dia, memegang Dia, mengenal Dia, dan Ia telah makan dan
minum beserta dengan mereka. Tentu banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang tidak dapat kita
mengerti kalau Tuhan Yesus tidak sungguh-sungguh bangkit dengan tubuh jasmani. Lihat
Roma 8:11,23; Efesus 1:19,20; Filipi 3:20,21; 1Tesalonika 4:13-17*'. Kebangkitan Tuhan
Yesus ialah kemenangan yang terbesar dalam segenap sejarah manusia.

64
B. KEBANGKITAN TUHAN YESUS ADALAH DASAR AGAMA KRISTEN

Dari semua agama, hanya agama Kristen yang menuntut agar setiap orang menerima
ajaranNya, sebab Kristus, "Pendiri" agama itu, dibangkitkan dari antara orang-orang mati.
Tidak ada pendiri lain yang dibangkitkan dari antara orang mati.
Dijelaskan dalam 1Korintus 15:1-58* bahwa agama Kristen itu mutlak bergantung pada
kebangkitan Tuhan Yesus. Kalau Tuhan Yesus tidak bangkit dari antara orang mati, maka
sia-sialah agama Kristen, tetapi sebab Ia sudah bangkit maka benarlah agama itu. Rasul
Paulus berkata, "Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami,
dan sia-sialah kepercayaan kamu" (ayat 1Korintus 15:14*). "Dan jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka... kamu masih hidup dalam dosamu" (ayat 1Korintus 15:17*).
"Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus" (ayat 1Korintus 15:18*).
"Tetapi sesungguhnya Kristus sudah dibangkitkan dari antara orang mati" (ayat 1Korintus
15:20* TKB). Kalau kebangkitan Tuhan Yesus dicabut dari Injil, maka Injil itu sia-sia belaka.
Kebangkitan Tuhan Yesus adalah inti Injil.
Rasul-rasul mengutamakan hal kebangkitan itu dan senantiasa memberitakannya, hal ini
menunjukkan pentingnya asas pengajaran tentang kebangkitan itu (Kis.ah 2:24,32; 3:15;
4:10; 5:30; 10:40; 13:30,34; 17:31*; 1Korintus 15:1-58; Filipi 3:21; 1Petrus 1:21,23*).
Jemaat Kristus dibentuk atas kepercayaan kepada kebangkitan Kristus (Kis.ah 4:33*). Pada
waktu itu orang-orang yang percaya serta menyaksikan kebenaran ini menderita banyak
aniaya. Walaupun demikian, pada waktu jemaat Kristus mulai berdiri, tidak ada orang yang
dapat membuktikan bahwa Tuhan Yesus tidak bangkit, meskipun bukti-bukti itu dicari.
Sebetulnyakehormatan Tuhan Yesus ditegakkan atas kebangkitan-Nya. Sesudah bangkit
Tuhan Yesus tinggal empat puluh hari lamanya di atas bumi ini, supaya kebangkitan-Nya
dibuktikan oleh banyak orang dan tak dapat ditolak lagi. Tuhan Yesus telah membuktikan
kebenaran perkataan-Nya dalam hal Ia bangkit dari antara orang-orang mati (Matius
12:39,40*; Yohanes 2:20-22*).

Orang-orang Kristen mengaku bahwa kebangkitan Kristus adalah dasar agama Kristen;
musuhagama Kristen juga mengakui hal itu dan mereka mencoba hendak meniadakan
kebangkitan itu. Musuh menolak segala bukti; sedangkan orang Kristen juga mengakui
bahwa kalau Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, agama Kristen sia-sia belaka.
Paulus telah menerangkan bahwa kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka perubahan hati
orang Kristen
hanya dibuat-buat saja, dan pengikut-pengikut Kristus telah ditipu. Kalau Tuhan Yesus tidak
dibangkitkan maka perbuatan-perbuatan-Nya yang suci dan mulia di dunia ini hanya
beralaskan suatu dusta. Kita tahu bahwa hal itu mustahil, dan kita sudah mendapat banyak
bukti bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit. Kebangkitan Kristus disebutkan lebih dari seratus
kali dalam Alkitab.

C. CARA KEBANGKITAN YESUS KRISTUS

1). Tuhan Yesus benar-benar mati

Rasul-rasul dan murid-murid Tuhan meyakinkan bahwa Tuhan Yesus benar-benar mati di
atas kayu salib. Para ahli anatomi memang mengakui bahwa kalau seseorang mati sebab
jantungnya pecah, (yaitu oleh sebab suatu dukacita yang merusak jantungnya), maka orang
itu mengeluarkan darah dengan air. Itulah yang terjadi pada Tuhan Yesus, dan ini
65
membuktikan bahwa Ia benar-benar mati. Kepala pasukan, prajurit-prajurit dan bahkan
Pilatus telah mengakui bahwa Tuhan Yesus sudah mati (Markus 15:44,54; Yohanes 19:33*).
Sesudah Pilatus tahu bahwa Yesus sudah mati maka tubuh-Nya diberikan kepada Yusuf dari
Arimatea (Matius 27:57,58*). Perempuan-perempuan telah datang ke kubur dengan maksud
akan meminyaki mayat Tuhan Yesus (Markus 16:1*). Di samping segala kesaksian ini Tuhan
Yesus sendiri telah mengatakan, "Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, selama-
lamanya" (Wahyu 1:18*).

2). Keadaan tubuh kebangkitan Kristus

Seperti dikatakan di atas, tubuh kebangkitan Kristus adalah tubuh yang nyata, yaitu tubuh
yang berdaging dan bertulang (Lukas 24:36-43*). Tubuh-Nya tidak lagi berdarah sebab
darah-Nya telah tertumpah di atas kayu salib. Tubuh kita sekarang mendapat kekuatan dari
darah, tetapi tubuh kebangkitan tidak; tubuh itu mendapat kekuatan langsung dari roh. Tubuh
kebangkitan kita akan serupa dengan tubuh kebangkitan Tuhan Yesus (1Yohanes 3:2; Filipi
3:20,21*). Ada banyak persamaan antara tubuh Tuhan Yesus sebelum Ia disalibkan dengan
sesudah Ia bangkit, sehingga Ia dikenal oleh murid-murid-Nya (Yohanes 20:24-29*).
Rupanya hal ini menguatkan
kepercayaan banyak orang bahwa saleh-saleh akan saling mengenal di dalam sorga. Tubuh
yangsudah dilihat oleh Tomas adalah tubuh yang sekarang ada pada Tuhan Yesus.

Tubuh kebangkitan Tuhan Yesus lebih mulia dan lebih banyak kuasanya daripada tubuh-
Nya sebelum Ia disalibkan. Tubuh Kebangkitan-Nya mempunyai sifat-sifat sorgawi, yaitu
tubuh itu dapat menerobos kubur tanpa menggulingkan batunya, dan menembus pintu-pintu
yang tertutup
(Yohanes 20:19*). Tubuh kebangkitan tidak dapat dibatasi seperti tubuh kita sekarang. Ada
kalanya tubuh kebangkitan-Nya tidak dikenal oleh murid-murid-Nya (Yohanes 20:14,15;
Lukas 24:13-16; Yohanes 21:4,12*). Ada dua penjelasan mengenai hal ini. Pertama, boleh
jadi hal itu sengaja diperbuat oleh Tuhan, sebab dikatakan bahwa "Ketika itu terbukalah mata
mereka dan merekapun mengenal Dia." Kedua, dalam tubuh kebangkitan roh memerintah
tubuh menurut kehendak roh, supaya roh dapat mengubah tubuh menurut kehendak-Nya.
Nyata pula bahwa dalam tubuh Kebangkitan-Nya Tuhan berkuasa melenyapkan diri-Nya
daripada pandangan manusia. Walaupun demikian Tuhan Yesus dapat memperkenalkan diri-
Nya kepada orang-orang
dengan perbuatan-perbuatan yang kecil, melalui cara-Nya Ia memecahkan roti, atau melalui
suara-Nya. Dengan demikian kita dapat bertanya, "Apakah kita juga akan membawa
beberapa sifat kita dalam kehidupan ini ke seberang sana, di sorga? Apakah kita dapat
mengenal kekasih-kekasih kita melalui sifat-sifat mereka?"

Tubuh kebangkitan Kristus tidak dapat mati lagi. Sejak Tuhan Yesus dibangkitkan sampai
selama-lamanya maka tubuh itu tidak mungkin mati (Roma 6:9,10; Wahyu 1:18, bandingkan
dengan Lukas 20:36*).

66
D. KEBANGKITAN KRISTUS PATUT DIPERCAYAI

Dalam sepanjang sejarah manusia tidak ada mujizat yang lebih banyak disertai bukti yang
nyata selain daripada kebangkitan Yesus Kristus.
Kebangkitan Tuhan Yesus terbukti merupakan hal yang pasti dalam sejarah dunia, dan
patut dipercayai umat manusia. Beberapa hal sudah terjadi dalam dunia ini oleh sebab
kebangkitan Yesus Kristus. Berikut ini kita akan menyelidiki beberapa di antaranya.
Kubur itu kosong. Apa sebabnya kosong? Bagaimanakah kubur itu menjadi kosong?
Seorang pun tidak dapat memberi jawaban yang tepat atas persoalan itu, kecuali hanya
mengakui bahwa Tuhan Yesus telah dibangkitkan. Kalau persoalan ini diselidiki betul-betul,
maka orang terpaksa mengakui bahwa Ia telah bangkit. Renan, seorang Perancis yang tidak
percaya, telah berkata
demikian: "Orang-orang Kristen itu hidup dalam baunya kubur yang kosong." Memang
betul, sebab Tuhan Yesus telah bangkit.
Hari Tuhan adalah hari Minggu, bukan hari Sabtu, yaitu hari khusus untuk berkumpul dan
beribadat kepada Tuhan. Siapakah yang berani mengubah hal itu? Apakah sebabnya diubah?
Renungkan baik-baik betapa kuatnya orang Yahudi memegang hari Sabat yang ditentukan
menjadi hari perhentian dan ibadat dalam Taman Eden, dan yang disahkan dalam Taurat.
Pada waktu itu orang-orang Yahudi lebih suka mati daripada berperang pada hari Sabat.
Walaupun begitu sesudah kebangkitan Tuhan ada beberapa orang Yahudi yang mengubah
hari yang pertama sebagai hari untuk beribadat, bukan hari yang ketujuh lagi. Hari itu adalah
hari untuk memperingati Tuhan Yesus Kristus; hari itu disebut hari Tuhan. Bagaimanakah hal
itu terjadi? Oleh sebab Tuhan Yesus Kristus telah bangkit pada Hari Tuhan, yaitu hari
Minggu.

Jemaat Kristus adalah suatu perkumpulan yang ajaib. Jemaat Kristus itu sudah membawa
banyak berkat kepada manusia dan dunia ini. Bagaimanakah terjadinya perkumpulan itu?
Setelah Tuhan Yesus bangkit, Ia datang kepada murid-murid-Nya yang kecewa dan putus
pengharapan, dan pada waktu itu Ia menghidupkan iman dan pengharapan mereka, lalu
mereka segera pergi dengan iman kepada Tuhan yang bangkit untuk memberitakan
kehidupan-Nya, kematian-Nya, kenaikan-Nya ke sorga dan kedatangan-Nya yang kedua kali.
Banyak orang yang percaya akan berita itu, kemudian mereka berkumpul untuk menyelidiki
Alkitab, untuk berdoa, untuk menyembah Kristus, dan melebarkan Kerajaan-Nya. Bagaimana
terjadinya jemaat Kristus? Hanya satu jawaban, yaitu oleh sebab kebangkitan Tuhan Yesus
Kristus!

Perjanjian Baru tidak akan ada kalau Tuhan Yesus tinggal tetap dalam kubur-Nya. Karena,
cerita mengenai kehidupan dan kematian-Nya tetap terkubur beserta Dia. Perjanjian Baru ada
oleh sebab kebangkitan Tuhan Yesus. Kebangkitan Tuhan Yesus telah menjadi puncak
kehidupan-Nya, dan kalau tidak ada kebangkitan tentu tak ada cerita yang ajaib itu. Cerita
yang ajaib itu beralaskan kebangkitan-Nya; dan Perjanjian Baru adalah kitab tentang
kebangkitan Tuhan Yesus.

67
BAB XII

AJARAN ALKITABIAH TENTANG NERAKA

“Bagaimana mungkin Tuhan penuh kasih mengirim seseorang ke neraka? Jika Tuhan itu
baik, bagaimana mungkin Dia bisa begitu kejamnya menyiksa manusia di neraka? Bagaimana
mungkin Tuhan yang kasih dan baik itu membuat neraka yang mengerikan itu? Tuhan tidak
adil apabila menghukum dosa yang sementara itu dengan hukuman kekal?” Inilah empat
pertanyaan dari banyak pertanyaan yang telah mengusik banyak orang untuk memberi
tanggapan." - Samuel T. Gunawan -

A. PROLOG

Sebuah statistik hasil survey di Amerika menampilkan persentase dari responden yang
menjawab pertanyaan “apakah neraka itu ada?” sebagai berikut: 52% orang dewasa yakin
bahwa neraka ada; 27% berpikir mungkin neraka itu ada. Kemudian jawaban responden
untuk pertanyaan “seperti apakah neraka itu?” 48% percaya bahwa neraka adalah tempat
yang benar-benar ada di mana orang-orang menderita siksaan; 46% berkata bahwa neraka
lebih merupakan eksistensi dalam keadaan dukacita ketimbang tempat yang benar-benar
nyata; dan 6% tidak tahu. Survey lainnya mencatat 76% orang percaya tentang adanya surga,
dan hanya 6% percaya adanya neraka. Sebuah pemungutan suara oleh organisasi Gallup pada
tahun 1990 melaporkan bahwa 66% dari orang-orang Protestan Amerika dan 57% orang-
orang Katolik percaya akan keberadaan neraka. Sementara itu, Grant R. Jeffrey menyatakan
“terlepas dari fakta bahwa kebanyakan kaum awam di banyak denominasi masih percaya
akan neraka, kebanyakan teolog menunjukkan bahwa ini tidak lagi merupakan sesuatu yang
benar bagi mereka. Dari para teolog yang dijajaki, 66% dari teolog Protestan dan 39 dari
Katolik mengungkapkan ketidakpercayaan mereka tentang doktrin neraka”.

Memang, neraka adalah sebuah topik pembicaraan yang paradoks! Di satu pihak tidak
disukai karena sifatnya yang menakutkan, mengerikan, dan dibesar-besarkan secara
berlebihan. Namun di pihak lain manusia mencoba menyangkal, menolak dan
rasionalisasikannya. Sementara itu, ada juga yang berpendapat bahwa neraka hanya
menunjukkan sebuah keadaan pikiran dan hati manusia saja; sedangkan yang lainnya
menyamakan neraka dengan kuburan di mana semua orang harus melaluinya.

Munculnya keraguan dan ketidakpercayaan tentang adanya neraka disebabkan oleh berbagai
faktor. Pertama, tidak adanya cukup bukti yang mendukung adanya tempat yang disebut
dengan “neraka”. Tidak seorang pun dari manusia pernah mengalami mati, pergi ke neraka
dan kemudian hidup lagi dan menulis tentang pengalaman tersebut. Pemahaman seperti ini
tentu saja merupakan pemahaman yang berbeda dari apa yang dikatakan oleh Alkitab, yang
dengan jelas menunjukkan adanya neraka. Kedua, pengaruh abad pencerahan dan pasca
pencerahan. Anthony Hoekema menjelaskan bahwa “doktrin tentang penghukuman kekal
bagi orang fasik telah diajarkan dalam gereja dari sejak semula. Harry Buis, dalam Doctrine
of Eternal Punisment, mengutip tulisan sejumlah bapa-bapa gereja awal untuk menunjukkan
bahwa doktrin ini telah diajarkan kepada mereka. Buis menujukkan bahwa teolog-teolog abad

68
pertengahan maupun reformasi juga percaya dan mengajarkan tentang penghukuman kekal
bagi orang-orang fasik. Namun demikian, menurut Buis, sejak abad delapan belas sejumlah
teolog Kristen mulai menolak doktrin penghukuman kekal. Penolakan terhadap doktrin
penghukuman kekal tersebut lebih dipertegas lagi pada abad sembilan belas dan terus
berlanjut hingga hari ini”. Ketiga, kesalahan dalam memahami natur (sifat) Allah yang maha
pengasih dan mahabaik. Orang-orang ini berkata “jika Tuhan itu pengasih dan baik, Ia tidak
akan menciptakan neraka untuk menghukum manusia”. Tampaknya, ini sangat rasional dan
logis menurut pemikiran orang-orang skeptis. Hal ini disebabkan ketidaktahuan tentang satu-
satunya Allah yang benar itu.

B. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG NERAKA

Berbicara tentang kasih, kebaikan dan keadilan Allah dalam hubungannya dengan dosa dan
kejahatan manusia, yang berakibat pada hukuman kekal di neraka, membawa manusia ke
dalam percarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan klasik yang paling banyak ditanyakan
dan dikomentari. Beberapa dari pertanyaan itu adalah sebagai berikut: “Bagaimana mungkin
Tuhan penuh kasih mengirim seseorang ke neraka? Jika Tuhan itu baik, bagaimana mungkin
Dia bisa begitu kejamnya menyiksa manusia di neraka? Bagaimana mungkin Tuhan yang
kasih dan baik itu membuat neraka yang mengerikan itu? Tuhan tidak adil apabila
menghukum dosa yang sementara itu dengan hukuman kekal?” Inilah adalah empat
pertanyaan dari banyak pertanyaan yang telah mengusik banyak orang untuk memberi
tanggapan.

Sifat manusia yang ingin mendapatkan jawaban yang pasti dari pertanyaan-pertanyaan di
atas, telah menggiring manusia menerima satu atau lebih dari beberapa pandangan berikut
ini:

Pertama, pandangan dari Ateisme dan Agnotisme. Ini adalah pandangan yang menolak
adanya neraka dengan lebih dulu menolak eksistensi Allah. Pemazmur di zaman dahulu
menuliskan “orang bebal berkata dalam hatinya: tidak ada Allah”. Selanjutnya Pemazmur
mengatakan “busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik” (Mazmur 14:1).
Inilah alasan mengapa manusia menolak eksistensi Allah, manusia ingin melarikan diri dari
tanggung jawabnya kepada Allah dengan cara menolak keberadaan Allah yang kepadaNya
mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.

Kedua, pandangan Universalisme. Pandangan ini mengajarkan neraka dan penghukuman


kekal tidak sesuai dengan sifat kasih dan kemahakuasaan Tuhan. Pandangan ini mengajarkan
bahwa pada akhirnya semua orang akan diselamatkan. Pandangan dari universalisme klasik
mengajarkan bahwa orang-orang yang telah hidup dengan tidak bertanggung jawab akan
dihukum segera setelah kematian, tetapi tidak seorang pun akan dihukum secara kekal.
Dengan kata lain, penghukuman tersebut bersifat sementara sambil menanti datangnya
keselamatan. Sedangkan Neo Universalisme mengajarkan bawa semua orang saat ini
diselamatkan, meskipun semuanya tidak menyadari hal itu.

Ketiga, pandangan Anihilisme. Pandangan ini mengajarkan bahwa hukuman kekal sebagai
pemusnahan akhir. Pandangan ini muncul dalam dua bentuk yaitu imortalisme dan
mortalisme. Pandangan imortalisme mengajarkan bahwa manusia pada hakikatnya diciptakan

69
sebagai mahluk yang tidak dapat binasa atau abadi (imortalitas), akan tetapi mereka yang
yang terus hidup di dalam dosa akan menjadi tidak kekal dan karena itu akan dianihilisasi
atau ditiadakan. Pandangan mortalisme mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya
diciptakan sebagai mahluk yang tidak kekal atau fana (mortalitas). Mereka yang percaya
menerima kekekalan sebagai anugerah dan karenanya akan terus ada secara kekal di dalam
kondisi yang penuh berkat setelah kematiannya; sedangkan mereka yang tidak percaya tidak
akan menerima anugerah tersebut dan kerenanya akan tetap dalam kondisi tidak kekal (fana),
atau dengan kata lain kematian akan menjadikan mereka tidak ada (anihilisasi). Imortalisme
dan mortalisme sama-sama mengajarkan anihilisasi (keadaan tidak ada), karenannya
menyangkali ajaran tentang hukuman kekal atau neraka.

Keempat, pandangan Konservatif. Pandangan ini mengajarkan bahwa upah dosa karena
keberadaan kita sekarang adalah maut (Roma 6:23). Hukuman terakhir yang akan diberikan
kepada orang yang tidak selamat yang mengalami kematian pertama adalah kematian kedua
(Wahyu 20:14). Pelaksanaan hukuman bagi orang yang tidak percaya sebagai hasil
penghakiman di tahta Putih adalah dilemparkannya mereka ke dalam lautan api atau neraka
(Wahyu 20:11-15). Lamanya hukuman itu akan selama-lamanya (kekal). Inilah pandangan
Alkitabiah dari kaum Injili.

C. PEMIKIRAN DASAR MENGENAI NERAKA

Sebelum lebih jauh membahas perspektif Alkitab tentang neraka, perlu diperhatikan
pemikiran-pemikiran mendasar sebagai berikut:

Pertama, neraka dapat didefinisikan sebagai tempat orang-orang yang hidup tanpa Tuhan
dan yang matinya terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya.

Kedua, neraka bukanlah sebuah ilusi melainkan suatu tempat yang nyata. Walaupun tidak
ada yang tahu persis letak neraka, hal ini tidak menjadikan neraka sebagai sesuatu yang
abstrak, tidak nyata, atau khayalan belaka.

Ketiga, satu-satunya sumber informasi yang benar tentang neraka adalah Tuhan sendiri.
Karena Ia adalah satu-satunya Pribadi yang benar secara absolut dan dapat dipercaya. Ia telah
menyatakannya melalui Alkitab, dan dengan demikian Alkitab dipandang sebagai kebenaran
yang mutlak (absolut). Alkitab memberikan pandangan Tuhan tentang neraka, walau pun Ia
tidak memberikan deskripsinya secara lengkap, tetapi fakta-fakta yang ada di Alkitab sudah
cukup bagi kita untuk mengerti betapa mengerikannya neraka.

Keempat, pada waktu Tuhan mencipta, semua yang diciptakannya itu baik, bahkan sungguh
amat baik (Kejadian 1:12, Kejadian 18,Kejadian 21, Kejadian 25, Kejadian 31). Tidak ada
dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa sakit, tidak ada kematian, dan tidak ada neraka.
Salah satu hal baik yang diciptakan Tuhan adalah bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki
kebebasan untuk memilih yang baik. Agar mereka benar-benar memiliki pilihan, Allah harus
mengijinkan sesuatu yang berbeda dengan yang baik supaya bisa ada pilihan. Karena itu
Tuhan mengijinkan para malaikat dan manusia untuk memilih yang baik atau yang tidak baik
(jahat). Manusia dan malaikat yang jatuh menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah
itu untuk memberontak terhadap Tuhan dan menginginkah hidup yang terpisah dari Tuhan.

70
Dan, satu-satunya tempat yang sudah Tuhan sediakan untuk terpisah dari Dia selama-
lamanya adalah neraka.

Kelima, dalam relasi antara Tuhan, manusia, dan neraka, Alkitab menyajikan dua fakta
berikut ini. Fakta pertama, bahwa Allah sepenuhnya benar. Paulus menegaskan “...Allah
adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata
benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi." (Roma 3:4). Fakta
kedua, bahwa natur (sifat) manusia itu berdosa dan patut mendapatkan hukuman Allah.
Paulus menegaskan “seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada
seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah
menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak”
(Roma 3:10-12). Selanjutnya Paulus menegaskan “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma
6:23).

D. RINGKASAN PANDANGAN ALKITABIAH TENTANG NERAKA

Sekedar mengingatkan kembali, bahwa kita perlu berhati-hati agar tidak melakukan
kesalahan dengan cara menafsirkan bagian-bagian tertentu dari Alkitab dengan metode
hermeneutik yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga tidaklah bijaksana
memasukan atau memaksakan pendapat dari luar Alkitab dengan bukti Alkitabiah yang tidak
dapat dijamin kebenarannya. Kadang-kadang hal ini didorong oleh keinginan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijawab oleh Alkitab.

Alkitab memberikan pandangan Tuhan tentang neraka, walau pun Ia tidak memberikan
deskripsinya secara lengkap, tetapi fakta-fakta yang ada di Alkitab sudah cukup bagi kita
untuk mengerti betapa mengerikannya neraka. Karena itu saat mempelajari pandangan
Alkitab tentang neraka (biblical view about hell) ini, kita perlu memperhatikan fakta-fakta
sebagai berikut.

Fakta 1. Neraka adalah suatu tempat yang benar-benar ada. Neraka bukanlah sebuah ilusi
melainkan suatu tempat yang nyata. Walaupun tidak ada yang tahu persis letak neraka, hal ini
tidak menjadikan neraka sebagai sesuatu yang abstrak, tidak nyata, atau khayalan belaka. Dua
bukti yang mendukung fakta adanya neraka adalah: Pertama, Yesus berbicara dan mengajar
tentang neraka. Tony Evans mengatakan, “bahkan Yesus sendiri lebih banyak berbicara
tentang neraka ketimbang sorga atau kasih”. Sebelas dari dua belas kali kata gehenna
(neraka) diucapkan oleh Yesus dan dicatat dalam Perjanjian Baru. Bahwa Kristus berbicara
lebih banyak tentang neraka lebih dari semua tokoh lainnya dalam Alkitab menunjukkan
kepada kita betapa penting dan seriusnya hal neraka ini. Kedua, adanya kematian manusia
menunjukkan bahwa neraka itu ada. Penulis kitab Ibrani mengatakan “Dan sama seperti
manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibrani 9:27).
Kematian ada sebagai akibat dari dosa (Roma 6:23). Upah yang pantas bagi manusia yang
berdosa adalah neraka. Kematian itu nyata, dan setiap orang pasti mati. Tony Evans
meringkaskan “kematian jasmani yang dapat dilihat dan bersifat sementara itu adalah suatu
kesaksian bagi kita mengenai hal-hal yang tak terlihat kenyataan kekal dari apa yang Alkitab
sebut sebagai kematian kedua (Wahyu 20:14), atau neraka”.

71
Fakta 2. Neraka adalah tempat penghukuman akhir. Sebelum menuju ke neraka atau surga
orang-orang yang mati berada ditempat penampungan atau masa antara (intermediate state).
Semua orang mati pada masa Perjanjian Lama, baik orang-orang percaya maupun yang tidak
percaya, akan pergi ke tempat yang disebut sheol atau hades. Contohnya, Kejadian 37:35;
Ayub 14:13; Ayub 17:13; Mazmur 88:4; Yesaya 38:10 menunjukk pada orang-orang percaya
yang hidup di masa Perjanjian Lama yang saat mati pergi (turun) menuju hades atau sheol.
Sedangkan contoh untuk orang fasik yang tidak percaya yang juga masuk ke hades atau sheol
dapat dilihat dari ayat-ayat di dalam Ayub 17:13, Mazmur 31:8; Mazmur 49:15. Sheol atau
hades ini bukanlah surga dan bukan juga neraka, tetapi tempat penampungan sementara
orang-orang yang telah meninggal. Lokasi dari sheol atau hades ini berada di pusat atau inti
bumi (Bilangan 16:33; Efesus 4:9).

Bagaimana dengan Lazarus (yang di pangkuan Abraham) dan orang kaya yang disiksa dalam
Lukas 16:22-31 Ada yang beranggapan bahwa “Pangkuan Abraham” adalah surga,
sedangkan tempat siksaan orang kaya itu adalah neraka. Hal ini tidak benar! Lazarus dan
Abraham bukan berada disurga tetapi di hades atau sheol. Lokasi yang sama dengan orang
kaya tersebut. Tetapi mereka dipisahkan oleh “jurang yang dalam” yang mustahil dapat
diseberangi (ayat 26). Yang satu disebut “Pangkuan Abraham”, yang lainnya disebut “tempat
siksaan atau alam maut” (Ayat 24, 25, 28). Pangkuan Abraham ini disebut juga firdaus.
Ketika Yesus mati Ia menuju firdaus bersama-sama dengan pencuri yang disalibkan
disebelah kananNya, yang percaya kepadaNya. (Lukas 23:43; Efesus 4:8; 1 Petrus 3:19-20).
Setelah kebangkitanNya Ia membawa mereka dan firdaus itu ke surga (di atas).

Lalu, bagaimana keadaan orang-orang mati yang hidup pada masa Perjanjian Baru, yaitu
masa setelah kebangkitan Kristus dan masa Gereja? Alkitab menunjukkan bahwa orang-
orang percaya pergi ke firdaus dan langsung naik diangkat ke surga (2 Korintus 5:8; 2
Korintus 12:2-4; Filipi 12:30). Sedangkan orang-orang yang tidak percaya tetap pergi ke
sheol atau hades, untuk disiksa sambil menunggu kebangkitan kedua, yaitu penghukuman
kekal (neraka/gehenna).

Fakta 3. Neraka itu bersifat kekal. Fakta penting berikutnya tentang neraka menurut Alkitab
adalah sifat neraka yang kekal atau abadi (Matius 25:26). Kata Yunani untuk “kekal” adalah
aionios. Kata aionios ini disebutkan sebanyak 66 kali dalam Perjanjian Baru. 51 kali kata ini
digunakan dalam hubungannya dengan kebahagiaan mereka yang selamat di sorga. Kata ini
digunakan baik untuk kualitas dan kuantitas kehidupan yang akan dialami orang-orang
percaya bersama Tuhan. Kata ini digunakan 2 kali dalam hubungan dengan durasi Tuhan
dalam kemuliaanNya. 6 kali kata ini digunakan dalam suatu cara yang demikian sehingga tak
seorang pun ragu bahwa itu bermakna selamanya. 7 kali lainnya kata ini disebutkan dalam
hubungan dengan nasib orang-orang fasik atau disebutkan berkaitan langsung dengan neraka.
Hal ini menunjukkan bahwa neraka akan ada selama-lamanya, tanpa akhir atau kekal. Salah
satu rujukan paling jelas dalam Perjanjian Baru pada kekekalan hukuman di neraka adalah
Wahyu 14:10-11: “maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa
campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan
mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Maka asap api yang
menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak
henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan
barangsiapa yang telah menerima tanda namanya”. Jadi, neraka adalah satu-satunya tempat
selain surga untuk menghabiskan kekekalan, dengan kata lain, hanya ada dua tempat yang
72
dituju setelah kematian, yaitu surga atau neraka. Tidak ada pilihan alternatif! Saat ini
keduanya masih merupakan satu-satunya pilihan.

Fakta 4. Neraka pada mulanya disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikat yang jatuh.
Neraka pada mulanya diciptakan bukan untuk manusia, tetapi merupakan tempat
pembuangan dan hukuman kekal bagi Iblis dan malaikat-malaikat pengikutnya yang
bergabung dalam pemberontakan terhadap Tuhan di surga. Yesaya 14:12 menyingkapkan
rencana kudeta dan pemberontakan Iblis terhadap Tuhan Sang Pencipta. Iblis memilih untuk
menempatkan dirinya sebagai musuh Allah dalam pemberontakannya melawan Allah.

Bagaimana mungkin mahluk ciptaan dapat melawan PenciptaNya? Buktinya, Iblis dan
malaikat-malaikat yang menjadi setan-setan gagal dalam pemberontakan melawan Tuhan.
Sebagai konsekuensinya, maka Allah menyediakan suatu tempat hukuman yang akan
mengingatkan mereka selama-lamanya akan akibat dari pemberontakan rohani mereka.
Alkitab mengatakan “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya:
Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang
kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Matius 25:41).

Walau tujuan neraka diciptakan bukan untuk manusia, namun orang-orang yang memiliki
pilihan yang sama dengan Iblis akan menderita hukuman yang sama. Sebagaimana kita harus
memilih Kristus dan surga, orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat juga akan masuk ke
neraka atas pilihannya sendiri bukan karena kebetulan.

Fakta 5. Neraka adalah tempat siksaan dan penderitaan. Kengerian dari keberadaan neraka
ini dijelasakan oleh Alkitab sebagai berikut: Pertama, di neraka akan ada kesadaran dan
ingatan. Dalam Lukas 16:19-21, si orang kaya segera tahu di mana ia berada. Juga ia ingat
akan identitasnya dulu sewaktu ia masih hidup di dunia, dan juga ingatan akan Lazarus, dan
lima saudaranya yang lain. Kedua, bagian terburuk dari neraka adalah bahwa di sana akan
ada siksaan dan penderitaan. Orang kaya itu berkata “saya menderita dalam nyala api ini”
(Lukas 16:24) karena nyala api ini ia meresa dahaga hebat yang tak terpuaskan. Selanjutnya,
si orang kaya ini mendeskripsikan hades sebagai “tempat siksaan ini” (Lukas 16:28;
bandingkan Wahyu 14:10-11). Ketiga, bentuk kengerian lain di neraka adalah adanya ulat
(belatung) yang tidak akan mati dan api yang tak terpadamkan (Matius 13:41-42; Markus
9:47-48). Keempat, di neraka akan ada kesengsaraan, amarah dan frustasi sebagaimana
diungkapkan dengan kalimat “Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah
akan terdapat ratapan dan kertakan gigi” (Matius 13:42). Kelima, Alkitab mengajarkan
adanya tingkat-tingkat hukuman di neraka, berdasarkan banyaknya dan sifat dosa yang
mereka lakukan dan penolakan terhadap Tuhan dan karyaNya. (Matius 10:15; 11:21-23).
Semua ini menggambarkan betapa ngerinya neraka!

Fakta 6. Neraka adalah tempat yang tertutup tanpa ada jalan keluar. Tidak ada yang dapat
mengubah nasib seseorang setelah kematian. Tidak ada seorangpun yang bisa kabur dari
neraka, dengan alasan apapun. Tidak ada purgatory, tidak ada kesempatan kedua, tidak ada
keringanan hukuman karena kelakuan baik, dan tidak ada kelulusan. Seperti kata pepatah
“seperti kematian menemukan kita, kekekalan menahan kita”. Neraka adalah kenyataan
(kebenaran) yang terlambat dilihat. Begitu seseorang melihat dan masuk kedalamnya setelah
kematian jasmani, ia tidak akan dapat kembali lagi. Alkitab mengajarkan kita kenyataan

73
bahwa, yang terhilang tidak akan pernah pergi ke surga, dan yang selamat tidak akan pernah
pergi ke neraka (Matius 25:42: Bandingkan Lukas 16:26).

Fakta 7. Neraka adalah terpisah dari Allah untuk selama-lamanya. Sebagaimana telah
disebutkan di dalam pemikiran dasar diatas, pada waktu Tuhan mencipta, semua yang
diciptakannya itu baik, bahkan sungguh amat baik (Kejadian 1:12,18,21,25,31). Tidak ada
dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa sakit, tidak ada kematian, dan tidak ada neraka.
Salah satu hal baik yang diciptakan Tuhan adalah bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki
kebebasan untuk memilih yang baik. Agar mereka benar-benar memiliki pilihan, Allah harus
mengijinkan sesuatu yang berbeda dengan yang baik supaya bisa ada pilihan. Karena itu
Allah mengijinkan para malaikat dan manusia untuk memilih yang baik atau yang tidak baik
(jahat). Manusia dan malaikat yang jatuh menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah
itu untuk memberontak terhadap Tuhan dan menginginkah hidup yang terpisah dari Tuhan.
Dengan kata lain sebagaimana yang ditegaskan oleh Norman I. Gleiser dan Jeff Y. Amanu
“Allah menciptkan fakta kebebasan, manusia melakukan tindakan bebas tersebut; ciptaan
membuatnya menjadi aktual”. Manusia bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya
(baca Kejadian pasal 1-3). Satu-satunya tempat yang sudah Tuhan sediakan untuk pilihan
manusia yang ingin terpisah dari Dia adalah neraka, yaitu tempat terpisah dari Allah selama-
lanmanya. Ini adalah tindakan keadilan dari Allah yang penuh kasih.

Pertanyaannya: siapakah yang akan masuk neraka atau gehenna? Alkitab menyebutkan
berikut ini urut-urutan mereka yang akan dilemparkan ke dalam gehenna, yaitu: Binatang dan
Nabi Palsu (Wahyu 19:20); Iblis (Wahyu 20:10); Maut dan Kerajaan Maut (Wahyu 20:14);
Orang-orang fasik yang namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan (Wahyu 20:15), yaitu
orang berdosa dalam 8 kategori umum dalam Wahyu 21:8 “Tetapi orang-orang penakut,
orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang
sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka
akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang;
inilah kematian yang kedua”.

E. EPILOG

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan dan diberikan saran


sebagai berikut: Pertama, pemikiran dasar dan fakta-fakta Alkitab di atas menegaskan
kepada kita bahwa sesungguhnya tidak ada alasan bagi seseorang untuk menyalahkan Tuhan
sebagai pribadi yang kejam, tidak adil, apalagi jahat. Lee Strobel mengatakan ”Neraka
bukanlah tempat di mana orang-orang ditempatkan karena mereka orang-orang bodoh, tetapi
karena mereka tidak mau mempercayai hal-hal yang benar. Mereka ditempatkan disana
karena, pertama dan terutama menentang Pencipta mereka.... ingin menjadi pusat dari alam
semesta, dan yang bersikeras mempertahankan sikap memberontak dan menentang Allah.

Kedua, Tuhan menghadapkan kepada manusia dua macam kekekalan yaitu surga atau
neraka. Demikian pula ada dua pribadi yang disembah oleh manusia yaitu Yesus Kristus atau
iblis. Tidak ada alternatif, tempat netral atau pilihan ketiga. Setiap orang harus memilih salah
satu, Kristus atau iblis, surga atau neraka. Jikalau seseorang memilih Kristus maka pasti ia
akan masuk surga, Karena Yesus berkata “Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup, tidak
seorangpun sampai kepada Bapa jikalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6-7) Dan lagi
“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan
74
dihukum” (Markus 16:15-16). Jika seseorang memilih Iblis maka pasti ia akan masuk neraka.
Setiap orang yang menolak Tuhan Yesus Kristus berarti memilih iblis, entah disadarinya atau
tidak.

Ketiga, kita tidak dapat memprediksi kapan kita mati. Masalah kematian merupakan misteri
yang penuh dengan berbagai teka-teki yang membingungkan. Tidak ada seorangpun yang
tahu kapan kematian itu akan datang menjemputnya. Tidak ada seorang pun yang tahu pasti
berapa panjang usianya di dunia ini. Bila kita melakukan riset singkat ke kuburan, dan
mencatat usia mereka yang meniggal, pastilah kita akan menemukan berbagai jenis usia,
mulai dari bayi, anak kecil, remaja, pemuda, dewasa, dan orang tua yang usianya mungkin
mencapai 100 tahun sesungguhnya kita tidak bisa mengukur atau menebak berapa usia
seseorang. Statistik dunia memberitahukan kita bahwa setiap dua setengah detik, ada seorang
manusia yang meninggal dunia. Sekali lagi, semua fakta memberikan kita teka-teki tentang
misteri kematian, sekaligus memberikan tanda peringatan agar kita bersiap-siap menghadapi
kematian bila datang menjemput. Pilihan-pilihan dalam hidup kita sekarang ini akan
menentukan kemana kita akan pergi setelah kematian.

Keempat, ajaran tentang neraka ini seharusnya mendorong kita untuk lebih meyakinkan
orang supaya datang kepada Kristus Sang Juruselamat untuk menerima hidup kekal.
Kematian Kristus adalah untuk kebaikan umat manusia dan Allah tidak membatasi siapapun
dalam penyediaan kematianNya. Merupakan belas kasih Tuhan agar semua orang
diselamatkan (2 Petrus 2:9). Dalam penyediaanNya, Allah memberikan kesempatan yang
sama untuk semua manusia (Yohanes 3:16; Roma 10:34; 2 Kor 5:15; 1 Timotius 2:4; Ibrani
2:9). Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan
manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa
tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan
kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).

Jelaslah bahwa keputusan untuk menerima atau menolak Kristus adalah tanggung jawab
manusia. Menolak Kristus berarti tidak diselamatkan. Jadi apabila seseorang tidak menerima
keselamatan, dalam hal ini Allah tidak dapat dipersalahkan. Persediaan keselamatan cukup
untuk semua manusia. Sebagimana mana yang ditegaskan oleh Kevin J. Conner “Allah tidak
meluputkan seorang pun dalam penentuan belas kasihanNya. Allah tidak ingin semua orang
binasa. Tidak seorang pun akan dilemparkan ke neraka karena kristus tidak mati bagi mereka,
tetapi karena mereka menolak tawaran Allah akan keselamatan di dalam Kristus”.

75
DAFTAR PUSTAKA

Daftar berikut ini adalah buku terpilih oleh penulis dengan pertimbangan bahwa buku-buku
tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kecuali buku Wayne Grudem,
Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Berdasarkan pertimbangan di
atas tidaklah sulit untuk mendapatkan buku-buku tersebut di toko buku Kristen atau penerbit
buku. Selanjutnya, di dalam buku-buku tersebut terdapat referensi lanjutan sesuai dengan
rujukan para penulis buku tersebut.

Conner, Kevin J, 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum
Mas: Malang.

Cornish, Rick., 2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.

_______________., 2007. Five Minute Apologist. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya :


Bandung.

Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur
SAAT : Malang.

Evans, Tony., 2002. The Best Is Yet To Come. Terjemahan, Penerbit Gospel Press : Batam.

Erickson, Millard J., 2003. Christian theology. Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas :
Malang.

Fances, Eddy., 2005. Murid Yesus. Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Yayasan Sinar Nusantara:
Jakarta.

Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 2009. New Dictionary Of Theology. jilid
2, terjemahkan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine.


Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.

Hitchcock, Mark., 2002. Bible Prophecy. Terjemahkan, Penerbit Gospel Press : Batam.

Hoekema, Anthony A., 2009. The Bible and The Future. Terjemahan, Penerbit Momentum :
Jakarta.

Jeffrey, Grant. R., 2001. Journey Into Eternity. Terjemahan, Penerbit Yayasan Pekabaran
Injil Immanuel : Jakarta.

Pandensolang, Welly., 2004. Eskatologi Biblika. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.

Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit Andi Offset :
Yoyakarta.

76
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur
SAAT : Malang.

Strobel, Lee., 2005. The Case For Faith. Terjemahan, Penerbit Gospel Press : Batam.

Tabb, Mark, ed., 2011. Theology. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.

Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen.
Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Wiese, Bill., 2009. Hell. Terjemahan, Penerbit Light Publising : Jakarta.

Willmington, H.L., 2003. The King Is Coming. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

77

Anda mungkin juga menyukai