Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Dengan istilah agama asli dimaksudkan kerohanian khas dari satua bangsa atau dari
suku bangsa, sejauh itu berasa dan di perkembangkan di tengah bangsa-bangsa itu sendiri.
kerohanian itu timbul dan tumbuh secara spontan bersama (suku) bangsa itu sendiri. dia
murni tak bercampur dengan kerohanian agama lain dan pada hakekatnya hanya terdapat
pada masyarakat yang tertutup terhadap pergaulan antar (suku) bangsa. karenanya agama
yang mewadahi kerohanian semacam itu juga disebut agama etnis, agama suku, agama
preliterate atau agama sederhana.

1. MAKSUD DAN METODIK

A. Peranan kerohanian asli dalam pemribumian iman

Pendapat bahwa agama asli mempuyai fungsi positif dalam membulatkan hidup
agama suatu bangsa hanya dapat dibenarkan, bila diterima bahwa segala bangsa dibimbig
oleh Tuhan untuk menemukan pewahyua Allah yang memuncak dalam amanat para nabi.

B. Perbedaan antara kerohanian, gereja dan agama

Untuk itu perlu membedakan antara tiga tingkatan dalam bidang agama

 Kerohanian atau spritualitas (ibadah, bakti) memuat cara khusus dalam


menghayati hakekat agama umum.
 Mazhab, gereja-gereja, konfesi, denomiasi (kultus, firqah) menunjukka
berbagai bentuk dari satu agama semula yang memisahkan diri dari agama
induk.
 Agama, religio, din, dharma, kau berarti sikap iman kepada Hakekat Tertinggi
yang menaungi hidup manusia dan yang kepadanya mausia merasa bergantung
sehingga membina sikap batin khusus terhadap nya.

Untuk menjelaskan hal itu lebih lanjut,bergunalah menyoroti sejarah agama di


indonesia dari segi usaha penghasilannya.

C. Pertemuan agama asli dengan agama -agama lain

Kedatanan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia dipelopori oleh para pelaut
India yang di susul oleh para Brahmana. Brahmana itu terutama menjabat sebagai penasehat
raja-raja dan melakuka upacara-upacara abhiseka (penobatan) dan mahatmya (menghindukan
adat Indonesia). Mereka juga dengan raji menyusun sastra dan hukum. Budishme, mengalami
nasib yang lebih jelek daripada Hinduisme di Indonesia. Berhubug dengan belum adanya
pedoman atau kaidah utuk pertimbangan dogmatis terhadap agama lain, dikatakan bahwa
orang yang belum masuk salah satu agama dunia, belum beragama.
Sejarah Kekristenan juga sudah menunjukkan kesimpangsuaran, bila amanat
keselamatan Kristus terburu buru di campurkan dengan paham kuno. Misalnya Kiai Sadrah di
jawa membelokkan katekese ke arah alam takhayul dengan jimaat dan japa. dalam aliran
Pakhwasa di pulau Nias tidak banyak yang tinggal dari semangat Yesus yang sejati.
Parmalim di daerah batak lebih berisikan adat asli daripada semangat Kristiani.

D. Metodik penelitian agama asli

Agama asli Indonesia dewasa ini nampak dalam dua ragam : yang satu murni tak
tercampur, yang kedua menyamar dan tercampur.

 Agama asli sebagai jenis murni terutama terdapat pada suku-suku bangsa yang
dikenal denga nama Protomelayu. kelompok kedua disebut Deutromelayu. pada
mereka kebudayaan dan agama asli pada umumnya terdapat dalam keadaan tercampur
sampai hampir hilang.
 Pada hakekatnya pembagian tersebut diatas sejauh berdasarkan sifat-sifat ras tidak
amat berguna untuk tujuan penelitian agama, karena menurut penetapa ilmiah umum
ras bukan faktor dalam proses perkembangan kebudayaan dan agama.
 Pada kelompok-kelompok yang di identifikasikan sebagai satuan-satuan sebahasa dan
sebudaya, yang masuk dalam golongan besar protomelayu, hidup agama asli masih
berlangsung terus, terpisah dari agama-agama yang datang dari luar.

Cara khusus dan pejabat-pejabat tertentu untuk upacara itu. Yang terkenal sebagai agama-
agama asli tadi, yaitu :

 PARMALIM, PARBARINGAN, atau AGAMA SI RAJAK BATAK,


 AGAMA SABULUNGAN di kepulauan Mentawai,
 KAHARINGAN, agama suku Dayak di Kalimantan,
 ALUK TO DOLO, agama asli suku Toraja
 PARADANGAN ADA, aama asli lain di Sulawesi Tengah,
 BARA MARAPU, agama asli di pulau Sumba
 AGAMA BALI AGA, agama asli di pulau Bali
 ONO NIHA, agama asli di Nias dan,
 AGAMA RATU BITA BANTARA, di Sikka, Flores Tengah.

2. KEDUDUKAN AGAMA-AGAMA BUKAN KRISTIANI DALAM RENCANA


KESELAMATAN ILAHI

Terhadap sekia banyak agama yang berbeda-beda di dunia ini manusia merasa
terperanjat ; "jika Allah mendaki, Dia dapat menjadian mereka satu umat saja". Deklerasi
atau piagam Konsili Zamankita, dalam kata pembukaannya, mengingatkan kita akan kesatuan
umat manusia pada permulaan dan pada akhir zaman. Gereja menunjang pemersatua umat
manusia sebagai panggila ilahi. Kemudian dijelaskan apa yang diharapkan manusia dari
agamanya. hal ini diterapkan kepada agama-agama etnis. Umat Kristen sudah lama berusaha
menerapkan prinsip-prinsip itu dalam hidup sehari-hari tapa mengisolasi diri dari masyarakat
luas. Demikian lah gereja berusaha mengabdi kepada bangsa-bangsa serta kebudayaan
mereka. Dan dengan cara inilah umat Allah menuju kepenuhannya.

Kesimpulan dari BAB 1 dan BAB 2

Anda mungkin juga menyukai