Faizah Nurrahma
06040121103@student.uinsby.ac.id
ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai amar ma’ruf. Adapun pembahasan nya meliputi
pengertian, tarikh, hukum, syarat, dan rukun amar ma’ruf nahi munkar. Dewasa
ini, hakikat amar ma’ruf nahi munkar secara komprehensif belum dikaji terlalu
dalam sehingga dipusatkan artinya dalam konteks dakwah, sebaliknya terdapat
makna sosial yang sangat penting didalamnya. Semua nabi dan rasul mengemban
misi suci, yaitu dengan dakwah dengan amar ma’ruf nahi munkar, karena
kemungkaran, kedzaliman dan kemaksiatan itu selalu terjadi pada masyarakat.
Tujuan penelitian ini ada untuk mengetahui makna yang terkandung dalam amar
ma’ruf nahi munkar. Metode penelitian pada artikel ini adalah kajian literatur
(literature research) yakni dengan mengamati dengan seksama hakikat dan ruang
lingkup amar ma’ruf nahi munkar. Hasil penelitian mengenai hakikat dan ruang
lingkup amar ma’ruf nahi munkar dapat diulas yakni amar ma’ruf nahi munkar
memiliki aspek-aspek yang banyak, baik yang berkaitan dengan pengertian,
tarikh, hukum, rukun, dan syarat serta penerapannya. Maka dari itu, pesan yang
tersirat terkait hakikat amar ma’ruf nahi munkar ialah muslimin dan muslimat
harus ikut berkontribusi untuk bangsa dan negara apalagi untuk umat muslim
lainnya. Jadi tidak hanya mementingkan diri sendiri akan tetapi harus
mementingkan orang lain juga supaya dapat mewujudkan kehidupan
bermasyarakat yang baik.
Kata kunci : Amar Ma’ruf, Nahi Munkar, Dakwah, Al-Qur’an
ABSTRACT
This article discusses amar ma'ruf. The discussion includes understanding, dates,
laws, conditions, and the pillars of amar ma'ruf nahi munkar. Today, the nature of
amar ma'ruf nahi munkar comprehensively has not been studied too deeply so that
its meaning is concentrated in the context of da'wah, on the contrary, there is a
very important social meaning in it. All prophets and apostles carried out a holy
mission, namely by preaching with amar ma'ruf nahi munkar, because evil,
tyranny and disobedience always occur in society. The purpose of this research is
to find out the meaning contained in amar ma'ruf nahi munkar. The research
method in this article is literature research, namely by carefully observing the
nature and scope of amar ma'ruf nahi munkar. The results of research regarding
the nature and scope of amar ma'ruf nahi munkar can be reviewed, namely amar
ma'ruf nahi munkar has many aspects, both related to understanding, dates, laws,
1
2
pillars, and terms and their application. Therefore, the implied message related to
the essence of amar ma'ruf nahi munkar is that Muslims and muslimat must
contribute to the nation and state, especially for other Muslims. So you don't only
care about yourself, but you have to care about other people too in order to create
a good social life.
Keywords: Amar Ma'ruf, Nahi Munkar, Da'wah, Al-Qur'an
A. Pendahuluan
Sumber hukum islam yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada
utusannya yakni Nabi Muhamad Saw. ialah Al-Qur’an. Al-qur’an ini
diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak. Seperti yang telah disebutkan dalam firman
Allah Swt. yang tercantum dalam Qur’an surah an-Nahl ayat 64, yang
mempunyai arti “Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-kitab (al-
Qur’an) melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan ramat bagi kaum
beriman.”1
Al-Qur’an yang dijadikan pedoman dan petunjuk oleh umat islam
dalam penentuan bekal hidup manusia dalam mendekatkan dirinya kepada
tuhan-Nya baik di dunia dan di akhirat. Selain dengan tuhan-Nya, manusia
juga harus memperbaiki hubungan antara manusia satu dengan manusia
yang lainnya. Didalam al-Qur’an sudah dijelaskan dalam Surah An-Nisa
ayat 36 Al-Qur’an, dalam ayat ini menceritakan bagaimana kita harus
berhubungan baik dengan manusia (hablumminannas) dan berhubungan
baik dengan Allah (hablumminaallah). 2
Sebenarnya sumber hukum dalam Islam ini banyak, namun yang
paling utama dan terutama ialah Al-Qur’an, karena jika kita paham dan
mentadabburi Al-Qur’an, kita akan menemukan jawaban dari dalam
masalah-masalah syari’at. Didalamnya banyak penjelasan-penjelasan
mengenai persoalan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, yakni
salah satunya adalah amar ma’ruf nahi munkar. 3
Di dalam Al-Qur’an, penyebutan kata amar ma’ruf nahi munkar,
yakni kalimat yang ditulis secara bersamaan disebut sebanyak 9 kali yang
terdapat pada surah yang berbeda-beda. Adapun kata ma’ruf, disebutkan
dalam Al-Qur’an sebanyak 39 kali disebutkan dalam surah yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan banyaknya penyebutan kata Amar
Ma’ruf Nahi Munkar dalam Al-Qur’an, haruslah ditegakkan dan
dilaksanakan dalam Islam, maka dari itu ulama dan para tokoh muslim
menjadikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar perhatian yang cukup besar.
1
Al-andalus, Al-Quran dan Terjemahan Per ayat, Cordoba Internasional Indonesia, 486
2
Eko Purwono dan M. Wahid Nur Tualeka, ―Amar Ma„ruf Nahy Munkar Dalam Perspektif
Sayyid Guthb‖, Jurnal Studi Agama-Agama, Vol. 1, No. 2, 2015, 2.
3
Adfan Hari Saputro dan Sudarno Shobron, ―Konsep Syura Menurut Hamka dan M.Quraish
Shihab (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbah) Wahana Akademika, Vol. 3
No. 2, Oktober 2016, 60.
3
4
B. Metode penelitian
Dalam menyusun artikel ini, saya menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka.6 Riset pustaka menggunakan
sumber perpustakaan untuk mendapatkan data penelitian. Kegiatan
penelitian ini tidak memerlukan riset lapangan, namun hanya pada bahan-
bahan koleksi perpustakaan. Biasanya riset profesional adalah yang
memadukan riset pustaka dan lapangan atau ditekankan salah satunya.
Namun beberapa peneliti atau ilmuwan khususnya yang mengkaji ilmu
bidang sejarah, sastra, dan studi agama, bahkan ada juga pada bidang
kedokteran dan biologi yang tidak selamanya membutuhkan riset
lapangan.7 Begitu pun kami yang meneliti di bidang studi agama,
khususnya membahas tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Berikut alasan
mengapa para peneliti hanya membatasi pada riset pustaka:
4
Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, ―Makna Amar Ma„ruf nahi mungkar Menurut Muhammad
Asad Dalam Kitab The Message of The Qur‘an‖, Jurnal Wardah, Vol.18, No.2, (2017), 96.
5
Badarus Syamsi, ―Perbedaan Corak Pemahaman Agama Antara Fundamentalisme Dan
Liberalisme Serta Dampaknya Bagi Timbulnya Konflik Keagamaan,‖ Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran
Islam 14, no. 1 (2014): 1–2.
6
Mahmud, Educational Research Methods (Bandung: Fidela Leganto, 2011), 31.
7
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor, 2008), 1-3.
5
C. Hasil penelitian
Hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan dengan metode
penelitian kepustakaan (library research) antara lain mengenai pengertian
Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Sejarah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Hukum
Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Rukun-Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
Syarat-Syarat Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Dan Kontekstualisasi Dakwah
Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
D. Pembahasan
1. Definisi Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Kata amar, secara bahasa artinya memerintahkan. Kata ma’ruf,
secara bahasa artinya kebaikan, kata nahi secara Bahasa artinya
mencegah, sedangkan munkar secara bahasa berarti munkar. 8
8
Eko Purwono dan M. Wahid Nur Tualeka, ―Amar Ma„ruf Nahy Munkar dalam Perspektif
Sayyid Guthb‖, Al-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama/Vol. 1, No. 2, 2015, 2
6
kepada kebajikan dalam hidup yang telah dibina oleh agama Islam dan
menjauhkan keburukam apa yang telah dilarang oleh agama. 12
Adapun dari lingkup Mu’tazilah menyebut amar ma’ruf nahi
munkar sebagai tiang agama yang paling utama dilaksanakan dalam
islam, selain sholat, puasa dan zakat. Ulama ahlu sunnah wal jama’ah
juga menjelaskan pendapat mereka bahwa hukum menanamkan amar
ma’ruf nahi munkar adalah wajib.
Ibnu Katsir pun menanggapi, seorang ahli tafsir mengungkapkan
mengutarakan pendapat yang terdapat dalam bukunya terkait ayat-ayat
amar ma’ruf nahi munkar, pendapatnya adalah beliau mewajibkan atas
setiap masing-masing agar mengajak dan melakukan perintah amar
ma’ruf nahi munkar ini.13
12
Zakiyatul Fakhiroh, ―Amar Ma„ruf Nahyi Munkar: Analisis Semiotik Dalam Film Serigaia
Terakhir‖, Komunika, Vol. 5, No. 1, Januari - Juni 2011, 126
13
Eko Purwono dan M. Wahid Nur Tualeka, Amar Ma„ruf Nahy Munkar, 04.
14
Abdul Karim Syeikh, ―Rekonstruksi Makna dan Metode Penerapan Amar Ma„ruf Nahi
Mungkar Berdasarkan Al-Qur‘an‖, Al-Idarah, Vol. 2, No. 2, Juli – Desember 2018, 6
15
Nor Amalina Abd Rahman Sabri & Wan Hishamudin Wan Jusoh, Amar Ma„ruf Nahi Mungkar
Approach According To Al-Jilani In Kitab Al-Ghunyah Against Integrity Problem, Malaysian
Journal For Islamic Studies, Vol 3, Bil 2 2019, 12.
8
16
Muhammad Sabir, ―Amar Ma„ruf Nahi Mungkar (studi pendekatan hadist dakwah dalam
perubahan sosial) Jurnal Potret Pemikiran, Vol 19, No 2. 2015, 16.
10
17
Sabir, Amar Ma„ruf Nahi Mungkar, hal 16.
18
Sabir, Amar Ma„ruf Nahi Mungkar, hal 17.
11
memang berat untuk dijalani oleh orang mukmin, tugas sebagai nabi
maupun sebagai kepala negara.19
19
M. Nur Asnawi, ―Pelimpahan Wewenang Ajaran Hisbah Di Indonesia‖, Jurnal Ulul Albab,
Vol. 6 No. 1, 2005, 187
13
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” Dari ayat ini dapat kita lihat dari
kata “waltakun” atau bisa disebut sebagai fi’il amr, maka dari itu
beberapa ulama memutuskan, fardhu kifayah atau wajib merupakan
hukum dari perintah beramar ma’ruf nahi munkar. 22
Dapat ditarik kesimpulan bahwa amar ma’ruf nahi munkar,
hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim, namun juga harus sesuai
dengan batas kesanggupannya. Dalam ayat al-Qur’an juga sudah
dijelaskan hal ini merupakan amanah atau titipan dari Allah Swt.
Untuk dilakukan umat muslim. Seperti yang dikatakan oleh Imam al-
Nawawi yakni mengajak atau menyerukan kebaikan atau yang biasa
disebut ma’ruf dan mencegah dalam kemunkaran atau yang biasa
disebut dengan munkar, hukumnya adalah fardhu kifayah. Selain
Imam al-Nawawi, adapun seorang mufassir yakni Ibnu Taimiyah yang
mengartikan wajib adalah hukum dalam ber amar ma’ruf nahi munkar.
Apalagi setiap muslim yang masih mampu. Dapat dilihat dari
ungkapan tersebut dinamakan fardhu kifayah adalah Jika sebagian
kelompok sudah mengerjakan suatu hal amar ma’ruf nahi munkar
berarti gugur kewajiban sebagian kelompok lainnya. Akan tetapi, hal
ini bukan berarti jika kita ingin ber amar ma’ruf nahi munkar tidak
boleh. Tetap boleh dan tetap dikerjakan sebagai umat muslim yang
baik.23
22
Syamsuri ―Ontologi Dakwah ( Upaya Membangun Keilmuan Dakwah)‖ Jurnal Hunafa, Vol.
No. 2, 2006, 196
23
Yazid, Amar Ma„ruf Nahi Mungkar menurut Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah (Jawa Barat; Pustaka
Khazanah Fawa‘id, 2017), 53-54.
15
24
Hasan Su‘aidi, ―Konsep Amar Ma„ruf Nahi Mungkar Perspektif Hadist, Jurnal Penelitian,
Vol. 6. No, 2, 10.
17
d. Bersikap sabar
Sabar merupakan sikap menahan emosi dan keinginan, serta
bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Seseorang
yang bersikap sabar mampu mengendalikan diri dari emosinya.
Sikap didalamnya yakni tenang dalam menghadapi pelaku
kemunkaran dan yang paling penting adalah selalu menjaga
eksistensi antara akal dan emosi yang diluapkan. Boleh emosi
tapi jangan sampai kehilangan akal.
e. Rela mengorbankan apapun
Sikap yang ikhlas terhadapa apa yang menjadi kepemilikannya
diberikan kepada orang lain. Bisa berupa waktu, pikiran,
tenaga, kemampuan, harta dan lain sebagainya. Hal ini juga
sangat penting dalam ber amar ma’ruf nahi munkar. Walaupun
untuk pengerjaannya juga susah, namun inilah salah satu syarat
yang harus dipenuhinya. 25
1) Harus jelas atas tujuan kebaikan dari hal yang munkar dan cepat
diselesaikan. Sebelumnya juga dijelaskan bahwa harus mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang ma’ruf dan
mana yang munkar. Perbuatan yang ma’ruf harus dilaksanakan dan
ditegakkan sedangkan perbuatan yang munkar harus ditinggalkan.
Hal ini kita sebagai pelaksana amar ma’ruf nahi munkar harus ber
tabayyun terlebih dahulu agar nanti jatuhnya tidak fitnah. Kita haru
mencari kejelasan kebenaran terlebih dahulu dan mencari adanya
kepastian bahwa sesuatu tersebut perbuatan yang munkar atau
25
Abdul Karim Syeikh, ―Rekonstruksi Makna dan Metode Penerapan Amar Ma„ruf Nahi
Mungkar Berdasarkan Al-Qur‘an,‖ Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, 18-19.
19
E. Kesimpulan
Melalui pembahasan dari awal pengertian, rukun, hukum, dan
syarat amar ma’ruf nahi munkar. Pengertiannya amar ma’ruf nahi munkar
dapat dipersingkat atau agar kita bisa memahaminya yakni perbuatan yang
mengundang kepada kebaikan dan mencegah segala kemunkaran,
sedangkan rukunnya haruslah terdapat orang yang melakukan kebaikan
dan orang yang melakukan keburukan. Adapun syarat dari orang yang
melakukan kebaikan haruslah sabar dan bersikap lemah lembut, seperti
apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dapat ditarik konklusi
bahwa memang perbuatan amar ma’ruf nahi munkar ini memang tugas
yang berat, tidak semua muslim bisa melakasanakannya. Akan tetapi, tidak
ada salahnya jika kita sebagai muslim juga berkontribusi didalamnya dan
ber amar ma’ruf lah kalian terhadap diri sendiri, keluarga maupun orang
lain. Selain kita harus patuh terhadap ajaran agama Islam, kita juga harus
mencegah kemunkaran daripada diri kita sendiri maupun orang lain.
Karena sebaik-baik manusia adalah yang selalu menebarkan kebaikan
didunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak.
21
DAFTAR PUSTAKA