Anda di halaman 1dari 5

MENJUNGJUNG IMAN MELESTARIKAN ADAT

Dosen Pengampu: Pdt. Selfia Sihombing, S.Th, M.Si, M.Pdk

Disusun Oleh:

Nama : Kesia Vanessa Br Tarigan


NIM : 3213122036
Kelas : D 2021
Mata Kuliah : Agama Kristen Protestan

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
Kebudayaan adalah suatu hal yang dilakukan masyarakat secara berulang-ulang yang daianggap
baik dan membawa manfaat kepada setiap masyarakat dan oleh sebab itu masyakat
melalukannya secara terus menerus. Begitu juga dengan suku batak yang memiliki adat dan
kebudayaan, diaman adat dan kebudayaan tersebutlah yang mengatur prilaku masyarakat batak
toba. Adat ini juga tidak dapat dipisahkan pada eprcayaan agama pemula batak toba.
Merekamengganggap bahwa adat berasal dari ilahi. Olekarena itu masyarakat batak toba
berusaha mematuhi adat tersebut.

Bagi orang batak sanagat sulit menentukan batas antara orang mati dan hiduap karena mereka
masih sering meminta berkat kepada orang yang sudah meninggal. Mereka percaya bahwa orang
yang telah meninggal pun masih dapat meberi berkat terhadap mereka, acara penguburan dalam
adat batak pun mecerminan bahwa masih ada kehidupan yang akan dijalani setelah kematian.
Acara pemakaman pada adat batak masih berdasarkan dalihan natolu. Masih banyak adat orang
batak seperti mengambil tulang belulang, mendirikan tugu, hal ini memamng bertentangan
dengan kekristenan dan orang kristen pun masih melalkukan hal tersebut. Walaupun acara
tersebut tergolong membutuhkan uang yang tidak sedikit, masyarakat dengan perekonomian
rendah pun berusaha unutk melaksanaan acara tersebut. Oleh karena itu kita perlu memahami
bagaimana pran gerja dalam adat dan budaya, apakah sebagai superior dalam masyarakat?

Menurut masyarakat batak toba pencipta alam semesta ini adlah mulajadi nabolon, ini yang
mereka anggap tuhan mereka, mereka juga mengganggap ada tiga benua didunia ini yaitu benua
atas, benua tengah, dan benua bawah. Dan pada lapisan paling atas yang berkuasa adalah
mulajadi na bolon. Masyarakat mempercayai ada 7 lapisan, dan dalam setiap lapisan berbeda
beda juga manusianya. Begitu juga dengan sifat dan kepribagian mereka. Debata Na Tolu
diciptakan oleh mula jdi na bolon melalui burumg Hulambujati, namun menurut Vergouwen
konsep ini diambil dari agama Hindu. Debata na tolu tersebut lah yang menjadi dasar struktur
masyarakat batak yaitu: Hula-hula, dongan sabutuha, dan boru. Masyarakat batak toba telah ada
sejak dulu bermukim di sekitar danau toba, yang katanya pertaman kali turun di bawah pusuk
buhit.
Dalam praktiknya dalihan natolu memiliki kedudukan yang sama. Bukan berarti ketika menjadi
boru maka kedudukannya lebih rendah dari pada hula-hula. Mereka memiliki istilah dapal
bahasa batak yaitu harus mar elek mar boru yang artinya harus baik terhadap boru dan manat
mardongan tubu. Harus berhati hati, menghormati dan menghargai dongan tubu nya. Marga
dalam batak toba adalah penting, mereka akan mejaga tingkat laku ditengah masyarakat unutk
menjaga nama baik semerga mereka. Mereka merasa bangga ketika semerga mereka dapat
meraih kesuksesan walaupun mereka tak saling kenal.

Kematian orang batak toba dibagi menjadi delapan klasifikasi menurut adat batak toba dan
sesuai dengan status sosialnya yaitu: Tilahaon, Mate di Paralangalangan, mate putu dan mate
mangkar, matipul ulu-matompas tataring, mate sarimatua dan saurmatua, mate mauli bulung.
Mengormati orangtua pada masyarakat batak yaitu dengan memberi makan yang enak
terhadapap orang tau yang sudah lanjut usia. Dan bisa juga melibatkan dalihan natolu, namanya
yaitu manulangi dan sulang-sulang hariapan, hal ini dilakukan unutk persiapan bahwa oranngtua
yang sudah lanjut umur pada hari tuanya.

Struktur manusia terdisi dari daging, jiwa, roh, pikiran, hati nurani, dan kehendak. Jenis
kematian menurut kristen: mati: keadaan terpisah dari allah karena dosa, mati: keadaan terpisah
nyawa dari tubuh, mati: keadaan terpisah kekaal dari allah. Pemakaman orang mati yang ditinjau
dari perjanjian lama dan perjanjian baru adalah: pemakaman pada perjanjian lama memiliki
aturan juga seperti memakamkan orang meninggal ditempat yang bukan seharusnya dapat
mendatangkan kutuk. Dan juga kuburan yang dikhususkan untuk orang biasa diluar tembok
Yerusalem. Pada perjanjian lama orang yang meninggal akan diberi rempah-rempah yang
memakan waktu selama 40 hari lamanya, ada juga yang dinakan dengan peratapan, dan
kemudian ada juga acara untuk pemakaman menyerahkan orang yang telah meninggal kedunia
akhir. Dan pemakaman berdasarkan perjanjian baru yaitu dengan memandikan zenajah, memberi
minyak wangi, dan memakaikan pakaian bagus, setelah itu menangisi orang yang
telahmeninggal, bahkan Yesus pun menangisi kematian Lazarus. Sama dengan perjanjian lama
kuburan akan ada di luar kota. Namun berbeda jika sudah dibuat kan keluarga atau perseorangan
kuburannya sebekum dia meninggal.

Kematian dan pemakaman pada HKBP. Jika ada orang yang meninggal, lonceng gereja akan
dibunyikan dan panajng lonceng yangdibuyikan berdasarkan tingkatan sosial dari orang yang
meninggal apakah, anak-anak, pemuda, orang tua, dan sudah lanjut usia, malalui bunyi lonceng
ini jemaat akan tau yang meninggal anak-anak, pemuda/I, orang tua, atau lanjut usia.

Hubungan budaya dengan agama, agama datang dengan kata- kata, kiasan dan mungkin yang
pernah kita dengar melalui tangan-ketangan, mulut kemulut yang artinya mengalamai
inkulturasi, dan terkadang budaya sebagai wadah dalam persebaran agama, namun tidak dapat
kita katakan ada agama budaya. Paulus juga pernah menulis kalau kita tidak perlu berubah yang
artinya kita tidak perlu mejadi seperti budaya orang lain, kita hanya perlu menjalani kebudayaan
kita seperti biasa namuan dengan agar agama.

Kelebihan dari buku ini yaitu mudah dimengerti karena disertai dengan conoth contoh, dalam
buku ini juga dicantumkan bagaiman liturgi yang dilakukan gereja HKBP, dala pemakaman
oarang yang telah meninggal sehingga pembaca dapat mengetaui dengan lengkat mengenai
bagaimana sebenarnya pemakaman yang dilakukan oleh jemaat HKBP. Dan juga membuat
penjelasan mengenai perbedaan pandangan perjanjian lama dan baru secara jelas dan terperinci
menyertakan juga pada kitap dan ayat berapa saja kita dapat membaca referensi/ alkitab yang
dimasukkan oleh penulis sehingga hal itu dapat memperdalam pengetahuan yang mengenai topik
yang dibahas dalam buku.

Setiap karya tulispastimemiliki kekurangan dan kelebihan dalam setiap karya tulisnya. Begitu
juga dengan buku ini, memang disebutkan contoh, namun sedikit akan ada kesulitan karena
conoth yang dibuatkan dalam bahasa batak, mungkin jika yang membaca orang batak toba saja
akan mengeri sekali, namun akan sedikit sulit jika dibaca oleh rang yang bukan orang batak toba
yang ingin tau mengania bagaimana perbedaaan dan hubungan budaya dan agama dari buku
tersebut. Dan juga pada pembahasan mengenai budaya lebih hampir keseluruhan yang dibahas
hanya mengai kematian dan pemakan tidak ada dibahas mengenia bentuk budaya yang kain yang
bersangkutan dengan agama.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari buku tersebut adalah bahwa dari zaman perjanjian
lama, perjanjian baru alkitab dan hingga sekarang manusia tidak dapat lepas dari budaya.
Dan buku ini berfokus pada budaya pada kematian dan pemakan. Dan mengenai bagaiaman
pandangan menurut masyarakat batak toba dan juga bagaimana pandangan menurut agama,
yang tertuang dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru.
Dan dari keseluruhan isi buku,buku ini cocok juga unutk dibaca dan dijakikan referensidalam
kajian mengenai hubungan antara budaya batak toba dengan agama, yang terkhusus dalam
gereja HKBP.

B. SARAN
Saran saya dalam penelitian selanjutnya dalam buku ini yaitu, jika ada dimuat contoh bahasa
daerah, ada baiknya jika dibuat terjemahannya dalam bahas Indonesia, supaya nagi pembaca
yang tidakmengeri bahas batak toba tidak salah dalam memaknai isi bacaaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai