Anda di halaman 1dari 9

MENGHIDUPKAN DAN MENGELOLA ORGANISASI EKUMENIS SEBAGAI

GERAKAN UMAT

KELAS C/ KELOMPOK 1

MEIN KOLOLI

HESTI BANARY

ANASTASYA SOLISA

VINI A. TUMADANG

ANGRIANI LABA

OLVINCE KERADJAAN

WANTI BANI

KETRINA BUNGAN

FARIT NAWARITO TAKA


Abstrak

Mewujudkan Ekumenis di Indonesia merupakan sebuah cita-cita dari PGI, visi ini
merupakan cita-cita yang baik bagi kehidupan bergereja dimasa yang akan datang. Visi
organisasi yang baik harus memiliki tanda-tanda atau indikator-indikator yang mudah dilihat,
diukur dan dirasakan oleh seluruh pemangku kepentingannya. Lalu apa indikator dari visi
“perwujudan Ekumenis di Indonesia”? sangat tidak mudah menjawabnya. PGI yang
merupakan pelopor gerakan Ekumenis di Indonesia memiliki visi periodik yang akan
dijelaskan didalam materi. Namun visi PGI tersebut masih belum terwujud karena sampai
saat ini gereja-gereja di Indonesia belum menjadi satu secara struktural.
I.ISI

Definisi ekumenis terus berkembang dan semakin banyak "tafsir" yang mengartikan
ekumenis dari berbagai sudut pandang. Dalam banyak pertemuan diskusi lintas denominasi
dan konfesi gereja yang pernah penulis ikuti, belum pemah terjadi suatu kesepakatan final
tentang indikator "perwujudan ekumenis di Indonesia". Artinya, sulit sekali menetapkan
berapa persen atau seberapa tinggi "perwujudan ekumenis di Indonesia" sudah tercapai.

PGI sebagai lembaga pelopor gerakan ekumenis di Indonesia, yang sudah berusia 65
tahun, memiliki visi periodik sebagai berikut:

1. Visi mula-mula, seperti tercantum dalam manifes pendiriannya (25 Mei 1950), adalah:
"Kami pertjaja, bahwa Dewan Geredja-Geredja di Indonesia adalah karoenia Allah bagi kami
di Indonesia sebagai soeatoe tanda keesaan Kristen jang benar menoedjoe pada
pembentoekan satoe Geredja di Indonesia menoeroet amanat Jesoes Kristoes, Toehan dan
Kepala Geredja, kepada oemat-Nja, oentoek kemoeliaan nama Tochan dalam doenia ini".

2. Visi tersebut kemudian disempurnakan pada Sidang Raya X tahun 1984 di Ambon
(sekaligus mengubah nama DGI menjadi PGI) menjadi mewujudkan Gereja Kristen yang
Esa. Keesaan dalam konteks ini tidak dilihat dari segi struktural organisatoris, tetapi pada
kesepakatan untuk melaksanakan Lima Dokumen Keesaan Gereja bersama-sama maka
disitulah keesaan terwujud.

3. Kemudian pada Program Kerja Lima Tahun (Prokelita) PGI 2009-2014, visinya berbunyi:
"Menjadi Gereja yang Merefleksikan Kebaikkan Allah di Tengah-tengah Masyarakat
Majemuk Indonesia".

Sejauh mana pencapaian visi PGI tahun 1950, tahun 1984 dan tahun 2009? Bila
menilik visi PGI tahun 1950, jelaslah visi tersebut belum terwujud karena sampai saat ini
gereja-gereja di Indonesia tidak menjadi satu secara strukural. Lalu visi tahun 1984, di mana
indikatomya adalah "melaksanakan Lima Dokumen Keesaan Gereja bersama-sama" (di
dalamnya tercantum klausul "kemandirian teologi, daya dan dana"), pencapaiannya sangat
bervariasi. Dalam ralitasnya, sampai hari ini banyak gereja anggota PGI yang masih
mencantumkan klausul tersebut sebagai visinya. Dengan kata lain "kemandirian teologi, daya
dan dana" masih terus diperjuangkan perwujudannya.
Perkembangan paling akhir tampak pada Program Kerja Lima Tahun PGI 2014-2019
mencoba merumuskan visi terbarunya demikian: "Terwujudnya Gereja gereja yang Semakin
Dewasa" dengan uraian (indikator-indikator) sebagai berikut:

- Terwujudnya = Keadaan yang diinginkan.


- Gereja-gereja = 89 Sinode Gereja anggota PGI.
- Semakin Dewasa = (1) Secara spiritualitas - semakin tekun, konsisten, dan
berintegritas dalam kehidupan doa dan ibadah, (2) Semakin saling mengakui dan
menerima diantara sesama gereja anggota PGI, (3) Semakin memiliki kepedulian
terhadap persoalan (a) kemiskinan, (b) keadilan & perdamaian, (c) ekstrimisme
keagamaan, (d) kerusakan lingkungan hidup. (4) Semakin mampu membangun
solidaritas dan bekerjasama dengan sesama anak bangsa. (5) Semakin mampu
bekerjasama dalam semangat keesaan semesta(Eukumene).
- Dasar Teologis Efesus 4: 13-14.

Mengidentifikasi Faktor Lain dalam Organisasi

Meninjau pencapaian visi PGI 1950, 1984 dan 2009, dapat disimpulkan bahwa visi 1950
belum diwujudkan, visi tahun 1984-2009 belum tercapai dan sulit diukur apakah sudah
tercapai atau belum. Antara hasil yang dicapai(visi) masih ada jurang kesenjangan.

Unsur-unsur organisasi yang dapat menopang pencapaian visi adalah sebagai berikut:

1. Memiliki mandat spiritual dan/atau iman yang menginspirasi dan mendorong munculnya
cita-cita, harapan dan sesuatu yang ingin dicapai di masa depan (visi). Dalam hal ini tidak
perlu diragukan untuk organisasi PGI mengingat dasar yang mendorong visinya adalah aspek
teologi yang sarat dengan kandungan spiritual dan iman. Bahkan, aspek ini bisa dikatakan
terlampau kuat karena "tema dan sub tema" sidang raya, Natal dan Paska PGI seringkali lebih
dikenal jemaat jemaat gereja di Indonesia dibandingkan dengan visinya.

2. Visi yang menggambarkan keadaan ideal yang ingin diwujudkan di masa depan. Visi yang
memiliki ciri: jelas (riil), terukur, dibatasi waktu dan diyakini akan dapat dicapai. Secara
konkret, visi yang baik haruslah singkat (maksimal lima kata), agar mudah dihafal dan
dihayati serta dapat menjadi pendorong semangat semua pemangku kepentingan untuk
menjalankan misi, strategi serta program-programnya. Visi organisiasi harus dipahami oleh
semua anggota organisasi tersebut. Dengan kriteria ini, tampaknya visi PGI 1950 dan 1984
sesungguhnya sudah memenuhi kriteria di atas, meski temyata masih sulit untuk dicapai.
Sedangkan visi PGI 2009-2014 tampak masih belum terkuantifikasi indikatorya sehingga
sulit mengukur keberhasilannya. Juga "penjemaatan" visi 2009 masih kalah kuat
dibandingkan dengan "penjemaatan" tema dan sub tema PGI.

3. Agar visi dapat dicapai maka organisasi membutuhkan langkah-langkah filosofi (misi)
yang menjadi induk seluruh kebijakan, program serta langkah-langkah Taktis organisasi ke
depan. Idealnya haruslah: (1) singkat, agar mudah diingat dan dihafal, (2) konkret, agar lebih
mudah dipahami (3) mendorong semangat, untuk merefleksikan keadaan sekarang menuju
capaian hari esok, (4) khusus, sebagai bukti keseriusan dan pertanggungjawaban kita kepada
para pemangku kepentingan, (5) memakai kata kerja, karena misi adalah melakukan sesuatu
untuk mencapai visi.

Rumusan misi juga menggambarkan: (1) sifat dan konsep usaha organisasi di hari depan,
(2) penetapan apa yang direncanakan dicapai, bagi siapa dan rangkaian filosofi cara
pelaksanaan, (3) fondasi atau titik bagi semua keputusan manajemen yang harus dilakukan.
Misi PGI dari masa ke masa tampak selalu tidak buat kekurangan dalam hal keindahan
rumusannya karena didorong oleh rumusan-rumusan teologis. Barangkali kebiasaan
menuliskan misi yang berbaris-baris lebih dari satu kalimat sudah perlu diringkas agar
mampu dihafal dan dijadikan pedoman melangkah bersama, supaya terjadi sinergi dalam
organisasi PGI.

4. Memiliki strategi-strategi organisasi yang relevan untuk menjalankan misi dan mencapai
visi organisasi. Strategi ini datang dari kompilasi hasil analisis eksternal organisasi (peluang
dan risiko dari luar) yang akan melahirkan kunci-kunci sukses dalam memanfaatkan peluang
dan mengatasi risiko yang muncul saat ini dan di masa depan. Juga, kompilasi analisis
internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) yang akan melahirkan kompetensi istimewa
yang dimiliki. Dari dokumen-dokumen yang dimiliki PGI sudah banyak rumusan strategi
yang dimiliki dengan istilah yang berbeda. Misalnya, rumusan-rumusan yang tercantum
dalam PTPB( pokok-pokok tugas panggilan bersama) tampak sekali dapat digolongkan
sebagai strategi-strategi lembaga.

Ada beberapa strategis PGI yang di ungkapkan dengan uraian yang panjang.namun,tidak
fokus kepada perspektif kunci keberhasilan organisasi.jika organisasi ingin berhasil maka ada
empat strategi perspektif yang harus disusun.

1.Perspektif pemangku kepentingan


2. Perspektif pertumbuhan dan pengembangan SDM.
3. Perspektif proses moral dan
4. Perspektif keuangan

5. ada beberapa nilai yang relevan untuk menjalankan misi organisasi.

Misi -misi yang didefinisikan oleh kamus webster sebagai “standar atau sifat utama
yang mendarah daging dan diinginkan nilai-nilai tersebut

a. Prinsip-prinsip dan ide-ide bersama dalam menuntun pikiran serta

individu dalam organisasi

b. Menggambarkan karakter organisasi , penjabaran mengapa organisasi ada

c. Menjadi pedoman dalam berperilaku bersama seluruh warga organisasi

d. Nilai -nilai ideologis yang mempersatukan semua unsur.

Contohnya : sila dalam Pancasila ; ketuhanan, kemanusiaan,persatuan,


musyawarah dan keadilan

e. Nilai-nilai instrumental sebagai etika dan perilaku sehari-hari contohnya: kejujuran,


integritas,kerja tim

f. Nilai -nilai operasional yang merupakan petunjuk praktis untuk menyatakan


kualitas pekerjaan.contohnya : cepat, akurat dan tuntas

Dalam nilai -nilai PGI banyak memiliki nilai-nilai ideal bersifat umum (teologis) yang
menyirat Ayat-ayat Alkitab. Akhirnya nilai -nilai ini sering kali kurang fokus dan kurang
eksplisit menjadi daya dorong bagi pencapaian visi PGI

6. memiliki Jabaran strategi dan lambang -lambang berupa program -program.suatu


program yang memiliki target smart.program yang secara organisasi memiliki
kekuatan dalam menjawab kebutuhan pemangku kepentingan disertai dengan
anggaran.

7. Program-program organisasi dapat berjalan dengan efisien dan efektif bila di dukung oleh
infrastruktur lembaga (sumber data tangible yang di miliki) dengan gaya kerja (etos).
Infrastruktur organisasi di dalamnya termasuk peralatan dan tempat kerja. Semua
infrastruktur organisasi akan teroptimalkan bila gaya kerja (etos) serta para pemimpin dan
pekerjanya konsisten menerapkan nilai-nilai gevomance.
Dari materi ini dilihat bagaimana seorang pemimpin menghadapi rentangan dan
luasnya wilayah gereja-gereja di Indonesia dan menjadi seorang pemimpin harus mampu
menjadi daya dorong untuk memperkuat daya pilar, dan dalam organisasi seorang pemimpin
harus memastikan memiliki kompetensi sesuai dengan panggilannya, atau fungsi organisasi
dan pekerja dalam organisasi harus profesional dan memeliki pengetahuan yang teknis dan
memeliki kemampuan dalam mengelola perubahan, mendiagnosa, permasalahan,
implementasi, dan evaluasi perubahan, agar bekerja secara berkualitas dan mampu
mewujudkan visi organisasi dan menjadi seorang pemimpin yang bijaksana.

Gerakan Ekumene dalam kepemudaan (dan Mahasiswa) di mualai dari peran WSCF,
peran anggota senior NSCV sekaligus tokoh-tokoh pemuda pemuda pribumi dan tokoh-
tokoh penting lainnya. Di Indonesia, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia)
memiliki hubungan historis,visioner, maupun kelembagaan dengan PGI. GMKI adalah
organisasi yang berciri khas gerakan Eukumenis yang dimana motto dan amsal organisasinya
adalah Ut Omnes Unum Sint(bahasa latin) artinya biarlah mereka semua menjadi satu yang
terdapat dalam Yohanes 17:21. Ini merupakan Doa Yesus yang diimani sebagai kepala
gerakan. Eukumenis dalam GMKI diartikan sebagai “persatuan” persatuan yang diharapkan
bukanlah persatuan biasa namun sebagai “Persekutuan dalam perbuatan baik”. Persekutuan
yang melayani sesama manusia dan sesama makhluk ciptaan termasuk alam semesta.

Kesimpulan dari Artikel ini :

Menghidupkan dan mengelola organisasi ekumenis sebagai gerakan umat di


presentasikan oleh persekutuan persekutuan gereja gereja di Indonesia (PGI) yang sudah
berusia 65 tahun, membutuhkan perbaikan-perbaikan dan perencanaan pelaksanaan,
monitoring dan mengevaluasi semua tujuh pilar kunci sukses organisasi yaitu:

1.Memiliki mandat spiritual dan atau mau menginspirasi serta mendorong munculnya cita
cita, harapan dan sesuatu yang ingin di capai di masa depan.

2.Memiliki visi yang menggambarkan keadaan ideal yang ingin di wujudkan di masa depan.

3.Membutuhkan langkah langkah filosofis(mis) yang menjadi induk semua kebijakan


program serta langkah langkah bakti organisasi depan.

4.Memiliki strategi strategi organisasi yang relevan untuk menjalankan misi dan mencapai
visi organisasi
5.Memiliki nilai nilai yang relevan untuk menjalankan misi organisasi.

6.Memiliki jabatan strategi dan nilai nilai lembaga berupa program program yang memiliki
target target yang SMART

7.Di dukung oleh ingrastuktur lembaaga sumber daya tangible yng di miliki dan gaya
kerja(etos) para pemimpin dan pekerja yang merupakan ekspesi dari nilai nilai lembaga.

Secara khusus perlu ada strategi yang di dusun untuk menggerakan semua potensi umat
anggota PGI untuk mewujudkan visi ekumenis secara bersama sama. Dengan demikian cita
cita organisasi ekumenis sebagai gerakan umat dapat di wujudkan. Pada akhirnya peran
pemimpin yang memiliki kompetensi di bidang manajemen strategis dan transformasi SDM
menjadi sangat krusial dalam mengoptimalkan peluang rentangan dan luasnya wilayah gereja
gereja di Indonesia.

II. TANGGAPAN

Ekumene merupakan gerakan yang mendunia, bukan hanya untuk mempersatukan


Gereja-Gereja dan orang-orang Kristen yang terdiri dari berbagai corak denominasi,budaya
dan politik. Bukan juga untuk menyeragamkan, baik itu mengenai liturgy maupun cara-cara
penyembahan melainkan mempersatukan dalam satu persekutuan untuk menjalankan perintah
Tuhan yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Dalam mewujudkan gerakan Ekumene Pemuda sangatlah berperan penting karena


pemuda adalah penentu masa kini dan masa depan, oleh karena itu pemuda harus mengambil
peran di dalam Gereja, aktif dalam mewujudkan gerakan Eukumene. Sebgaimana istilah yang
disampaikan dalam Konas di karang anyar 2014 di sebutkan bahwa Pemuda adalah “Generasi
Ekumene”. Pemuda diberikan tempat yang khusus didalam Gereja dan diberikan ruang untuk
bertindak karena itu, pemuda harus memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi gereja
sekarang ini, pemuda harus bertindak mewujudkan gerakan eukumene berdasarkan kasih.

Sebagaimana tulisan dalam Jurnal/ Tulisan bapak Sigit Triyono menjelaskan bahwa
dalam mewujudkan gerakan Ekumene bukanlah hal yang mudah , oleh karena itu ini menjadi
perhatian serius bagi kita. Terutama sebagai pemuda yang adalah “Generasi Ekumene”.
Pemuda harus bekerja sama dengan Gereja dan Pemerintah untuk mewujudkan visi
eukumenis secara bersama-sama. Sebagai pemuda yang terhimpun dalam organisasi untuk
mewujudkan gerakan ekumene (GMKI-Ut Omnes Unum Sint: supaya mereka semua menjadi
satu) kami sering merasa ditekan oleh pihak tertentu karena adanya berbagai kepentingan
yang mengakibatkan kami kesulitan untuk bergerak dalam mewujudkan visi tersebut. Ini
merupakan pergumulan besar bagi kami, yang dimana ada sebagian pemuda yang terikat oleh
lembaga dan mempunyai kepentingan yang pada akhirnya tidak memberikan ruang terhadap
pemuda untuk bergerak.

Di zaman sekarang yang penuh dengan tantangan teknologi, kesadaran akan hal
mengasihi sesama dan keberanian serta dibarengi dengan dukungan dari semua elemen itu
merupakan modal untuk mewujudkan gerakan ekumenis ini.

III. DAFTAR PUSTAKA

JURNAL : Triyono, Sigit. “Menghidupkan dan mengelola Organisasi Eukumenis sebagai


gerakan Umat” Penuntun 16,No 27(2015)

BUKU : Nggili, ranold Ricky. Oikumenisme dan Nasionalisme.Jakarta:BPK Gunung Mulia,


2019.

INTERNET : Markus. ”Generasi oikumene:kaum muda sebagai harapan Gereja dan


Masyarakat” pgi.or.id. diakses pada kamis,03 november 2022. Website PGI
https://pgi.or.id>DokumenPGIGenerasioikoumene:kaummudasebagaiharapangerejadanmasya
rakat

Anda mungkin juga menyukai