Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perpaduan dalam berbagai

aspek kehidupan bermasyarakat yaitu, suku, Agama, dan Budaya. Di dalam agama, Indonesia

hanya mengakui enam Agama resmi, dan yang lain hanyalah sebuah kepercayaan. Dengan

adanya beragam agama muncul juga berbagai kepercayaan baru atau yang telah diwariskan

sejak dahulu.

Agama juga sering dipahami sebagai suatu cara pandang dunia atau serangkaian

kepercayaan, berkaitan dengan perwujudan dan ungkapan sistem nilai dan jalan hidup dari

kepercayaan-kepercayaan tersebut. Dalam sejarah manusia agama telah menjadi bagian yang

tak terpisahkan dari manusia. Sebagaimana apa yang dikatakan Karen Amstrong bahwa

manusia bukan saja homo sapiens namun juga homo religius . Pantas juga pada dunia

manusia yang kita sebut modern bahkan post modern kemudian muncul bentuk-bentuk

kepercayaan baru atau kita sebut sebagai gerakan agama baru. Agama sebagai ajaran yang

diturunkan melalui nabi atau orang yang dianggap paling dekat dengan Tuhan mengharuskan

adanya sosok penerusnya. Harun Nasution, menjelaskan bahwa “Agama adalah suatu sistem

kepercayaan dan perilaku yang berasal dari suatu kekuatan yang gaib1.

Agama adalah sebuah kenyataan yang selalu melingkupi manusia. Agama muncul

dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Agama suku sendiri

memiliki arti sebagai suatu kepercayaan dan praktek agamawi yang dilakukan oleh

1
Ibnu Farhan “Gerakan Agama Baru di Indonesia", Study Aliran
Kepercayaan Agama Suku Dayak Hindu, Budha Bumi Segandu Indramayu ,No.2 (Juni 2017)30-38, jurnal http.

1
sekelompok masyarakat tertentu kepada sesuatu yang mampu memberikan perlindungan,

yang sumbernya dari pengalaman hidup atau warisan dari nenek moyang. Agama sebagai

hasil kebudayaan, hidup, dan perkembangan dalam masyarakat yang memiliki peranan

penting. Fenomena budaya dari suku-suku di daerah terpencil dan terkebelakang tak habis-

habisnya menawarkan ruang dan kesempatan bagi siapa saja yang tertarik dalam kehidupan

umat manusia, baik dalam sikap, perilaku, keyakinan dan apa yang dimiliki sebagai suatu

komunitas yang terpadu.

Meskipun paradigma dunia saat ini pada umumnya cendrung lebih mengutamakan

pada ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi masalah kepercayaan dan praktek agama suku

dari beberapa desa tertentu menurut mereka adalah suatu kebiasaan yang telah diwariskan

secara turun-temuran dan telah mendarah daging dalam diri mereka yang artinya tidak dapat

terlepas atau melepaskan kebiasaan tersebut.

Agama leluhur/lokal memiliki karakteristik khusus yang didasarkan pada fakta

empiris bahwa jauh sebelum agama-agama yang disebutkan di atas serta agama dari luar

Indonesia masuk lewat penyebaran para misionaris, leluhur atau masyarakat kuno yang telah

mewariskan ajaran tuntutan keselamatan hidup dan spiritualitas yang dapat didefinisikan

sebagai agama. Paling tidak berdasarkan ketentuan normatif dalam konteks hak asasi

manusia, masyarakat yang mewarisi nilai-nilai adat leluhur yang disebut sebagai masyarakat

hukum adat, karena dalam tata kehidupan sosialnya baik dalam tata upacara kelahiran,

perkawinan dan kematian masih menggunakan tuntunan adat dan kebijaksanaan para

leluhurnya.

2
Agama-agama luluhur/lokal yang masih hidup di Indonesia antara lain Parmalim di

Sumatra Utara, Kaharingan di Kalimantan, Sunda Wiwitan di Jawa Barat, Jawa Kawitan di

Jawa Tengah, Tonaas Walian di Sulawesi Utara, Tolotang di Sulawesi Selatan, Marapu dan

Boti di Nusa Tenggara, Naurus di Pulau Seram Maluku, Halmahera dan lainnya sebagainya2.

Menurut pengamatan awal penulis masyarakat Halmahera, masih mempercayai akan

adanya praktek Agama suku yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang

mereka. Agama-agama suku di Halmahera disebut aninisme, dinanisme, dan panteisme,

yakni penyembahan terhadap roh nenek moyang dan juga kepada benda-benda yang di

anggap memiliki kekuatan sakti dan dipercaya mampu menyelamatkan manusia dari bahaya.

Orang Halmahera juga selalu menjaga tutur bahasa dan tindakan perbuatan dalam pergaulan

karena berkaitan dengan kepercayaannya3.

Kehidupan masyarakat sekarang ini dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan,

tidak dapat menggeser keyakinan masyarakat tradisional terhadap sesuatu yang bersifat

mistis/gaib,sama halnya dengan masyarakat desa Toliwang yang masih percaya akan hal-hal

gaib. Terdapat dua agama besar yakni agama Islam dan agama Kristen hal ini tidak dapat

dipungkiri bahwa dalam kehidupan masyarakat setempat yang kuat dalam ajaran agama

tetapi masih meyakini sesuatu yang bersifat mistis/gaib.

Masyarakat desa Toliwang, yang masih terikat dengan tata-cara kehidupan yang

disebut dengan adat-istiadat, yang dimana penduduk masyarakat desa Toliwang masih

memegang teguh akan kepercayaannya terhadap praktek agama suku yakni kepercayaan

terhadap kekuatan gaib,roh nenek moyang, bahkan benda-benda yang dipercayai memiliki

kekuatan gaib yang sampai sekarang ini melekat dalam diri masyarakat Toliwang. Selain

2
Erna Ratnaningsih, "Pengakuan Negara Terhadap Agama Leluhur/Lokal", Business-Law , (Agustus 2017), http.
3
Magani " Bahterah Injil di Halamhera" , ed. Rudy Tindage & Rauny MP Hutabarat ( Halmahera Utara : BUNG-
GMIH, 2012), 7-27

3
percaya dan beribadah kepada Tuhan yang adalah Juruselamat Umat Kristen,masyarakat

Toliwang juga mempercayai satu benda gaib yang dipercaya dapat menyelamatkan mereka

dari bahaya maut,mereka menyebut benda gaib ini dengan sebutan Puhaka.

Masyarakat desa Toliwang percaya bahwa Puhaka adalah benda gaib yang diwariskan

oleh nenek moyang mereka dan dipercaya mampu menyelamatkan masyarakat Toliwang dari

berbagai bahaya bahkan mampu menyelamatkan mereka dari bahaya maut. Pusaka sudah

dipercayai oleh masyarakat desa Toliwang sejak lama yang telah diwariskan oleh nenek

moyang mereka, fakta lain yang ditemukan pada masyarakat desa Toliwang sampai sekarang

mereka masih percaya akan hal-hal yang berhubungan dengan setan atau suangi, mantra dan

sihir bahkan roh-roh orang mati. Masyarakat desa Toliwang memang melakukan aktifitas

beribadah di hari Minggu, dan dihari-hari lain(berdoa dan baca Alkitab) selayaknya sabagai

orang yang percaya kepada Tuhan yang adalah Juruselamat umat manusia, namun disisi lain

seperti yang telah dijelaskan mereka masih memegang teguh akan kepercayaan terhadap

Pusaka sampai sekarang ini, karena masyarakat desa Toliwang benar-benar meyakini akan

kepercayaan mereka terhadap Puhaka.

Oleh sebab itu penelitian ini mencoba menelusuri peran dari agama suku di desa

Toliwang, sebab-sebab yang melatar belakangi mengapa masyarakat Toliwang sampai

sekarang masih mempercayai Puhaka . maka,penulis tertarik mengungkapakan penelitian ini

dengan judul; “ Peran Kepercayaan Puhaka dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan

Kekristenan”.

1. 2 Identifikasi masalah

Dari latar belakang diatas masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh praktik agama suku dalam kehidupan Kekristenan masyarakat desa

Toliwang

4
1. 3 Tinjauan Literatur

A. Dalam jurnal UNKLAB yang berjudul “Pengaruh Kepercayaan dan Praktek Agama

Suku Terhadap Komunitas Kristen Suku Dani, Papua, Indonesia” yang memuat

mengenai kepercayaan-kepercayaan agama suku dan praktek-praktek agama suku

yang masih dilakukan dalam suku Dani. Meskipun sebagian besar suku Dani

memeluk agama Kristen namun pada kenyataannya ketika mereka menghadapi

masalah kehidupan seperti bencana,penyakit , dan kematian mereka akan kembali

pada keyakinan lama4.

B. Dalam buku Pdt.M.Th. Magany yang berjudul “Bahterah Injil di Halmahera” yang

memuat catatan sejarah perjalanan Gereja Tuhan di Halmahera, dalam buku ini juga

memaparkan tentang agama suku di Halmahera adat-istiadat dan berbagai

kepercayaan agama suku5.

C. Dalam buku penghormatan 70thn prof James Haire yang berjudul “Orang Halmahera

Dari Negeri Seberang” yang didalamnya juga membahas beberapa hal yang

berhubungan dengan magis, roh-roh orang mati( nenek moyang) bahkan hal-hal gaib

yang masih dipercayaai oleh orang Halmahera. Salah satunya adalah suangi yang

adalah satu warisan praksis suangi dari masyarakat primitif, yang kemudian

dituangkan sebagai pahan masyarakat tentang roh jahat dan mitologi ( baik dan

jahat)6.

1.4 Batasan Masalah


4
James J. Watopa, "Pengaruh Kepercayaan dan Praktik Agama suku Terhadap Komunitas
Kristen Suku Dani Papua,Indonesia" ,INDONESIAJurnal Fakultas Filsafat (JFF)
Universitas Klabat, Volume 2. No. 1Juni 2013
5
Sirayandris Jitro Botara & Arkipus Djurubasa "James Haire- Orang Halmahera dari Negeri Seberang"
ed.Melny Nova Katuuk, Heber B.R.P. Hatauruk , Rika Uli Simarangkir-Napitupulu Lautan Asma Siregar. ( PT BKB
Gunung Mulia.Jl. Kwitang, 22- 23, Jakarta 2016. Hal, 325- 327
6
H.Zuchri Abdussamad, ‘’Metode Penelitian Kualitatif’’ , ed. Patta Rapanna,(Desember,
2010), 47-67.
5
Ruang lingkup penelitian ini hanya pada satu kelompok yaitu Kao Barat desa

Toliwang, yang masyarakatnya menganut agama Kristen. Penelitian hanya berfokus

pada kepercayaan dan praktek Agama suku yang masih dipercayai oleh masyarakat.

Toliwang,meskipun mereka sudah menjadi Kristen dan percaya kepada Tuhan

tetapi ketika mereka dalam peristiwa bahaya yang mengancam nyawa, mereka akan

kembali mempraktekkan kepercayaaan mereka terhadap benda-benda gaib yang jelas-

jelas bertentangan dengan ajaran Kristen.

1.5 Rumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh atau Peran

kepercayaan Pusaka dalam Konteks kehidupan Masyarakat Toliwang, secara khusus

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dibawh ini:

1. Bagaimana praktek agama suku di desa Toliwang apakah masih berdampak pada

iman Kristen ?

2. Bagaimana langkah-langkah gereja dalam menyikapi keyakinan praktek agama

suku yang masih diyakini dan dipraktekkan oleh masyarakat desa Toliwang ?

1.6 Tujuan dan Fokus Penelitian

Hasil dari penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu :

1. Menjelaskan kepada kita semua terlebih khusus masyarakat desa Toliwang agar

supaya dapat membentuk Iman Kristen yang lebih baik lagi sebagai orang yang

percaya kepada Tuhan Yesus.

2. Menjelaskan praktek agama suku dan pengaruhnya bagi kehidupan Kekristenan.

1.7 Metode penelitian

6
Dalam upaya untuk melakukan penelitian tentang Peran Kepercayaan

Puhaka dalam konteks Kehidupan Masyarakat Toliwang metode ini mengunakan

metode kualitatif. Pendekatan dalam metode ini agar dapat memperoleh keterangan

yang lebih luas dan mendalam mengenai hal-hal yang menjadi pembahasan. Metode

kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan bermakna.metode

kulitatif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti suatu kondisi pada obyek

yang alamiah.

Dalam metode penelitian Kualitatif ada beberapa langkah yang dilakukan :

a. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi veriabel semacam

percakapan yang bertujuan mengumpulkan informasi atau teknikn

pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab antara penelita

dengan pbyek yang diteliti.

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

sistemmatis dan disengaja melalui suatu pengamatan terhadap sesuatu

yang diteliti.

c. Pengumpulan data dengan dokumen

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya.

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa

catatan,transkrip, buku-buku,surat kabar, majalah dan sebagainya.

d. Analisis Data

7
Aktivitas ini dimulai dengan menetapkan seseorang sebagai infomasi

kunci yang merupakan informasi yang berwibawa dan dipercaya7.

1.8 Sistematika Penulisan

a) Pada Bab I Pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah

atau pertanyaan dalam penelitian, tujuan penelitian , batasan masalah dan focus

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

b) Pada Bab II menjelaskan teori yang akan dipakai sebagai bahan analisis yang

berkaitan dengan Judul Penelitian.

c) Pada Bab III menguraikan Hasil penelitian mengenai Peran Kepercayaan Puhaka

dalam Konteks Kehidupan Masyarakat Toliwang berdasarkan teknik

pengumpulan data pada objek penelitian yakni observasi dan wawancara.

d) Pada Bab IV menganalisis terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan dan

berdasarkan Rumusan Masalah yang di angkat.

e) Pada Bab V membahas kesimpulan dari hasil penelitian dan disertai saran yang

berkaitan dengan hasil dan kesimpulan.

7
H.Zuchri Abdussamad, ‘’Metode Penelitian Kualitatif’’ , ed. Patta Rapanna,
(Desember, 2010), 47-67.

8
Daftar Pustaka

Ibnu Farhan “Gerakan Agama Baru di Indonesia", Study Aliran


Kepercayaan Agama Suku Dayak Hindu, Budha Bumi Segandu Indramayu ,No.2 (Juni
2017)30-38, http.

Abu Ahmadi, Sejarah Agama , CV. Ramadhani, Solo, 1984, hlm 14.

James J. Watopa, Pengaruh Kepercayaan dan Praktik Agama suku Terhadap


Komunitas Kristen Suku Dani Papua,Indonesia, INDONESIAJurnal
Fakultas Filsafat (JFF) Universitas Klabat, Volume 2. No. 1Juni 2013.

Magani “Bahterah Injil Di Halmahera “ ed. Ruddy Tindage & Rauny


MP Hutabarat.(Halmahera Utara:BUMG-GMIH, 2012), 7-27.

Sirayandris Jitro Botara & Arkipus Djurubasa "James Haire- Orang Halmahera
dari Negeri Seberang" ed.Melny Nova Katuuk, Heber B.R.P. Hatauruk , Rika
Uli Simarangkir-Napitupulu Lautan Asma Siregar. ( PT BKB Gunung Mulia.Jl. Kwitang, 22-
23, Jakarta 2016. Hal, 325- 327.

H.Zuchri Abdussamad, ‘’Metode Penelitian Kualitatif’’ , ed. Patta Rapanna,


(Desember, 2010), 47-67.

Anda mungkin juga menyukai