Anda di halaman 1dari 4

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaaatuh,

Sahabat, bila doa kita tidak dikabulkan karena bergelimang dosa, sedang
semua orang pasti berdosa, lantas…Perlukah kita berdoa?
Ingin tahu seperti apa ulasan lengkapnya?
Silahkan tonton video ini sampai habis untuk mendapatkan motivasi,
inspirasi dan juga edukasi untuk peningkatan mutu diri menjadi lebih baik.

Pada suatu masa, ada seseorang yang terkenal, kondiang, familiar bahkan
sangat terpandang di masyarakatnya. Setiap gerak geriknya selalu menjadi
perhatian banyak orang. Setiap aktivitasnya selalu menjadi buah bibir
tetangga dan masyarakat di sekitarnya. Banyak warga masyarakat yang
dekat dan simpati padanya. Tanpa diminta, bantuan datang silih berganti.
Bak orang terbaik dan paling baik di lingkungannya.

Namun, kini ia tidak lagi seperti dahulu. Mukanya memelas. Tidak tampak
sedikit pun air muka harapan masa depan di wajahnya. Ia merasa sangat
kecewa. Tidak ada lagi yang memerdulikannya. Tidak ada lagi yang
memperhatikannya. Hidupnya seolah tak berguna dan tak ada harapan.
Dari seorang yang dulu “somebody” sekarang jatuh menjadi “nobody”. Dari
seorang yang selalu disapa, sekarang menjadi bukan siapa-siapa.

Ia benar-benar kecewa. Dalam sehari semalam ia tidak pernah absen untuk


selalu melaksanakan shalat, Berdzikir, wirid, berdoa. Semua upaya
mendekatkan diri kepada tuhannya dilakukan dengan harapan
Kesengsaraan, kepedihan, penderitaan agar segera hengkang dari
kehidupannya dan kembali menjadi manusia sebagaimana yang lain. Yakni
kembali menjadi orang yang dihormati, dipuji dan disanjung.

Yang terjadi justru tidak demikian, selama puluhan tahun berdoa, namun
juga tidak ada tanda-tanda Tuhan mengabulkan doa. Keadaannya tetap tak
berubah. Ia sadar mungkin doanya tidak dikabulkan karena banyaknya
dosa. Tapi ia balik memertanyakan, siapa di dunia ini yang tidak pernah
berbuat dosa? Semua orang pasti memiliki potensi untuk berbuat dosa.
Kalau begitu adanya apa gunanya berdoa. Toh, berdoa juga tak kunjung
didengar dan dikabulkan.

Ada dua alasan, mengapa mereka sampai pada kesimpulan tersebut.


Pertama, kesulitan hidup tak pernah selesai dengan doa. Kedua, bila doa
kita tidak dikabulkan karena bergelimang dosa, sedang semua orang pasti
berdosa, apa perlunya berdoa.

Jika demikian adanya, lantas apa bedanya cara doa kita dengan lampu
aladin. Yang Memandang doa sebagai mantra magis untuk mengendalikan
alam semesta. Ketika kita berdoa, kita berharap, Tuhan harus keluar dan
bersimpuh mengabulkan apa yang kita minta. Lalu, kita minta sekehendak
kita, kalau tidak dikabulkan, lalu kita marah kepadanya. Kita kecewa dan
segera membuang lampu aladin tersebut.

Kalau demikian adanya, patut kita renungkan ungkapan dari seorang


ulama terkemuka,

“Bila Anda ingin tahu posisi Anda di sisi Tuhan, maka lihat posisi Tuhan di
hati Anda.”

Begitulah seharusnya kita, tahu diri terhadap Tuhan. Betapa rendahnya


kita memposisikan Tuhan sebagai jin dalam lampu aladin. Kita mungkin
dapat berkilah, bahwa doa kepada Tuhan ibarat ungkapan cinta kepada
kekasihnya. Namun, cinta masa puber. MencintaiNya karena
memerlukanNya.

Erich Fromm, seorang pakar psikoanalisis, menulis,

“Immature love says, "I love you because I need you.' Mature love says, T
need you because I love you.”
Yang artinya Cinta yang tidak dewasa mengatakan “ Aku mencintaimu
karena aku membutuhkanmu”. Cinta dewasa mengatakan “ Aku
membutuhkanmu karena aku mencintaimu”.
“Sebelum beranjak lebih jauh, saya ingin menyebutkan sebuah cerita yang
berasal dari hadis qudsi. Dalam hadis qudsi ini mengisahkan dua raja.
Dulu ada seorang yang sepanjang hidupnya dzalim dan suka berbuat
maksiat. Kemudian tiba-tiba ia jatuh sakit. Para tabib mengatakan, agar dia
segera berpamitan kepada keluarganya karena sakitnya tidak dapat
disembuhkan kecuali dengan sejenis ikan. Padahal masa itu bukan
musimnya ikan muncul di permukaan. Namun, Tuhan mendengar itu, lalu
memerintahkan para malaikat untuk menggiring ikang-ikan agar muncul di
permukaan. Ringkasnya raja tersebut dapat dapat memakan ikan itu, lalu
sembuh.
Sementara, pada saat yang sama, ada seorang raja yang adil lagi shaleh
sedang jatuh sakit. Para tabib juga mengatakan bahwa obatnya adalah ikan
yang sama. Sang tabib mengatakan bahwa agar tidak khawatir karena
sekarang sedang musimnya ikan muncul di laut. Sangat mudah mencari
jenis ikan tersebut. Namun, justru Tuhan memerintahkan para malaikat
untuk menggiring ikan masuk ke sarang-sarangnya. Akhirnya, sang raja
adil tidak mendapatkan ikan, dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Sebagaimana kita yang hidup di bumi, konon para malaikatpun juga


bingung, mengapa doa raja yang shaleh itu tidak dikabulkan, sementara
raja yang zalim justru yang dikabulkan. Lalu, Tuhan berfirman, “Walaupun
Raja itu zalim dan banyak berbuat dosa, tapi dia pernah juga berbuat baik.
Demi kasih sayang-Ku, aku berikan balasan pahala amal baiknya. Sebelum
meninggal dunia, masih ada amal baiknya yang belum aku balas. Maka aku
segerakan membalasnya, supaya dia datang kepada-Ku hanya dengan
membawa dosa-dosanya”. Artinya sudah tidak ada lagi amal salehnya yang
harus dibalas Tuhan.

“Demikian juga dengan Raja yang adil dan saleh itu. Walaupun dia banyak
berbuat baik, tapi dia pernah juga berbuat buruk. Aku balas semua
keburukannya dengan musibah. Menjelang kematiannya, masih ada
dosanya yang belum KUbalas. Maka, AKU tolak doanya untuk mendapatkan
kesembuhan, supaya bila dia datang kepada-KU, dia hanya membawa amal
salehnya”. Artinya sudah tidak ada lagi dosanya yang harus dibalas Tuhan.

Dalam sebuah hadis qudsi yang lain, Tuhan berfirman kepada para
malaikat; “Di sebelah sana ada seorang hambaKu yang fasik, banyak
berbuat dosa, dan berdoa kepadaKu. Segera penuhi permintaannya. Aku
bosan mendengar mendengar suaranya. Di tempat lain ada seorang
hambaKu yang shaleh sedang berdoa kepadaKu. Tapi, tangguhkan
permintaannya. Aku senang mendengar rintihannya.”

Ada juga kisah mengenai kekasih Tuhan yang lain, yakni Nabi Musa as. Ia
berjuang dan berdoa untuk kejatuhan Fir'aun dalam waktu yang tidak
sebentar. Konon berdasarkan tutur ulama “Ada rentang waktu empat puluh
tahun antara permulaan doa nabi Musa as. dengan tenggelamnya Fir'aun.
Nabi Musa yang tak pernah berdosa saja mau menunggu selama empat
puluh tahun untuk menggulingkan Fir'aun, masak kita yang, katanya,
mencintai para nabi tidak bisa mengikuti jejaknya. Tidak dalam artian
waktu mesti empat puluh tahun, tentu saja. Namun, bersabar dalam
proses.
Pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kisah-kisah di atas adalah.

jika kita mencitai Tuhan dan Tuhan senang dengan rintihan kita, mari kita
berdoa terus menerus dan terus merintih di hadapan Tuhan.

Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Wallahu’alam bi al shawab.

Bagaimana? Apakah kalian tertarik untuk pembahasan kali ini?

Kasih tahu alasannya di kolom komentar dibawah ya…..


Okey mungkin ini hanya sebagian kecil dari ulasan kita kali ini, kalau kalian
masih penasaran saksikan terus video-video terbaru dari channel ini dengan
cara klik subscribe dan nyalakan loncengnya dan share ke media sosial
kalian.

Semoga Solawat kesejahteraan, salam kedamaian dan keberkahan selalu


tercurahkan kepada baginda rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat,
dan mereka yang mengikuti petunjuknya dan berdakwah di jalannya
sampai kiamat kelak. Segala puji bagi allah Tuhan semesta alam.

Wassalamualaikum wr wb.

Anda mungkin juga menyukai