REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pepatah mengatakan, "Banyak jalan menuju Roma." Maknanya, banyak cara untuk meraih
suatu tujuan. Hal itu juga berlaku dalam persoalan taubat nasuha.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang cukup panjang. Isinya menceritakan kisah seorang pembunuh berdarah
dingin. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Di antara (umat) sebelum kalian, terdapat seorang laki-laki yang telah
membunuh 99 orang."
Mantan Musuh Islam Ini Bersimpuh di Kaki Rasulullah SAW (1) Mantan Musuh Islam Ini Bersimpuh di Kaki Rasulullah
SAW (2) Mereka Hendak Mencuri Jasad Rasulullah SAW
Suatu ketika, terbersit di hati pria tersebut akan azab Sang Pencipta. Dia berpikir, alangkah baiknya bila dia memohon
ampunan-Nya sebelum ajal tiba. Namun, apakah taubat orang yang telah membunuh puluhan nyawa tak bersalah akan
diterima?
Pertanyaan itu sungguh-sungguh membebaninya. "Dia kemudian menanyakan kepada orang-orang tentang siapa (di
antara mereka) yang paling berilmu. Kemudian, dia diarahkan kepada seorang rahib. Dia pun mendatangi (rumah) rahib
itu, untuk kemudian bertanya kepadanya. Dia telah membunuh 99 orang, apakah masih terbuka (pintu) taubat baginya?
Rahib itu pun menjawab, 'Tidak ada." Seketika, pria itu membunuh rahib tersebut, sehingga genap jumlah korbannya
seratus orang," sabda Nabi SAW.
Kisahnya tidak berhenti sampai di situ. Sang pembunuh lantas menemui tokoh lain. Kali ini, dia diterima serorang alim
ulama. Setelah menceritakan keadaannya, dia pun bertanya, apakah masih tersedia taubat baginya?
"Orang alim itu menjawab, 'Ya. Siapa pula yang menghalang-halangi untuk bertaubat!? Pergilah dari kota ini dan
(bergegaslah menuju) kota itu. Karena di sana ada kaum yang taat beribadah kepada Allah. Beribadahlah bersama
mereka, jangan kembali ke negerimu. Sebab, negerimu itu telah menjadi negeri yang buruk," Nabi SAW melanjutkan
sabdanya.
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
semua kenikmatan, sehingga pada siang hari ini kita bisa berada di majlis ilmu yang inshaallah di ridhai oleh
Allah SWT. Selanjutnya, marilah salawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di yaumil akhir.
Teman-teman yang dirahmati Allah, Agar majelis ini menjadi lebih berkah, marilah kita buka acara pada
hari ini dengan mengucapkan basmallah bersama-sama. (Bismillahirahmannirahiim)
Selanjutnya dilanjutkan dengan murojaah Al Qur’an yaitu surat ... dan artinya.
Alhamdulillah telah selesai murojaah kita, semoga dengan murojaah tadi , Allah semakin memberkahi majelis
ini (Aamiin).
Acara berikutnya infak, bagi teman-teman yang mau menginfakkan hanrtanya di jalan Allah
dipersilahkan.
Selanjutnya materi yang akan disampaikan oleh : Ustadzah Yuli. Kepada beliau kami persilahkan. Dan
kepada teman-teman agar bisa tenang diam mendengarkan. Semoga ilmu nya bisa bermanfaat bagi kita semua.
Alhamdulillah telah kita dengarkan materi yang disampaikan oleh Ust. Yuli, semoga dengan materi ... semakin
menambah wawasan kita tenrang... dan bisa kita amalkan.
Demikianlah tadi rangkaian acara demi acara telah kita lalui semoga pertemuan kita hari ini membawa
keberkahan kepada kita semua. Baiklah, untuk menutup majelis ini, marilah kita ucapkan Istighfar
(Astaghfirullahal adziim) dan Hamdalah (Alhamdulillahi robbil alamin) serta do'a Tafaraqul majelis
"Subhakallahuma wabihamdika, ashadu 'alla ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaik"
Kisah Orang-Orang Taubat
Manusia memang diciptakan Allah dengan berbagai macam karakteristik yang menambah keindahan dunia ini.
Allah juga seringkali memberikan hidayah kepada kita melalui berbagai cara, ada kalanya dengan dinasehati
seseorang menjadi tersadar, adakalanya ketika terpojok pada situasi yang tidak menguntungkan seseorang
menjadi ingat Tuhannya dan lain-lain. Berikut ini kami nukilkan beberapa kisah orang-orang yang bertaubat,
siapa tahu Allah menurunkan hidayah pertolongan kepada kita untuk keluar dari kemaksiatan ketika
membacanya.
Diriwayatkan bahwa seorang tukang jagal (penyembelih binatang) terpesona kepada budak tetangganya. Suatu
saat gadis itu mendapat tugas menyelesaikan urusan keluarganya di desa lain. Si tukang jagal lalu mengikutinya
dari belakang sampai akhirnya berhasil mendapatkannya. Si tukang jagal lalu memanggil gadis itu dan
mengajaknya menikmati kesempatan langka dan indah itu. Tetapi gadis itu menjawab, "Jangan lakukan.
Meskipun aku sangat mencintaimu, tetapi aku sangat takut kepada Allah".
Mendengar jawaban itu, si tukang jagal merasa dunia berputar. Karena menyesal dan sadar, hatinya gemetar,
tenggorokannya kering dan hatinya semakin berdebar, dia lalu berkata, "Kau takut kepada Allah sedangkan aku
tidak".
Dia pulang sambil bertaubat. Ketika berada di jalan ia diserang rasa haus dan nyaris mati. Ia kemudian bertemu
dengan seorang yang sholeh dan mereka berjalan bersama. Mereka melihat gumpalan awan berjalan menaungi
mereka berdua, sampai mereka masuk ke sebuah desa. Mereka berdua yakin bahwa awan itu untuk orang yang
sholeh. Kemudian mereka berpisah di desa tersebut. Awan itu ternyata condong dan terus menaungi si tukang
jagal sampai dia tiba di rumahnya. Orang sholeh tadi heran melihat kenyataan ini. Dia lalu mengikuti tukang
jagal tadi lantas bertanya kepadanya dan dijawabnya pula di tempat itu. Maka laki-laki sholeh itu berkata,
"Janganlah heran terhadap apa yang kau lihat, karena orang yang bertaubat kepada Allah itu berada di suatu
tempat yang tak seorang pun berada di situ".
Pendeta yang Insaf
Ibrahim Al Khawas ialah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan dimakbulkan segala doanya oleh Allah. Beliau
pernah menceritakan suatu
keluar menziarahi Makkah tanpa kendaraan dan kafilah. Pada suatu waktu,
tiba-tiba aku tersesat dan kemudian aku bertemu dengan seorang rahib
Nasrani (Pendeta Kristian) ". Ketika dia melihatku dia pun berkata,
hari tanpa meminta makanan sehingga rahib itu menyatakan rasa laparnya
telah menderita kelaparan. Karena itu berilah aku sesuatu makanan yang
ada padamu".
langit berisi dua keping roti, air minum, daging masak dan tamar. Maka
mereka pun makan dan minum bersama-sama. Sesudah itu aku pun meneruskan
perjalananku. Setelah tiga hari tanpa makanan dan minuman, dikala pagi,
aku pun berkata kepada rahib itu, "Hai rahib Nasrani, berikanlah
kepadaku sesuatu makanan yang ada padamu". Rahib itu menghadap kepada
kepadaku dulu".
Sambung Ibrahim lagi, tatkala aku melihat yang demikian itu, maka
aku pun berkata kepada rahib itu "Demi kemuliaan dan ketinggian Allah,
Jawab rahib itu, "Hai Ibrahim, tatkala aku bersahabat denganmu, maka
kejadian yang engkau lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti
Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari lagi di
tanah suci itu. Suatu ketika, rahib itu tidak kelihatan olehku, lalu
persaudaraanku denganmu".
pemakamannya. Ketika tidur aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaan
yang begitu elok sekali tubuhnya, dihiasi dengan pakaian sutera yang
indah". Melihat hal itu, Ibrahim pun terus bertanya, "Bukankah engkau
Dia menjawab, "Aku berjumpa dengan Allah dengan dosa yang banyak,
tetapi dimaafkan dan diampuniNya semua itu karena aku berprasangka baik
kepada Allah, dia ditunjukkan pada agama Islam dan bisa mendalami
ajaran-ajarannya".
Di zaman Nabi Musa ada seorang fasik yang suka melakukan kejahatan.
mereka berdoa kepada Allah. Maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa
sampai di suatu kawasan yang luas, dimana tidak seekor burung atau
manusiapun hidup.
diri, lalu berkata: "Wahai Tuhanku, kalaulah ibuku, ayahku dan isteriku
berada di sisiku sudah tentu mereka akan menangis melihat waktu akan
sisiku pasti mereka berkata: "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah
lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju akhirat
dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali rahmatMu ya Allah".
Terakhir kali pemuda itu berkata, "Ya Allah, janganlah Engkau
kamu ke tanah lapang di sana ada seorang waliKu yang telah meninggal.
mendapati yang mati itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi
Musa berkata, "Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang Engkau
suruh aku usir dahulu". Allah berfirman, "Benar, Aku kasihan kepadanya
seseorang yang tidak mempunyai saudara mati, maka semua penghuni langit
dan bumi akan sama menangis karena kasihan kepadanya. Oleh karena itu
bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah Dzat Yang Maha
Pada zaman dahulu, ada seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang.
Dia ingin menjumpai pendeta untuk meminta fatwa supaya dia dapat
bahwa dia telah membunuh 99 orang dan bertanya padanya apakah dia masih
tidak bisa bertaubat karena dosanya terlalu banyak. Lelaki itu mejadi
seratus.
Dia masih ingin bertaubat dan terus mencari kalau-kalau ada ulama
yang bisa membantunya. Akhirnya dia berjumpa dengan seorang ulama. Dia
menceritakan bahwa dia telah membunuh seratus orang dan bertanya apakah
Lelaki itu mengucapkan terima kasih lalu pergi menuju negeri yang
diterangkan oleh ulama tadi. Baru saja sampai setengah perjalanan, dia
Rahmat dan Malaikat Azab. Malaikat Rahmat ingin membawa roh lelaki itu
dia mati dalam keadaan su'ul khatimah karena dia telah membunuh seratus
kejadian itu lebih dekat dengan tempat kebajikan yang akan dituju atau
lebih dekat dengan tempat asalnya yang buruk?. Sekiranya jaraknya lebih
apabila jaraknya lebih dekat dengan tempat asalnya, dia milik Malaikat
ukuran sejengkal saja. Lalu roh lelaki itu terus diambil oleh Malaikat
sebab-sebab dia bertaubat, maka dia berkata: "Aku adalah seorang polisi
dan aku sedang asyik menikmati khamr (arak), kemudian aku beli seorang
budak perempuan dengan harga mahal, maka dia melahirkan seorang anak
di bajuku, ketika umurnya menginjak dua tahun dia meninggal dunia, maka
meneguk khamr lalu tidur belum shalat isya'. Dalam tidur itu aku
semerbak, maka aku ucapkan salam atasnya dia pun menjawabnya, dan aku
berkata: "Wahai syeikh, tolong lindungilah aku dari ular ini"!. Maka
syeikh itu menangis dan berkata padaku: "Aku orang yang lemah dan ular
itu lebih kuat dariku dan aku tak mampu mengatasinya, bergegaslah
memanjat sebuah tebing Neraka hingga sampai pada ujung tebing itu, aku
lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja aku terjatuh
kedalamnya karena rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu
penghuni Neraka itu!", aku pun tenang mendengarnya, maka turunlah aku
dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang mengejarku kembali. Aku
datangi syeikh tadi dan aku katakan, "Wahai syeikh, aku mohon kepadamu
agar melindungiku dari ular itu namun engkau tak mampu berbuat
simpanan kaum muslimin, kalau engkau punya barang simpanan di sana maka
Aku melihat ke gunung yang bulat itu yang terbuat dari perak. Di
sana ada setrika yang telah retak dan tirai-tirai yang tergantung yang
setiap lubang cahaya mempunyai daun-daun pintu dari emas dan di setiap
daun pintu itu mempunyai tirai sutera. Ketika aku lihat gunung itu, aku
langsung lari karena aku menemui ular besar, tatkala ular itu
beberapa anak dengan wajah berseri mengawasiku dari atas. Ular itu
itu telah mendekatinya". Maka naiklah mereka dengan serentak, aku lihat
Ketika dia melihatku, dia menangis dan berkata: "Ayahku, demi Allah!"
tersebut lari.
Maka aku menangis dan berkata: "Wahai anakku, kalian semua faham
tentang Al Quran", maka dia berkata: "Wahai ayahku, kami lebih tahu
buruk yang selama ini engkau kerjakan, maka Allah akan memasukkanmu ke
sholeh yang sedikit hingga tak mampu menolongmu", aku berkata: "Wahai
anakku, apa yang kalian perbuat di gunung itu?", dia menjawab : Kami
kami menunggu kalian hingga datang pada kami kemudian kami memberi
Berkata Malik: "Maka akupun takut dan aku tuangkan seluruh minuman
bertaubat pada Allah, dan inilah cerita tentang taubatku pada Allah".
Taubat Tukang Fitnah
Ada seorang tukang fitnah yang jatuh cinta kepada seorang gadis
padamu melebihi cintamu kepada-ku, akan tetapi aku takut kepada Allah
SWT". Laki-laki itu berkata, "Kau takut pada Allah, sementara aku tidak
tobat kepada Allah SWT. Dalam per-jalanannya ia didera rasa haus yang
dengan utusan dari seorang nabi Bani Israil dan ditanya, "Mengapa kau
ini?".
kepada Allah agar awan menaungi kita hingga sampai tujuan". Laki-laki
tukang fitnah itu berkata, "Aku tidak mempunyai amal kebajikan". Utusan
nabi itu berkata, "Aku yang berdoa dan engkau tinggal mengamini".
awan itu mengikutinya. Sebelum utusan itu pulang dia berkata, "Engkau
telah mengaku tidak mempunyai amal kebajikan, padahal ketika aku berdoa
dan engkau mengamin kannya, serta merta awan itu menaungi kita,
kepada utusan itu. Maka berkatalah utusan nabi itu, "Orang bertobat
menyamai kedudukannya".