Anda di halaman 1dari 26

Bismillahirroh maanirrohiim

Assalamu'alaikum

warohmatullahi

wabarokatuh.

Kisah ini mengisahkan ada seorang Ahli ibadah yang sangat dicintai oleh Allah,
sangat disayangi oleh Allah, dan sangat diridhai oleh Allah. Dan kisah ini juga
mengisahkan ada seorang Pendosa yang sangat dibenci oleh Allah dan sangat
dimurkai
oleh
Allah.
Dan kedua orang ini yaitu si Ahli Ibadah dan si Pendosa sama-sama memasuki
suatu masjid, dan ketika keduanya keluar dari masjid, si Ahli Ibadah yang tadinya
sangat dicintai oleh Allah, sangat disayangi oleh Allah dan sangat diridhai oleh
Allah menjadi sangat dibenci oleh Allah dan sangat dimurkai oleh Allah.
Sebaliknya, si Pendosa yang tadinya sangat dibenci oleh Allah dan sangat
dimurkai oleh Allah menjadi sangat dicintai oleh Allah, sangat disayangi oleh
Allah
dan
sangat
diridhai
oleh
Allah.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Apakah yang sebenarnya terjadi di dalam masjid...?
Rupanya saat si Pendosa memasuki masjid itu, Dia melihat si Ahli Ibadah
melakukan Ibadah sholat kepada Allah dengan Khusyu'nya, menikmati Ibadah
yang dilakukannya. Sehingga hatinya tergerak untuk bertobat, "Ya Allah,
Alangkah nikmatnya melihat hamba-Mu yang dengan khusyu'nya melakukan
Ibadah kepadamu? Aku menyesali segala perbuatanku selama ini? Ya Allah
terimalah Tobatku ini." batin si Pendosa. Allah Maha Pengampun, Ia menerima
tobatnya si Pendosa dan Allah pun menjadi cinta kepada si Pendosa tadi, menjadi
Ridho
dengan
ketulusan
si
Pendosa
tadi.
Sebaliknya, saat si Ahli Ibadah tadi selesai melakukan ibadah sholatnya. Ia
melihat si Pendosa di dalam masjid sedang memperhatikannya, si Ahli Ibadah
mengenali si Pendosa ini, Ia tahu bahwa orang ini terkenal akan perbuatan
maksiatnya, selalu bermabuk-mabukan, gemar berjudi dan suka main perempuan.
"Untuk apa orang laknat ini berada didalam masjid? Dia hanya mengotori masjid
ini saja?!"batin si Ahli Ibadah. Allah Murka dan Allah pun membenci si Ahli
Ibadah itu. si Ahli Ibadah tersebut merasa paling benar, merasa paling suci,
sehingga menganggap si Pendosa tadi tidak pantas untuk berada di dalam masjid.
Allah membenci orang yang sombong, orang yang merasa paling benar, merasa
paling suci. Di dunia ini tidak ada orang yang benar-benar kotor dan tidak ada
orang yang benar-benar bersih. Orang yang kita anggap bersalah belum tentu ia
sepenuhnya bersalah, orang yang kita anggap baik belum tentu ia sepenuhnya
baik. Marilah kita selalu berendah hati, agar tidak muncul sifat sombong, angkuh
dan merasa paling benar. Karena Allah berfirman dalam surah al-A'araaf [7] ayat
146, yakni:

...

"Allah akan memalingkan orang-orang yagn menyombongkan
dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar".

shallahu alaihi wassalam bersabda, "Tidak masuk surga


barangsiapa yang di dalam hatinya terdapat kibr (sombong)
sebesar biji zarrah".
Dan Rasulullah

Semoga kisah si Ahli Ibadah dan si Pendosa ini bermanfaat bagi kita semua,
menjadi bahan renungan bagi kita semua untuk berhati-hati agar tidak terjebak
dalam kesombongan.
Aamiin ya robbal 'Alamiin.
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Referensi: Khutbah Jum'at di mesjid Al-Ikhlash, Pakjo, Palembang.

Kisah: Mimpi itu Mendorongku untuk Bertaubat


Kisah ini adalah kisah yang amat menarik tentang kisah taubatnya seorang
pemuda yang dahulu bergelimang dalam maksiat. Karena mimpi buruk, ia pun
sadar dan bertaubat.
Seorang pemuda larut dalam khayalannya seakan mengulang kembali rekaman
kehidupannya jauh ke belakang, Dulu aku pernah bepergian ke negara-negara
eropa setiap musim panas. Di sana aku larut dalam perbuatan maksiat dan dosa
demi memuaskan nafsu birahi dan memenuhi keinginan perut. Setelah itu, aku
pulang ke negeriku sembari menyayangkan apa yang telah aku lakukan. Aku
hanya menjadikan dunia sebagai ladang untuk bersenang-senang bukan ladang
menyampaikan kebaikan. Itulah kerugian besarku. Ketika itu, aku berkeyakinan
bahwa perbuatan maksiat adalah suatu kebutuhan primer di masa muda. Sampai
pada suatu hari, jiwaku terasa sesak dan mulai jenuh dengan kehidupan. Aku
memikirkan bagaimana cara terlepas dari itu semua. Tidak ada solusi yang aku
dapatkan selain tidur untuk menenangkan jiwaku. Lalu aku pun mengambil bantal
dan hanyut dalam tidur. Ternyata, dalam tidurku itu aku bermimpi seakan-akan
kembali lagi ke negeri eropa itu untuk menjadi setan Barat yang jago bergoyang,
menyanyi dan berbuat mesum. Namun tiba-tiba ... Mimpiku itu berubah menjadi
sangat menakutkan bagiku. Aku melihat seorang bocah berkulit putih
mendekatiku dan berteriak keras, Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Aku terkejut luar biasa dan berusaha untuk bangun dari tempat tidurku tetapi itu
tidak kuasa kulakukan seakan sesuatu yang amat berat telah menghimpit dadaku
dan mengunci nafasku, kemudian bocah itu menjauh dariku dan aku pun
terbangun dalam keadaan ketakutan dan gemetaran.
Kemudian aku tidur lagi namun bocah tadi kembali mendatangiku dalam mimpi.
Gerakan dan ucapannya sama persis seperti mimpi pertama. Aku merasa takut
untuk berbaring kembali di tempat tidurku dan akhirnya memutuskan untuk
berwudhu, membaca al-Quran dan shalat dua rakaat. Rupanya tak berapa lama
aku mendengar muadzdzin mengumandangkan adzan shalat shubuh, lalu aku
pergi ke masjid.
Usiaku sebenarnya masih muda, sekitar 24 tahun, sekali pun begitu, baru sejak
shalat shubuh itu aku merasakan ketenangan dan ketentraman jiwa yang sangat
aneh sekali, yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
(SUMBER: Qashash Wa Mawaaqif Dzaat Ibar karya Adil bin Muhammad Ali
Abdul Alim, hal.55-56, seperti dinukil dari buku Qithaar al-Mustaghfiriin karya
Jaasim bin Muhammad al-Muththawwa, hal.121, Daar ad-Dawah, Cet.I)
Kisah di atas mengandung beberapa pelajaran:
1. Waktu muda adalah masa emas untuk beramal sholeh karena masa itu
merupakan masa fit dan semangat untuk beramal. Jadi jangan disia-siakan
dengan hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan maksiat.

2. Akan selalu datang penyesalan di kemudian hari bisa jadi di akhirat nanti
kita akan menyesal atas kesia-siaan kita di dunia atau boleh jadi di masa
tua kita akan begitu menyesal karena waktu muda kenapa kita enggan
beramal?
3. Jangan menunda-nunda beramal di masa tua karena kita tidak tahu besok
atau sejam lagi kita masih diberi kehidupan. Ingatlah hidup di dunia
hanyalah sementara, hanya seperti seorang musafir mencari bekal. Dalam
hadits disebutkan, Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai
orang asing atau pengembara. (HR. Bukhari no. 6416)
4. Taubat bisa jadi datang lewat mimpi karena melihat keadaan
menyeramkan seperti kisah di atas. Boleh jadi seseorang bisa sadar dengan
cara lainnya, semua itu hidayah Allah. Semua itu adalah hidayah dan
petunjuk dari Allah yang patut kita selalu mensyukurinya dan mengharap
mendapatkan ampunan dari-Nya.
5. Keutamaan orang yang bertaubat di antaranya, keadaanya menjadi seperti
ia tidak pernah melakukan suatu dosa. Disebutkan dalam hadits, Orang
yang bertaubat dari suatu dosa seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa
itu sama sekali. (HR. Ibnu Majah no. 4250, hasan). Jangan tunda-tunda
untuk bertaubat dan kembali pada Allah.

Baca selengkapnya:
http://remajaislam.com/islam-dasar/kisah-teladan/112-mimpi-itu-mendorongkuuntuk-bertaubat.html

Kisah Nyata: SEORANG AYAH BERTAUBAT DENGAN SEBAB ANAKNYA


YANG MASIH BERUSIA 7 TAHUN
Ahmad Zaki Yusuf

Bismillahir-Rah
maanir-Rahim
...
Satu lagi, kisah nyata di zaman ini. Seorang penduduk Madinah berusia 37 tahun,
telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka
lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktuwaktu
saja,
atau
karena
tidak
enak
dilihat
orang
lain.
Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan
para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.
Ia
bercerita
mengisahkan
tentang
riwayat
hidupnya:
Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli.
Ia
dididik
ibunya,
perempuan
shalihah
dan
kuat
imannya.
Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya,
Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama temanteman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak
saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya, Mengapa engkau tidak shalat
wahai
Abi?
Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa Allah
yang
di
langit
melihatmu.
Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum
kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah. Anak saya lalu
menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari
dariku.
Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum
sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Quran. Ia
selalu
menasihati
saya
tapi
belum
juga
membawa
faidah.
Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi

isyarat agar saya menunggu sebentar lalu ia shalat maghrib di hadapan saya.
Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Quran, membukanya
dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab
dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan
(Maryam:
45)
Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya.
Anak saya ini yang mengusap air mata saya. Kemudian ia mencium kepala dan
tangan saya, setalah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya,
Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum
datangnya
adzab!
Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa.
Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari
ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh.
Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat), Tinggalkan urusan
lampu,
mari
kita
ke
Masjid
Besar
(Masjid
Nabawi).
Saya katakan kepadanya, Biar kita ke masjid dekat rumah saja.
Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.
Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan
takut Dan Marwan selalu memandang saya. Kami masuk menuju Raudhah.
Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk
shalat isya, saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya
syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah
karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak
seorang pun bersih (dari perbuatan-perbu atan keji dan munkar itu) selamalamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya . Dan Allah
Maha
Mendengar
dan
Maha
Mengetahui
(An-Nuur:
21)
Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku
menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku
dan mengusap air mataku dengannya. Selesai shalat, aku masih menangis dan ia
terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku
mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, Sudahlah wahai Abi! Rupanya ia
cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, Kamu jangan cemas.
Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa
baru terlahir kembali ke dunia. Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga
menangis,
padahal
mereka
tidak
tahu
apa
yang
terjadi.
Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat
berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.
Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya
katakan, Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu
yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Quran dan menunjukkannya
kepada
saya?

Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak
mengajarinya. Kemudian ia berkata, Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah
ini.
Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang
-alhamdulillah- saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan
teman-teman
yang
buruk
semuanya.
Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup,
suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.
Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa
menjadi
penyebab
saya
mendapatkan
hidayah
Allah.
Wallahualam
bish
Shawwab....
Note: Artikel ini berasal dari berbagai sumber luar milik orang lain, dan maaf
saya tak mencantumkan sumbernya dikarenakan telah lupa & tak tahu akan
sumber
tersebut.
Semoga pahala amal jariah selalu tercurah kepada pemilik asli yang sudah
bersusah payah lagi ikhlas membuat artikel ini. Aamiin.

Kisah Teladan Islam Sebesar Apapun Dosa, Akan Ada Jalan


Untuk Bertaubat

(Riwayat oleh : Imam Bukhari Muslim, dari Abu Sa`id Al Khudri


Pada zaman dahulu, ada seseorang yang ringan tangan dalam mencabuti nyawanyawa orang yang dijahatinya.Hampir setiap hari ada saja korbannya. Semuanya
diahitung.Sampai suatu hari jumlah orang yang telah dibunuhnya telah mencapai
99 orang.Jadi boleh saja ia kita katakan sebagai penjagal manusia. Intinya ia
mempunyai perilaku yang sangat kejam.Rupanya terselip rasa bersalah dihatinya.
Lama-lama ia mulai merenungi dirinya selama ini, dan ternyata hidupnya
sepanjang waktu bergelimang dosa. Aku ingin bertobat,jika aku terus-terusan
hidup begini , maka aku pasti menyia-nyiakan hidupku. Aku telah aniaya selama
ini.Aku ingin bertobat,Aku mesti menyudahi semua ini dan segala perbuatan
kejam lainnya. Tapi apakah itu mungkin ? Dosaku sudah terlampau berat.
Demikian pikir si jahat ini dalam hati.
Ia kemudian memutuskan mencari bantuan orang yang akan bisa menolongnya ke
arah itu. Maka pergilah sijahat tadi mencari orang alim dan ingin bertaubat
didepannya.
Dalam pencariannya itu, bertepatan ada yang memberinya petunjuk untuk
mendatangi seorang yang alim disebuah desa. Pergilah ia menemui orang alim
itu.Setelah berada didepannya, maka pemuda jahat lagi kejam tadi menceritakan
siapa dirinya dan maksud kedatangannya. Hai orang alim, aku pembunuh yang
sudah membunuh 99 nyawa orang. Apakah masih ada jalan bagi saya untuk
bertaubat ? Setelah mendengar penjelasan dari pemuda tadi, segera saja orang
alim tersebut menjawab. Tidak, tidak ada ! Tidak ada taubat untukmu karena
perbuatan kamu itu terlalu sadis.
Mendengar jawaban orang alim tersebut semacam itu, marahlah ia dan seketika
itu pula dibunuhnya lagi orang alim itu. Kini genaplah ia telah membunuh 100
nyawa orang. Karena hatinya ingin betul-betul bertaubat, ingin menyudahi
perbuatan keji ini dengan sungguh-sungguh, maka ia tetap meneruskan untuk
mencari lagi orang alim yang mau menerima penyesalannya. Sambil berjalan ia
membatin, Kiranya gerangan siapakah dan dimana dari penduduk bumi ini yang
terpandai dan alim ? Kepadanya akan aku haturkan penyesalan ini.
Bertemulah ia kepada orang alim yang lain. Kepada orang tua itu ia menceritakan
bahwa ia sudah membunuh 100 orang. Dan, dengan penganiayaan yang keji ini, ia
mempertanyakan apakah masih ada pintu taubat untuknya.Setelah mendengar
keluh kesahnya dengan seksama, si orang tua yang alim ini akhirnya memberikan
jawaban yang dinati-nanti. Hai anak muda, tetap masih ada pintu taubat

untukmu. Siapakah yang dapat menghalangi bila saudara ingin bertaubat ?


Pergilah kedusun anu. Disana ada banyak orang yang taat kepada Allah.
Berbuatlah engkau sebagaimana mereka berbuat. Dan janganlah engkau kembali
kenegrimu sebab dinegrimu banyak orang yang menyesatkan.
Setelah menerima saran-saran dari orang alim tadi, maka berjalanlah pemuda yang
ingin bertaubat kearah dimana dusun itu ditunjukkan. Sayangnya ditengah-tengah
perjalanan mendadak ia meninggal dunia.Kematiannya yang mendadak membuat
malaikat rahmat dan malaikat siksa bertengkar. Pertengkaran ini mendebatkan,
apakah orang ini tergolong orang-orang yang dhalim atau tergolong orang-orang
yang selamat.
Dikatakan dhalim, tapi saat ia berjalan, ia membawa niat ingin bertaubat dan
betul-betul menyesali tiap-tiap perbuatannya. Kata malaikat rahmat, Ia berjalan
untuk bertaubat kepada Allah S.W.T dengan sepenuh hati.
Tapi kata malaikat siksa, Ia belum pernah melakukan kebajikan sama
sekali.Pekerjaannya selalu membunuh. Dan ia pantas masuk neraka. Tak berapa
lama, datanglah malaikat menyerupai manusia yang diutus menjadi penengah
diantara pertengkaran itu. Ia berkata dengan tegas kepada malaikat-malaikat
tersebut. Ukur saja diantara dusun yang dia tinggalkan dan dusun yang akan ia
tuju. Ukuran mana yang lebih dekat, maka masukkanlah ia kepada golongan
orang sana.
Kemudian tempat dimana orang dhalim itu terbujur tak bernyawa diukur terhadap
dua dusun, yaitu jaraknya terhadap dusun yang akan dituju dan terhadap dusun
yang ditinggalkan. Dusun yang dituju merupakan tempat tinggal orang-orang
yang taat kepada Allah. Alhamdulilah, ternyata hasilnya ia lebih dekat kepada
dusun yang akan dituju. Bedanya hanya kira-kira sejengkal saja.

Mumpung Engkau Masih Bisa Membahagiakannya


Muhammad bin Sirin bertutur :
Harga kurma di zaman pemerintahan Utsman mencapai 1000 dirham. Maka
Usamahpun menuju ke pohon kurna miliknya lalu iapun melobanginya lalu ia
keluarkan jantung kurmanya lalu ia memberikannya kepada ibunya untuk di
makan. Orang-orang pun bertanya : Apakah yang mendorongmu melakukan hal
ini?, padahal engkau tahu bahwa pohon kurma harganya mencapi 1000 dirham?
Maka Usamah menjawab :

Sesungguhnya ibuku meminta jantung kurma kepadaku, dan tidaklah ibuku
meminta sesuatupun yang aku mampui kecuali akan aku berikan kepadanya
(Taariikh Dimasq karya Ibnu Asaakir)
Jika engkau masih mampu untuk memenuhi permintaan dan harapan ayah dan
ibumu maka lakukanlah sebelum datang masa dimana :
Mereka meminta sesuatu yg tdk bisa engkau penuhi..
Mereka telah enggan untuk meminta lagi kepadamu karena jengkel kepadamu
yang hanya bisa berjanji memberikan akan tetapi tdk memenuhi janjimu
Mereka sudah tdk bisa lagi meminta kepadamu karena mereka berdua telah
meninggal dunia
Mereka jengkel dengan dirimu yang selalu semaksimal mungkin memenuhi
permintaan istrimu, sementara untuk memenuhi permintaan orang tuamu maka
sloganmu Kalau sempat atau Kalau masih ada sisa harta
Status Ustadz Firanda Andirja
Dipublikasikan kembali oleh: www.KisahIslam.net
Facebook Fans Page: Kisah Teladan & Sejarah Islam

Istri yang Menyejukan Hati

Sebaris kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seorang istri yang ingin menjadi
perhiasan terindah dunia dan bidadarinya akhirat yaitu wanita shalihah. Semoga
melalui kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seseorang yang mendambakan
keluarga sakinah mawadah wa rahmah yang diridhai oleh Allah Azza wa jalla
Ia menceritakan pengalamannya:
Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati: Aku telah
menikah dengan seorang wanita Arab yang paling keras dan paling kaku
tabiatnya. Aku teringat tabiat wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati
mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata (dalam
hati): Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku
dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.
Kemudian datanglah wanita-wanita bani Tamim mengantarkannya. Dan setelah
ditempatkan dalam rumah, aku berkata, Wahai fulanah, sesungguhnya menurut
sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendaklah si suami
shalat dua rakaat dan si istri juga shalat dua rakaat.

Akupun bangkit mengerjakan shalat kemudian aku menoleh ke belakang ternyata


ia ikut shalat di belakangku. Seusai shalat para budak-budak wanita pengiringnya
datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku pakaian tidur yang
telah dicelup dengan zafaran.
Dan tatkala rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku
kepadanya. Ia berkata, Tahan dulu (sabar dulu).
Aku berkata dalam hati, Satu malapetaka telah menimpa diriku. (yakni musibah
telah menimpa dirinya)
Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan shalawat atas Nabishallallahu
alaihi wa sallam lalu berkata, Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku
tidak pernah melangkah kecuali kepada perkara yang diridhai Allah. Dan engkau
adalah lelaki asing, aku tidak mengenali perilakumu (yakni aku belum mengenal
tabiatmu).

Beritahulah kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku akan melakukannya
dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa menghindarinya.
Aku berkata kepadanya, Aku suka begini dan begini (Syuraih menyebutkan satu
persatu perkataan, perbuatan, makanan dan segala sesuatu yang disukainya) dan
aku benci begini dan begini (Syuraih menyebutkan semua perkara yang ia benci).
Ia berkata lagi, Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang
engkau suka bila ia mengunjungimu?
Aku (Syuraih) berkata, Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka
(anggota keluargamu) membuatku bosan.
Maka akupun melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga malam
bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majelis qadha, dan aku tidak
melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik daripada hari sebelumnya.
Tibalah waktu kunjungan mertua.
Yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).
Aku masuk ke dalam rumahku. Aku dapati seorang wanita tua sedang menyuruh
dan melarang.
Aku bertanya, Hai Zainab, siapakah wanita ini?
Istriku menjawab, Ia adalah ibuku.
Marhaban, sahutku.
Ia (ibu mertua) berkata, Bagaimana keadaanmu hai Abu Umayyah?
Alhamdulillah baik-baik saja, jawabku.
Bagaimana keadaan istrimu? Tanyanya.
Aku menjawab, Istri yang paling baik dan teman yang paling cocok. Ia mendidik
dengan baik dan membimbing adab dengan baik pula.
Ia berkata, Sesungguhnya seorang wanita tidak akan terlihat dalam kondisi yang
paling buruk tabiatnya kecuali pada dua keadaan: Apabila sudah punya kedudukan
di sisi suaminya dan apabila telah melahirkan anak. Apabila engkau melihat
sesuatu yang tak mengenakkan padanya pukul saja. Karena, tidaklah kaum lelaki
memperoleh sesuatu yang lebih buruk dalam rumahnya selain wanita warhaa
(yaitu wanita yang tidak punya kepandaian dalam melakukan tugasnya).

Syuraih berkata, Ibu mertuaku datang setiap tahun sekali kemudian ia pergi
sesudah bertanya kepadaku tentang apa yang engkau sukai dari kunjungan
keluarga istrimu ke rumahmu?
Aku menjawab pertanyaannya, Sekehendak mereka! Yaitu sesuka mereka saja.
Aku hidup bersamanya selama dua puluh tahun, aku tidak pernah sekalipun
mencelanya dan aku tidak pernah marah terhadapnya.
Saudaraku! Cintailah pasanganmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar
cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi
dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan
di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar pasanganmu senantiasa setia
dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni
liang lahat?
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
:




.

Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa
manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari
keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah,
dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan
dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.
(Muttafaqun alaih)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan
senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur
karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
Dan seperti firman Allah SWT :




67 .

Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertaqwa. (Qs. Az Zukhruf: 67)
Dikutip dari buku Agar Suami Cemburu Padamu karya Dr. Najla As-Sayyid
Nayil, penerbit Pustaka At-Tibyan

Kisah Bakti Seorang Anak Kepada Ibunya yang


Memiliki Keterbelakangan Mental
Oleh : Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairy
Salah seorang dokter bercerita tentang kisah sangat menyentuh yang pernah
dialaminya
Hingga aku tidak dapat menahan diri saat mendengarnya
Aku pun menangis karena tersentuh kisah tersebut
Dokter itu memulai ceritanya dengan mengatakan :
Suatu hari, masuklah seorang wanita lanjut usia ke ruang praktek saya di sebuah
Rumah Sakit. Wanita itu ditemani seorang pemuda yang usianya sekitar 30 tahun.
Saya perhatikan pemuda itu memberikan perhatian yang lebih kepada wanita
tersebut dengan memegang tangannya, memperbaiki pakaiannya, dan memberikan
makanan serta minuman padanya
Setelah saya menanyainya seputar masalah kesehatan dan memintanya untuk
diperiksa, saya bertanya pada pemuda itu tentang kondisi akalnya, karena saya
dapati bahwa perilaku dan jawaban wanita tersebut tidak sesuai dengan
pertanyaan yang ku ajukan.
Pemuda itu menjawab :
Dia ibuku, dan memiliki keterbelakangan mental sejak aku lahir
Keingintahuanku mendorongku untuk bertanya lagi : Siapa yang merawatnya?
Ia menjawab : Aku
Aku bertanya lagi : Lalu siapa yang memandikan dan mencuci pakaiannya?

Ia menjawab : Aku suruh ia masuk ke kamar mandi dan membawakan baju


untuknya serta menantinya hingga ia selesai. Aku yang melipat dan menyusun
bajunya di lemari. Aku masukkan pakaiannya yang kotor ke dalam mesin cuci dan
membelikannya pakaian yang dibutuhkannya
Aku bertanya : Mengapa engkau tidak mencarikan untuknya pembantu?
Ia menjawab : Karena ibuku tidak bisa melakukan apa-apa dan seperti anak kecil,
aku khawatir pembantu tidak memperhatikannya dengan baik dan tidak dapat
memahaminya, sementara aku sangat paham dengan ibuku
Aku terperangah dengan jawabannya dan baktinya yang begitu besar..
Aku pun bertanya : Apakah engkau sudah beristri?
Ia menjawab : Alhamdulillah, aku sudah beristri dan punya beberapa anak
Aku berkomentar : Kalau begitu berarti istrimu juga ikut merawat ibumu?
Ia menjawab : Istriku membantu semampunya, dia yang memasak dan
menyuguhkannya kepada ibuku. Aku telah mendatangkan pembantu untuk istriku
agar dapat membantu pekerjaannya. Akan tetapi aku berusaha selalu untuk makan
bersama ibuku supaya dapat mengontrol kadar gulanya
Aku Tanya : Memangnya ibumu juga terkena penyakit Gula?
Ia menjawab : Ya, (tapi tetap saja) Alhamdulillah atas segalanya
Aku semakin takjub dengan pemuda ini dan aku berusaha menahan air mataku
Aku mencuri pandang pada kuku tangan wanita itu, dan aku dapati kukunya
pendek dan bersih.
Aku bertanya lagi : Siapa yang memotong kuku-kukunya?
Ia menjawab : Aku. Dokter, ibuku tidak dapat melakukan apa-apa
Tiba-tiba sang ibu memandang putranya dan bertanya seperti anak kecil : Kapan
engkau akan membelikan untukku kentang?
Ia menjawab : Tenanglah ibu, sekarang kita akan pergi ke kedai
Ibunya meloncat-loncat karena kegirangan dan berkata : Sekarangsekarang!
Pemuda itu menoleh kepadaku dan berkata : Demi Allah, kebahagiaanku melihat
ibuku gembira lebih besar dari kebahagiaanku melihat anak-anakku gembira

Aku sangat tersentuh dengan kata-katanyadan aku pun pura-pura melihat ke


lembaran data ibunya.
Lalu aku bertanya lagi : Apakah Anda punya saudara?
Ia menjawab : Aku putranya semata wayang, karena ayahku menceraikannya
sebulan setelah pernikahan mereka
Aku bertanya : Jadi Anda dirawat ayah?
Ia menjawab : Tidak, tapi nenek yang merawatku dan ibuku. Nenek telah
meninggal semoga Allah subhanahu wa taala merahmatinya saat aku berusia
10 tahun
Aku bertanya : Apakah ibumu merawatmu saat Anda sakit, atau ingatkah Anda
bahwa ibu pernah memperhatikan Anda? Atau dia ikut bahagia atas kebahagiaan
Anda, atau sedih karena kesedihan Anda?
Ia menjawab : Doktersejak aku lahir ibu tidak mengerti apa-apakasihan
diadan aku sudah merawatnya sejak usiaku 10 tahun
Aku pun menuliskan resep serta menjelaskannya
Ia memegang tangan ibunya dan berkata : Mari kita ke kedai..
Ibunya menjawab : Tidak, aku sekarang mau ke Makkah saja!
Aku heran mendengar ucapan ibu tersebut
Maka aku bertanya padanya : Mengapa ibu ingin pergi ke Makkah?
Ibu itu menjawab dengan girang : Agar aku bisa naik pesawat!
Aku pun bertanya pada putranya : Apakah Anda akan benar-benar membawanya
ke Makkah?
Ia menjawab : Tentuaku akan mengusahakan berangkat kesana akhir pekan
ini
Aku katakan pada pemuda itu : Tidak ada kewajiban umrah bagi ibu Andalalu
mengapa Anda membawanya ke Makkah?
Ia menjawab : Mungkin saja kebahagiaan yang ia rasakan saat aku membawanya
ke Makkah akan membuat pahalaku lebih besar daripada aku pergi umrah tanpa
membawanya.

Lalu pemuda dan ibunya itu meninggalkan tempat praktekku.


Aku pun segera meminta pada perawat agar keluar dari ruanganku dengan alasan
aku ingin istirahat
Padahal sebenarnya aku tidak tahan lagi menahan tangis haru
Aku pun menangis sejadi-jadinya menumpahkan seluruh yang ada dalam hatiku
Aku berkata dalam diriku : Begitu berbaktinya pemuda itu, padahal ibunya tidak
pernah menjadi ibu sepenuhnya
Ia hanya mengandung dan melahirkan pemuda itu
Ibunya tidak pernah merawatnya
Tidak pernah mendekap dan membelainya penuh kasih sayang
Tidak pernah menyuapinya ketika masih kecil
Tidak pernah begadang malam
Tidak pernah mengajarinya
Tidak pernah sedih karenanya
Tidak pernah menangis untuknya
Tidak pernah tertawa melihat kelucuannya
Tidak pernah terganggu tidurnya disebabkan khawatir pada putranya
Tidak pernah.dan tidak pernah!
Walaupun demikianpemuda itu berbakti sepenuhnya pada sang ibu.
Apakah kita akan berbakti pada ibu-ibu kita yang kondisinya sehat.
seperti bakti pemuda itu pada ibunya yang memiliki keterbelakangan mental???.
Sumber : di ketik ulang dari Majalah Qiblati edisi 03 Thn. IX dalam rubrik Kisah
Copas dari status Status Nasehat

Kisah Mengagumkan Tentang Bersihnya Niat


Tholhah bin Abdirrahman bin Auf adalah orang paling terpandang dari suku
Quraisy di zamannya.
Suatu hari, isteri beliau berkata kepadanya : Saya belum pernah melihat ada
kaum yang paling mudah mengeluh seperti saudara Anda.
Tholhah bertanya : Kenapa bisa begitu?
Isterinya menjawab : Karena saya perhatikan, jika Anda dalam keadaan berharta
(kaya), mereka selalu bersama Anda. Namun, jika Anda tidak memiliki harta
(fakir), mereka meninggalkan Anda.
Tholhah pun menjawab : Hal ini, demi Allah! Bahkan merupakan kemuliaan
akhlak
mereka!
Mereka mendatangi kita saat kita memiliki kemampuan untuk memuliakan
mereka.
Dan mereka meninggalkan kita saat kondisi kita tidak mampu untuk memenuhi
hak mereka.
Imam al-Mward ketika mengomentari kisah di atas mengatakan :
Perhatikanlah, bagaimana beliau menakwilkan hal ini dengan kemurahanhatinya,
sehingga beliau jadikan perbuatan buruk mereka sebagai suatu kebaikan, dan
beliau berikan udzur (dispensasi) secara nyata.
Dan hal ini, demi Allh, menunjukkan bahwa hati yang bersih itu adalah
ketenangan di dunia dan ghanimah (harta rampasan) di akhirat, serta merupakan
sebab masuk ke dalam surga.



Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang
mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (QS alHijr : 47)
dab ad-Duny wad Dn hal. 180
@abinyasalma
Channel Telegram al-Wasathiyah wal Itidl
Dikutip dari Facebook Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi

Allah Tidak Pernah Mengirimiku Tagihan


Seorang Syaikh berusia 80 thn mengalami infeksi pada telinganya yang nyaris
membuatnya tuli.
Dokter menyarankan untuk melakukan operasi atas telinganya supaya tidak kian
menjadi tuli, dan Syaikh itupun menerimanya.
Setelah operasi sukses, dan Syaikh itu bisa mendengar kembali dengan jelas,
maka datanglah tagihan biaya atas operasi telinganya.
Syaikh itu melihat tagihan operasinya, tiba2 menangis. Dokter yg melihat sang
Syaikh itu merasa iba dan mengatakan bahwa bila tagihan itu terlalu tinggi maka
ia akan membebaskan biaya dokter.
Maka sang Syaikh menjawab: Aku Bukan Menangis Karena Uang Yang Akan
Aku Keluarkan, Tapi Aku Menangis Karena Allah Telah Memberiku Pendengaran
Yang Jelas Selama 80 Tahun, Namun Allah Tidak Pernah Mengirimiku Tagihan.
Al-Hasyr : 19

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang
fasik.
[Budi Novianto via Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia]

Dipublikasikan kembali oleh: www.KisahIslam.net

Bertambah dan Berkurangnya Rezekimu, Semua


Berasal Dari Allah
Ada seorang laki-laki miskin yang menjaga dan mengurusi ibu, istri dan anakanaknya dan ia juga bekerja sebagai pembantu yang tulus dan menunaikan
kewajibannya sebaik-baiknya di rumah majikannya.
Suatu hari ia absen dari pekerjaannya maka majikannya berfikir untuk menambah
gajinya satu dinar supaya tidak absen lagi karena dia tahu pembantunya sangat
membutuhkan uang untuk menghidupi keluarganya.
Dan memang benar, esok harinya ditambahlah gajinya satu dinar. Pembantunya
tersebut tidak berkata sepatah kata-pun dan juga tidak bertanya kepada
majikannya tentang penambahan tersebut.
Beberapa lama kemudian, pembantunya tiba-tiba absen lagi maka majikannya
marah besar, sudah ditambahi kenapa engkau tidak masuk kerja! Saya akan
mengurangi gajimu satu dinar yang sebelumnya telah aku tambahkan untukmu!
Pembantunya terdiam dan tidak berkata apapun.
Majikannya merasa sangat heran terhadap pembantunya ini, maka ia bertanya
kepadanya: Aku tambah gajimu engkau tidak bertanya kepadaku, kenapa gajiku
ditambah. Aku kurangi gajimu engkau juga tidak protes!
Maka pembantunya menjawab: Pada waktu absen pertama, Allah memberikan
karunia kepadaku seorang anak sehingga aku tidak masuk kerja, ketika anda
berikan tambahan gaji, aku-pun berkata: ini adalah rezeki Allah untuk anakku,
datang bersama kelahirannya!

Pada waktu absen kedua, aku tidak masuk kerja karena ibuku meninggal, setelah
itu anda potong gajiku! akupun berkata: Ini adalah rezeki Allah untuk ibuku, pergi
bersama dengan kepergiannya !
Hikmahnya
:
Sungguh indah jiwa yang selalu menerima dan ridho dengan ketetapan Robb-nya
dan tidak menyandarkan bertambah atau berkurangnya rezekinya kepada seorang
manusiapun.
Dikutip dari Status Ustadz Muh Nurhuda

Apa yang Kamu Tinggalkan Untuk Anak-Anakmu?


Pada saat hari pembaiatan khalifah Al Mansur Rahimahullah, masuklah Muqatil
bin Sulaiman rahimahullah..
Kemudian sang khalifah pun berkata kepadanya:Berilah saya nasehat wahai
Muqatil..
Beliaupun menjawab: Saya beri nasehat dengan yang pernah saya lihat ataukah
yang saya dengar..?
Khalifah: Dengan yang engkau lihat..
Muqatil: Wahai amirul mukminin..Umar bin Abdil aziz (khalifah yg terdahulu)
memiliki 11 orang anak..Beliau meninggalkan warisan hanya 18 dinar, 5 dinar
untuk membeli kafan dan 4 dinar utk membeli pekuburan beliau, sisanya 9 dinar
dibagikan kepada 11 anaknya..
Dan Hisyam bin Abdul Malik (khalifah setelahnya) punya 11 orang anak juga, dan
jatah warisan tiap anaknya 1 juta dinar.
Demi Allah wahai Amirul Mukminin..
Sungguh saya telah menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri disuatu hari
salah seorang anak Umar bin Abdul Azis bersedekah 100 kuda perang untuk jihad

fii sabilillah, dan salah seorang anak Hisyam bin Abdul Malik, sedang mengemis
didalam pasar..
Beliau melanjutkan nasehatnya, Orang-orang pernah bertanya kepada umar bin
abdul azis (sebelum wafatnya): Apa yang kamu tinggalkan untuk anakanakmu?! (Karena Umar terkenal dengan sedekahnya yg luar biasa)
Maka
beliau
(Umar
bin
Abdul
Azis)
pun
menjawab:
Saya meninggalkan untuk mereka ketakwaan kepada Allah, Jika mereka adalah
orang-orang yang sholeh, maka sesungguhnya Allah adalah wali (pelindung) bagi
orang-orang yang sholeh..Jika mereka bukan orang yang sholeh, maka tidak akan
saya tinggalkan sedikitpun yang membantu mereka bermaksiat kepada Allah..
Renungkanlah..!!
Berapa banyak orang yang sibuk, bekerja keras, bersusah payah didunia ini hanya
demi menjamin kehidupan anaknya dimasa depan..
Mereka mengira, dengan uang atau harta yang ada setelah kematiannya adalah
jaminan kehidupan bagi anak ketirunannya..
Namun mereka lupa akan jaminan yang agung dan hakiki yg telah dijanjikan sang
pencipta dalam kitab Nya..

(
)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
keturunan yang lemah sepeninggal mereka, MAKA..Bertakwalah kepada Allah
dan berkatalah dengan perkataan yang benar..
ditulis oleh Ustadz Abu Shaleh Fauzan via UstadzAris.com
Dipublikasikan kembali oleh: www.KisahIslam.net

Kisah Gadis Yang Dicintai Semua Orang Tapi,


Siapakah Yang Akan Menikahinya?
Dikisahkan bahwa ada seorang pemuda yang berkata kepada bapaknya, Saya
ingin menikahi seorang gadis yang pernah saya lihat. Dan sungguh kecantikan dan
sihir matanya telah membuatku takjub.
Maka sang ayahpun membalasnya dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan,
seraya dia berkata, Dimanakah gadits tersebut, agar aku bisa melamarkannya
untukmu wahai putraku?
Maka tatkala keduanya pergi, dan sang ayah melihat kepada gadis tersebut,
ternyata sang ayahpun terpesona dengannya, lalu berkata kepada putranya,
Dengarkanlah wahai putraku, gadis ini tidak sesuai dengan levelmu, engkau tidak
layak untuknya. Gadis ini baru layak bagi seorang laki-laki yang memiliki
pengalaman dalam kehidupan, dan bisa jadikan tumpuan, seperti diriku.
Maka tercenganglah sang anak, karena ucapan ayahnya, lantas dia berkata kepada
ayahnya, Sekali-kali tidak, bahkan sayalah yang akan menikahinya wahai ayah,
dan bukan Anda.

Keduanyapun bertengkar, lalu perqi ke kantor polisi agar mereka bisa


memberikan solusi permasalahan mereka. Maka saat kedua menceritakan
kejadiannya, kepada seorang perwira polisi, maka sang perwirapun berkata
kepada mereka, Hadirkanlah gadis tersebut, agar kami bisa bertanya kepadanya,
siapa yang dia inginkan. Sang anak ataukah sang bapak.
Tatkala sang perwira milihat kepada gadis tersebut, diapun terpesona akan
kecantikan dan keelokannya. Maka dia berkata kepada mereka, Gadis ini tidak
layak untuk kalian berdua. Akan tetapi gadis tersebut baru layak untuk seorang
yang terkemuka di sebuah negeri seperti aku.
Maka ketiga orang itupun bertengkar, lalu mereka pergi ke seorang mentri. Dan
saat sang menteri melihat kepada gadis tersebut, dia berkata, Tidak akan
menikahi gadis ini melainkan para menteri seperti aku.
Akhirnya, mereka juga bertengkar karena gadis itu. Hingga sampailah perkara itu
kepada Amir negeri itu. Dan saat mereka hadir, sang Amirpun berkata, Aku akan
memberikan solusi akan permasalahan kalian ini. Hadirkanlah gadis tersebut.
Maka tatkalah sang Amir melihat gadis itu, diapun berkata, Gadis ini, tidak akan
menikahinya melainkan seorang Amir seperti aku.
Maka mereka semuapun berdebat. Kemudian sang gadis berkata, Aku punya
solusi.
Aku akan berlomba lari, dan kalian berlomba lari dibelakangku. Dan siapa yang
pertama kali bisa memegangku, maka aku adalah bagiannya, dan menikahiku.
Dan benar saja, gadis itupun berlari, lalu kelima orang itupun berlari mengejar
dibelakang sang gadis; pemuda, sang ayah, perwira, menteri, dan sang Amir.
Dan tiba-tiba, saat mereka saling berlari mengejar dibelakang sang gadis, kelima
orang itupun terperosok ke dalam sebuah lobang yang dalam.
Kemudian sang gadis melihat kepada mereka dari atas seraya berkata, Tahukah
kalian, siapakah aku? Aku adalah Dunia!!! Sayalah orang, yang seluruh manusia
berlarian dibelakangku, mereka berlomba-lomba untuk mendapatkanku, mereka
melupakan agama mereka karena aku, hingga mereka terperosok kedalam
kuburan, dan tidak akan bisa beruntung mendapatkanku untuk selamanya. (AR)
(diterjemahkan oleh Muhammad Syahri dari: http://vb.naqaae.eg/naqaae2243/,
lihat juga: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=248675 )
Sumber: http://www.binamasyarakat.com/?p=184

Kisah Tentang Pentingnya Tauhid


Tersebutlah seorang syaikh yang menulis sebuah kitab yang menjelaskan tentang
urgensi tauhid. Dia menjelaskannya kepada para muridnya, dan terus mengulangulang pembahasannya.
Suatu hari murid-muridnya berkata,Wahai syaikh, kami harap Anda mau
mengganti pelajaran yang Anda sampaikan kepada kami dengan materi-materi
yang lain, seperti kisah, siroh, dan sejarah.
Syaikh itu menanggapi,Insya Allah akan saya pertimbangkan.
Keesokan harinya, dia keluar menemui murid-muridnya dengan wajah yang
menyiratkan kesedihan dan beban pikiran. Merekapun bertanya tentang hal yang
membuat beliau bersedih. Dia menjawab,Aku mendengar bahwa seorang warga
kampung tetangga menempati rumah baru, dia merasa takut diganggu jin, lalu dia
menyembelih seekor ayam jantan di ambang pintu untuk mendekatkan diri kepada
jin, dan aku telah mengirim seseorang untuk mencari kebenaran berita tersebut.

Ternyata para muridnya tidak bereaksi apapun mendengar berita tersebut. Mereka
hanya berdoa memintakan hidayah bagi orang tersebut, dan mereka hanya
terdiam.
Keesokan harinya Syaikh kembali menemui mereka dan berkata,Kami telah
mendapatkan kejelasan berita tersebut, ternyata peristiwanya tidak seperti yang
aku dengar. Lelaki tersebut tidak pernah menyembelih seekor ayam jantan untuk
mendekatkan diri kepada jin, tapi yang dia lakukan adalah berzina dengan
ibunya.
Kontan mereka gempar dan marah. Mereka memaki-maki dan mengoceh banyak.
Mereka berkata,Perbuatannya harus digugat, dia harus dinasihati, dia harus
dihukum. Dan banyak lagi umpatan mereka.
Kemudian Syaikh berkata,Sungguh aneh kalian ini. Begitukah reaksi kalian
mengingkari orang yang terjerumus dalam satu perbuatan dosa besar padahal
perbuatannya itu tak mengeluarkannya dari Islam. Tapi kalian tidak mengingkari
orang yang terjerumus dalam kemusyrikan , menyembelih untuk selain Alloh
Taala dan mengalamatkan ibadah kepada selain Alloh Azza wa Jalla?
Murid-muridnya terdiam, kemudian Syaikh menunjuk salah seorang dari mereka
sambil berkata,Bangun dan ambilkan kitab tauhid, kita akan membahasnya dari
awal!
Sumber:http://salafusholih.blogspot.kr/2012/03/kisah-tentang-pentingnyatauhid.html
Artikel: www.kisahislam.net

Anda mungkin juga menyukai