PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
RUT ANIS APRILIANITA
NIM: 2002120891
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tradisi, bahasa, seni, dan lain-lain. Indonesia jugamenjadi rumah bagi berbagai
agamanya.
1
Tumbol, S. N., & Wainarisi, Y. O. R. Folk Christian Community Pada Jemaat Kristen di
Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Resort Pendahara Katingan. Indonesian Journal of
Theology, 2023), 1-31.
1
3
komunikasi dua arah antara manusia dengan tuhan. Dalam kacamata primal
pertemuan sakral antara manusia dengan roh leluhur (ancestor) dalam naungan
komunal di suatu tempat yang disakralkan atau dianggap keramat dengan cara-
cara tertentu. Aktivitas ritual tidak hanya melibatkan objek tertentu tetapi juga
menyelami aspek batiniah, emosi, alam rasa, dan pikiran. Sesuatu yang mampu
khususnya di desa Buntut Bali. Sistem kepercayaan lama yang diperoleh secara
dengan tradisi dan berbagai ritual kebudayan suku Dayak Ngaju. Salah satunya
2
Samsul Maaruf, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama di
Indonesia, (Yogyakarta: Center For Religious and Cross-Cultural Studies, 2017), 37-38.
3
Setiyani, Studi Riual Keagamaan, 25.
4
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian Pada Mayarakat Dayak Ngaju di
Kalimantan Tengah, (Palangka Raya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981), 20-21.
4
ritual kematian suku Dayak Ngaju khusunya masyarakat di desa Buntut Bali
penghormatan terakhir terhadap orang yang meninggal.5 Dalam ritual tiwah ini
perlu adanya hewan korban, Hewan korban seperti ayam, babi dan kerbau.
Dalam setiap upacara tiwah kerbau adalah hewan korban yang memiliki .nilai
paling tinggi di antara semua hewan korban lain.6 Hal ini yang menjadi faktor
utama mahalnya biaya upacara tiwah karena sulitnya mencari hewan korban
dan juga setiap tahun harga kerbau ataupun babi semakin mahal.
oleh masyarakat desa setempat baik yang beragama Kristen maupun Islam juga
ikut serta membantu. Namun dalam ritual tetap dilakukan oleh tokoh agama
melakukan ritual tiwah, apalagi jika yang meninggal adalah saudara sendiri.
menjadi sarana ungkapan syukur atau permohonan kepada yang ilahi. Korban
syukur ini dipersembahkan ketika manusia menerima apa yang baik dari yang
5
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian, 37.
6
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian , 60.
5
gagasan korban tetap hidup dalam iman Kristen hingga saat ini. Ritual korban
atau penebusan dosa.8 Dalam Perjanjian Baru, korban hewan yang biasa
Domba Allah yang menjadi korban pendamaian untuk menghapus dosa dunia.
7
Eko Riyadi, Wacana Biblika: Ritual dan Metafor Penebusan, Vol. 15 No. 1, Januari-Maret
2015, 13.
8
H.H. Rowley, Ibadat Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 97.
6
manusia yang sudah dibenarkan dan dikuduskan untuk menjadi saksi dalam
dunia.9
Sama halnya dengan hewan korban dalam ritual Tiwah yang tentunya
Ritual tiwah (korban hewan) di desa Buntut Bali diikuti oleh beberapa
salib untuk menebus dosa manusia. Sehubungan dengan hewan korban dalam
ritual tiwah di desa Buntut Bali, maka akan meninjau secara teologis yang
mengarah kepada iman Kristen serta melihat apakah hewan korban masih
relevan untuk dilaksanan oleh umat Kristen. Karena tidak dapat dipungkiri
bahwa masyarakat di desa Buntut Bali sudah beragama Kristen tetapi tidak
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna hewan korban dalam ritual Tiwah bagi mayarakat Kaharingan
9
Ebenhaizer I. Nuban Timo, Allah Menahan Diri, Tetapi Pantang Berdiam Diri: Suatu
Upaya Berdogmatika Kontekstual di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 310.
7
2. Apa tinjauan teologis dari makna ritual Tiwah bagi masyarakat Kristen di
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
8
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi acuan serta masukan
yaitu Proposal Teologi program studi strata 1 (S1) Prodi Teologi Kristen
E. Batasan Masalah
Korban dalam Ritual Tiwah bagi masyarkat Dayak Ngaju di desa Buntut Bali”.
maka penulis hanya berfokus pada makna hewab korban dalam ritual Tiwah
penelitian ini adalah suatu hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Proses
Tiwah sangat sacral bagi umat Kaharingan suku Dayak Ngaju, dan wajib
korban (ayam, babi dan kerbau). Kemudian kegiatan ritual ini sekaligus diikuti
agama Kristen. Kekristen saat ini tidak melakukan ritual korban lagi melainkan
hewan korban dalam ritual Tiwah yang dilakukan oleh masyarakat di desa
G. Definisi Istilah
lain.
6. Dayak Ngaju merupakan Suku ngaju merupakan sub etnis dayak terbesar
H. Sistematika Penulisan
sistematika penulisan, Bab ini merupakan bab yang berisi latar belakang
yaitu Tinjauan Teologis Makna Hewan Kurban dalam Ritual Tiwah bagi
tersusun atas teori umum dan teologi yang merupakan dasar-dasar pemikiran,
diuraikan terkait dengan judul penelitian, selain itu juga didukung dengan
KAJIAN PUSTAKA
A. Ritual
1. Makna Ritual
batin, mental dan kejiwaan seorang umat Tuhan dan ritual lebih mengacu
10
Malania, I. Ritual Tiwah Sandung Runi Dan Tiwah Sandung Tulang:(Studi Kasus Keluarga
Gi dan Keluarga Ru Di Desa Bangkal Kecamatan Seruyan Raya Kabupaten Seruyan). Journal
SOSIOLOGI, 2(2), 2019: 84.
11
12
kepada sebuah strategi atau cara bertindak yang dibedakan dari cara
situasi. Oleh karena itu, ritual terlihat sebagai sebuah aktivitas yang unik
lainnya dalam setiap tindakan budaya. Selain itu, ritualisasi juga dapat
11
Catherine Bell, Ritual Theory, Ritual Practice (New York: Oxford University Press, 2009),
19.
12
Bell, Ritual Theory, Ritual Practice, 90.
13
Bell, Ritual Theory, Ritual Practice,, 90-91.
13
sehingga ritual memiliki peran dan fungsi dalam membangun tubuh atau
sosial, konteks historis dan konteks ruang dan waktu. Bangunan ritual
konteks. Hal ini berarti, ritual bersifat dinamis dari waktu ke waktu dan
alat yang efektif untuk menjembatani tradisi dan perubahan, yaitu sebagai
dihormati dan dalam kondisi profan ia tidak tersentuh atau terjamah. Istilah
14
Bell, Ritual Theory, Ritual Practice, 98.
14
sesuatu yang nyata.15 Oleh karena itu melalui ritual menjadi sarana yang
dengan masa lampau yang suci dan melanggengkan tradisi suci serta
macam, yaitu 17 :
b. Tindakan religius, kultur para leluhur juga bekerja dengan cara ini.
15
George Ritzer, Teori Sosiologi (Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern), diterjemahkan oleh: Saut Pasaribu, Rh. Widada, Eka Adinugraha (university of
Maryland), 168.
16
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 176.
17
Bustanul Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia ( Raja Grafindo Persada, 2006 ), 183.
15
syukur, dengan berbagai bentuk seperti uang, hewan, emas ataupun sesajian.
yang dianggap memiliki kekuatan yang lebih tinggi, yaitu kepada Tuhan dan
kehidupan mereka. Oleh karena itu terdapat berbagai bentuk ritual yang
18
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kamus versi online/daring (Dalam Jaringan). di
akses pada 15 Januari. 2024
16
bahwa leluhur yang telah meninggal sebenarnya masih hidup dalam wujud
adanya keyakinan dari pemberi korban bahwa kuasa roh-roh leluhur turut
lain-lain. Kedua, adanya pemahaman bahwa roh-roh leluhur akan marah jika
takut. Ketiga, adanya keyakinan bahwa roh-roh leluhur memiliki kuasa yang
19
Dhavamony, Fenomenologi Agama , 32.
20
J. Verkuyl, Etika Kristen Kapita Selekta (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 27-33.
17
seperti korban hewan dalam Perjanjian Lama, berbeda dengan Perjanjian baru
konsep korban lebih kepada kematian Yesus untuk menebus dosa manusia.
atas dosa-dosa (Imamat 17:10-16). Beberapa aturan yang harus dilakukan saat
kepada Allah, daging hewan harus dibakar, dan setelah ritual selesai maka
orang yang membakar harus segera pulang untuk mencuci pakaiannya dan
Korban dalam konteks Perjanjian Baru, bukan lagi korban hewan yang
Domba Allah yang menjadi korban pendamaian untuk menghapus dosa dunia.
21
H.H. Rowley, Ibadat Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 97
18
manusia yang sudah dibenarkan dan dikuduskan untuk menjadi saksi dalam
dunia.22
Berdasarkan hal di atas, artinya korban merupakan bagian dari ritual itu
sendiri yang memilki makna tertentu bagi yang mempercayainya. Salah satu
yang populer hingga saat ini yaitu korban hewan sebagai bentuk persembahan
ungkapan rasa hormat kepada arwah orangtua atau leluhur yang telah
dari gangguan jahat dan bencana-bencana yang dapat menimpa dalam rumpun
keluarga, memberi bekal bagi orang yang telah meninggal untuk hidup di alam
baka, atau karena ketakutan mendapat kesialan dari roh leluhur yang sudah
diberi label oleh orang lain sebagai orang yang tidak mengasihi atau
22
Ebenhaizer I. Nuban Timo, Allah Menahan Diri, Tetapi Pantang Berdiam Diri: Suatu
Upaya Berdogmatika Kontekstual di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 310.
19
menghormati orang mati atau leluhur, terutama orang tua, dan agar tidak
Paradigma Kristen, orang yang masih hidup tidak dapat berhubungan lagi
dengan orang yang sudah meninggal dunia, seperti tertulis dalam Pengkhotbah
9:5. Orang percaya juga tidak perlu lagi menyembelih atau melakukan tradisi
kurban yang menghabiskan banyak uang seperti yang terjadi dalam tradisi
harmonis dengan Allah, seperti pada awal penciptaan. Hubungan antara Tuhan
manusia yang berdosa dengan Tuhan seperti tertulis dalam Roma 3:22-26.24
Atas dasar kebenaran Tuhan ini, orang percaya tidak perlu lagi
melakukan ritual kurban dan tidak memerlukan pengantara antara dunia orang
hidup dan dunia orang mati, seperti roh leluhur, roh orangtua, arwah, untuk
berhubungan dengan Allah. Lebih lagi dalam Kisah Para Rasul 17:22-31, rasul
Paulus menjelaskan tentang Allah yang kita sembah dengan jelas. Artinya
Yesus sebagai korban penebusan bagi umat manusia. Kekristen juga mengenal
adanya ritual namun tidak ada kaitanya dengan roh-roh, Semua momen-
momen besar dan upacara-upacara ritual tersebut juga dirayakan oleh umat
Kristiani. Namun, dalam Kekristenan ritual tidak hanya mengacu pada praktik-
praktik upacara keagamaan, tetapi juga mengacu pada seluruh aktivitas umat.
Penggunaan simbol dan ritual dalam praktik atau upacara keagamaan nampak
lain. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, umat diarahkan untuk hidup dalam
umat bertumbuh dalam iman serta dimampukan untuk menjadi komunitas yang
D. Ritual Tiwah
25
Bernard Cooke & Gary Macy, Christian Symbol and Ritual: An Introduction (New York:
Oxford University Press, 2005), 41-13.
21
memiliki tingkatan tertentu yakni bila orang baru meninggal dunia maka
menetap pada suatu tempat yang diberi nama 'bukit pasahan raung';
sempurna, barulah arwah dapat masuk ke alam tertinggi yang mereka beri
sudah meninggal yang belum dibuatkan upacara tiwah, maka roh ini dapat
Berkenaan dengan kepercayaan di atas orang Ngaju dan orang Dayak pada
pertama, jenasah orang yang baru meninggal akan dibuatkan upacara dan
26
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian, 39.
22
belulang orang yang meninggal digali atau dikumpulkan lagi dan melalui
mempunyai jiwa yang mereka beri nama hambaruan. Dan bila manusia itu
pada saat orang masih hidup jiwanya disebut hambaruan dan setelah orang
meninggal jiwa tersebut berubah namanya menjadi liaw. Roh orang yang
yaitu :28
macam roh pada orang yang sudah meninggal dapat diketahui sewaktu
27
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian, 39.
28
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, (Arsip Perpustakaan Daerah, 2022), 18.
23
upacara kematian. Hal yang menjadi tema utama dalam upacara kematian
merupakan titik puncak dari semua upacara yang dilakukan dalam rangka
perjalanan hidup seseorang, dapat dikatakan akhir dari semua ritus yang
ada.
Pada orang Dayak Ngaju dan orang Dayak pada umumnya, peristiwa
di mana manusia mencapai ajalnya tidak berarti hidup itu akan berhenti
sampai di situ saja, melainkan jiwa kembali ke dunia asal di mana keadaan
kekal abadi dan manusia sampai pada suatu titik kesempurnaan. Kematian
bukan berarti akhir dari hidup, tetapi kematian adalah proses peralihan
masuk dalam dunia baru yakni dunia roh. Kehidupan akan terus
sosial untuk melaksanakan ritual Tiwah. Kata tiwah berasal dari bahasa
29
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian Pada Mayarakat Dayak Ngaju di
Kalimantan Tengah, (Palangka Raya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981), 29.
24
memperoleh hidup baru, jadi ritual tiwah ini dilaksanakan oleh agama
penyempurnaan roh liau balawang panjang (unsur bapak) dan roh liau
tiwah ini kedua roh tersebut akan lebih suci, sehingga memperoleh
terakhir. Tradisi ini hanya dilakukan oleh suku dayak yang ada di
leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan
cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju
tiwah, ritual yang dilakukan suku dayak untuk bertujuan mengantar arwah
menuju tempat asal (lewu tatau/ bisa disebut sorga) bersama Ranying
Dayak Ngaju yang berama Kaharingan. Pihak keluarga dari orang yang
30
Diana, R., Budiman, S., & Maharin, M. (2021). Makna Penebusan Dalam Upacara Tiwah
Sebagai Pendekatan Kontekstualisasi Injil. Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia, 2(1), 13-14.
25
meninggal itu merasa wajib mengantarkan arwah.ke dunia roh, dunia yang
menurut alam pikiran mereka adalah serba sempuma. Keadaan yang serba
Ngaju tidak dapat memasuki dunia arwah yang serba abadi, arwah akan
tetap berada di sekitar lingkungan manusia yang masih hidup dan bahkan
itu dapat berupa kegagalan panen, penyakit, serta bahaya-bahaya lain yang
terus mengancam.31
mengapa kita tidak. Nanti dianggap kurang mampu dan tidak tahu
berterima kasih, lebihlebih lagi jika yang. meninggal itu adalah orang tua
seperti ayah, ibu, kakek atau nenek. Upacara tiwah mengandung arti
31
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian., 30.
32
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian.., 30.
26
masyarakat atau keluarga yang ditinggalkan dapat tenang dan jauh dari
penyakit dan segala sial yang menimpa mereka karena ditinggal dari salah
satu anggota keluarganya yang telah meninggal. Ritual ini juga bertujuan
agar arwah yang meninggal dapat berangkat dan sampai menuju lewu liau
kreasi seni rupa dan seni patung yang diekspresi pada Sandung (tempat
dipahami sebagai jembatan menuju lewu tatau (surga) yang dihiasi dengan
tiwah. Ketiga, tertib hukum baik yang berkenaan dengan hubungan sosial
33
Malania, I. (2019). Ritual Tiwah Sandung Runi Dan Tiwah Sandung Tulang:(Studi Kasus
Keluarga Gi dan Keluarga Ru Di Desa Bangkal Kecamatan Seruyan Raya Kabupaten
Seruyan). Journal SOSIOLOGI, 2(2), 83.
27
kehidupan manusia dengan dunia roh dan sang penguasa dunia lapisan atas
Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk Liau Uluh Matei ialah
Suku Dayak khususnya bagi para penganut Hindu Kaharingan. Hal ini
waktu yang cukup lama. Pada tahun 2014, upacara Tiwah telah dimasukan
34
Salmon Batuallo, Peranan Nilai Budaya Masyarakat Dayak Ngaju dalam Memelihara
Lingkungan di Provinsi Kalimantan Tengah, ( Pontianak: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
Tradisional Pontianak Wilayah Kalimantan, 2009), 27.
35
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 19.
28
seseorang atau keluarga. Semakin meriah dan durasi yang lama, maka
36
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 20.
29
pada saat setelah musim panen padi yakni sekitar bulan Mei, Juni dan
lainnya.
37
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 21.
38
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 21.
39
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 22.
30
berikut:40
40
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian.., 42-46.
31
biasanya terdiri tujuh atau sembilan orang dan salah seorang dari
41
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 23.
32
(sandong).42
terbuat dari kayu besi (ulin) yang sangat kuat dan dapat
42
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian.., 49.
43
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 23.
33
dikorbankan.44
e) Pantar yaitu sebuah tiang yang terbuat dari kayu besi, pada
meter.45
44
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 24.
45
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian, 51.
34
biru.46
membakar jenasah.
46
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 24.
47
L. Dyson & Ashari. M, Tiwah Upacara Kematian, 51.
48
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 24.
49
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 25.
35
tujuan yang sama yakni mengantarkan arwah ke negeri yang kekal. Adapun
rumah yang disebut Balai Pangun Jandau mulai dibuat. Dalam proses
mamalas sangkaraya sandung rahung. Selain itu, pada hari ini berbagai
torol, dan taral mulal dibunyikan. Sebelumnya, semua alat musik tersebut
harus di-palas atau di-saki dengan darah hewan kurban terlebih duhulu.
3) Hari Ketiga: Pada hari ketiga, hewan kurban seperti sapl atau kerbau akan
diiringi dengan tabuhan alat musi dan sorakan kegembiran. Selain itu,
50
Sontoe, BJ. H.D, dkk. Dayaklogi, 25-27.
36
Darah ini akan digunakan untuk menyaki dan memalas semua orang dan
4) Hari Keempat: Pada hari keempat, tidak jauh dari Sangkaraya didirikan
tiang panjang yang disebut Tihang Mandera. Tiang tersebut menjadi tanda
dalam kampung. Pada hari ini, ahli waris arwah atau salumpuk liaw mulai
diikat di sapundu. Para tamu yang hadir biasanya akan mengelilingi hewan
kurban tersebut. Selain itu, pada hari ini sandung mulai dibangun.
6) Hari keenam: Pada hari ini, dilaksanakan puncak upacara Tiwah. Para
tamu akan hadir dengan menaiki rakit atau kapal yang berisi sesaji atau
laluhan.
7) Hari Ketujuh: Pada hari ketujuh yang merupakan hari terakhir pelaksanaan
inti upacara Tiwah, arwah anggota keluarga atau salumpuk liaw akan
E. Penelitian Terdahulu
dan acuan. Selain itu, menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini.
terdahulu. Pada penelitian ini penulis mencantumkan tiga hasil penelitian yang
berikut:
judul “Ritual Tiwah Sandung Runi dan Tiwah Sandung Tulang (Studi
Sandun Runi dan Sandung Tulang dengan studi kasus keluarga. Dalam
penelitian terdahulu peneliti mengunakan teori ritus dan teori sistem religi.
sebelumnya.
adalah sebagaiberikut:
Kekristenan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rut Diana, Sabda Budiman dan
berikut;
F. Kerangka Pikir
alur penelitian yang jelas dan dapat diterima secara akal. Didalam penelitian
penelitian lebih terarah. Oleh karena itu, dibutuhkan kerangka pemikiran untuk
didapat dari berbagai sumber atau juga sekedar sebuah pemahaman. Tetapi,
diteliti yaitu “Tinjauan Teologis Makna Hewan Kurban dalam Ritual Tiwah
bagi masyarakat Dayak Ngaju di desa Buntut Bali”. Adapun kerangka pikir
korban dalam ritua Tiwah bagi masyarakat Kaharingan di desa Buntut Bali dan
Mempermudah jalannya alur penelitian ini dapat dilihat dari bagan kerangka
51
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta CV, 2019), 92.
41
Ritual Tiwah
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
menjelaskan tentang makna hewan kurban dalam ritual Tiwah bagi masyarakat
B. Jenis Penelitian
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
52
N.S. Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rodakarya,
2010), 60.
42
44
dilapangan.
C. Tempat Peneitian
D. Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan, yang terhitung dari
Waktu Penelitian
NO Kegiatan Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penelitian Proposal Skripsi
2. Revisi Proposal
3. Penelitian Awal/Observasi
4. Meranvang Instrumen
Wawancara dan lembar
observasi
5. Melakukan Wawancara
6. Penyusunan Skripsi
7. Analisi Data
8. Wawancara Kedua
53
Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif. (Yokyakarta, Oktober 2018), 1.
45
9. Pengumpulan Skripsi
1. Data Primer
dari sumber pertama yang disebut juga sebagai responden. Data atau
orang Basir atau tokoh agama yang memiliki peran penting dalam ritual, 6
(empat) orang dari masyarakat yang ikut serta dalam ritual dan 2 (dua)
orang dari tokoh agama Kristen yang mencakup tokoh agama dan akdemisi.
2. Data Sekunder
oleh penulis. Data sekunder dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam
54
Jonathan Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006), 16.
46
untuk menjawab masalah yang diteliti. Penelitian ini juga dikenal sebagai
penelitian yang menggunakan studi kepustakaan dalam kata lain data yang
dan lain-lain.55
penelitian, tujuan utama dari penelitian adalah dalam mendapatkan data. Tanpa
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pada teknik pengumpulan
1. Metode Observasi
data dengan menggunakan mata tanpa pertolongan alat standar lain untuk
Buntut Bali. Tujuan untuk menggunakan metode ini untuk mencari hal-hal
Observasi secara langsung juga dapat memperoleh data dari subjek baik
yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau
55
Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, 17.
56
Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 2010), 212.
47
2. Wawancara
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
agama, Basir atau orang yang memeiliki peran penting dalam ritual
metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan konkrit tentang makna
hewan kurban dalam ritual Tiwah. Jadi jumlah orang yang akan
3. Dokumentasi
untuk dijadikan alat pengumpul data dari sumber bahan tertulis yang terdiri
57
Moelong, Metodeologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2012), 3.
48
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung film, dan lain-lain.58 Dalam hal ini penulis
seperti buku-buku tradisi dan budaya Dayak, buku teologi, alkitab, jurnal
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Menurut Bogdan dan Biklen,60 analisis data adalah dalam proses mencari
makna atas data dan informasi, yang diperoleh melalui teknik pengumpulan
data, dengan cara menata semua catatan hasil observasi. Wawancara, dan studi
58
Meolong, Metode Penelitian Kualitatif, 314.
59
Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),
224.
Zaenab, Metodelogi Penelitian Pendidikan Kualitany Perspekut Kekinian (Malang: PT
60
pemahaman peneliti tentang kasus yang sedang diteliti. Disamping itu juga
untuk disajikan sebagai bahan kajian yang merupakan proses menelaah dan
Ada empat tahap analisis data dalam metode penelitian kualitatif menurut
1. Analisis Domain
2. Analisis Taksonomi
terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti Oleh
3. Analisis Komponen
61
Zaenab. Metode Penelitian., 149-151.
50
4. Analisis Tema
51
Malania, I. Ritual Tiwah Sandung Runi Dan Tiwah Sandung Tulang:(Studi Kasus
Keluarga Gi dan Keluarga Ru Di Desa Bangkal Kecamatan Seruyan Raya
Kabupaten Seruyan). Journal SOSIOLOGI, 2(2), 2019: 83.
Moelong, Metodeologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rodakarya,
2012.
Nazir, Metodologi Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia, 2010.
Pranata S, Magdalenan. Menjawab Tradisi Leluhur dalam paradigma Kristen,
Yogyakarta: PBMR Andi, 2021.
Ritzer, George. Teori Sosiologi (Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern), diterjemahkan oleh: Saut Pasaribu, Rh. Widada, Eka
Adinugraha (university of Maryland).
Riyadi, Eko. Wacana Biblika: Ritual dan Metafor Penebusan, Jurnal Vol. 15 No. 1,
Januari-Maret 2015: 13.
Rukajat, Ajat. Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yokyakarta, Oktober 2018.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006.
Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006.
Setiyani, Wiwik. Studi Ritual Keagamaan. Surabaya: Pustaka Idea, 2021.
Sontoe, BJ. H.D. dkk. Dayaklogi. Arsip Perpustakaan Daerah, 2022.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV, 2019.
N.S. Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rodakarya, 2010.
Tumbol, S. N., & Wainarisi, Y. O. R. Folk Christian Community pada Jemaat
Kristen di Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Resort Pendahara
Katingan. Indonesian Journal of Theology, 2023.
Zaenab, Metodelogi Penelitian Pendidikan Kualitany Perspekut Kekinian. Malang:
PT Selaras, 2015.
52