Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH UTS INJIL DAN KEBUDAYAAN

INJIL DALAM KONTEKS


BUDAYA TORAJA DI BORI'

Oleh :

Nama : Yenri Tomassawa


Kelas : A
Nim : 220511015

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA


FAKULTAS TEOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
Adat dan kebudayaan adalah salah satu identitas diri suatu masyarakat di daerah tertentu
yang yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap daerah memiliki adat atau tradisi yang
berbeda dengan daerah yang lain sehingga dalam suatu negara khususnya negara Indonesia
memiliki daerah dengan adat dan kebudayaan masing-masing yang unik. Adat dan kebudayaan
secara turun-temurun diteruskan dari generasi ke generasi sehingga tidak mudah hilang begitu
saja. Tetapi sadar atau tidak sadar, adat semakin berkembang dan mengalami banyak perubahan
seiring dengan perkembangan zaman sehingga tidak diragukan jika nilai-nilai adat yang telah
dijunjung tinggi dari zaman nenek moyang justru tidak lagi memiliki nilai yang sebenarnya.
Banyak adat yang telah diusak oleh generasi yang tidak bertanggung jawab karena mengikuti
perkembangan dunia sekarang ini.
Penulis akan sedikit menjelaskan beberapa pokok pembahasan itu dalam makalah ini
yang diambil dari narasumber yang menurut penulis memiliki pemahaman yang sesuai dengan
kebudayaan Toraja yang ada di bangkelekila’.
Banyaknya pemahaman yang berbeda dan bahkan pemahaman-pemahaman yang sangat
berpengaruh dalam dunia saat ini tentang adat dan kebudayaan?

2. Rumusan Masalah
A. Apa yang narasumber pahami tentang pantunuan ( kurban dalam upacara
rambu solo’)

B. Makna teologis dari pantunuan ( kurban dalam upacara rambu solo’)

3. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain dan tidak bukan adalah agar pembaca dapat
mengerti dan lebih memahami lagi apa sebenarnya tujuan dan maksud masyarakat sangat
mempercayai adat dan budaya turun-temurun.
BAB II
Pembahasan
A. Apa yang narasumber pahami tentang pantunuan ( kurban dalam upacara rambu
solo’) ?
Dalam wawancara kami dengan abe’ yang ada pada saat itu kami memberikan
beberapa pertanyaan yang menurut kami berbeda dan baru kami lihat dalam budaya
toraja salah satunya adalah jumlah kerbau dalam upacara pada saat itu.
Menurut narasumber kerbau yang dipotong dalam upacara tersebut adalh 3,
kenapa karena menurut narasumber kerbau yang dipotong seharusnya dua ekor kerbau
tapi karna ada keluarga yang sudah lama meninggal sehimgga di potong lah 1 kerbau lagi
dan kerbau tersebut sebagai tanda bahwa ada keluarga yang meninggal tapi belum di
kurbankan kerbau dan kerbau yg dikurbankan ini merupakan tanda kasih sayang keluarga
kepada salah satu saudara yang telah lama meninggal. Adat yang mereka lakukan dalam
tondok tidak dilakukan sembarang mereka juga berkomunikasi dalam tondok untuk
melakukan sara’ seperti ini karna sara’ yang mereka lakukan adalah sara’ yang di
sangalloi. Di beberapa bagian di toraja termasuk di sa’dan pebulian orang yang telah
meninggal dan di upacarakan Cuma sehari itu bisa di potongkan 3 kerbau, tapi di
bangkelekila’ lebih baik 1 dari pada lebih dari itu.
B. Makna teologis dari pantunuan ( korban dalam upacara rambu solo’)

Secara teologis ritual pengorbanan merupakan hal yang penting bagi sebuah agama.
Dala, etiap ritual pengorbanan, dilakukan proses pembunuhan terhadap hewan yang akan
di korbankan, hewan yang terbaik dari alam itulah yang dipilih. Seperti dalam kisah kain
dan habel ketika memberikan korban persembahan kepada Tuhan merka memilih yang
terbaik untuk dipersebahkan kepada Tuhan. Kurban dalam rambu soo’ dan kurban dalam
alkitab Dalam Perjanjian Lama (PL) ritual pengurbanan hewan sangat sering
dipraktekkan. Ritual tersebut juga, sangat erat kaitannya dengan hubungan bangsa Israel
dan YHWH. Kurban dalam bahasa Ibrani, secara harfiah berarti “apa yang dibawa,
dekat”. Kata ini dapat menunjuk kepada semua macam kurban dan persembahan.28
Sedangkan upacara kurban dalam PL berpusat pada kata kerja bahasa Ibrani Kipper yang
biasanya diterjemahkan dengan “mendamaikan” atau “menutupi” (Im. 1:4). Kata kerja ini
menunjuk kepada proses “penebusan” atau “pendamaian” dengan membayarkan
sejumlah uang atau upeti, yang mencerminkan arti kata benda Ibrani koper “harga
tebusan”.

Praktek pemberian kurban dalam PL masih dilakukan dalam periode Perjanjian Baru
(PB), dan karenanya tidak mengherankan ketika mendapat beberapa komentar yang
memperjelas maknanya (Mat. 5:23,24; 12:3-5; 23:16-20; 1Kor. 9:13, 14). Bahkan ketika
Yesus pertama kali diserahkan kepada Allah di Bait Suci ada kurban yang
dipersembahkan (Luk. 2:24). Ketika menelusuri jejak ritual kurban dalam PB hanya
sedikit rujukan langsung ke ritual kurban dikarenakan umumnya lebih kepada
spiritualitas kurban. Satu-satunya rujukan langsung ke kurban di Injil-Injil Sinoptik
terdapat di Mrk. 7:11.

BAB III
KESIMPULAN
Mantunu dalam Aluk Rambu Solo’ tidak lagi dimaknai masyarakat sebagai bekal
ke puya oleh sang mendiang yang meninggal. Namun, ada dua nilai berbeda yang
mendasari mantunu dalam Aluk Rambu Solo’ saat ini yaitu, sebagai uangkapan kasih
sayang terhadap orang tua. Nilai ini sebagai pengganti nilai dari keyakinan agama leluhur
orang Toraja. a mantunu dalam Rambu Solo’ bukan pada banyaknya yang dikurbankan
tetapi pada ketulusan memberi tanpa keterpaksaan dan motivasi-motivasi yang tidak
sesuai dengan kehendak Tuhan, yang tidak mendapat bahagian dalam iman Kristen.
Baik itu menurut PL maupun PB yaitu: Pertama, mengenai pendamaian antara
manusia dengan Allah, dan ini adalah inisiatif Allah sendiri. Itulah mengapa disebut
sebagai anugerah. Bukan karena keinginan manusia melainkan karena kasih Allah kepada
manusia. Kurban sebagai pengganti nyawa manusia yang berdosa. Karena Allah sama
sekali tidak berkompromi dengan dosa. Kurban dalam PL merupakan bayangan dari
kurban Kristus yang dinyatakan oleh PB. Kedua, Allah menghendaki manusia untuk
menghormati dan menaati-Nya. Hal ini tergambar dalam seluruh isi Alkitab. Khususnya
dalam sistem kurban, ketika para nabi memberi kritik terhadap sistem kurban yang tidak
didasari dengan ketaatan kepada Allah. Kurban yang banyak tanpa ketaatan yang
sungguh kepada Allah, maka tidak akan berkenan bagi-Nya. Motivasi pemberian kurban
harus didasarkan pada ketaatan kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai