Anda di halaman 1dari 3

Seorang pendeta suatu kali meminta jemaatnya kebingungan bercampur, dan hakim berkata: “Saya tidak

berdoa agar Tuhan menutup sebuah bar yang ada di percaya apa yang saya dengar. Tepat di depan saya ada
lingkungan gereja. Bagi si pendeta, bar tersebut adalah pemilik bar yang percaya akan kuasa doa dan seorang
tempat orang untuk berbuat dosa dan mempromosikan pendeta yang tidak percaya akan kuasa doa”. Ironis
kehidupan berdosa. Oleh karena itu, maka pendeta memang bahwa tidak sedikit orang Kristen mengaku
tersebut mengajak para jemaatnya untuk mengadakan mempercayai Tuhan, tetapi mereka tidak percaya akan
persekutuan doa khusus mengenai hal ini. Maka sebuah doa. Mereka mengaku mempercayai Tuhan, tetapi tidak
persekutuan doa malam diadakan di gereja tersebut, yakin bahwa Tuhan menjawab doa. Mereka masih berdoa
memohon agar Tuhan menutup bar yang berdosa tersebut. atau bahkan jarang berdoa, namun ketika mereka berdoa,
Beberapa minggu kemudian, kebakaran melahap habis mereka tidak mengharapkan apapun terjadi. Doa hanya
bangunan bar tersebut. Mendengar kabar bahwa adanya menjadi kebiasaan yang dilakukan karena semua orang
persekutuan doa di gereja mengenai doa agar Tuhan Kristen melakukannya.
menutup bar tersebut, pemilik bar mengajukan gugatan
Judul Mazmur ini dalam Alkitab ialah Mangida
pengadilan kepada gereja. Ketika akhirnya persidangan
Pangurupion Na Sian Debata, Doa minta pertolongan.
pengadilan diadakan, pemilik bar dengan sangat
Berarti ada sebuah situasi negatif dan sangat esktrem yang
bersemangat menuduh barnya hancur terbakar karena
mendorong pemazmur berteriak minta tolong. Secara
jawaban Tuhan atas doa dari gereja tersebut. Sementara si
khusus dalam dua ayat pertama, pemazmur meminta
pendeta, menolak tuduhan tersebut dan menolak untuk
kepada Allah agar Allah sudi mengarahkan
membayar kerugian apapun. Anehnya, dia mengaku bahwa
(mencondongkan) sungguh-sungguh telingaNya kepada
gereja memang berdoa, tetapi terus berusaha meyakinkan
doa dan keluh-kesah, penderitaannya (ayat 1). Sedemikian
di persidangan bahwa baik dia maupun jemaat yang lain,
gawatnya deritanya, maka ia merasa sudah hampir binasa,
tidak ada seorangpun yang benar-benar mengharapkan
sehingga dalam ayat 2, ia meminta agar Allah memelihara
akan ada sesuatu yang terjadi. Kemudian Hakim yang
nyawanya dan menyelamatkan dia. Dalam nats yang
memimpin pengadilan merasakan kekaguman dan
menyapa kita hari ini, kita melihat tentang konsep, setia dan panjang sabar. Setiap kali kita memerlukan
bagaimana Daud, sebagai seorang yang berkenan di hati pertolongan-Nya, pasti Tuhan akan menolong kita.
Allah, seorang yang menjadi raja atas Israel dan memiliki
Jadi damang dainang, adong do dua na boi
pasukan yang begitu banyakpun, tetap mengalami
sitioponta sian turpuk ta sadarion
pergumulan, kesengsaraan, dan kesusahan dalam
hidupnya. Namun jika kita membaca Mazmur 86, kita Naparjolo, Haporseaon dohot Parsitutuon. Molo
bukan hanya melihat mengenai setiap orang menghadapi tapaihutihut tangiang ni si David on tung tangkas do
masalah, tetapi kita juga melihat, bagaimana respons yang idaonta parsitutuonna na martangiang i. Didok ibana do
benar pada waktu kita sedang ditimpa masalah. Daud "Sai paeleng ma pinggolMu ale Jahowa, alusi ahu.”
menunjukkan dalam Mazmur 86 bahwa waktu penderitaan Diuduti ibana muse mandok: "Sai ramoti ma, sai urupi"
itu datang, dia bukan berputus asa atau menyalahkan Tung dielek ibana do Tuhan di tangiangna, marhite na
Tuhan atau orang lain atas penderitaannya. Daud didokna: "Asi ma rohaM di ahu, ale Tuhan." Ndang holan
menunjukkan sebuah teladan yang indah di tengah sahali dipasahat ibana pangidoanna, alai di bagasan serep
pergumulan hidupnya. Daud datang kepada Tuhan dan ni roha diulahi ibana do pasahathon pangidoanna. Ndang
memohonkan pertolongan-Nya. Teladan diri Daud ini na mamaksa manang mangogohon, alai di bagasan
perlu kita teladani. Sebagai manusia, seringkali ketika elekelek dohot serep ni roha do dipasahat tangiangna.
masalah itu datang, kita mencoba menyelesaikan dengan Ndang holan sahali, ndang holan sangombas, alai manipat
kekuatan diri kita sendiri. Kita jarang datang kepada ari dipasahat ibana tangiangna tu Tuhan i. Naeng tarida ma
Tuhan. Kalaupun kita datang kepada Tuhan, itu hanya parsitutuon nang sian hita. Di saluhut angka na masa di
pada saat sudah tidak ada jalan keluar lagi. Pola seperti ini bagasan pangoluonta, di las ni roha tarlumobi di arsak ni
seharusnya kita balik. Kita pergi mencari dan meminta roha naeng tongtong tarida parsitutuonta martangiang tu
pertolongan Tuhan terlebih dahulu, setelah itu, dengan Tuhan. Unang taloas didondoni sitaonon i hita gabe
hikmat Tuhan melakukan sesuatu untuk menyelesaikan mandate manang mandele. Dison ma ringkot ni
masalah itu. Kita percaya Allah kita adalah Allah yang parsiranggutonta i di jolo ni Tuhan. Di hagaleonta i tajou
ma Ibana Pargogo na so hatudosan i. Naeng tongtong butuhkan adalah bimbingan dan hikmatNya untuk dapat
tajoujou Tuhan i ganup ari, ganup tingki. Asa Ibana mengerti rencana-Nya, terutama saat kita mengalami
tongtong na mangaramoti, manjagai jala palas rohanta. kegagalan dan kekalahan? Seharusnya kita berdoa
“meminta kekuatan untuk bisa menerima kehendak Tuhan
Napaduahon, Martangiang asa mangantusi lomo ni roha ni
sebagai yang terbaik dalam hidup, sekalipun mungkin itu
Debata, Berdoa untuk bisa mengerti kehendakNya
sangat tidak menyenangkan”. Berdoa untuk menang itu
Suatu kali seorang anak sedang mengikuti sebuah lomba biasa, tapi berdoa untuk bisa mengerti kehendakNya saat
lari. Sebelum pertandingan dimulai Anak kecil itu duduk kita kalah itu Luaarr Biasa.
menundukkan kepala lalu memanjatkan doa. Pertandingan
Kiranya memampukan kita untuk melakukan FirmanNya
pun dimulai, ternyata ia pertama kali mencapai garis finish
dan keluar sebagai juara. Saat pembagian hadiah, ketua
panitia bertanya: “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa agar
kamu menang bukan ?” Anak itu menggeleng “Bukan pak,
rasanya tidak adil berdoa untuk bisa mengalahkan orang
lain. Aku hanya berdoa supaya tidak menangis kalau aku
kalah” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah
beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan dari
para penonton. Dia tidak meminta Tuhan mengabulkan
semua harapannya, namun ia berdoa “agar diberikan
kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi”.
Seringkali kita berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan
setiap permintaan kita. Kita meminta agar Tuhan
menghalau setiap halangan yang ada di depan mata. Tidak
salah memang, namun bukankah semestinya yang kita

Anda mungkin juga menyukai