Anda di halaman 1dari 23

AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

Faizah Nurrahma

06040121103@student.uinsby.ac.id

ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai amar ma’ruf. Adapun pembahasan nya meliputi
pengertian, tarikh, hukum, syarat, dan rukun amar ma’ruf nahi munkar. Dewasa
ini, hakikat amar ma’ruf nahi munkar secara komprehensif belum dikaji terlalu
dalam sehingga dipusatkan artinya dalam konteks dakwah, sebaliknya terdapat
makna sosial yang sangat penting didalamnya. Semua nabi dan rasul mengemban
misi suci, yaitu dengan dakwah dengan amar ma’ruf nahi munkar, karena
kemungkaran, kedzaliman dan kemaksiatan itu selalu terjadi pada masyarakat.
Tujuan penelitian ini ada untuk mengetahui makna yang terkandung dalam amar
ma’ruf nahi munkar. Metode penelitian pada artikel ini adalah kajian literatur
(literature research) yakni dengan mengamati dengan seksama hakikat dan ruang
lingkup amar ma’ruf nahi munkar. Hasil penelitian mengenai hakikat dan ruang
lingkup amar ma’ruf nahi munkar dapat diulas yakni amar ma’ruf nahi munkar
memiliki aspek-aspek yang banyak, baik yang berkaitan dengan pengertian,
tarikh, hukum, rukun, dan syarat serta penerapannya. Maka dari itu, pesan yang
tersirat terkait hakikat amar ma’ruf nahi munkar ialah muslimin dan muslimat
harus ikut berkontribusi untuk bangsa dan negara apalagi untuk umat muslim
lainnya. Jadi tidak hanya mementingkan diri sendiri akan tetapi harus
mementingkan orang lain juga supaya dapat mewujudkan kehidupan
bermasyarakat yang baik.
Kata kunci : Amar Ma’ruf, Nahi Munkar, Dakwah, Al-Qur’an
ABSTRACT
This article discusses amar ma'ruf. The discussion includes understanding, dates,
laws, conditions, and the pillars of amar ma'ruf nahi munkar. Today, the nature of
amar ma'ruf nahi munkar comprehensively has not been studied too deeply so that
its meaning is concentrated in the context of da'wah, on the contrary, there is a
very important social meaning in it. All prophets and apostles carried out a holy
mission, namely by preaching with amar ma'ruf nahi munkar, because evil,
tyranny and disobedience always occur in society. The purpose of this research is
to find out the meaning contained in amar ma'ruf nahi munkar. The research
method in this article is literature research, namely by carefully observing the
nature and scope of amar ma'ruf nahi munkar. The results of research regarding
the nature and scope of amar ma'ruf nahi munkar can be reviewed, namely amar
ma'ruf nahi munkar has many aspects, both related to understanding, dates, laws,
1
2

pillars, and terms and their application. Therefore, the implied message related to
the essence of amar ma'ruf nahi munkar is that Muslims and muslimat must
contribute to the nation and state, especially for other Muslims. So you don't only
care about yourself, but you have to care about other people too in order to create
a good social life.
Keywords: Amar Ma'ruf, Nahi Munkar, Da'wah, Al-Qur'an
A. Pendahuluan
Sumber hukum islam yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada
utusannya yakni Nabi Muhamad Saw. ialah Al-Qur’an. Al-qur’an ini
diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak. Seperti yang telah disebutkan dalam firman
Allah Swt. yang tercantum dalam Qur’an surah an-Nahl ayat 64, yang
mempunyai arti “Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-kitab (al-
Qur’an) melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan ramat bagi kaum
beriman.”1
Al-Qur’an yang dijadikan pedoman dan petunjuk oleh umat islam
dalam penentuan bekal hidup manusia dalam mendekatkan dirinya kepada
tuhan-Nya baik di dunia dan di akhirat. Selain dengan tuhan-Nya, manusia
juga harus memperbaiki hubungan antara manusia satu dengan manusia
yang lainnya. Didalam al-Qur’an sudah dijelaskan dalam Surah An-Nisa
ayat 36 Al-Qur’an, dalam ayat ini menceritakan bagaimana kita harus
berhubungan baik dengan manusia (hablumminannas) dan berhubungan
baik dengan Allah (hablumminaallah). 2
Sebenarnya sumber hukum dalam Islam ini banyak, namun yang
paling utama dan terutama ialah Al-Qur’an, karena jika kita paham dan
mentadabburi Al-Qur’an, kita akan menemukan jawaban dari dalam
masalah-masalah syari’at. Didalamnya banyak penjelasan-penjelasan
mengenai persoalan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, yakni
salah satunya adalah amar ma’ruf nahi munkar. 3
Di dalam Al-Qur’an, penyebutan kata amar ma’ruf nahi munkar,
yakni kalimat yang ditulis secara bersamaan disebut sebanyak 9 kali yang
terdapat pada surah yang berbeda-beda. Adapun kata ma’ruf, disebutkan
dalam Al-Qur’an sebanyak 39 kali disebutkan dalam surah yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan banyaknya penyebutan kata Amar
Ma’ruf Nahi Munkar dalam Al-Qur’an, haruslah ditegakkan dan
dilaksanakan dalam Islam, maka dari itu ulama dan para tokoh muslim
menjadikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar perhatian yang cukup besar.

1
Al-andalus, Al-Quran dan Terjemahan Per ayat, Cordoba Internasional Indonesia, 486
2
Eko Purwono dan M. Wahid Nur Tualeka, ―Amar Ma„ruf Nahy Munkar Dalam Perspektif
Sayyid Guthb‖, Jurnal Studi Agama-Agama, Vol. 1, No. 2, 2015, 2.
3
Adfan Hari Saputro dan Sudarno Shobron, ―Konsep Syura Menurut Hamka dan M.Quraish
Shihab (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbah) Wahana Akademika, Vol. 3
No. 2, Oktober 2016, 60.
3
4

Istilah amar ma’ruf nahi munkar yang dapat diartikan mengajak


sesame manusia kepada suatu kebaikan dan mencegah orang lain dari
kemunkaran. Hal ini merupakan salah satu amanat yang diamanatkan oleh
Allah bagi kaum muslimin, baik bagi pribadinya sendiri sekaligus bagi
orang lain. Amanat ini merupakan referensi satu-satunya didalam
penyebaran tugas dakwah Islam untuk mencapai kesejahteraan. Meskipun
amanat amar ma’ruf nahi munkar telah dikenal banyak orang dan dilebar
luaskan di kelompok umat Islam, namun masih saja ada segelintir
kemunkaran yang dilakukannya. Oleh karena itu, ini menjadi tanggung
jawab bersama bahwa kita sebagai umat muslim juga harus menyebarkan
misa dakwah Islam ini. 4
Membahas mengenai amar ma’ruf nahi munkar ini seperti
menjelaskan mngenai adanya cara untuk menjadikan diri sendiri maupun
orang lain menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Namun, tidak asal
menciptakan yang baik saja, akan tetapi tetap melihat konsep toleransi dan
reward kepada orang lain supaya tidak mengakibatkan hal-hal mudhorot
terjadi.5

B. Metode penelitian
Dalam menyusun artikel ini, saya menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka.6 Riset pustaka menggunakan
sumber perpustakaan untuk mendapatkan data penelitian. Kegiatan
penelitian ini tidak memerlukan riset lapangan, namun hanya pada bahan-
bahan koleksi perpustakaan. Biasanya riset profesional adalah yang
memadukan riset pustaka dan lapangan atau ditekankan salah satunya.
Namun beberapa peneliti atau ilmuwan khususnya yang mengkaji ilmu
bidang sejarah, sastra, dan studi agama, bahkan ada juga pada bidang
kedokteran dan biologi yang tidak selamanya membutuhkan riset
lapangan.7 Begitu pun kami yang meneliti di bidang studi agama,
khususnya membahas tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Berikut alasan
mengapa para peneliti hanya membatasi pada riset pustaka:
4
Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, ―Makna Amar Ma„ruf nahi mungkar Menurut Muhammad
Asad Dalam Kitab The Message of The Qur‘an‖, Jurnal Wardah, Vol.18, No.2, (2017), 96.
5
Badarus Syamsi, ―Perbedaan Corak Pemahaman Agama Antara Fundamentalisme Dan
Liberalisme Serta Dampaknya Bagi Timbulnya Konflik Keagamaan,‖ Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran
Islam 14, no. 1 (2014): 1–2.
6
Mahmud, Educational Research Methods (Bandung: Fidela Leganto, 2011), 31.
7
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor, 2008), 1-3.
5

1. Persoalan penelitian hanya dapat dijawab dengan penelitian


pustaka saja dan tidak memerlukan data riset lapangan.
2. Riset pustaka diperlukan dalam studi pendahuluan untuk
memahami lebih dalam mengenai gejala baru yang berkembang di
masyarakat.
3. Data pustaka lebih akurat dalam menjawab persoalan penelitian.
Data atau informasi yang didapatkan yaitu dari data empiri yang
telah dikumpulkan orang lain, seperti buku-buku koleksi
perpustakaan, laporan hasil penelitian, atau jenis literatur lainnya.

Peneliti melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan


metode pengumpulan data pustaka, seperti membaca, mencatat, dan
mengolah bahan penelitian. Peneliti mengumpulkan data atau bahan metari
tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar dari berbagai literatur, yakni dari
buku, jurnal, dan sebagainya. Setelah itu peneliti mengembangkan dan
menganalisis data atau bahan yang telah kami dapatkan.

C. Hasil penelitian
Hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan dengan metode
penelitian kepustakaan (library research) antara lain mengenai pengertian
Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Sejarah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Hukum
Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Rukun-Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
Syarat-Syarat Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Dan Kontekstualisasi Dakwah
Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

D. Pembahasan
1. Definisi Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Kata amar, secara bahasa artinya memerintahkan. Kata ma’ruf,
secara bahasa artinya kebaikan, kata nahi secara Bahasa artinya
mencegah, sedangkan munkar secara bahasa berarti munkar. 8

8
Eko Purwono dan M. Wahid Nur Tualeka, ―Amar Ma„ruf Nahy Munkar dalam Perspektif
Sayyid Guthb‖, Al-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama/Vol. 1, No. 2, 2015, 2
6

Amar berarti memerintahkan, dapat diartikan secara gambling


mengajak atau menyerukan. Ma’ruf berarti kebaikan, yang dapat
diartikan melaksanakan perintah allah. Hal ini menandakan kebaikan
untuk dirinya maupun untuk orang lain. Nahi berarti mencegah, yang
dapat diartikan sebagai mencegah perbuatan yang buruk atau melarang
hal yang tidak boleh dilakukan. Munkar berarti kemunkaran atau
keburukan. Dapat disimpulkan dari ke empat kata tersebut yakni amar
ma’ruf nahi munkar ialah mengajak atau menyerukan perbuatan baik
kepada diri sendiri maupun kepada orang lain sekaligus mencegah jika
ada yang berbuat buruk atau berbuat kemunkaran. 9
Selain itu, pengertian dari Amar ma’ruf nahi munkar dapat ditarik
kesimpulan bahwa amar ma’ruf nahi munkar merupakan eksistensi
keberadaan perintah dari adanya dakwah nabi Muhammad Saw. Hal
ini tercantum dalam Qur’an Surah Luqman ayat 17 yang Artinya :
“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat
yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk perkara yang penting.”
Dari arti ayat tersebut, dapat diketahui bahwa amar ma’ruf nahi
munkar adalah hal yang berat untuk dilakukan oleh setiap orang
mukmin. 10
Dijadikannya Amar ma’ruf nahi munkar sebagai pedoman dalam
islam, sebab didalamnya ada tugas yang sangat krusial untuk dijaga
dan dilaksanakan bagi umat islam. Umat islam yang meyakini adanya
Allah Swt. dan seorang hamba yang ingin menggapai keridhoaan Allah
Swt.11
Secara global, semua kalangan muslim sudah bisa memahami arti
dari amar ma’ruf nahi munkar yang bisa diingat dengan mengajak
9
Abdul Karim Syeikh, ―Rekonstruksi Makna dan Metode Penerapan Amar Ma„rufnahi Munkar
Berdasarkan Al-Qur‘an‖, Al-Idarah, Vol. 2, No. 2, Juli – Desember 2018 Ii, 5.
10
Zakiyatul Fakhiroh, ―Amar Ma„ruf Nahyi Munkar: Analisis Semiotik Dalam Film Serigaia
Terakhir‖, Komunika, Vol. 5, No. 1, Januari - Juni 2011, 126.
11
Ibnu Mas‘ud, The Miracle of Amar Ma„ruf Nahi Mungkar, (Yogyakarta, Laksana 2018), 15
7

kepada kebajikan dalam hidup yang telah dibina oleh agama Islam dan
menjauhkan keburukam apa yang telah dilarang oleh agama. 12
Adapun dari lingkup Mu’tazilah menyebut amar ma’ruf nahi
munkar sebagai tiang agama yang paling utama dilaksanakan dalam
islam, selain sholat, puasa dan zakat. Ulama ahlu sunnah wal jama’ah
juga menjelaskan pendapat mereka bahwa hukum menanamkan amar
ma’ruf nahi munkar adalah wajib.
Ibnu Katsir pun menanggapi, seorang ahli tafsir mengungkapkan
mengutarakan pendapat yang terdapat dalam bukunya terkait ayat-ayat
amar ma’ruf nahi munkar, pendapatnya adalah beliau mewajibkan atas
setiap masing-masing agar mengajak dan melakukan perintah amar
ma’ruf nahi munkar ini.13

Pandangan Abdul Karim Syeikh di dalam artikelnya


menjelaskan bahwa amar ma’ruf nahi munkar ialah semua tindakan
dan sikap yang mengusung kebaikan bagi orang lain yang lain
bernama Ma’ruf . Munkar, yang mengacu pada segala sesuatu yang
jelek bagi pribadi dan yang mempengaruhi sesame umat manusia baik
dalam karakter maupun sikap, disebut Munkar.14
Artikel lain juga menjelaskan amar ma’ruf nahi munkar ialah
suatu perintah yang ditujukan kepada umat muslim untuk mengajak
kebaikan dan menjauhi keburukan. Dengan adanya ajakan ini,
diharapkan memluas lebarkan dakwah islam terlebih khusus di
Indonesia agar umar islam sejahtera, dengan kehidupan yang sejahtera
akan menimbulkan dampak yang positif yakni akan mengajak kepada
kebaikan dan menjauhkan dari hal-hal yang merugikan. 15

12
Zakiyatul Fakhiroh, ―Amar Ma„ruf Nahyi Munkar: Analisis Semiotik Dalam Film Serigaia
Terakhir‖, Komunika, Vol. 5, No. 1, Januari - Juni 2011, 126
13
Eko Purwono dan M. Wahid Nur Tualeka, Amar Ma„ruf Nahy Munkar, 04.
14
Abdul Karim Syeikh, ―Rekonstruksi Makna dan Metode Penerapan Amar Ma„ruf Nahi
Mungkar Berdasarkan Al-Qur‘an‖, Al-Idarah, Vol. 2, No. 2, Juli – Desember 2018, 6
15
Nor Amalina Abd Rahman Sabri & Wan Hishamudin Wan Jusoh, Amar Ma„ruf Nahi Mungkar
Approach According To Al-Jilani In Kitab Al-Ghunyah Against Integrity Problem, Malaysian
Journal For Islamic Studies, Vol 3, Bil 2 2019, 12.
8

Dari beberapa pendapat atau pandangan yang telah dijelaskan


diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajak kepada kebaikan
terhadap diri sendiri, sanak keluarga, ataupun ke khalayak umum
supaya mereka terhindar dari perbuatan kemunkaran dan selalu
mematuhi pedoman-pedoman atau petunjuk-petunjuk kehidupan yang
ada di dalam Al-Qur’an ataupun hadis (al-Sunnah) merupakan
pengertian amar ma’ruf nahi munkar dan hendaklah mereka selalu
menebarkan kebaikan di dunia ini, agar mendapat balasan di dunia dan
di akhirat kelak.
9

2. Sejarah Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Sejarah nabi mengajarkan agama Islam yang paling utama adalah
mengajarkan Amar ma’ruf nahi munkar. Hal yang dilakukan Nabi
Muhammad Saw. dan sahabat-sahabatnya saat berdakwah yakni
dengan cara sopan santun dan tidak menggunakan kekerasan apalagi
sampai membunuh orang dengan senjata tajam untuk masuk ke agama
Islam. Dalam artikel Muhammad Sabir, beliau mengambil pendapat
dari salah satu mufassir yakni Muhammad al-Ghazali menjelaskan
bahwa secara kontekstual cara dakwah nabi Muhammad Saw.
dikelompokkan menjadi beberapa tahapan, terdapat 3 tahap dakwah
Nabi untuk menyadarkan umatnya dari kemunkaran menuju kebaikan,
yaitu : yang pertama, proses menyadarkan pemikiran dan keyakinan
umat, dari yang berfikir secara bathil, kita sadarkan dengan pemikiran
yang haq, kedua, menumbuhkan rasa kepercayaan dan keyakinan yang
penuh terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.
ketiga, membangun satu kesatuan. 16
Dapat dilihat dari proses dakwah tersebut, proses dakwah nabi
Muhammad Saw. Tidak hanyak sekali periode saja. Namun, terdapat
dua periode, yakni periode Makkah dan periode Madinah. Pada
periode Makkah, yang pertama dilakukan oleh Nabi Muhammad
adalah mengekspresikan pemikiran masyarakat Jahiliyah, karena pada
waktu itu masih disebut zaman kebodohan. Beliau mengajarkan dan
mengatakan agama yang mereka sembah adalah agama yang keliru
dan mereka menyembah tuhan yang keliru juga. Pada akhirnya,
pemikiran orang Jahiliyah dapat tersadarkan, kemudian nabi
menganjurkan kepercayaan yang beliau anut yakni agama Islam dan
bagaimana ketika beribadah dengan baik dan benar. Setelah melewati
dua tahapan, tahapan yang terakhir yaitu mendirikan tatanaan

16
Muhammad Sabir, ―Amar Ma„ruf Nahi Mungkar (studi pendekatan hadist dakwah dalam
perubahan sosial) Jurnal Potret Pemikiran, Vol 19, No 2. 2015, 16.
10

masyarakat dan social yang berlandasakan Islam, dari aspek ekonomi


sampai tatanan negara ini dilakukaan di periode Madinah. 17
Nabi Muhammad memiliki strategi dakwah dalam menyebarkan
agama Islam, karena jika tidak menggunakan strategi akan sulit untuk
mengajak atau membujuk masyarakat Jahiliyah yang sudah lama
menganut agama yang sesat. Adapun strategi yang dilakukan terdapat
2 metode, yang pertama berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan
yang kedua berdakwah secara terang-terangan. Berdakwah secara
sembunyi-sembunyi dilakukan dengan mendekati sanak keluarga
terlebih dahulu, kemudian sahabat-sahabat. Selanjutnya, dakwah yang
dilakukan oleh nabi adalah dakwah secara terang-terangan yakni
menyampaikan dakwah secara terbuka dan tidak sembunyi-sembunyi
lagi. 18
Begitu banyak strategi yang dilakukan Nabi Muhammad Saw.
didalam membawa dan mengungkapkan ajaran Islam. Namun,
dilakukan 2 periode pun, nabi Muhammad Saw. belum secara
maksimal mengubah keyakinan masyarakat Jahiliyah terlebih lagi pada
saat periode Makkah. Pada periode ini, beliau belum diterima oleh
kalangan mereka, maka dari itu nabi Muhammad selalu disakiti dan di
caci maki oleh masyarakat Makkah, mesikipun Nabi Muhammad
diperlakukan seperti itu, beliau tetap sabar dan melanjutkan dakwah
nya dengan strategi apapun. Karena cara tersebut kurang maksimal,
akhirnya beliau menggunakan cara politik, seperti di tahap yang ketiga
yakni mendirikan tatanan negara. Setelah di periode Makkah tidak
mendapatkan dukungan dari masyarakat. Pada akhirnya Nabi
Muhammad Saw, melakukan periode ke 2 yakni di Madinah. Di
Madinah, Nabi Muhammad mendapatkan dukungan penuh yang
berbeda ketika di periode Makkah. Maka, dengan begitu mudahnya

17
Sabir, Amar Ma„ruf Nahi Mungkar, hal 16.

18
Sabir, Amar Ma„ruf Nahi Mungkar, hal 17.
11

nabi Muhammad mengajarkan atau menyampaikan ajaran Islam di


kota ini.
Dengan keberhasilannya mendirikan negara islam di Madinah.
Tugas beliau tidak hanya sampai disini saja, akan tetapi tugasnya
adalah membentuk negara lain yang belum tertata rapi. Beliau harus
mengubah keyakinan dan mengajak masyarakat untuk pergi dari
keyakinan yang selama ini dianutnya yakni peradaban yang penuh
dengan kemunkaran. Nabi Muhammad Saw. ingin mengajarkan ajaran
yang damai dan tentram penuh dengan tauhid yang berkebalikan
dengan ajaran kemunkaran. Akan tetapi, setelah Nabi Muhammad
Saw. berhasil juga menguasai negara tersebut, beliau juga tidak
sembarangan mengubah keyakinan dan kepercayaan terdahulu, karena
bagaimanapun masih ada budaya yang nenek moyang yang dijaga dan
dipertahankan.
Dengan adanya dakwah Nabi Muhammad Saw. dapat dilihat jika
beliau berdakwah dan menjalankan misinya tidak pernah
menggunakan kekerasan, selalu lemah lebut, dan yang terpenting lagi
akhlak mulia beliau yang dijadikan panutan ketika berdakwah untuk
ber amar ma’ruf nahi munkar dan juga dalam aspek ekonomi. Kenapa
aspek ekonomi juga harus di tingkatkan dan memerintahkan selain ber
amar ma’ruf nahi munkar juga ada aspek ekonomi. Hal ini dikarenakan
pada waktu itu, yakni nabi Muhammad Saw, sendirilah yang turun
langsung ke lapangan untuk melihat perkembangan para pedagang
yang ada di pasar, apakah mereka melakukan proses jual beli dengan
cara yang halal atau dengan cara yang haram, apakah mereka sudah
melakukan perintah ber amar ma’ruf nahi munkar. Ketika para
pedagang, melakukan hal yang dilarang, Nabi Muhammad Saw.
langsung menegur dan melarangnya. Tidak peduli dari kalangan
bawah maupun atas. Nabi Muhammas Saw, menyadari bahwa tugas ini
12

memang berat untuk dijalani oleh orang mukmin, tugas sebagai nabi
maupun sebagai kepala negara.19

19
M. Nur Asnawi, ―Pelimpahan Wewenang Ajaran Hisbah Di Indonesia‖, Jurnal Ulul Albab,
Vol. 6 No. 1, 2005, 187
13

3. Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Seperti yang dijelaskan di pembahasan diatas bahwa sebenarnya
Amar ma’ruf nahi munkar merupakan bentuk representatif dari
dakwah yakni segala sesuatu yang baik dan akan mendapatkan imbalan
yang setimpal kelak yakni pahala dari Allah Swt. Perbedaannya yakni
dalam pelaksanaannya terdapat hukum yang berlaku bagi orang yang
melanggar dan melakukan sesuatu. Ulama juga berpendapat terdapat
beberapa hukum dalam pelaksanannya.
Banyak literatur-literatur menyebutkan bahwa adanya golongan
terbanyak ulama’ sudah berjima’ dan menggunakan musyawarah
mufakat dan memperoleh keputusan dalam penetapan hukum amar
ma’ruf nahi munkar, hukumnya adalah fardhu kifayah. Dari kalangan
Mu’tazilah bernama Abd Al-Jabbar, menyatakan bahwa seteleh
diambil keputusan tersebut, terdapat golongan kecil yang belum setuju
terkait jima’ yang dikakukan oleh ulama-ulama tersebut. Akan tetapi,
golongan tersebut tidak terkenal dan jarang dianut oleh masyarakat.
Maka dari itu, hal ini tidak mengubah apapun dalam keputusan para
ulama.20
Dengan adanya hal tersebut, adapun artikel yang menyatakan
bahwa para ulama dan para tokoh Islam menyampaikan bahwa fardhu
kifayah adalah hukum amar ma’ruf nahi munkar. Itu artinya jika dari
separuh dari kelompok telah mengerjakannya berarti separuh
kelompok lainnya hilang atau gugur dalam kewajibannya.21
Didalam artikel tersebut pula menyebutkan di dalam al-Qur’an
yang mejadi dasar hukum berdakwah terdapat dalam Al-Qur’an Surah
Ali-Imran ayat 104 yang artinya : “Dan hendaklah di antara kamu ada
segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
20
Akhmad Jazuli Afandi, ―Impelementasi Konsep Amr Ma„ruf Nahi Mungkar Qadi Abd Al-
Jabbar Al-Hamadani Dalam Kitab Sharh Al-Ushul AlKhamsah‖, Teosofi, Vol. 4, No. 1 Juni 2014,
182-183.
21
Desi Syafriani ―Hukum Dakwah Dalam Al-Quran dan Hadis‖, Jurnal Kajian Keagamaan dan
Kemasyarakatan, Vol. 1, No. 1, 2017, 26
14

(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” Dari ayat ini dapat kita lihat dari
kata “waltakun” atau bisa disebut sebagai fi’il amr, maka dari itu
beberapa ulama memutuskan, fardhu kifayah atau wajib merupakan
hukum dari perintah beramar ma’ruf nahi munkar. 22
Dapat ditarik kesimpulan bahwa amar ma’ruf nahi munkar,
hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim, namun juga harus sesuai
dengan batas kesanggupannya. Dalam ayat al-Qur’an juga sudah
dijelaskan hal ini merupakan amanah atau titipan dari Allah Swt.
Untuk dilakukan umat muslim. Seperti yang dikatakan oleh Imam al-
Nawawi yakni mengajak atau menyerukan kebaikan atau yang biasa
disebut ma’ruf dan mencegah dalam kemunkaran atau yang biasa
disebut dengan munkar, hukumnya adalah fardhu kifayah. Selain
Imam al-Nawawi, adapun seorang mufassir yakni Ibnu Taimiyah yang
mengartikan wajib adalah hukum dalam ber amar ma’ruf nahi munkar.
Apalagi setiap muslim yang masih mampu. Dapat dilihat dari
ungkapan tersebut dinamakan fardhu kifayah adalah Jika sebagian
kelompok sudah mengerjakan suatu hal amar ma’ruf nahi munkar
berarti gugur kewajiban sebagian kelompok lainnya. Akan tetapi, hal
ini bukan berarti jika kita ingin ber amar ma’ruf nahi munkar tidak
boleh. Tetap boleh dan tetap dikerjakan sebagai umat muslim yang
baik.23

22
Syamsuri ―Ontologi Dakwah ( Upaya Membangun Keilmuan Dakwah)‖ Jurnal Hunafa, Vol.
No. 2, 2006, 196
23
Yazid, Amar Ma„ruf Nahi Mungkar menurut Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah (Jawa Barat; Pustaka
Khazanah Fawa‘id, 2017), 53-54.
15

4. Rukun-Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Rukun yang harus dipenuhi dalam ber amar ma’ruf nahi munkar,
diantaranya yakni :
a. Muhtasib, adalah orang yang dipercaya oleh pemerintah
atau petinggi setempat untuk melakukan amar ma’ruf nahi
munkar. Orang yang dipercaya juga mempunyai syarat
dalam pelaksanannya. Adapun syaratnya adalah :
1) Mukallaf, dapat diartikan sebagai pelaku yang
melakukan amanat amar ma’ruf nahi munkar
haruslah seseorang yang dewasa atau orang yang
tamyiz yakni orang yang sudah tau mana
keburukan dan kebaikan
2) Beriman kepada Allah Swt. Karena jika belum
beriman kepada Allah Swt, saja bagaimana orang
tersebut akan menyampaikan ajaran agama Islam.
3) Adil, yang artinya tidak berat sebelah dan tidak
memihak yang satu. Maka dari itu orang yang tidak
adil atau orang yang fasik tidak boleh atau tidak
diperintah untuk ber amar ma’ruf nahi munkar.
Nah, hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surah
Al-Baqarah ayat 144 yang artinya : “Kami melihat
wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke
langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat
yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu
ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau
berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan
sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab
(Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat)
itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah
tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”
16

4) Bisa melakukan perintah amar ma’ruf nahi munkar.


Karena ketika kita tidak mampu atau kita masih
lalai dengan kewajiban sendiri, bagaimana kita bisa
berbuat amar ma’ruf nahi munkar. 24
b. Muhtasab ‘alaih, merupakan pelaku yang pekerjaannya
melakukan hal-hal yang baik saja dan orang yang adalah
orang yang tidak boleh mengerjakan hal yang buruk.
syaratnya adalah ketika diajak seseorang berbuat buruk
orang ini menolak dan selalu mengajak berbuat kebaikan.
c. Muhtasab fih, merupakan orang yang melanggar perintah
agama dan berkebalikan dengan muhtasab ‘alaih. Syaratnya
adalah orang yang berbuat kemunkaran tanpa adanya unsur
syariat islam, jadi pure kemunkaran yang telah disepakati
oleh para ulama. Yang kedua syaratnya adalah perbuatan
kemunkaran bukan hanya prasangka orang saja, jadi
kejadian tersebut benar-benar terjadi adanya dan terlihat
oleh Muhtasab ‘alaih.
d. Nafsu al-ihtisab, dapat diartikan sebagai konsep
pengawasan terhadap perbuatan yang munkar. Adapun
nafsu al-ihtisab harus melalui beberapa tahapan :
1) Memecahkan kebenaran dalam hal kemunkaran.
2) Menegur serta memberi tahu kepada orang yang
berbuat kemunkaran, akan tetapi jangan sampai
menyakiti hati mereka. Harus sesuai dengan apa yang
salah didalam diri mereka.
3) Mencemooh apa yang mereka perbuat dengan kata-kata
yang tidak enak untuk didengar dan melakukan
kekerasan. Cukup diberi nasehat secara lembut saja.

24
Hasan Su‘aidi, ―Konsep Amar Ma„ruf Nahi Mungkar Perspektif Hadist, Jurnal Penelitian,
Vol. 6. No, 2, 10.
17

4) Jika keadan sudah tidak memungkinkan, barulah


melakukan perlawanan kepada pelaku.

5. Syarat-Syarat Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Sebelumnya sudah dibahas terkait apa saja rukun dalam ber amar
ma’ruf nahi munkar. Pada pembahasan kali ini, ialah syarat-syaarat ber
amar ma’ruf nahi munkar, diantaranya sebagai berikut :
a. Berpegang teguh pada agama
Karena seseorang yang ingin melakukan perintah amar ma’ruf
nahi munkar adalah orang yang harus mempunyai ilmu agama
yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Seseorang yang harus bisa mengajak kebaikan dan
mencegah keburukan dimulai dari dirinya sendiri lalu kepada
orang lain yang diajaknya.
b. Mempunyai sifat berhati-hati
Orang yang ber amar ma’ruf nahi munkar haruslah mempunyai
sifat wara’, harus bisa menjaga dirinya dari perbuatan
kemaksiatan maupun kemunkaran dan meninggalkan atau
menghindari dari segala hal yang mengandung syubhat atau
tidak jelas status keharamannya.
c. Bersikap lemah lembut
Dengan kita ramah atau biasa disebut dengan bersikap lemah
lembut. Hal ini haruslah timbul di dalam diri pelaku amar
ma’ruf nahi munka, kemudian haruslah menempatkan tutur
kata yang lemah lembut dan perilaku yang tidak kasar terhadap
orang yang akan diadilinya. Walaupun juga harus tetap
bersikap tegas terkait perbuatan-perbuatan kemunkaran yang
telah dilakukan oleh pelaku kemunkaran juga tidak boleh
marah jika mendapat cacian. Hal inilah yang patut dicontoh
dari cara berdakwah nabi Muhammad Saw.
18

d. Bersikap sabar
Sabar merupakan sikap menahan emosi dan keinginan, serta
bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Seseorang
yang bersikap sabar mampu mengendalikan diri dari emosinya.
Sikap didalamnya yakni tenang dalam menghadapi pelaku
kemunkaran dan yang paling penting adalah selalu menjaga
eksistensi antara akal dan emosi yang diluapkan. Boleh emosi
tapi jangan sampai kehilangan akal.
e. Rela mengorbankan apapun
Sikap yang ikhlas terhadapa apa yang menjadi kepemilikannya
diberikan kepada orang lain. Bisa berupa waktu, pikiran,
tenaga, kemampuan, harta dan lain sebagainya. Hal ini juga
sangat penting dalam ber amar ma’ruf nahi munkar. Walaupun
untuk pengerjaannya juga susah, namun inilah salah satu syarat
yang harus dipenuhinya. 25

Selain syarat-syarat amar ma’ruf nahi munkar yang diatas, adapun


syarat yang lain, yang harus dipenuhi oleh pelakasana amar ma;ruf nahi
munkar, diantaranya sebagai berikut :

1) Harus jelas atas tujuan kebaikan dari hal yang munkar dan cepat
diselesaikan. Sebelumnya juga dijelaskan bahwa harus mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang ma’ruf dan
mana yang munkar. Perbuatan yang ma’ruf harus dilaksanakan dan
ditegakkan sedangkan perbuatan yang munkar harus ditinggalkan.
Hal ini kita sebagai pelaksana amar ma’ruf nahi munkar harus ber
tabayyun terlebih dahulu agar nanti jatuhnya tidak fitnah. Kita haru
mencari kejelasan kebenaran terlebih dahulu dan mencari adanya
kepastian bahwa sesuatu tersebut perbuatan yang munkar atau

25
Abdul Karim Syeikh, ―Rekonstruksi Makna dan Metode Penerapan Amar Ma„ruf Nahi
Mungkar Berdasarkan Al-Qur‘an,‖ Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, 18-19.
19

tidak. Sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam Q.S Al-Hujurat


ayat 6:
Yang Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang
yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu.”
2) Kejadian kemunkaran haruslah disertai bukti yang jelas dan nyata.
Karena itu membuktikan bahwa hal kemunkaran benar-benar
terjadi atau tidak. Jika tidak ada bukti yang jelas dan nyata,
seseorang bisa dianggap telah memfitnah orang tersebut. Bisa
dibuktikan dengan alat yang dilakukan untuk berbuat kemunkaran
seperti alat judi, macam-macam narkoba, botol minuman keras,
alat kotrasepsi dan lain sebagainya.26
3) Tidak boleh anarkis dalam penanganannya dan yang nantinya akan
menyebabkan keributan baru sehingga berdampak kepada orang
yang berbuat kemunkaran. Sebagai contoh, ketika terjadi
kemunkaran yakni berzina dengan istri tetangga, hal ini cukup
dilihat 2 orang saksi dan itu sudah pasti dinyatakan suatu hal
kemunkaran dan dapat ditindak lebih lanjut oleh orang yang
berkewajiban, selain itu terdapat contoh lagi ketika ada pesta
minuman keras sekaligus judi didalamnya, hal ini cukuplah orang-
orang yang berkepentingan saja yang meringkus hal kemunkaran
tersebut. Tidak boleh melibatkan orang lain yang tidak
berkepentingan apalagi sampai melakukan penggrebekan dan
bentrokan secara massal, anarkis apalagi sampai terjadi kematian
didalamnya, sangatlah dilarang oleh agama Islam.
4) Orang yang menanamkan amar ma’ruf nahi munkar, haruslah
yakin terhadap apa yang mereka perbuat, dan memberikan
26
Choiriyah,Amar Ma„ruf Nahi Munkar Dalam Persfektif Syekh Abdussomad al-palimbani dalam
Kitabnya Sairussalikin Ila Ibadah Robbal Alamin: Relevansinya Dengan Aktifitas Dakwah‖ Jurnal
Manajemen Dakwah.
20

pengaruh baik terhadap masyarakat sekelilingnya. Dengan


membawa pengaruh baik, masyarakat akan melaksanakannya juga
dan tidak ada lagi yang berbuat kemunkaran.
5) Tidak boleh membahayakan diri sekaligus keluarga maupun orang
lain dalam pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar. Maka dari itu,
hal ini harus diteliti lebih lanjut, jika membahayakan tidak boleh
melaksanakannya.

Oleh karena itu, dapat ditarik konklusi bahwa seseorang harus


benar-benar memahami apa yang telah disyaratkan kepada umat islam
untuk ber amar ma’ruf nahi munkar. Memang syarat ini sulit
dijalankan, tapi inilah tugas seorang umat islam yang melanjutkan
dakwah nabi Muhammad Saw. untuk mengajak kebaikan dan
mencegah kemunkaran.

E. Kesimpulan
Melalui pembahasan dari awal pengertian, rukun, hukum, dan
syarat amar ma’ruf nahi munkar. Pengertiannya amar ma’ruf nahi munkar
dapat dipersingkat atau agar kita bisa memahaminya yakni perbuatan yang
mengundang kepada kebaikan dan mencegah segala kemunkaran,
sedangkan rukunnya haruslah terdapat orang yang melakukan kebaikan
dan orang yang melakukan keburukan. Adapun syarat dari orang yang
melakukan kebaikan haruslah sabar dan bersikap lemah lembut, seperti
apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dapat ditarik konklusi
bahwa memang perbuatan amar ma’ruf nahi munkar ini memang tugas
yang berat, tidak semua muslim bisa melakasanakannya. Akan tetapi, tidak
ada salahnya jika kita sebagai muslim juga berkontribusi didalamnya dan
ber amar ma’ruf lah kalian terhadap diri sendiri, keluarga maupun orang
lain. Selain kita harus patuh terhadap ajaran agama Islam, kita juga harus
mencegah kemunkaran daripada diri kita sendiri maupun orang lain.
Karena sebaik-baik manusia adalah yang selalu menebarkan kebaikan
didunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak.
21

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Abd. Rahman. ―Penegakan Amar ma„ruf Nahi Mungkar


Dalam Pelaksanaan Ritual Rokat Tase‘ Di Kabupaten
Pamekasan, Jurnal Pemikiran, Pendidikan Dan Penelitian KeIslaman,
Vol. 6, No.2 Juli 2020.
Afandi, Akhmad Jazuli. ―Impelementasi Konsep Amr Ma„ruf Nahi
Mungkar Qadi Abd Al-Jabbar al-Hamadani Dalam Kitab
Sharh al-Ushul al-Khamsah‖, Jurnal Telosofi—Volume 4,
Nomor 1 Juni 2014.
Al Jibrin, Abdullah Bin Abdurrahman. Hajat Al Basyar Ila Al Amri
Bil Ma„ruf An-Nahyi „Anil Munkar Darul Wathan- RiyadhSaudi
Arabia 1998- 1419.
Al-Andalus, Al-Quran dan Terjemahan Per ayat, Cordoba
Internasional Indonesia.
Al-Ghazali, Amar ma„ruf Nahi Mungkar. Bandung: Penerbit
Karisma, 2003.
Al-Maragi, Ahmad, Mustafa. ―Terjemah Tasir al-Maragi‖. Semarang;
Penerbit Cv. Toha Putra Semarang , 1993.
Asnawi, M. Nur. ―Pelimpahan Wewenang Ajaran Hisbah Di
Indonesia‖, Jurnal Ulul Albab, Vol. 6 No. 1, 2005.
Choiriyah, ―Amar ma„ruf nahi munkar Dalam Persfektif Syekh
Abdussomad al-palimbani dalam Kitabnya Sairussalikin Ila
Ibadah Robbal ‗Alamin: Relevansinya Dengan Aktifitas
Dakwah‖ Jurnal Manajemen Dakwah. Volume 20, Nomor 2.
2019
M. Akmansyah, ―Al-Qur‘an Dan al-Sunnah Sebagai Dasar Ideal
Pendidikan Islam‖, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam,
Vol. 8, No. 2, Agustus 2015.
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989)
22

Mahmud, Educational Research Methods (Bandung: Fidela Leganto, 2011)

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor, 2008)

Mas‘ud, Ibnu. The Miracle Of Amar ma„ruf Nahi Mungkar,


Yogyakarta, Laksana 2018.
Masrur, Imam. ―Telaah Kritis Syarat Mufassir Abad Ke-21‖, Qof,
Volume 2 Nomor 2 Juli 2018.

Purwono, Eko dan M. Wahid Nur Tualeka, ―Amar ma„ruf Nahy


Munkar Dalam Perspektif Sayyid Guthb‖, Jurnal Studi
Agama-Agama, Vol. 1, No. 2, 2015.
Sabir, Muhammad. Amar ma„ruf Nahi Mungkar (studi pendekatan
hadist dakwah dala perubahan sosial). Jurnal Potret
Pemikiran, Vol 19, No 2. 2015.
Sabri, Nor Amalina, Abd Rahman Dan Wan Hishamudin Wan
Jusoh. ―Amar Ma„ruf Nahi Mungkar Approach According
To al-Jilani In Kitab al-Ghunyah Against Integrity
Problem, Jurnal Malaysian Journal For Islamic Studies, Vol 3,
Bil 2 2019.
Su‘aidi, Hasan. Konsep Amar ma„ruf Nahi Mungkar Perspektif
Hadist. Jurnal Penelitian, Volume 6. No, 2. 2013
Syafriani, Desi. ―Hukum Dakwah Dalam Al-Quran Dan Hadis‖,
Jurnal Kajian Keagamaan Dan Kemasyarakatan, Vol. 1, No. 1,
2017.
Syamsi, Badarus. ―Perbedaan Corak Pemahaman Agama Antara
Fundamentalisme Dan Liberalisme Serta Dampaknya Bagi
Timbulnya Konflik Keagamaan.‖ Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran
Islam 14, no. 1 (2014): 73–92.
23

Syamsuri. ―Ontologi Dakwah ( Upaya Membangun Keilmuan


Dakwah )‖ Jurnal Hunafa, Vol. No. 2, 2006
Syeikh, Abdul Karim. ―Rekonstruksi Makna Dan Metode
Penerapan Amar ma„rufnahi Munkar Berdasarkan AlQur‘an‖, al-
Idarah, Vol. 2, No. 2. 2018.
Yazid. ―Amar ma„ruf Nahi Mungkar menurut Ahlus Sunnah Wal
Jama‘ah‖, Jawa Barat; Pustaka Khazanah Fawa‘id, 2017
Zakiyatul, Fakhiroh. ―Amarma„rufnahyi Munkar: Analisis Semiotik
Dalam film serigaia Terakhir‖, Komunika, Vol. 5, No. 1,
2011.

Anda mungkin juga menyukai