Anda di halaman 1dari 19

TEOLOGI PERJANJIAN LAMA 1

Urutan materi

 Teologi Perjanjian Lama


 Kedudukan Teologi Perjanjian Lama
 Mengapa mempelajari Perjanjian Lama
 Sejarah dan Perkembangan Teologi PL
 Tema-Tema pokok perjanjian Lama
Urutan Rincian Materi

 SUNAT
 SABAT
 BERKAT
 IBADAT
 KESALEHAN
Definisi Teologi  Pengetahuan yang sistematis dengan ALLAH dan hubungan dengan
ciptaan-Nya seperti yang diapaparkan dalam Alkitab.
Teologi berasal dari bahasa Yunani  Theos yang berarti Tuhan; Logos berarti kata atau ajaran,
maka definisi yang paling dasar tentang teologi adalah ajaran tentang Tuhan.
Walapun teologi adalah ajaran tentang Tuhan, namun dalam Iman kristen teologi memiliki
definisi lebih dari sekeddar ajaran Tuhan.
Henry C Thiessen mendefinisikan teologi sebagai ilmu tentang Tuhan dan hubungan-hubungan-
Nya dengan alam semesta.
John M Frame Memberikan definisi teologi ialah “The Application of Scripture,by person,to
every area of life” ( Penerapan Firman atau Alkitab oleh seseorang kedalam setiap area
kehidupan ).
Millard J Erickson Bidang studi yang berusaha untuk menyampaikan suatu pernyataan yang
berhubungan secara logis tentang doktrin-doktrin iman kristen.yang terutama berdasarkan
Alkitab, ditempatkan dalam konteks kebudayaan pada umumnya, dikalimatkan dalam bahasa
masa kini, dan berhubungan dengan masalah-masalah kehidupan.
Teologi Perjanjian Lama merupakan bagian dari teologi kristen secara khusus Teologi Biblika
yang membahas tema-tema atau isu-isu teologis yang ada di dalam Alkitab perjanjian lama, hal
ini terlihat dalam rencana, hubungan, perjanjian dan pemeliharaan-Nya.
Sebagian bagian dari teologi biblika, teologi perjanjian lama mempunyai suatu fungsi kritis yang
dijalankan serta persoalan yang dihadapinya.
DEFINISI TEOLOGIA PERJANJIAN LAMA
Walther Zimmerli Kombinasi dari pernyataan-pernyataan PL tentang ALLAH.
C.K Lehman Bagian dari Teologi Alkitabiah dan dibuat berdasarkan “Pemahaman fundamental
tentang penyataan yang setahap demi setahap dan kesatuan agung dari keseluruhan Alkitab.
Definisi Teologi PL adalah hasil perjumpaan antara teks Perjanjian Lama dengan keadaan
sejaran orang israel.
Kedududukan Teologi Perjanjian Lama
1. BIBLIKA
Alkitab ( PL & PB ) sebagai sumber ilmu teologis Alkitab dikaji dengan teliti supaya
maknanya menjadi semakin jelas.
2. HISTORIS
Suatu upaya mempelajari masa lampau dengan berbagai konteksnya, Manusia
menerima, menanggapi dan ditanggapi oleh amanat Alkitab.
3. SISTEMATIKA
Mempelajari makna Firman ALLAH dalam konteks kini, dalam bidang ini ada upaya
untuk menjelaskan keseluruhan iman Kristen secara teratur.
4. PRAKTIKA
Materi Pokok dalam bidang ini mediasi atau prantara empiris antara Firman ALLAH dan
kehidupan manusia dalam masyarakat modern.

LETAK TEOLOGI PERJANJIAN LAMA


Pengantar Perjanjian Lama  Hermeneutika  Perjanjian Lama Exegese
Pengantar Perjanjian Baru  Hermeneutika  Teologi Perjanjian Baru.

Tugas dari Perjanjian Lama yakni tugas deskriptif dan tugas normatif
Tugas deskriptif mengarahkan para teolog untuk memusatkan perhatiannya pada soal
menguraikan arti asli dalam ayat, bukan makna ayat itu pada masa kini berbeda dengan Tugas
Normatif dari teologi Perjanjian Lama menuntut para teolog untuk memusatkan perhantiannya
dalam menguraikan arti dan makna ayat itu bagi masa kini sehingga bersifat normatif bagi iman
dan kehidupan saat ini. Dalam perkembangan selanjutnya, para teolog tidak dapat memilih
kedua tugas tersebut karena tugas deksriptif maupun normatif dapat saling melengkapi
bangungan Teologi Pejanjian Lama. Berdasarkan pergumulan tersebut, muncul beberapa
pendekatan penting yang menjadi metode seorang teolog dalam membangun sebuah Teologi
Perjanjian Lama.

Watak Teologi PL
 Teologi Perjanjian Lama perlu dilepaskan dari sifat pengajaran/kerygmatic sehingga
fokus dari Perjanjian Lama bukanlah terhadap disiplin ilmu teologi melainkan Firman
ALLAH
 Setiap bagian dalam Perjanjian Lama memiliki sifat dan karakter yang kaya dan
beragam
 Teologi Perjanjian Lama merupakan disiplin ilmu yang menggunakan sejarah
4 Pendekatan PL
Pendekatan Tipe Struktural  Pendeketan ini membangun Teologi Perjanjian Lama dengan
cara mendekskripsikan kerangka berpikir Perjanjian Lama dengan Menggunakan disiplin-disiplin
ilmu lain seperti Teologi Sistematika, sosiologi atau disiplin ilmu lainnya yang saling
berhubungan dan mempengaruhi.
Pendekatan tipe diakronik  Pendekatan ini membangun Teologi Perjanjian Lama dengan
cara menyusun setiap kesaksian dan kisah-kisah sejarah Israel yang terekam dalam berbagai
sumber yang beragam.
Pendekatan Tipe Leksikografis Pendekatan ini membangun Teologi Perjanjian Lama dengan
cara menginviestigasi setiap perkataan dan keadaan kelompok tertentu yang disebutkan dalam
Perjanjian Lama.
Pendekatan Tipe tema biblika  Pendekatan ini membangun Teologi Perjanjian lama dengan
meneliti teks bukan sekedar redaksionalnya saja melainkan mencari tahu tema yang
membangun teks tersebut.
Mengapa Mempelajari Perjanjian Lama ?
1. Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana ALLAH.
2. Perjanjian Lama adalah bukti akan kedaulatan dan kesetiaan ALLAH.
3. Perjanjian Lama adalah Firman ALLAH.
4. Perjanjian Lama adalah Nubuatan bagi perjanjian baru.
PL adalah bagian dari Rencana ALLAH
Cara ALLAH menyatakan diri-Nya kepada manusia dengan memberikan pernyataan umum dan
penyataan Khusus, Yaitu melalui alam , sejarah, hati nurani manusia dan juga melalui Firman
dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Di dalam penyataan-penyataan inilah ALLAH menyatakan diri-Nya
dan rencana-Nya kepada Manusia.

Perjanjian Lama adalah Bukti keadulatan dan Kesetiaan ALLAH


Perjanjian Lama juga menjadi bukti pelayanan progesif akan kesetiaan ALLAH.
Yesaya 25 : 1 Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau
menyanyikan syukur bagi nama-Mu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah
melaksanakan rancangan-Mu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.

Allah Turut berkerja dalam Sejarah, termasuk ketika israel tidak taat, tetapi Allah tetap setia
kepada Janji-Nya.
-Perjanjian Lama adalah Firman Allah
Yesus Mengakui Otoritas Perjanjian Lama
Para Rasul mengakui Otoritas Perjanjian Lama
Para Penulis Alkitab mengakui Otoritas Perjanjian Lama
Bapak-Bapak Gereja secara Aklamasi akan menerima pengakuan otoritas PL melalui
pengkanonan Alkitab. PL tidak dapat dipisahkan dari pengilhaman Ilahi
ALLAH yang memberi aspirasi kepada para penulis PL
secara praktis terbukti bahwa kitab-kitab PL telah menjadi standar kebenaran dan memberikan
manfaat yang sanggup mengubah kehidupan manusia, karena ALLAHlah yang ada di balik
penulisan itu.
-Kitab-kitab dalam PL banyak menunjuk pada nubuat-nubuat yang akhirnya digenapi pada masa
PB ( Lukas 24 : 44; Roma 10 : 4 ). Keseluruhan dan kelengkapan berita keselamtan harus dimulai
dari PL dan diakhiri dengan PB; sehingga jelas keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Sebab itu,
PL harus dipelajari sebagai sumber dan landasan untuk mengerti penggenapan rencana Agung
ALLAH.
Kitab-Kitab PL juga penuh dengan tipologi, kalau dipelajari akan menolong pembaca Kitab-Kitab
PB untuk mengerti lebih jelas keutuhan keseluruhan kebenaran Alkitab.

Kendala-kendala Mempelajari
(Paul R House Old Testament Theologi )
1. Kendala Secara historis ( Historical barrier )
Kita Berhadapan dengan sejarah bangsa Israel yang sudah terjadi hampir 5000 Tahun
yang lalu, sehingga harus menyelidiki teks yang ada sesuai dengan sejarah yang terjadi pada
waktu itu. Sedangkan Alkitb yang ada tidak diatur sesuai kronologisnya
2. Kendala Secara Literatus ( literary barrier )
Setiap orang mungkin mudah mengerti kitab-kitab sejarah seperti kejadian, keluaran,
Yosua atau Ester. Tetapi lebih sulit memahami kitab-kitab puisi dan sangat sulit memahami
kitab apokaliptik Daniel.
3. Kendala Secara Teologis ( Theological Barrier )
Bagaimana menyatukan antara konsep Kasih ALLAH dengan murka ALLAH. Bagaimana
mungkin keselamatan manusia sebelum Yesus datang? Apa hubungan antara perjanjian Lama
dengan Perjanjian Baru.
Paul R House Memberikan “Basic Conviction” dalam teologi perjanjian Lama sbb:
1. Harus didasarkan pada fakta sejarah
2. Harus menjelaskan apa yang dinyatakan oleh Kitab Perjanjian Lama sendiri ( Bukan
Presupposisi ) Alam berpikir kita yang menganalisis. Jadi biarkan Firman yang
berbicara.
3. Teologia PL harus menyatakan hubungannya dengan perjanjian Baru.
4. Teologia PL harus menyediakan bahan dimana ahli Teologia sistematik bisa membagi
dalam beberapa katagori dan tema untuk didiskusikan.
5. Ketika PL menyatakan tentang sifat dan kehendak ALLAH, Teologi PL harus bergerak
melampaui penjelasan tentang kebenaran tersebut, yaitu kepada penjelasan tentang
tindakan (perbuatan ) Manusia.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEOLOGI PERJANJIAN LAMA
Perajanjian Lama adalah Sebuah dokumen yang jelas mengungkapan sejrah israel yang kait
mengait. Terdapat bermacam-macam motif teologis, tetapi bukan sebagai ide dari penulisnya,
melainkan merupakan rencana ALLAH. Allah yang berhak menetapkan nilai-nilai dan
menunjukan perkembangan perkembangan baik untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Perkembangan sejarah dalam teologi PL dimulai dari sejarah israel yang nyata, dengan biografi
dan peristiwa-peristiwa yang menyertai-Nya. Di dalamnya tercakup seutuhnya kegiatan
penyelamatan ALLAH, dimulai dari era sebelum bapa leluhur sampai sesudah pembuangan.

Periodisasi Perkembangan Teologi Perjanjian Lama


Periode Sebelum Bapa Leluhur  Peroide Para Bapa Leluhur  Periode Musa  Periode Pra
Kerajaan  Periode Daud  Periode sastra & hikmat  Periode Abad ke 9 ( Hari janji ALLAH )
Periode Abad ke – 8 ( Hamba Dalam Janji Allah ) Periode Pembaruan Janji ALLAH 
Periode pembuangan  Periode sesudah pembuangan.
Periodisasi Perkembangan teologi PL
1. Zaman belum bapa leluhur ( Pengantar kepada Janji ALLaH )
Periode awal dimulai dari zaman adam sampai Abraham. Namun abrahaman merupakan “
Kunci “, yang dimulai dari konsep perjanjian. Kata kunci perkembangan ssejarah ada periode ini
ialah “berkat”. Berkat itu mencakup berkat jasmani dan spirt. ( Kej 12 : 1-3 ).
2. Zaman para bapa leluhur ( Perlengkapan di dalam janji ALLLAH )
Periode ini merupakan rentang waktu yang sangat penting dalma sejarah Israel. Begitu
pentingnya,Sehingga ALLAH menyataka diri-Nya sebagai “ Allah bapak leluhur.
3. Zaman Musa ( orang yang berkaitan dengan janji ALLAH )
Zaman musa menandai sejarah Israel yang disebut “ Kerajaan nabi dan bangsa yang kudus” ( kel
19 : 6 ).pada periode ini israel menjadi Umat yang baru ( Kel 1 -40 , Im 1 – 7 Bil 1 -36 ). Selama
periode ini, Musa menjadi nabi yang tidak ada tandingannya di anatar umat manusia ( Bil 12 : 6
– 8 ), sebagai model nabi besar yag akan datang, Sang Mesias ( Ul 18 : 15,18 ). Konsep Teologis
utama adalah panggilan menjadi bangsa yang merdeka dan kudus bagi ALLAH.
4. Zaman Pra Kerjaan ( Tempat yang berkaitan dengan Janji Allah )
Periode teokrasi in iditadai dengan penaklukan dan pendudukan kanaan. Sampai dengan narasi
tabut Allah ( 1 Sam 4 – 7 ). Orang-orang dan kitab-kitab selama periode ini memiliki ukuran nilai
moral Alkitab Ulangan, seperti Yosua, hakim-hakim, samuel bahkan raja-raja. ( ul 28 : 31, Yos 1 :
2,12,12, Hak 2 , 1 Sam 12 , 1 Raj 18 , 2 Raj 17. Menjadikan periode yang ini sangat penting
dalam sejarah penyataan ALLAH. Tema teologi utama adalah penaklukan dan pendudukan.
5. Zaman Daud ( Raja yang berkaitan dengan Janji Allah )
Periode ini dihubungkan dengan kerajaan, keturunan, nama, tempat perhentian dan berkat
yang menjangkau pengaruh dan masa yang tidak terbatas. Janji di ( Kej 12 : 1-3 ) sama dengan
( 2 Sam 7, zaman keemasan dibawah nama besar Daus, tinggal menunggu kegenapan Final
( Raja kekal Universal, Sumber berkat ). Tema utamanya adalah dinasti kerajaan.
6. Zaman Sastra Hikmat ( Kehidupan Janji ALLAH )
40 Tahun pemerintahan salomo ditandai dengan pembangunan bait ALLAH dan penyataan ilahi
yang luar biasa. Pada tingkat tertentu periode ini menyerupai masa sebelum kerajaan, karena
sebagian bersifat transisi. Tidak ada periode yang lebih sulit untuk dihubungkan dengan
keseluruhan teologi PL yang berkesinambungan dari pada periode sastra hikmat, yang terdapat
dalam amsal, pengkotbah, kidung agungn, dan Mazmur hikmat. Konsep kunci pada zaman
hikmat ini ialah “ Takut akan ALLAH”.
7. Zaman Abad ke-9 ( Hari Janji ALLAh )
Masa ini merupakan “ Hari Janji” yang pertama dari lima zaman para nabi, yang dimulai dari
pembagian kerjaan pada Tahun 931 SM. Periode ini menempatkan Nabi Yoel dan obaja sebagai
tokoh yang sangat berperan dan dianggap sebagai nabi yang paling permulaan menulis. Teoligi
mereka yang utama adalah mengenai “Hari Tuhan” suatu hari yang akan datang ketika Tuhan
akan membuktikan kebenaran-Nya melalui penghakiman.
8. Zaman Abad Ke – 8 ( Hamba dalam Janji ALLAH )
Ini teologi PL mencapai puncaknya selama abad ke-8, melalui karya nabi-nabi Yunus, Hosea.
Amos, Yesaya dan Mikha. Mereka masing-masing diutus sekitar satu dekade sebelum hukuman
Allah yang menakutkan terhadap Damsyik, ibu kota siria yang jatuh pada Tahun 732 SM, dan
kejatuhan samaria pada Tahun 722 SM. Tema utamanya ialah “Kemahatinggian ALLAH” ( Yes 40
: 18, Mik 7 : 18, Ams 9 : 11 )
9. Teologi Abad ke- 7 ( Pembaharuan Janji ALLAH )
Mendekati akhir abad ke 7 terjadi suksesi nabi yang menulis, yaitu Zefanya, Habakuk, Nahum
dan Yeremia. Nahum menginatkan dekatnya hukuman menimpa Asyur ( Niniwe ), Seperti lebih
dahulu disampai oleh Yunus, satu abad sebelumnya, yang terjadi tahun 611 SM. Ketiga nabi
yang lain memperingatkan ibu kota yehuda, Yerusalem, yang dikalahkan tahun 606, 598 dan
kejatuhan total pada 586 SM. Sayangnya, kejatuhan itu terjadi karena ketidakmauan untuk
bertobat.Periode ini bertemakan “ Kesuraman”. Kendati demikian, kesuraman bukanlah akhir ,
yaitu akan terjadi pembaruan perjanjian. Yeremia memberi tema teologi era ini dengan judul
“Perjanjian Baru” ( Yer 30 – 33 ). Zefanya menjelaskan lebih banyak tentang “Hari Tuhan” dan
akhir yang baik dari kaum yang tersisa. Habakuk memberikan solusi akhir, “Orang benar akan
hidup oleh percayanya” tema utamanya dalah pembaruan janji.
10. Masa pembuangan ( Kerajaan berkaitan dengan janji ALLAH )
Pada masa ini muncul teolog penulis, seperti Yehezkiel dan Daniel yang hidup di tanah
pembuangan dibabel. Intin, mempertajam lebih jelas bagaimana “Gembala yang baik”, yang
akan datang pada suatu hari nanti untuk memerintah atas ke-12 suku israel yang dipersatukan
kembali di Kanaan. Anak Manusia akan datang dengan awan-awan dari langit yang diberi kuasa,
kemuliaan dan seluruh bangsa dan bahasa akan melayani Dia. Kekuasaanya kekal, tidak pernah
lenyap. Kerajaan-Nya tidak akan pernah mati seperti kerajaan-kerajaan dunia lain. Dari catatan-
catatan yang agung kedua nabi yang dibuang ini, memimpin teologi israel masuk ke dalam abad
keenam, zaman baru bagi umat manusia, penggenapan janji kepada abraham dan Daud. Tema
Utama-Nya tentang pemimpin atau gembala yang baik, yang akan memrintah Israel.
11. Masa sesudah Pembuangan ( Kemangan Janji ALLAH )
Sejarah dari Ezra-Nehemia, Ester, Tawarikh, Nubuat-nubuat dari hagai, Zakharia dan maleakhi
bersama-sama membentuk teologi akhir tentang penyataan Allah di dalam kanon PL catatan
mereka bergerak di berbagai keadaan yang menyedihkan di Israel, sesudah mereka kembali
tahun 520 SM itu langsung dihubungkan kepada kemuliaan dan kekalan dengan ringkasan
sejarah final ALLAH. Bait Suci yang sudah dibangun mereka itu secara fisik lebih kecil dari
sebelumnya. Namun Bait Suci dihubungkan kemasa depan, suatu bait suci yang lebih mulia dari
bait suci salomo.
Seolah-olah untuk membuktikan kembali keabsahan dari visi mesianis mereka, penulis
tawarikh menggunakan sejarah masa lampau Israel untuk menunjukan tindakan ALLAH didalam
sejarah, Khususnya visa dalam kaitan degan pola “ rumah” Daud dan Bait Suci salomo. Tema
utamanya tentang mesias dan pemulihan bait suci.
Sejarah Perkembangan Teologi Perjanjian Lama
Umat Yahudi ( Beberapa abad sebelum tarikh masehi )
Mengutamakan pemikiran segala perintah dan undang-undang ALLAH dalam kitab Taurat.
Tarikh + 200-600 M
Pada masa ini lebih mengutamakan penafsiran, yang mana melahrikan dua aliran penafsiran
yang menonjol, yaitu: mazhab Antiokhia yang bersifat “Historis” dan Teliti, dan Aleksandria
penafsiran yang bersifat alegoris.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEOLOGI PERJANJIAN LAMA
1. Zaman Reformasi Pencerahan ( Abad 14-17 M )
2. Zaman Pencerahan ( Abad 17-18 )
3. Zaman Pencerahan Teologi DIALEKTIKA ( Abad 19 -20 )
4. Perkembangan baru teologi PL – Sekarang ( Abad 20 – Sekarang )
ZAMAN REFORMASI PENCERAHAN
( Abad 14 – 27 M )
Prinsip reformasi Protestan yang mengusung semangat “ Sola Scriptura” ( hanya berdasarkan
Alkitab saja ), Menolak Teologi Skolastik dan tradisi kekuasaan gereja. Serangkaian dengan
slogan sola gratia dan sola fidei. Semangat ini memberikan energi baru perkembangan Teologi
Alkitabiah yang mengagas penafsiran tidak terlibat dalam menciptakan istilah “ Teologi
Alkitabiah” dan membangun disiplin ilmu teknologi Alkitabiah. Teologi ini diperkirakan
berkembang sekitar Tahun 19-20an. ( G.F.Hassel )
Istilah Teologi Alkitabiah dipakai dalam 2 arti :
1. Teologi yang ajaran-ajaranya bersumber pada Alkitab dan dasarnya adalah Alkitab.
2. Teologi yang dikandung oleh Alkitab itu sendiri ( bisa juga diartikan suatu disiplin
teologis tertentu yang asal mula dan perkembangannya diuraikan secara singkat).
Lehman Membuat definisi sendiri tentang teologi Alkitabiah, yaitu teologi yang mempelajari
pernyataan ALLAH di dala lingkungan sejarah Alkitabiah yang berarti penyinkapan Illahi atas
perjanjian-perjanjian yang tercatata dalam Alkitab.
Henricus A Diest dalam bukunya Theologia Biblica ( Daventri, 1643 ) memberi pengertian
tentang teologi Alkitabiah yang menurutnya terdiri dari ayat-ayat bukti dari Alkitab yang
dicomot dari kedua perjanjian untuk mendukung sistem-sistem doktrin tradisional dari
golongan orthodoks protestan yang mula-mula.
Abraham Clovis dan beberapa rekan sezamannya menganggap teologi Alkitabiah sebagai
pendukung Teologi Dogmatika dan menganggap ayat-ayat Alkitab sebagai pendukung
Dogmatik. Penekanan kembali kepada Alkitab baru ketika munculnya gerakan Pietisme.
Akibatnya sejak tahun 1745, Teologi Alkitabiah berpisah dari Teologi Dogmatik ( Sistematika )
dan menjadi dasar dari Teologi Sistematika.
Pada zaman ini muncul beberapa pendekatan baru yang disebabkan karena beberapa
pengaruh.
a. Reaksi Nasionalisme terhadap super nasionalisme dimana akal manusia ditegakan
sebagai sumber patokan final serta sumber utama pengetahuan, yang berarti bahwa
wibawa Alkitabiah sebagai catatan penyataan Ilahi ditolak.
b. Dikembangnya suatu hermeneutik baru Yaitu metode penelitian sejara.
c. Penggunaan kritik sastra radikal terhadap Alkitabiah Kesimpulannya, Pada masa ini
Rasionalisme diarahkan utuk meninggalkan pandangan ortodox tentang pengilhaman
Alkitab supaya Alkitab hanya menjadi salah satu dokumen kuno yang harus dipelajari
seperti dokumen kuno lainnya.
Anton Friedrich Busching menunjukan untuk pertama kalinya Teologi Alkitabiah sebagai
saingan Teologi Dogmatik.
Johan Solomo semler menyatakan bahwa Firman Allah sama sekali tidak identik dengan
Alkitabiah, dengan begitu menyiratkan bahwa tidak semua bagian Alkitab diilhamkan, dan
Alkitab adalah Dokumen sejarah murni yang harus diselidiki dengan suatu metodologi murni
yang bersifat historis dan bersifat kritis.
Gotthilf Traugot Zacharia berusaha membantu suatu sistem pengajaran teologis berdasarkan
sustu hasil kerja eksegetis yang teliti menurutnya, aspek historis dalam Akitab tidak terlalu
penting dalam teologi. Ia juga mengupayakan pembersih bagi ketidak kesempurnaan yang ada
dalam sistem dogmatik.
W.F. Hufangel ( 1785 – 1789 ) dan C.F. Von Ammon ( 1972 )
Mengungkapkan bahwa teologi Alkitabiah terdiri atas sekumpulan penelitian sejarah atas ayat-
ayat bukti dari Alkitab yang mendukung dogmatic. Karya Von Ammon lebih bersifat Teologi
Filosofis, namun memiliki padangan yang lebih tinggi terhadap PB dari pada PL.
Johann Philip Gabler ( 1753 – 1826 ) Melalui ceramahnya (1787 ) berhasil menjadikan peranan
teologis Alkitabiah hanya satu peranan sejarah semata, terlepas dari dogmatik. Definisinya
tentang teologi Alitabiah adalah “ Teologi Alkitabiah secara historis meneruskan”. Pemahaman
para penulis Alkitab tentang masalah-masalah Ilahi ; sebaiknya, teologi dogmati k bersifat
mendidik, mengajarkan penalaran filosofis secara teolog terhdap masalah-masalah ilahi sesuai
dengan kemampuan, wkatu , usia, tempat, aliran atau mazhan dan hal lain-lain.
Pendekatannya didasarkan atas 3 pertimbangan :
1. Ilham harus dihapuskan karena Roh Allah sendiri memberikan kemampuan pada para
penulis.
2. Teologi Alkitabiah bertugas mengumpulkan secara teliti berbagai konsepsi dan gagasan
dari setiap penulis Alkitab.
3. Salah satu bentuk disiplin ilmu sejarah, teologi Alkitabiah harus membedakan beberapa
periode antara agama lama dan agama baru.
Beberapa dasawarsa setelah perang dunia 1, disiplin teologia Alkitabiah menerima kehidupan
yang baru, yaitu zaman Teologi Dialektik. Dialektik ( Dialektika ) berasal dari kata Dialog yang
berarti komunikasi 2 arah, istilah ini telah ada sejak masa yunani kuno ketika diintrodusir
pemahaman bahwa segala sesautu berubah. (panta rei)
Beberapa tokoh yang muncul pada zaman ini antara lain:
Gottlob Ph. Chr> Kaise Yang menolak segala jenis supernaturalisme dan berusaha
menggambarkan perkembangan agama PL dari sudut sejarah awal pertumbuhan.
W.M.L De Wette ( 1813 ) mencoba menjauhi rasionalisme dan memadukan Teologi Alkitabiah
dengan suatu sistem filsafat. Melalui bukunya “Biblische Dogmatik”, ia mencoba
mensintesiskan antara inman dan perasaan yang membawa masuk ‘perkembangan’ awal
pertumbuhan dari Hebraisme menjadi Kristenisme.
D.C Vonn Coln Menanggapi Wette. Dalam bukunya, biblical Theology of The OT, ia menyajikan
suatu Teologih historis dengan penekanan teokratis yang kuat. Ia bergerak dalam ketegangan
antara praktikularisme dan univeraslisme dan melukiskan suatu keadaan perkembangan
historis dari hebraisme-yudaisme-kristianisme.
Pada pertengahan abad muncul golongan konservatif ( golongan yang berusaha menolak
kesahihan pendekatan berdasarkan penelitian sejarah dan golongan yang berusaha
memadukan suatu pendekatan Historis ) yang menentang pendekatan-pendekatan rasional dan
filosofis terhdap Theologi PL mereka antara lain :
Wilhelm Vatke menyatakan bahwa sistem-sistem pengaturan bahan-bahan PL tidak boleh
disajikan berdasarkan katagori-katagori yang diambil dari Alkitab namun yang ditetapkan dari
luar, dan harus merumuskan dogma pendekatan dari sudut ‘sejarah agama’ mengenai PL yang
sama sekali berdisi sendiri.
J.C.F. Steudel ( 1840 ) tetep menganggap PL mempunyai asal-usul yang ilahi. Dia bersikeras
memakai metode sejarah gramatikal, menolak metode historis kritis, namun menolak pandagan
sempit tentang pengilhaman harfiah.
Menurut, Oehler, Teologi PL mempunyai pengertian sebagai ilmu sejarah yang berdasarkan
pada eksegese dari sudut sejarah gramatikal yang tugasnya adalah memproduksi isi dari tulisan-
tulisan dalam Alkitab menurut kaidah-kaidah bahasa dengan mempertimbangkan keadaan
sejarah pada saat tulisan-tulisan tersebut pertamakali ditulis dan juga kondis-kondisi pribadi
dari pada penulis Alkitab.
Jadi metode yang tepat menurut mereka bagi teologi Alkitabiah adalah pendekatan dari sudut
‘Sejarah awal pertumbuhan’ yang dieksegesis berdasarkan sejarah tata bahasa, bukan eksegesis
berdasarkan penelitian sejarah yang harus digabungkan dengan suatu perkembangan organis
dari agama PL.
Golongan konservatif muncul dengan ‘Mazhab sejarah keselamatan’. Mazhab ini didsarkan
pada:
1) Sejarah Umat ALLAH sebagaimana didasarkan pada Firman
2) Pemahaman tentanga pengilhaman
3) Hasil antara sejarah manusia dan ALLah dalam Kristus Yesus.
Tahun 1787, pendekatan ‘Sejarah-sejarah agama’ mulai menguasai cara pendekatan PL karya J.
Wellhausen berjudul Prolegomena to the History of Israel ( 1844 -1918 ), menyerang kaum
konservatif.
Teologi PL ( dan Teologi Alkitabiah ) sejak itu dipengaruhi oleh:
1. Tanggal lama yang diberikan oleh dokumen P ( Sumber Imamat ) dalam penelitian
pentateukh yang di perkenalkan oleh K.H graf dan A Kuenen dihidupkan kembali.
2. Gambaran yang sama sekali baru akibat dari pengaruh tanggal-tanggal yang dipakai
berdasarkan dokumen ini. ciri khas lainnya adalah adanya metode perkembangan
evolusioner yang berdasarkan sejarah pertumbuhan.
Pendekatan ini menghancurkan kesatuan PL dengan menganggap Plhanya sebagai koleksi
bahan-bahan dari periode yang berdiri sendiri dan hanya terdiri dari sedikit refleksi tentang
jumlah agama-agama kafir yang berbeda-beda, hubungan yang hakiki antara PL dan PB
direduksi menjadi hanya memiliki kaitan secara historis dan rangkaian yang tidak penting di
antara keduanya. Akibatnya, perlu tindakan berani untuk menghidupkan kembali teologi PL .
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bangkitnya kembali Teolgi PL menurut R C Dentan,
Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Hilangnya pamor rasionalisme evolusioner,
2. Reaksi terhadap keyakinan bahwa kebenaran historis dapat di capai dari objektivitas,
3. Kecendrungan untuk kembali ke Teologi Dialetik ( Neo-Orthodox )
E Konig Mengaruh penghargaan tinggi terhdap kebenaran amanat PL dan menolak evolusi
agama yang diajarkan oleh Wellhausen dengan mencanangkan suatu mode penafsiran
berdasarkan sejarah tata bahasa. Zeitgest ( bhs Jerman : Zeit  Waktu/Zaman & Geist  Jiwa)
merupakan pemikiran dominan pada suatu masa yang menggambarkan dan mempengaruhi
sebuah budaya dalam masa itu sendiri.
1920an ditandai degan perdebatan tentang sifat Teologi PL muncul beberapa sarjana dengan
pendekatan mereka masing-masing. Belum ada konseus tentang masalah-masalah utama
dalam PL, baru hanya perdebatan-perdebatan dianatara sarjana-sarjana.
“Zaman emas” dari Teologi PL dimulai sekitar Tahun 1930-an dan terus berlangsung sampai
sekarang . karya-karya Teologi PL yang penting datang dari E Sellin ( 1933 ) dan L.Kohler ( 1936 )
yang keduanya memakai susunan inti Teologi PL : ALLAH  Manusia  Keselamatan.
W. Eichrodt ( 1933-1990 ) menrintis metode penggunaan contoh yang respentatif yang
mewakili keseluruahan berdasarkan suatu prinsip yang menyatukan. Sampai sekarang belum
ada konsesus tentang masalah-masalah utama dalam Teologi Perjanjian Lama.

SABAT
Asal Usul
Etimologis kata sabat tidak jelas. Banyak para ahli menyimpulkan sabat itu berasal dari
kata “syabat” atau syavat yang berarti berhenti dari sesuatu atau melepaskan ( Yos 5 : 12; Neh
6 : 3; Ayub 32 : 1; Yes 24 : 8 dsb.) ada yang ahli yang menghubungkannya dengan kata “syeba” 9
(tujuh) karena ritme 7 hari dari sabat itu.
Semua kitab hukum PL mewajibkan, agar sabat dirayakan dengan menghentikan
pekerjaan harian. Peraturan sabat yang tertua ( Kel 23 : 12 ) mendasarkan larangan berkeja
pada pertimbangan manusiawi, sebagai hari istirahat bagi manusia dan hewan.
Di samping itu Ul 5 : 15 menghubungkan perayaan sabat dengan keluaran mereka di
Mesir. Pada zaman pembuangan, bangsa Yahudi mulai menaggapi sabat, disamping sunat,
sebagai “tanda” yang membuat israel berbeda dari bangsa-bangsa lain. ( kel 31: 13-17; Yeh 20 :
12,20).
Hari sabat itu kudus dan kekudusannya dilanggar dengan berkerja ( kel 20 : 8-11 ) dalam
hubungannya dengan kejadian 1 : 1-24). Pada waktu belum pembuangan sabat diperingati
dalam suasana perayaan dengan mengunjungi bait suci ( Yes 1 : 12-13 ) dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada para nabi. ( 2 Raja 4 : 23 ).

Hari sabat dalam PL sampai PB, bahkan dalam tradisi yahudi merupakan hari yang istimewa,
menurut word study, sabat adalah hari ketujuh dikhususkan pada penciptaan. Sekalipun sabat
itu ditetapkan oleh ALLAH sendiri pada saat penciptaan, namun sebutan hari sabat yang kudus
pertama kali diberikan kepada israel dalam teks Alkitab di Kel 16 : 23.
Hari sabat atau hari yang ketujuh ini harus dipelihara dan dikhususkan untuk Tuhan kel
20 : 8 20 : 10 ). Hari itu diberkati oleh Tuhan ( Kel 20 : 11 ), dan harus dipelihara oleh Israel
selama-lamanya ( Kel 31 : 13-16; Yeh 20 : 12 ). Bahkan api tidak dapat dinyalakan dalam rumah
dimanapun pada hari sabat ( Kel 35 :3; Im 23 : 32; Neh 10:31; Yes 58 : 13; Yer 17 :22). Pada hari
itu tidak ada orang yang boleh berkerja, bahkan di kemah suci ( kel 35 :2 ).
Tujuan untuk sabat adalah hari peristirahatan bagi semua umat Tuhan, dasarnya adalah dalam
berisitirahatnya Allah dari pekerjaan pada penciptaan ( Kel 20 : 11 ), dan dari pengalaman
sejarah kerja paksa orang israel ( Ul 5 : 15 ). Sayangnya, di perjanjian lama umat Tuhan telah
mencemari sabat Tuhan ( Yeh 20 : 13; 20 : 16; 20 :20 )
(Yehezkiel 20 : 13,16,20).
Etimologis kata sabat tidak jelas. Banyak yg menyimpulkan sabat itu berasal dari kata
kerja “Syahbat” atau syavat yang berarti berhenti dari sesuatu atau melepaskan. Ada ahli yang
menghubungkannya dengan kata “Syeba” ( 7) karena ritme hari dari sabat itu.
Semua kitab hukum PL mewajibkan, agar sabat dirayakan dengan menghentikan
pekerjaan harian. Peraturan sabat yang tertua ( Kel 23 : 12 ) mendasarkan larangan berkerja
pada pertimbangan manusiawi, sebagai hari istirahat bagi manusia dan hewan.
Disamping itu Ul 5:15 menghubungkan perayaan sabat dengan keluaran mereka dari
Mesir. Pada zaman pembuangan, bangsa Yahudi mulai menganggap Sabat, disamping sunat,
sebgai “tanda” yang membuat israel berbeda dari bangsa-bangsa lain. ( Kel 31 : 13-17; Yeh 20 :
12,20 ).
Hari sabat itu kudus dan kekudusannya dilanggar dengan berkerja ( kel 20 : 8 – 11 dalam
hub dengan Kej 1 : 1-24 ). Pada waktu sebelum pembuangan bait suci.
Ada 39 perbuatan terlarang sabat, antara lain:
1. Memetik benda-benda ( Mat 12 : 2 ) dan mengangkut beban ( Yoh 5 : 10 ).
2. Seorang tabib hanya diijinkan menolong orang yang berada dalam bahaya maut ( oleh
karenanya timbul perlawanan keras atas penyembuhan-penyembuhan yang dibuat oleh
Yesus ( Mark 3 : 1-5 dst; Yoh 5 : 1-16 )
3. Sabat dalam pandangan kelompok Qumran ( Eseni ) sebagai waktu khusus untuk berdoa.
4. Orang tidak diizinkan berjalan keluar kota lebih dari 2000 langkah atau 1,5 KM ( Perjalanan
untuk sabat), kecuali membebaskan ternak dari lubang (luk 14 : 5 ). Atau membicarkan
pekerjaan harian berikut. Iya ygan menurut orang Yahudi telah dilanggar oleh Yesus. Tetapi
bagi Tuhan, sabat itu tidak mempunyai tujuan sendiri, melainkan harus menjadi berkati
untuk hidup ( Mark 2 : 27 ). Beberappa kali Yesus memancing orang ( lawannya ) supaya
mengadakan perdebatan soal sabat.
Yesus memanggil kebebasan untuk berbuat baik pada hari sabat atau menghapus sama
sekali ( mark 2 : 28 )
dari ( mat 24 : 20 ) dapat ditarik kesimpulan, bahwa para orang kristen pertama wajib
mengikuti sabat seperti mereka juga mengikuti kebiasaan Yahudi Lainnya( kis 2: 1, 46 ; 3 : 1 ;
10 :9 ). Tetapi paulus tidak mewajibkan para Kristen asal kafir untuk merayakan hari sabat
( Gal 4 : 9 -10 ), tetapi mengadakan ibadah pada hari pertama dalam Minggu Yahudi ( Kis 20 :
7; 1 Kor 16 :2 ).
Gal 4 : 9 -10 & Kis 20 : 7.
Sabat Tahunan.
Puncak sabat Tahunan dicapai pada sda setiap tahun yang ke-50. Inilah Yubilium ( Ibrani
Yovel, Domba jantan’, mengacu kepada terompet, tanduk domba jantan, dengan mana
tahun itu dirayakan. Sanksi-sangksi tahun sabat diterapkan dengan keras.disamping itu hak
milik dikembakikan kepada pemilik aslinya. Hutang-hutang dinyatakan luas, dan orang ibrani
yang menjadi budak akibat hutang dibebaskan. Saat itu adalah saat pengucapan syukur dan
tindak penerapan iman bahwa Allh akan menyediakan pangan ( Im 25 : 8 dst).
Istilah sabat ini mengacu kepada ketentuanyang dibuat mengenai Tnah perjanjian, Im 25
: 2. Menyatakan Ersyavetah a’arets syabblat, makan atanah itu harus mendapat perhentian’.
Hal itu disebut juga ‘perhentian istirahat’ dan ‘tahun perhentian’ ( Im 25 : 4-5 ). Sesudah
enam tahun tanam, pemeliharaan dan panen, tanah dibiarkan tidak ditanami setahun.
Tanaman yang tumbuh sendiri di ladang tidak boleh dipanen, tetapi di peruntukan bagi
orang miskin dan sisanya bagi hewan ( kel 23 : 11; Ul 15 : 2-18 ).
Untuk menenangkan kekuatiran umat israel akan kekurangan, Tuhan menjamin bahwa
tahun ke- 6 akan menyediakan cukup tuaian buat 3 Tahun ( Im 25 : 20 ). Sejak ssaat itu
‘Tahun perhentian’ ini mengacu kepada kemarahan Tuhan terhadap pelanggaran atas
peraturan ini.
Pada awalnya, sabat hanya menekankan perhentian dan penyegaran kembali ( baik
orang Israel, hamba, orang asing, bahkan binatang dan tanah, Ul 5 :12-15; kel 16 : 29; 23 : 12
). Namun bagi uamt kristen, pengertiaanya bila dilihat dari terang PB tidak lagi merupakan
suatu hukum. Mesias telah datang dalam Yesus sebagai penggenapan taurat ( Luk 4 : 14-
22 ), dan dimana Yesus Bertugas “menggambarkan tahun karunia Tuhan” ( Luk 4 : 18-19 )
dan dikatakan pula bahwa’ pada hari ini isi kitab yang kmu dengar itu sudah sampai’. Tahun
karunia Tuhan bagi umat Israel adalah Tahun Yobel ( Tahun ke 50, yang merupakan sabar
akbar setelah melewati 7x sabat Tahun). Dalam mat 11 : 28 Yesus mengatakan “ aku akan
memberikan kelegaan kepadamu”. Istilah Yunani untuk kelegaan adalah kata pausis
terjemahan dari kata ibrani sabat. Tuhan Yesus berfirman : Anak manusia adalah Tuhan atas
hari sabat” ( Luk 6 : 5 ).
Diantara tema teologis yang beraneka ragam dalam perjanjian lama muncul satu tema
pertama dan utama yang secara nyata menghubungkan pekerjaan Allah lintas periodik
dalam sejarah israel, yaitu tema tentang berkat. Dapat dikatakan bahwa “berkat” menjadi
saah satu fokus utama dalam teologi PL yang membangun hubungan-hubungan melintas
berbagai zaman sejarah dari tema-tema yang muncul dalam teologi Perjanjian Lama. Mulai
kejadian pasal 1 berkat ilahi sudah dinyatakan.
Kata “Berkat” berasal dari kata Ibrani barakh. Verba yang berarti memberkati, berlutut,
memberi hormat, memuliakan atau salam. Verba ini berasal dari kata benda “lutut” yang
menunjuk arti pelentukan lutut dalam pemberkatan, lalu memperoleh arti memberkati
seseorang atau sesuatu. Kata kerjanya dipergunakan ketika memuliakan Tuhan ( Kej 9 : 26 )
atau orang-orang ( Bil 24 : 9). Tuhan mempergunakan kata kerja ini ketika memberkati
Abraham ( Kej 12 : 3 ). Juga dipergunakan secara intensif ketika Allah memberkati orang-
orang, atau orang saling memberkati satu sama lain ( Yos 17 : 14 ).
Ketika dipergunakan secara efektif, kata ini menyatkan seseorang selamat atau memberi
selamat dirinya sendiri ( Ul 29 : 19 ). Arti lain adalah menekukan lutut ( 2 taw 6 : 13 ), untuk
menyambut seseorang dengan salam ( 1 sam 25 : 14 ). Kata ini dan turunannya digunakan
tidak kurang dari 324 kali diseluruh perjanjian lama, yang mencakup arti memberkati,
berlutut, memuji, memuliakan, bersyukur, menyelamati, menghormati memberi salam,
bahkan mengutuki.
Ulangan 29 : 19, 2 Taw 6 : 13,

Zaman Pra bapak leluhur dan Zaman para bapak leluhur


Tema yang pertama muncul dalam Alkitab adalah penciptaan. Menurut para ahli, motif
utama dari cerita-cerita tentang penciptaan itu adalah “berkat” Allah. Mula-mula berkat atas
segala mahlu yang hidup dilaut dan di udara ( Kej 1 : 22 ), dan atas manusia laki-laki dan
perempuan ( kej 1 : 28 ). Wujud dari berkat itu berupa kapasitas dan hasil. Ciptaan Allah
harus mudah berkembang biak dan melimpahi bumi.
Berkat Allah itu berlanjut dalam ( Kej 5:2 ) dan setelah peristiwa air bah dalam ( Kej 9 :
1 ), sekalipun tidak ada penggunaan kata “berkat” atau formula “Allah memberkati mereka,
lalu berfirman ...” disana. Tetapi dinyatakan secara tidak langsung di dalam gagasan yang
disebut “gambaran penyelamatan” ayau Heilsschilderung, termasuk di dalam ayat-ayat
sebelum masa para kontak leluhur ( Kej 3 : 15 ; 9 : 27 ). Sehingga berkat terdapat dalam
konsep, formula dan tindakan penyelamatan ilahi.
Tema “berkat” secara jelas muncul secara luas menghubungkan Kej 1 – 11 dan zaman
para budak leluhur dalam pengulangan rangkap lima dari berkat yang diberikan kepda
Abraham dalam ( Kej 12 : 1-3 ). Berkat itu kemudian kepada seorang dari keluarga semit dari
antara segala bangsa keluarga lain yang semakin hari semakain menjauh. Abraham menjadi
baapak leluhur pertama yang menerima berkat dalam motif “janji” dari sang pencipta. Kata
kejra “memberkati” muncul sebanyak 82 x di dalam narasi tentang bapak leluhur yang
berkenaan dalam “janji” kepada mereka. pola itu berkesinambungan kepada Ishak ( Kej 26 :
24 ), bahkan formulasi berkat dalam konteks penciptaan muncul kembali. ( Kej 35 : 11 ).
Konsep tentang berkat mengandung ide tentang “berhasil” dalam suatu usaha atau
dijadikan makmur oleh Allah. Kata berhasil dipakai kata tsalah yang berarti menjadikan
makmur, mendatangkan, keberhasilan, digunakan dalam Kej 24 : 21, 40, 42, 56, sepadan
dengan kata barak atau memberkati ( kej 24 : 1, 27, 31 ). Secara terpandu menunjukan
bahwa berkat Allah yang menyertai bapak leluhur membuat segala sesuatu yang mereka
usahakan berhasil. Dengan demikian “berkat” melintasi kedua zaman melalui transisi “janji”,
walaupun tidak ada kata Ibrani yang khusus untuk “janji”.
Sementara itu, Allah terus menyatakan pekerjaan-Nya dengan memberikan kelepasan
pada masa yang akan datang dengan membekali manusia dan seluruh ciptaan dengan
kapasitas dan buah-buah keberhasilan. Berkat dan janji seringkali muncul dalam kedua
zaman dalam tindakan penyelamatan Allah ( Heilsschilderung ).
Tema janji dan “berkat” zaman bapak leluhur memiliki hubungan dengan zaman musa
yang dalam perkembanganya diteguhkan melalui pemberian hukum Taurat hubungan antara
“janji” dan “Hukum taurat” zaman musa yang paling jelas muncul dalam formula pernyataan
Allah di keluaran 20 :2 ( dan kurang lebih 125 sisanya di seluruh PL), yang berbunyi : Akulah
Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.”
Mirip dengan formula dalam Kej 15 : 7 kepada Abraham. Demikian juga kenyataan dalam Kej
15 : 7 dengan Kel 19 : 18 tetang nyala api yang menyertai peristiwa perjanjian. Hubungan
lainnya yang melintas zaman bapak purba lelhur dan zaman musa, dalam ungkapan “ Allah
ayahku/ayahmu" ( Kej 6 :24; 28:13; 31:5, 42; 32 : 9 cf. Kel 3 :6; 15 : 2; 18 : 4 ).
Berdasarkan penelitian teks ternyata bahwa setiap perbuatan Allah dalam keluaran
langsung berhubungan dengan “perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak & Yakub ( Kel 2 : 24;
3:13, 15-16; 4:5; 6:3, 5, 8). Demikian juga janji tentang “tanah”, merupakan lanjutan dari
sumpah kepada bapak leluhur ( kel 6:4, 8; 13:5,11; 32:13; 33:1; Bil 10 :29; 11:12; 14:23;
32:11). Tetapi dala perwujudan operasionalnya, pemberian “janji” hukum taurat di zaman
musa disertai pula tuntutan dan kewajiban. Ini menjadi pembeda berkat antara bapak
leluhur dengan berkat atas zaman Musa, jika dalam kitab itu menggambarkan anugerah
Allah dalam perjanjian dengan tuntutan atau syarat berupa perintah untuk taat dari iman
saja, maka pada zaman Musa dengan kewajiban melakukan hukum taurat.
Dengan demikian hubungan “berkat” zaman bapak leluhur dan zaman musa dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Baik berkat pada masa leluhur maupun hukum taurat diprakasai oleh Allah yang
sama.
b. Hukum Taurat bukanlah peraturan untuk memperoleh keselamatan, tetapi alat untuk
memelihara persekutuan dengan Tuhan, bukan dasar untuk membangun
persekutuan itu.
c. Hukum Taurat merupakan hukum yang meminta suatu standar hidup kudus yang
sama dengan sifat Allah, dan bagi yang gagal menaatinya dibutuhkan pengampunan
dosa dan pendamaiaan melalui darah korban persembahan.
d. Konteks setiap tuntutan hukum taurat merupakan nuansa anugrah: “akulah Tuhan
Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah mesir,” sama seperti anugrah
yang diberikan kepada bapak leluhur.
Zaman Pra monarki dan Zaman Daud
Bagian Utama yang menjalin tema berkat zaman pra-monarkhi muncul dalam kitab-
kitab Ulangan, Yosua, Hakim-hakim dan 1 Samuel yang dilihat dari aspek “Perjanjian”. Berkat itu
disertai tuntutan agar “ berpegang pada perintah”, peraturan dan ketetapan” Allah,
Hidup”mengikuti jalan Tuhan” dan melakukan apa yang benar dimata Tuhan”. dan sebagainya.
Berkat itu berhubungan dengan keturunan, tanah, pemberian para hakim ( Penyelamat /
Kebebasan ) dan pendirian monarki.
Sedangkan puncak dari berkat itu terlihat dalam tema sentral janji kepada Daud di 2
samuel 7. Secara garis besar berkat itu berhubungan dengan zaman sebelum, pada, dan
menjangkau jauh sesudah Daud, dengan beberapa pokok diantaranya:
7:9 “ Aku membuat besar namamu” ( Kej 12 : 2 dll )
7:10 “aku aka menentukan tempat bagi umatku israel dan menanamkannya
7:12 “Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian ( Kej 17:7-10, 19 ).
7:14 “Ia akan menjadi anak-Ku ( Kel 4 : 22 )
23-24 “Dan bangsa manakah dibumi seperti umat-Mu israel, yang Allahnya pergi memebas-
kannya menjadi umat-Nya ? engkau telah mengkokohkan bagi-Mu Umat-Mu Israel menjadi
Umat-Mu untuk selama-lamanya, dan engkau, ya Tuhan, menjadi Allah mereka ( Kej 17 :7-8;
28 : 21; Kej 6:7 )
Sastra hikmat adalah salah satu deretan kepustakaan PL yang isinya berupa pribahasa
penek ( Amsal ), renungan-renungan mengenai kehidupan ( Pengkotbah), dan percakapan-
percakapan mengenai problem Hidup ( Ayub ). Pokok pikirannya tercemin dalam kata Ibani
Hokma dari akar kata yang berarti teguh dan berpengalaman. Sebuah kata benda feminim yang
berarti kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman, ketajaman pikiran.
Hikmat adalah salah satu perkataan kebijaksanaan dalam Amsal, pengkotbah, Ayub dan
literatur hikmat lainnya yang tersebar di seluruh PL titik ketinggian dari kata konsep ini terdapat
pada di Amsal 8 : 1,11-12. Di amsal 8 : 22-31, kebijaksanaan itu dipersonifikasikan seperti
manusia. iniadalah kebaikan Tuhan dan dengan demikian tidak bisa dipisahkan dengan tata
penciptaan ( Ayub 28 : 12,20,21,28; Ams 1 : 7; 8 :13 ) Hikmat adalah kompetensi untuk
menjalani kehidupan yang sukses ( Amsal 1 : 5 ) tempatnya berada dalam “hati” yang menjadi
tempat pengambilan keputusan yang bermoral dan berakal ( 1 Raja 3 : 9, 12).
Kata kunci untuk menikmati berkat pada zaman sastra Hikmat, adalah “takut akan Tuhan”
yang berarti menjauhi kejatahan. Tema ini sudah terlihat dalam kehidupan iman ambraham
( Kej 22 :12 ), Yusuf ( Kej 42 : 18 ), Ayub 1 :1, 6-9; 2-3 ), dan para bidan bagi orang ibrani di mesir
( Kel 1 : 15-21 ).
Dalam kitab Amsal “ takut akan Tuhan” menjadi motto yang menghasilkan “hikmat”
( Ams 1 : 7). Ketakutan yang sehat seperti itu memperpanjang umur, menghasilkan kelimpahan
hidup ( Ams 10 : 27; 4 : 27; 19:23; 22:4). Bahkan, menghasilkan buah iman.
Tema takut akan Tuhan juga memberikan begitu banyak konsep yang digunakan oleh sebagian
para nabi. Banyak teknik, cerita atau pola nabi sudah umum bagi orang-orang bijak. Misalnya
model X + 1 dari Amos (“karena tiga.. bahkan empat”) ( Am 1:3, 6, 9, 11,13 ), pernyataan retorik
yang berpusat pada alam ( Ams 6 : 12 ), penggunaan kiasan tentang anggur ( Yes 5 ),
perumpamaan tentang petani ( Yes 28 : 23-29 ); penggunaan ungkapan “Menerima hajaran”
(Musar) dsb di Ter 2 : 30; 5:3; 7:28; 32:33; 35:13; Yeh 18 : 1 ).
Tetapi puncak doktrin tentang hikmat dan janji yang berkaitan langsung adalah nubuat dalam
Yes 11:1-2 yang berhubungan langsung dengan Daud.
Fakta menunjukan bahwa ibadah memegang peranan sentral dalam semua agama di dunia.
Tanpa ibadah, agama akan kehilangan hakikatnya.
Melalui ibadah orag mengadakan hubungan vertikal dengan yang illahi dan mewujudkan
nilai-nilai rohaninya dalam kehidupan bersama ( Horizontal ). Ibadah menjadi ciri hidup dari
relasi yang benar manusia terhadap Allah, terhadap tindakan-tindakan-Nya yang penuh kuasa
yang berpuncak pada tindakan pendamaian dalam Kristus.
Ibadah adalah kegiatan puji-pujia dalam penyembahan yang mensyukuri kasih Allah
yang merangkul menusia dan kebaikan kasih-Nya yang menebus.
Ibadah adalah suatu bakti kepada sang pencipta dan persembahan hidup secara
keseluruhan kepada Allah.
Banyak hal yang bisa dicontohi dari kehidupan orang-orang percaya dalam zaman
perjanjian Lama, khususnya dalam cara mereka beribadah.
Kosa kata ibadah dalam Alkitab sangat luas, tetapi konsep asasinya baik dalam PL maupun PB
ialah ‘pelayanan’. Kata ibrani ‘Avoda’ dan Yunani ‘Lateria’ pada mulanya menyatakan pekerjaan
budak atau hamba upahan. Dan dalam rangka mempersembahkan ‘ibadat’ ini kepada Allah,
maka para hamba-Nya harus meniarap, kata Ibrani hisytakhawa, atau Yunani Proskuneo, dan
dengan demikian mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh
puja.
Kata ibadah sebenarnya berasal dari kosa kata “Abodah” atau ibadah ( Bahasa arab) yang
secara harafiah berarti bakti, Hormat, penghormatan, atau “sikap dan Aktivitas” yang mengakui
dan menghargai seseorang ( atau yang ilahi ). Atau dapat juga dikatakan suatu penghormatan
hidup yang mencakup kesalehan ( yang diatur dalam suatu tata cara ), yang implikasinya
nampak dalam tingkah laku dan aktivitas sehari-hari. Jadi ibadah disini merupakan ekspresi dan
sikap hidup yang penuh bakti ( penyerahan diri ) kepada yang ilahi. Istilah ibadah di PL pertama
sekali dipakai di keluaran 3 : 12, menggunakan kosa kata ta’abdun, dari kata abad.
Selanjutnya Ulangan 4 : 19 , dan ditempat lain, muncul kata ibadah ( dalam Indonesia)
yang memaki kata Shakha . kata abodah atau abdi atau ta’abdun dalam septuaginta ( LXX )
sinonim dengan kata , dari akar kata latreuo ( ) . kata ibrani shakha dalam septuaginta sinonim
dengan kata proskyneses, dari kata dasar Proskoneo (G4352) yang berarti menyembah atau
mencium tangan.
Jika kedua kata tersebut dipadukan, maka dapat dikatakan bahwa ibadah adalah sikap
melayani, mendengar, melaksanakan, memelihara, memuja, menundukan diri, menyembah
seseorang atau sesuatu yang lebih tinggi, dalam hal ini berarti pemujaan. Ibadah berarti suatu
respon hormat, tunduk & taat, menghormati, khususnya kepada Tuhan atas apa yang telah ia
lakukan.
POLA-POLA IBADAH
Dalam PL ada beberapa contoh ibadah pribadi ( Kej 4:4; 24:26; Kel 33:9-34:8). Tetapi
tekanannya adalah pada ibadah dalam jemaat ( Maz 42 :4; 1 Taw 29 : 20 ). Terlepas dari korban-
korban harian setiap pagi atau sore, perayaan paskah dan hari pendamaian merupakan hal
penting dalam kalender tahunan Yahudi. Upacara agamawi berupa pencurahan darah,
pembakaran kemenyan, penyampaian berkat immamt dan lain-lain. Cenderung menekankan
segi upacaranya sehingga mengurangi segi rohaniah, bahkan sering memperlihatkan antara
kedua sikap itu ( Mzm 40 : 6; 50:7; Mi 6:6-8 ).
Tetapi banyak ibadah yang di israel yang merupakan ibadah umum, misalnya di maz 93;
95-100 dan doa-doa bersama, misalnya Mzm 60;79-80 dan memamfaatkannya untuk
mengungkapkan kaish dan syukur mereka kepada Allah ( ul 11 : 13 ) dalam tindakan ibadah
rohaniah batiniha yang sungguh-sungguh.
Musa adalah tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari Ibadah umat yang diorganisir, dan
yang menjadikan Tuhan sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah umat organisir di dalam
kemah pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai pelayanan suci dari uamt untuk memuji
Tuhan.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah kemah pertemuan, lahiriah Bait Suci sebagai
tempat ibadah bagi israel. Ketika bait suci dihancurkan oleh babel, aka terbentuklah kebaktian
sinagoge, karena pelaksanaan ibadah tetap dirasakan sebagai kebutuhan penting.
Disamping tempat ibadah, orang Yahudi juga memiliki kalender tahunan untuk upacara
agamawi adalah: hari raya paskah ( Kel 12:23-27 ), Hari raya pendamaian ( Im 16 : 29-34 , Hari
raya pentakosta, Hari raya pondok daud, dan Hari raya roti tidak beragi ( Kel 12 : 14-20 ).
Pemimpin ibadah di bait suci dan sinagoge adalah para imam. Mereka adalah keturunan lewi
yang telah dikhusukan untuk tugas pelayanan ibadah. Para imam memimpin ibadah umat pada
setiap hari sabat dan pada Hari Raya agama lainnya. Ibadah di Sinagoge terdiri dari : Shema,
Doa pembacaan kitab suci dan penjelasannya.

Anda mungkin juga menyukai