Jadi tadi orang yang bertakwa itu adalah orang yang senantiasa menggerakkan anggota
badannya untuk melaksanakan perintah-perintah Allah terutama Sholat. Ini karena kalau
sholatnya sudah benar berarti benarlah seluruh perbuatan dan pergerakan anggota badannya.
Jadi kalau sholatnya sudah benar pasti seluruh gerak geriknya diluar sholat juga benar.
Kenapa orang susah berhenti merokok ? ini pasti dan pasti tangannya atau gerakkannya dalam
sholat ini masih belum benar. Kenapa seseorang masih main kartu, main domino, pasti
gerakkannya dalam sholat masih ada yang salah. Pasti disini adalah mutlak, bukan yang
seperti kalau makan pasti kenyang, ini justru pasti yang tidak mutlak benar. Pasti dalam
ilmu agama ini mutlak lebih pasti dari Pasti nya ilmu manusia seperti 2+2 = 4. Hasil 4 ini
sesungguhnya adalah Insya Allah atau mudah-mudahan, tidak mutlak kepastiannya. Hasil
dari hitung-hitungan ilmu pastinya manusia, dimata ilmu agama tidak pasti, karena ilmu
pastinya manusia yang 4 bisa jadi 6, bisa jadi 8, tergantung kepintaran melogikakan rumus.
Tetapi Pasti dalam ilmu agama seperti pada ayat : Barangsiapa menolong agama Allah,
Pasti Allah akan tolong dia, dan Pasti disini adalah mutlak, tidak bisa pakai Insya
Allah atau Mudah-mudahan Allah tolong kamu, tidak bisa karena Pasti disini adalah
mutlak tingkat kepastiannya. Seseorang yang benar geraknya dalam sholat ini Pasti tidak
akan main domino, tidak akan main catur, tidak akan keliru perbuatannya, dan tidak akan
meleset gerakkannya, selalu geraknya kepada yang benar dan baik. Mengapa seseorang masih
melangkahkan kakinya ke arah perbuatan yang buruk, ini karena dalam sholat gerakannya
masih salah, apalagi jika tidak sholat. Mungkin juga kakinya ketika sholat belum lurus, masih
mencong sana sini, sehingga gerak kakinya diluar sholatpun masih kesana kemari, bergerak
kearah maksiat kakinya.
Jadi ciri-ciri orang bertaqwa tadi tadi adalah dia beriman betul-betul kepada Allah, kepada
yang ghaib, bukan pada yang nampak saja. Ini karena kalau hanya pada yang nampak saja
yakinnya, binatang juga bisa. Orang beriman ini yakinnya pada yang tidak dilihat, yang ghaib,
inilah yang membedakan antara orang beriman dengan orang yang kafir, orang beriman
dengan binatang. Ayam kita panggil, ada beras simpan di gudang, ayamnya tidak lihat beras
tersebut, sehingga kita panggil tidak mau ayam itu datang. Tetapi jika kita nampakkan
berasnya, tanpa kita panggil akan datang ayamnya. Inilah keyakinan ayam, begitu juga
dengan binatang lainnya ketika kita sembunyikan fadhilah atau makanannya, maka mereka,
bintang tersebut, tidak akan mau datang. Ini namanya bukan Iman Bil Ghaib, tetapi Iman Bil
Musyahadah, atau Iman dengan yang nampak. Yang membedakan seseorang dengan binatang
adalah keyakinannya pada yang ghaib.
Contoh :
Katika waktu dzuhur datang, dia mengojek, sudah mau ke mesjid, tiba-tiba orang datang
minta dihantarkan ke tanah abang dengan tarif Rp. 100.000 tidak jauh dari mesjidnya. Padahal
ketanah Abang dari situ cuman Rp. 10.000, tapi ini dikasih 10 kali lipatnya. Tetapi si ojek tadi
bilang, Maaf Pak ini waktu sholat, tidak bisa mengantarkan. Si ojek tadi berkata lagi,
Kalau saya ambil uang Rp.100.000 ini berarti bapak menganggap saya ini binatang. Jika
diambil oleh si Ojek berarti si ojek ini imannya Musyahdah, hanya pada yang nampak, seperti
binatang. Sedangkan yang dimesjid ini jauh lebih mahal dari yang Rp.100.000 itu.
Jadi orang bertaqwa tadi Imannya Bil Ghoib, dan gerak tubuhnya juga benar. Maulana Yusuf
berkata, Kalau gerak badan seseorang telah dikomando oleh sholat, maka kalo sholatnya
benar, berarti geraknya diluar sholatnya akan benar juga. Pernah suatu hari beliau, Maulana
Yusuf Rah.,A, sedang duduk-duduk ada orang datang membawakan makanan khidmat,
terjatuh didepan beliau. Lalu beliau katakan, Wahai saudara perbaiki sholat kamu. Kenapa
ketika melayani orang sampai terjatuh, ini berarti sholatnya belum benar. Kalau sholat
seseorang ini sudah benar, ini Allah telah janjikan :
memfotocopy 10 lembar fadhoil amal untuk kepentingan taklim atau agama, inilah yang
namanya penghianatan. Kata Ulama ini Rizki Allah titipkan pada dia seribu rupiah mampu
membeli rokok 2 batang, tidak bisa fotocopy 10 lembar fadhilah sholat, inilah yang namanya
penghianatan terhadap rizki yang Allah berikan Ciri orang bertaqwa tadi Allah berfirman
mahfum : Wa mimma rozaknahum yunfikun. Rizki yang Allah beri, dia gunakan sesuai
dengan keinginan Allah.
Kemudian ciri orang bertaqwa yang lain dia gunakan akal dia ini atau otak dia ini, dia
sandarkan kepada ilmu atau otak kenabian, ilmunya para Anbiya AS. Banyak orang hari ini
berasumsi bahwa otak umat islam sudah di Brain wash, Otaknya sudah dicuci, dirusak oleh
cara atau sistem pendidikan orang kafir.
Contoh :
Jika kita bertanya kepada pelajar SMA atau anak kuliahan, Bagaimana bisa turunnya
hujan ?, lantas si pelajar tadi akan menjawab, Hujan ini turun disebabkan karena adanya
proses kondensasi, yaitu matahari bersinar kelaut, lantas air laut akan menguap berkumpul
menjadi awan, lantas awan ini akan bergerak menuju suatu tempat dibawa oleh angin. Ketika
dinginnnya sudah mencapai derajat tertentu, maka awan tadi akan turun menjadi hujan. Ini
adalah teknik atau seni yang dilogikakan menurut akal manusia. Sedangkan menurut Agama,
bahwa Allahlah yang mendatangkan hujan dari langit. Sahabat Nabi tidak mengenal peristiwa
kondensasi, yang mereka tahu yang menurunkan hujan itu siapa ? Allah. Para sahabat tidak
peduli dengan peristiwa kondensasi, ada laut atau tidak ada laut, bagi mereka tidak ada
masalah. Anas bin Malik RA kebunnya terletak di padang pasir yang luas, kebunnya
kekurangan air, tidak ada hujan, Cukup dengan sholat 2 rakaat minta hujan, maka hujan turun
hanya di kebunnya saja
Ibnu Hadromi RA membawa rombongan ke Bahrain, termasuk Abu Hurairoh RA didalamnya.
Abu Hurairoh RA berkata bahwa dia melihat keutamaan daripada amirnya. Ketika dalam
perjalanan kehabisan bekal, air habis. Al Hadromi RA, sholat 2 rakaat minta kepada Allah
menurunkan hujan, maka hujanpun turun. Sahabat tahu yang menurunkan hujan itu siapa ?
Allah. Inilah ilmu yang perlu kita pelajari, ilmunya siapa ? Ilmunya para Anbiya AS. Orang
miskin ini agar bisa meletakkan kemiskinannya, bawa mereka kepada pengorbanan. Dalam
ilmu manusia untuk dapat menghilangkan kemiskinan harus dengan peningkatan dalam
kebendaan dan harta. Sedangkan dalam ilmu kenabian, untuk bisa menghilangkan kemiskinan
harus dengan bersedekah, berkorban, walaupun dalam keadaan miskin. Inilah bedanya ilmu
Nabi dan ilmu manusia dalam menghilangkan kemiskinan. Dalam suatu riwayat Bukhori,
Nabi SAW mengatakan mahfum kepada para sahabat terutama yang miskin :
Jauhilah Api Neraka walaupun hanya dengan separuh kurma
Note Penulis :
Maksudnya apa ? ini adalah isyarat dari Nabi bahwa orang miskin saja beliau minta untuk
bersedekah, berkorban walaupun hanya dengan separuh kurma, apalagi orang kaya. Mengapa
nabi meminta orang miskin bersedekah walaupun hanya separuh kurma ? ini agar hilang dari
mereka sifat miskin. Apa itu sifat miskin ? selalu ingin meminta kepada mahluk, dan merasa
kurang. Dengan memberi dalam keadaan miskin ini akan mendatangkan sifat Qonaah, sifat
kaya, yaitu merasa cukup dengan apa yang dia punya. Hanya orang mempunyai Qonaah
dalam dirinya, sehingga walaupun dia miskin, tetapi mampu memberi kepada orang lain. Ini
ada orang kaya punya kurmanya segudang, tetapi hanya mau memberi separuh kurma, ini
namanya orang kaya pelit dan miskin hatinya. Orang kaya seperti ini tidak akan pernah
menemukan rasa cukup dalam hatinya dan pasti akan menderita hidupnya dengan harta yang
dia tumpuk.Dengan semakin banyak memberi maka akan semakin hilang sifat miskin dalam
dirinya.
Di jaman nabi karena kekuatan Iman sudah sempurna, sehingga sahabat ini hanya dengan satu
kurma saja mampu menutupi seluruh kebutuhan makan untuk kerja dalam satu hari. Hari ini
berapa kurma kita perlukan untuk dapat kerja dalam satu hari ? inilah perbedaan Iman kita
dan Sahabat RA. Jika Iman sempurna, tidak perlu kita punya banyak kurma atau banyak harta
untuk bisa menyelesaikan masalah kita. Dengan Iman yang sempurna Allah akan datang
keberkahan rizki dalam hidup kita. Keberkahan seperti apa ? cukup dengan satu kurma dapat
menyelesaikan seluruh kebutuhan makan untuk satu hari.
Note Penulis :
Apakah mungkin kita bisa makan cukup satu hari hanya dengan satu kurma ? Allah mampu
menghidupkan orang 309 tahun tanpa makan dan minum seperti kisah Ashabul Kahfi. Apalagi
mencukupi kebutuhan makanan orang untuk satu hari penuh hanya dengan satu kurma, mudah
saja bagi Allah, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Jadi dengan keimanan Allah mampu
memberikan seseorang ini keberkahan. Apa itu yang namanya Keberkahan :
1. Jika diperlukan ada
2. Mencukupi dan tidak berlebihan
3. kecil atau sedikit tetapi dapat menyelesaikan masalah yang besar
Di dalam ilmu orang kafir ini kalau harta dibelanjakan maka ini akan berkurang, tetapi di
dalam ilmu kenabian harta yang dibelanjakan dijalan Allah, atau yang disedekahkan, tidak
akan berkurang bahkan bertambah. Dalam suatu riwayat dikatakan mahfum :
Tidak akan berkurang harta yang telah disedekahkan
Inilah yang namanya ilmu kenabian, hanya dengan sedekah maka sifat miskin hilang, bahkan
harta yang disedekahkan tidak akan berkurang tetapi bertambah. Dalam suatu riwayat
dikatakan bahwa :
Allah akan hancurkan riba dengan zakat
Note Penulis :
Jadi semua sistem riba yang di rancang oleh orang kafir akan Allah hancurkan dengan zakat.
Maksudnya sistem riba ini nanti akan hancur dengan keimanan, yaitu dengan zakat. Jadi zakat
ini adalah alat yang Allah gunakan untuk menghacurkan sistem riba yang di design
sedemikian rupa oleh orang kafir untuk menjauhkan umat islam dari Allah. Mau
menghancurkan orang kafir, mudah saja, yaitu dengan membayar zakat. Disini seseorang ini
akan menjadi kaya bukan dengan menyimpan uang tetapi dengan dizakatkan, di infakkan, dan
disedekahkan. Kaya disini bukan kaya materi, tetapi kaya hati.
Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 2, Allah berfirman :
Dzalikal kitabula roibafihi hudallil muttaqien.
Artinya : Kitab Quran ini tidak ada keraguan padanya dan petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa
Al Quran ini adalah kitab petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Jika kita bertakwa,
mempunyai ciri-ciri orang yang bertakwa, maka Allah akan bukakan kepada kita rahasia Al
Quran. Di dalam Al Quran ini ayat-ayat seperti surat Al Baqarah ayat 1, Alif Lam Mim, ayat
muttawattir, artinya ulama sepakat bahwa hanya Allah yang tahu. Maksudnya apa ? kalau kita
ingin dibukakan oleh Allah rahasia-rahasia Al Quran ini, maka kita harus berani
mengatakan :
Ya Allah saya ini bodoh tidak tahu apa-apa, sedangkan Engkau sumber Ilmu dan Maha
Mengetahui segala-galanya, maka ajarkanlah kami dan beritahukanlah kepada kami apa-apa
yang kami tidak ketahui.
Kalau mau diberitahu oleh Allah kita harus jantan mau mengakui bahwa kita ini bodoh dan
tidak tahu apa-apa di hadapan Allah. Jika kita mau mengakui kebodohan kita dihadapan Allah,
mereasa tidak tahu, dan ingin tahu, lalu buat usaha untuk mencari tahu, barulah Allah akan
bukakan rahasia-rahasia Al Quran kepada kita. Jangan kita menjadi orang yang sok tahu, jika
kita sudah merasa tahu dan cukup dengan apa yang kita punya, maka dalam suatu riwayat
dikatakan Allah akan tutup pintu-pintu keilmuan untuknya. Maksudnya selama seseorang
sudah merasa tahu dan cukup dengan ilmunya, maka Allah akan tutup pintu-pintu ilmu
sehingga ilmunya tidak dapat meningkat atau bertambah. Sebagaimana kita mengakui kepada
Allah tentang kebodohan kita, dan ketidak tahuan kita, maka pengakuan ini juga berlaku atas
harta, jabatan, anak, istri, toko, dan keduniaan yang kita miliki. Kita harus merasa tidak tahu
arti dan makna dari semua keduniaan yang kita miliki dari manfaat dan mudharatnya. Kita
harus berkata :
Ya Allah saya tidak tahu manfaat dan mudharat dari keadaan dan kebendaan yang saya
miliki, sebagaimana saya tidak tahu apa itu manfaat dan mudharat dari istri saya, anak saya,
harta saya, rumah saya, toko saya, perdagangan saya, dan lain-lain. Hanya engkaulah yang
mengetahui manfaat dan mudharat dari semua ini, maka beri tahukanlah kepada kami manfaat
dan mudharat dari semua ini.
Maka nanti Allah akan ajarkan kepada kita kemampuan untuk mengetahui antara yang haq
dan yang bathil, antara yang halal dan yang haram. Namun untuk bisa dibukakan rahasiarahasia ini, maka kita harus maksimalkan kemampuan kita untuk mencapai derajat ketakwaan.
Ini karena Al Quran ini diperuntukkan hanya bagi orang-orang yang bertakwa. Maka untuk
sampai ke derajat taqwa ini penting kita perbaiki daripada mutu sholat kita. Sahabat ini
sholatnya mampu menghadirkan ketaqwaan kepada Allah dalam sholat. Sehingga konsentrasi
sholat mereka mampu menghilangkan segala gangguan yang dapat mengganggu sholat
mereka dan hanya melihat Allah saja dalam sholatnya.
Contoh Sholat I :
Sholat Ali bin Abi Thalib RA, ketika beliau terpanah pahanya, beliau RA meminta sahabat
mencabut panahnya ketika sedang sholat. Ketika dicabut dalam sholat, selesai mengucapkan
salam, Ali RA tidak menyadari atau mengetahui bahwa panah tersebut telah tercabut dari
panahnya. Ini dikarenakan kekuatan sholat Ali ini, kekhusyuannya dihadapan Allah dapat
menghilangkan segala sesuatu selain Allah saja yang nampak dalam sholatnya. Inilah derajat
ketakwaan sholatnya Ali RA.
Contoh sholat II :
Ada juga sholatnya Umar RA yang dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Umar RA ketika
sholat mampu menggunakan kebersamaannya dengan Allah dalam sholat untuk mengatur
strategi perang. Disini Umar RA menggunakan momentum sholat untuk mengatur strategi
perang bersama Allah. Ini karena derajat ketaqwaan Umar RA yang mampu merasakan
kehadiran Allah di dalam sholatnya, sehingga dia gunakan momentum ini untuk mengatur
strategi perang bersama Allah. Asbab ketaqwaan Umar RA ini, jangankan didalam sholat,
diluar sholatpun, syetan jika melihat bekas jejak langkah kaki Umar RA sudah lari terbiritbirit.
Mana yang lebih baik antara sholat Ali RA dan Umar RA ? jawabnya dua-duanya baik. Yang
tidak baik adalah ketika dalam sholat yang kita ingat adalah selain Allah yaitu keduniaan.
Sehingga sahabat ini merasa kalau mereka ingat selain Allah dalam sholatnya maka dia
merasa sholatnya ini tidak ada nilainya, rusak semuanya. Sehingga ada seorang sahabat asbab
dia terkesan dengan kebunnya ketika sholat, akhirnya kebunnya itu dia infakkan seluruhnya
kepada Nabi SAW untuk digunakan di jalan Allah. Inilah ketaqwaan sahabat di dalam sholat
mereka.
Jadi bagaimana ciri-ciri orang bertaqwa itu bahwa dia senantiasa menggunakan hartanya ini
sesuai dengan perintah dan keinginan Allah Taala. Kalau yang namanya orang bertaqwa ini,
jangankan untuk berbuat maksiat, untuk keperluan dia saja sudah takut untuk
menggunakannya. Dalam suatu mahfum hadits dikatakan :
Bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kemampuan kamu.
Tetapi awas disini, dan perlu kita hati-hati dalam menafsirkan hadits disini. Maksud dari
bertaqwa kepada Allah sesuai dengan kemampuan itu tidak sama dengan sesuai dengan
kemauan. Hari ini banyak orang mengamalkan agama semaunya, menurut kemauannya,
bukan kemampuannya. Jadi orang bertaqwa ini harus dengan kemampuan, bukan dengan
kemauan dia saja. Beda antara orang yang beribadah dengan kemampuan dan kemauan. Kalau
orang beribadah dengan kemampuan dia yang dimaksimalkan, inilah yang namanya Taqwa.
Jika dia bertaqwa dengan kemampuan dia barulah Nusroh Allah akan turun. Tetapi jika kita
beribadah menurut kemauan kita, maka pertolongan Allah tidak akan turun. Selama dia
mengerjakan ibadah dan ketaqwaan ini dengan memaksimalkan kemampuannya baru akan
datang petunjuk dan pertolongan dari Allah.
Contoh :
Jika kita diberi pertanyaan apakah sholat dirumah sah apa tidak ? menurut fiqih agama itu
sah-sah saja. Sembahyang di rumah nilainya cuman 1 derajat, sedangkan di mesjid 25 derajat.
Jika 10 hari maka derajat orang yang sholat di mesjid adalah 25 derajat x 5 waktu x 10 hari =
1250 derajat, sedangkan yang sholatnya dirumah adalah 1 derajat x 5 waktu x 10 hari = 50
derjat. Orang yang lebih memilih sholat di rumah dibanding sholat ke mesjid ini adalah orang
yang bodoh dan sombong, bukanlah orang yang bertaqwa. Inilah makanya dalam suatu
mahfum hadits dikatakan ingin rasanya Nabi SAW ini membakar rumah-rumah orang yang
sholat dirumahnya. Sudah dikasih derajat yang lebih tinggi dengan sholat ke mesjid malah
milih sholat dirumah.Dan dalam mahfum hadits yang lain dikatakan, andaikata orang munafik
itu tahu keutamaan sholat di mesjid pada waktu subuh dan isya, maka mereka akan belabelain walaupun dalam keadaan merangkan-rangkak untuk dapat ke mesjid. Ini karenakan
orang munafik di jaman Nabi saja sudah sholat 3 waktu ke mesjid yaitu dzuhur, ashar, dan
maghrib. Kini karena ketaqwaan sudah hilang dari umat, jangankan 3 waktu, hampir 5 waktu
kini banyak mesjid kosong dari jemaah. Jadi kita sudah mengalami degradasi ketaqwaan,
lebih parah dari kemampuan untuk sholat berjamaah orang-orang munafik di jaman Nabi.
Contoh II :
Hari ini ketika adzan mengumandang, lalu kita ajak orang untuk sholat ke mesjid jawabnya
apa, Saya sholat dirumah saja deh, kan haditsnya beribadahlah kamu menurut kemampuan
kamu. Jadi saya mampunya masih sholat dirumah Inilah alasan mereka ketika diajak untuk
sholat ke mesjid. Padahal kakinya ada, tidak lumpuh, matanya ada bisa melihat, kupingnya
ada bisa mendengar. Bahkan dijaman Nabipun orang buta kalau dia bisa mendengar suara
adzan tetap diminta Nabi untuk pergi ke mesjid, walaupun dia buta, apalagi orang yang sehat
dan tidak ada cacat. Jadi ketika dia mampu untuk pergi ke mesjid tetapi dia milih untuk sholat
dirumah, berarti orang ini sholat berdasarkan kemauan bukan kemampuan. Dia mau sholat
dirumah, semaunya dia, sedangkan maunya Allah ini agar dia sholat di mesjid. Bukanlah dia
seorang laki-laki kalau sholat dirumah, karena hanya seorang perempuan yang sholat
dirumah, laki-laki sholat dirumah ini banci namanya. Dalam Al Quran ini yang sholat
berjamaah ke mesjid ini adalah laki-laki. Kalau perempuan mau sholat ke mesjid prasyaratnya
banyak, makanya perempuan ini dianjurkan sholatnya dirumah, laki-lakinya yang ke mesjid.
Jadi orang seperti ini menafsirkan hadits bukan dengan tafsir Jallalain, tetapi namanya Tafsir
Jalan Lain, ngaco tafsirnya. Tafsir Jallalain itu yang bener, yaitu sholat di mesjid berjamaah,
bukan tafsir jalan lain yaitu sholat menurut kemauan bukan kemampuan.
Contoh III :
Seseorang mampu untuk sholat tahajjud sebanyak 8 rakaat dan ditutup witir 3 rakaat, dia
mampu. Tetapi dia malah memilih tahajjud 2 rakaat lantas tidur. Ketika ditanya kenapa
tahajjud hanya 5 menit saja, atau 2 rakaat saja, dia jawab Layukalifullahu Nafsan
Illawusaha artinyakan Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Bukan ini tafsirnya, salah tafsirnya, dia menggunakan tafsir jalan lain,
bukan jallalain. Allah tahu kemampuan kita ini berapa, misalnya Allah mampu kemampuan
sholat kita ini sekian rakaat, tetapi karena manunya dia 2 rakaat, ya sudah tutup buku. Bahkan
kemampuan tadi kalau tidak diasah, ditingkatkan, harus dilatih terus, maka lama kelamaan
akan hilang kemampuannya karena lemas atau tidak berdaya oleh kemauannya. Seperti
seseorang mengangkat beras kemampuannya bisa mengangkat sapi 100 Kg beras, tetapi
karena tidak dilatih, mengangkat yang 20 Kg saja sudah teler dia. Padahal kalau dilatih dari
mengangkat 10 Kg, lalu meningkat 20 Kg, ternyata karena dilatih mampu mengangkat 100
Kg sebenarnya dia.
Jadi inilah tujuan Dakwah ini diantaranya adalah untuk menggali potensi yang ada dalam diri
kita, menggali kekuatan kita. Mampu kita sebenarnya pergi keluar di jalan Allah, tetapi
potensi ini terpendam, karena tidak digunakan. Jadi kita melatih diri kita untuk mencapai
daripada batas akhir kemampuan, bukan daripada kemauan. Kemampuan ini yang
bagaimana ? Allah firmankan dalam Al Quran :
Walladzinajahadu fina lanahdiyannahum subulana
Artinya : Barangsiapa bersungguh-sungguh (bersusah payah, berjuang untuk agamaku),
maka pasti akan kami bukakan pintu-pintu menuju kami
Jadi dalam ayat ini jika ulama yang ahli nahwu, maka ada 12 derajat pasti, minimal 3 kali
pasti. Maksudnya dalam ayat ini adalah barangsiapa bermujahaddah, bersusah payah,
bersungguh-sungguh, bekerja melaksanakan perintah Allah tadi dengan sesuai dengan batas
akhir kemampuan dia tadi, maka Pasti, minimal 3 pasti, akan kami bukakan jalan-jalan
Hidayah untuk menuju Allah. Siapa yang akan Allah berikan Hidayah tadi ? yaitu siapa saja
yang betul-betul bermujahaddah dibatas akhir kemampuan dia untuk mentaati Allah.
Banyak yang bilang, Bukankah rizki dan hidayah ditangan Allah. Terserah Allah mau
memberikan hidayah atau rizki atau tidak. Kalau Allah inginkan saya keluar, maka saya
keluar. Jika Allah tidak inginkan, ya gak tahu ? Ini kebodohan namanya. Jangan kita
menafsirkan Al Quran ini dengan Jalan Lain, tetapi harus dengan tafsir Jallalain.
Kargozari Mubayyin :
Ketika di Airport, saya bertemu dengan seseorang dan berkata kepada saya, Ustadz, saya ini
dulu pernah ikut rombongan ustad ini. Sekarang sudah tidak bisa lagi. Bahkan sholatpun kini
sudah dikerjakan, karena boss saya ini Cina (non-muslim), jadi tidak ada toleransi dalam jam
kerja dan waktu sholat. Jadi saya katakan kepadanya, Baik, kalau begitu keadaannya,
sekarang sampai jam berapa anda kerja ? dia jawab, Saya ini kerja dari jam 8 pagi, sampai
jam 5 sore, sehingga sholat dzuhur dan ashar susah saya kerjakan. Lalu saya katakan, Kalau
begitu sholat subuh, maghrib, isya, andakan lepas hubungan dari dia (bossnya). Jadi yang
mampunya anda sekarang ada di subuh, maghrib, dan isya. Ini kemampuan yang pertama
dulu. Jika dzuhur dan ashar, anda ditekan oleh boss, jadi untuk tahap awal kerjakan sholat
yang tanpa ada tekanan dari boss anda dulu yaitu : sholat subuh, maghrib, dan isya. Ini yang
kamu mampu dulu untuk tahap pertama. Kerjakan sholat yang mampu ini dengan baik. Lalu
yang tidak mampu bagaimana caranya ? untuk saat ini masih dalam tekanan yaitu sholat
dzuhur dan ashar. Maka jika anda kerjakan yang mampu tadi dengan baik, nanti yang tidak
mampu kamu terus berusaha sesuai dengan batas kemampuan kamu, dan berdoa kepada
Allah. Nanti Allah mampukan apa yang kamu tidak mampu. Tetapi jika yang mampu saja
tidak dikerjakan : subuh, maghrib, isyanya juga tidak dikerjakan, maka sampai matipun tidak
akan Allah mudahkan.
Jadi dalam kemampuan ini apa yang mampu dikerjakan, kita kerjakan dulu. Tetapi kita terus
berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan. Maka dalam Ushul Dakwah ini :
1. Tugas Pertama : Qobul Al Maujud
artinya : Terima dulu yang ada.
1. Tugas Kedua : Matarkiyatil Marbu
artinya : Meningkatkan Kemampuan
Jadi yang namanya Dai ini tidak boleh puas hanya dengan satu keadaan, tetapi dia juga tidak
boleh tidak terima atau ingkar dengan keadaan yang ada. Terima apa yang ada dulu, lalu
tingkatkan sampai kepada yang kita inginkan. Firman Allah : Fattaqulloh Mastathotum,
jadi berimanlah kamu sesuai dengan kemampuan bukan dengan kemauan. Layukallifullahu
nafsan illa wusaha, Jadi Allah tidak akan memberikan beban kecuali sesuai dengan
kemampuan atau kesanggupannya. Dan Allah ini Maha Tahu kemampuan seseorang ini,
jangan dia bohong. Seseorang mampu sholat tahajjud 8 rakaat, tetapi dia hanya melakukan 2
rakaat dengan alasan semampunya, ini berarti dia telah berbohong dengan diri dia sendiri dan
membohongi Allah. Sebagaimana sembahyangnya orang dirumah, padahal dia mampu,
dengan alasan Allah tidak akan membebani dia diluar kemampuannya, ini berarti dia bohong
sama diri sendiri dan bohong sama Allah. Kalau seseorang ini sudah sampai pada batas
kemampuan yang terakhir, maka apa yang dia tidak mampu nanti akan Allah sempurnakan.
Hari ini orang ingin berangkat ke India, Pakistan, dan Bangladesh, 4 bulan, biayanya 8 juta.
Namun yang ada sekarang 5 juta saja. Jadi kemampuan dia yang terakhir berapa ? 5 juta saja.
Dia tidak memaksakan, tetapi dia berusaha beramal sesuai dengan kemampuan. Kalau dia
paksakan diri berangkat, berarti dia ingin menguji Allah. Sedangkan Allah tidak suka diuji.
Kemarin ada seseorang dalam jemaah, agak sedikit marah pada saya (mubayyin). Tetapi saya
Ikhlas saja dimarahin, karena saya suka marah juga sama orang. Tetapi marahnya ini galak
bukan emosi, tetapi galak saja. Jadi setelah ditafakkud kesiapan dia untuk berangkat, ternyata
kita sudah mengkaji biayanya tidak cukup. Lantas dia marah dan berkata, Ustadz buat apa
sih targhib-targhib orang masalah Yakin, ternyata masih menanyakan kepada kami masalah
duit cukup atau tidak. Jangan bicara-bicara Yakin kalau masih nanya-nanya lagi masalah duit
cukup atau tidak. Mendengar ini saya sebagai ustadz yang suka mentarghib masalah Yakin
ini terpukul juga mendengar jawaban dia. Kita ini harus sabar dalam dakwah ini, tidak boleh
emosi dan gunakan nafsu saja, apalagi ketika menemukan keadaan yang seperti ini. Lalu saya
katakan kepadanya, Kami juga pernah bertanya mengenai perkara yang demikian, bukan
saya yang bertanya, tetapi Mufti Zainal Abidin bercerita.
Ceritanya apa :
Jadi ketika Mufti ini memberikan bayan tentang Iman dan Yakin ini sudah seperti
keyakinannya sampai kelangit. Lalu ada orang bertanya kepada Mufti Zainal Abidin di
airport, Mufti kenapa sih bayannya kuat sekali mengenai perkara Yakin ini, tetapi ketika
keluar orang ditanya lagi masalah kesiapan duitnya, ditafakkud lagi dan lagi kayak gak ada
keyakinan aja ? Inikan seakan-akan bertentangan antara yang Mufti bayankan dengan
prakteknya. Apalagi katanya ketika tim taskil berkata, Jangan lihat kantong, jangan lihat
kantong, lihat saja kekuasaan Allah yang tanpa batas. Tetapi setelah ditafakkud, ditanya juga
berapa yang ada di kantong. Maka Mufti Zainal Abidin berfikir sejenak, lalu pandangannya
tertuju pada landasan airport yang ada pesawatnya. Dia lihat disana ada pesawat yang besar
seperti Boeing 747 itu terbangnya harus hebat, cepat, mantap, dan stabil. Namun sebelum
terbang, pesawat ini ada di parkirannya. Pesawat ini ditarik dengan mobil, dibimbing,
diposisikan dulu biar pas letakknya. Ditarik mundur dulu dari parkirannya, dibelokkan, baru
ditarik maju menuju runaway, tempat lepas landas. Melihat hal ini, Mufti Zainal Abidin
katakan, Coba lihat itu pesawat, dia bisa terbang kelangit, tetapi sebelum terbang, pesawat
ini ditafakkud dulu kesiapannya sebelum pesawat ini diletakkan di runaway itu untuk lepas
landas. Apa yang ditaffakkud dari : mesinnya, pilotnya, alat-alatnyta, mobil tariknya, dan lainlain. Sampai pada mobil yang membimbing pesawat ini dipersiapkan hingga ada pada posisi
yang di inginkan untuk siap terbang. Lalu Mufti katakan, Kamu itu mau seperti itu, di
targhib siap terbang, tetapi terbangnya ngaco, malah membahayakan orang lain, ibarat
pesawat tidak ikut tafakkud tahu-tahu meleset, mesin rusak atau posisi terbang salah sehingga
malah tabrakan. Ini karena tidak ditafakkud dulu sebelum terbang. Jadi untuk mempersiapkan
pesawat agar bisa terbang ini, perlu di tafakkud dulu hingga sampai pada kesiapan yang cukup
layak untuk terbang. Baru nanti terbangnya mantap, stabil, tidak membahayakan, cepat, dan
lancar. Begitu pula kita, sebelum kita berangkat untuk mendapatkan keyakinan yang
sempurna ini, ditafakkud dulu, duitnya berapa, biar tidak ngaco nanti terbangnya. Ini
bukannya bertentangan dengan keyakinan, tetapi untuk meletakkan diri kamu di runaway tadi
seperti pesawat. Jadi tafakkud ini untuk mempersiapkan keyakinan kita agar diletakkan
dengan benar pada tempatnya, seperti membenarkan letakknya pesawat ini di runaway agar
siap terbang. Nanti kalau Iman ini sudah sampai di runaway, sudah sampai pada level layak
untuk terbang, gak perlu lagi di taffakkud. Masyeikh ini setiap 2 tahun pergi haji, mana ada
orang yang datang kepada Syeikh Abdul Wahab, berapa tafakkudnya ? apa kesiapannya ?
berapa uang dibawa untuk pergi haji ? cukup atau tidak ? tidak ada ceritanya syekh Abdul
Wahab di taffakkud seperti itu. Ini karena para Masyeikh sudah meletakkan diri mereka pada
jalan yang sudah tinggal siap terbang saja. Keyakinan mereka sudah sampai kalau terbang ini
tidak akan menyusahkan orang lagi, seperti terbangnya pesawat yang tinggal lepas landas dari
runaway tadi, tidak akan nabrak-nabrak.
Ada kisah tentang Nabi Isa AS ketemu Iblis LA, cerita ini agar kita ini tidak meniru iblis tadi.
Bahaya kalau kita ikuti jejak Iblis, masuk neraka nanti akhirnya. Dakwahnya Iblis ini kuat,
sebagaimana Dakwahnya Nabi. Kehebatan Iblis ini adalah Keikhlasannya. Jadi Nabi Ikhlas
dan Iblispun juga Ikhlas, sama-sama Ikhlas. Cuman yang satu mengajak ke Surga, dan yang
satu mengajak ke Neraka. Iblis gak pernak mengajak orang supaya dia, iblis ini, menjadi
gubernur atau bupati, ketua partai, atau presiden, tidak ada. Tetapi murni mengajak orang agar
masuk kedalam neraka bersama dia, itu saja, tanpa ada embel-embel lain. Dia, Iblis ini, tidak
mau apa-apa dari dunia ini selain orang ikut sama dia ke neraka saja, sudah cukup itu saja
bagi dia. Inilah dakwahnya Iblis, ikhlas tidak minta apa-apa, hanya ingin manusia masuk
neraka saja. Jadi kalau Dai ini masih mengharapkan sesuatu dalam dakwah berarti lebih
goblok dari iblis. Kalah oleh Iblis dalam hal keikhlasan, bagaimana akan bisa menang. Iblis
berkata kepada Nabi Isa AS, Wahai Isa tahukah kamu bahwa yang menghidupkan dan yang
mematikan itu adalah Allah, Isa bilang, Ya tahu saya itu, dan yakin sekali. Lalu Iblis
berkata kepada Isa AS, Sekarang kamu naik ke gunung, nanti kalau engkau sudah sampai
dipuncaknya sana, kau lompat. Untuk membuktikan keyakinan kamu, bahwa yang
menghidupkan dan yang mematikan adalah Allah. Sekarang coba posisikan diri kita seperti
Nabi Isa AS. Seandainya ada karkun 4 bulan IPB, baru pulang lagi Jos, di tempatkan dalam
keadaan seperti Nabi Isa tadi bagaimana ? kita di targhib Iblis masalah keyakinan seperti Nabi
Isa, apa yang akan kita lakukan ? Kita diminta Iblis untuk naik ke atas gedung lalu kita
disuruh lompat, iblis nantang, kan kita sudah yakin katanya bahwa yang menghidupkan dan
yang mematikan adalah Allah. Bagaimana ? berani atau tidak kita menjawab tantangan iblis
tadi ? apa kata iblis ini misalnya kepada kita, Kamu ini bicara yakin-yakin sekarang coba
tantang kereta api yang lagi jalan, kamu tunggu di rel. Berani tidak kita ? untuk
membuktikan bahwa hidup dan mati ini ditangan Allah. Tetapi apa jawab Nabi Isa ketika
ditantang oleh Iblis seperti ini, Wahai Iblis, yang berhak menguji itu Allah. Bukan kamu.
Allah yang menguji hamba, atau hamba yang menguji Allah ? Jelas disini Allahlah yang
berhak menguji hambanya, bukan hambanya yang menguji Allah. Misalnya diatas gunung
tadi ada orang yang sedang mengembalakan kambing. Dibawah gunung tadi ada sekelompok
dai melihat hal itu, sehingga mereka bermusyawarah memilih orang untuk naik ke atas
gunung untuk mendakwahkan islam kepada si pengemala kambing tadi. Maka karkun yang
terpilih tadi berdasarkan musyawarah, pergi naik ke gunung, dalam perjalan dia terpeleset,
jatuh ke jurang, maka matinya adalah mati syahid. Tetapi kalau kita ikut kemping, pramuka,
naik ke gunung, jatuh ke jurang, mati, ini namanya bukan mati syahid, tetapi mati sangit.
Walaupun dia seorang karkun 4 bulan, mau menguji Allah, lompat dari gunung, maka
perintahnya adalah orang Alim tidak boleh mensholati jenazahnya. Jadi kalau ada orang mati
bunuh diri, perintahnya orang Alim jangan sholat, biar orang-orang awam saja yang
mensholati. Kalau tidak di sholatkan sama sekali, berdosa semuanya, tapi yang menyolatkan
jangan orang yang terkemuka seperti Ulama, Bupati, Tokoh masyarakat, cukup orang awam
saja. Jadi kalau dia terjun lalu mati ini dia menguji Allah, tetapi jika dia naik karena dakwah,
lalu terjatuh, ini dia diuji Allah namanya.
Jadi orang yang tadi hendak pergi ke IPB (India, Pakistan, Bangladesh), taffakkudnya 8 juta.
Orang ini punya uang 10 juta, 2 juta untuk istri, dan 8 juta untuk berangkat. Lalu sampai di
Malaysia ini duitnya hilang, berarti dia ini diuji Allah. Maka tetesan air mata dia ini lebih
disukai oleh Allah, dan mendapat pertolongan Allah. Ada orang punya duit 100 juta, bawa
duit 5 juta, di tafakkud, dia bilang udah gak usah takutlah. Tim taskil bilang, Apa yang
menyebabkan anda tidak punya duit memaksakan diri ? dia bilang, Tidak usah tanya-tanya
saya. Sampai di Malaysia punya duit tinggal 3 juta. Di Malaysia kata Amir rombongan
kumpul uang buat khidmat, dengan alasan Iqrom tidak usah ditentukan, ada orang yang
memasukkan uang ke dalam sorban minim sekali, ada yang hanya memasukkan tangan saja.
Orang macam ini adalah pendusta dan pengkhianat. Orang seperti ini bukanlah seorang Dai
tetapi pengkhianat, makan duit orang, copot saja jadi amir, kembalikan ke markaz. Tidak ada
kerja dakwah yang macam itu, kalau uang habis, pulang saja, kerja lagi, jangan menipu
teman-teman dia. Menipu dengan alasan agama, targhib tentang pentingnya Iqromul
Muslimin.
Kargozari :
Ada jemaah pergi dengan taffakud Rp. 200.000, untuk 40 hari. Tetapi baru 4 hari jalan
sudah pulang. Ditanya kenapa pulang, dia bilang, Duit habis. Ditanya lagi, Kenapa
habis ?, dia bilang, Habis Amir shaf targhib kita harus Iqrom kepada saudara-saudara kita.
Sehingga saya harus kasih 50 Ribu setiap hari. Jadi 4 hari sudah habis. Lalu ditanya lagi,
Yang lain bagaimana setorannya ? dia jawab, Cuman masukkan tangan saja.
Padahal Allah sudah memberikan garisan :
Watujahiduna fisabillillahi bi amwalikum wa anfusikum
artinya : Berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri kamu sendiri.
Berarti orang seperti ini, yang memanfaatkan orang lain dengan alasan agama, telah menipu
orang. Penipu macam ini tidak akan bisa berhasil dalam kerja agama. Justru penipu-penipu
macam inilah yang merusak kerja agama, merusak kerja Nabi SAW. Orang macam ini tidak
mau ditaffakkud, tetapi mau menipu dengan alasan agama.
Kargozari :
Kemarin ketika saya di Cianjur, saya ditanya oleh seseorang, Ustadz boleh tidak berpuasa
ketika keluar di jalan Allah ? lalu saya katakan, Mengapa tidak boleh ? silahkan saja puasa.
Bahkan ada jemaah masturoth dari pakistan dapat Visa 2 bulan, tidak bisa diperpanjang lagi.
Mereka ke Singapore, selama disana lebih kurang 2 minggu, mereka berpuasa, suami-istri.
Sehingga mereka bisa dapat Visa lagi. Jadi silahkan aja berpuasa. Tetapi dengan catatan
jangan makan benda yang haram dalam puasa. Dia bertanya, Maksudnya benda haram
bagaimana ?
Contohnya saya berikan :
Kumpul duit Rp.3000,- satu hari. Nanti pada waktu sahur bilang sama Khidmat, Besok saya
mau puasa, tolong beli 2 bungkus supermie. Lalu dibelikan supermie 2, berapa harganya ?
Rp. 2000. Ditambah lagi telor 3, Rp. 3000,-. Nanti mau buka minta dibelikan kurma dengan
alasan sunnah Nabi SAW, jadi dibeli kurma Kg harganya Rp. 10.000,-. Sementara dia
nyetor duit istimai Rp.3000,- sedangkan makannya untuk puasa saja Rp.15.000,-. Ini berarti
Puasa dia tidak diterima oleh Allah Taala, karena puasa memakan benda yang haram. Benda
haram apa ? Uang teman dia dimakan untuk menutupi ongkos puasa dia. Kalau mau puasa
jangan memesan melebihi target daripada uang yang di setor untuk istimaiyat. Jadi kalau
mau puasa, berikan uang kepada khidmat yang diluar budget istimaiyat, secara infirodhi
dengan uang dia sendiri mencukupi keperluan dia puasa. Atau orang khidmat Iqrom,
menggunakan uang dia sendiri untuk menyenangkan temannya yang sedang berpuasa, dengan
keikhlasan dia, bukan makan uang Istimaiyat.
Jadi usaha agama ini adalah untuk meletakkan diri kita pada runaway seperti pesawat yang
akan lepas landas. Jadi apa yang mampu, kita usahakan, lalu seiring waktu kita tingkatkan lagi
pengorbanan. Jadi kalau ada orang cuman ada 5 juta untuk pergi ke IPB, tidak mencukupi
taffakkudnya, maka keluar saja jalan kaki di dalam negeri, atau 4 bulan dalam negeri. Jangan
sampai taffakkud tidak cukup ke IPB, malah tidak keluar sama sekali, padahal dia mampu
mencari jalur alternatif.
Nabi SAW katakan mahfum :
Sesuatu yang tidak bisa dicapai itu, jangan ditinggalkan semuanya
Kalau buat kerja dengan ketaqwaan yang sudah sampai disana, barulah fadhilah dari orang
bertaqwa ini akan Allah beritahukan :
Wamai yatakilloha yajalahu makhroja. Wayarzukhu min haisu la yahtasib
artinya : Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa
bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Jadi nanti Allah berikan jalan keluar kepada orang bertaqwa tadi, jika ketaqwaannya sudah
sampai disana, yaitu dibatas ketaqwaan yang Allah kehendaki, dan akan mendapatkan rizki
dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah berfirman : Inta takulloh yajaalahu furqon,
maksudnya apa ? jadi semakin dia bertaqwa nanti Allah akan berikan dia petunjuk yang hebat
sehingga dia dapat membedakan mana yang haq dan yang bathil. Ini kalau kita sudah memilih
jalan ketaqwaan. Kalau kita sudah mencapai derajat ketaqwaan tadi baru datang pertolongan
Allah. Jadi orang yang sholat dirumah tadi tidak bisa mendapatkan pertolongan Allah.
Jalur ini ada yang namanya :
1. Fatwa Jalan yang paling ringan atau Minimum Requirement
2. Taqwa Amal yang terbaik atau batas akhir kemampuan untuk beramal
Kargozari :
Ada seseorang bertanya kepada saya, Pak ustadz, apakah fatwanya untuk merokok ini, haram
atau makruh ? Jadi saya jawab, Fatwa yang levelnya paling rendah ini, bagi Iman yang
paling rendah, adalah Makruh. Kalau yang Imannya keblinger, Iman yang kacau, rokok ini
halal. Bahkan ada yang bilang bahwa rokok ini wajib lagi, Naudzubillah min dzalik. Hampir
saya tampar orang yang mengatakan rokok ini wajib kepada saya. Jadi ketika selesai bayan
orang ini bertanya kepada saya, Rokok ini haramkah, makruhkah, wajibkah ? lalu saya
bilang, Adik (karena lebih muda dari saya jauh), baru kali ini saya dengar rokok ini wajib,
darimana dalilnya ? Kata dia, Sopir bis antar kota ini yang perokok kalau dia menyetir,
sambil merokok, maka dia akan tegar dan penumpang bisa selamat semua. Tetapi kalau dia
tidak merokok, bisa mengantuk, lalu mobil bisa tabrakan nantinya karena tidak tegar, dan
penumpang bisa celaka. Jadikan wajib jadinya ngerokok itu. Lalu saya jawab,Itu supir mana
dulu, saya ada pengalaman supir dari suatu daerah ini, kalau dia nyetir agar bisa terjaga dia
minum Khamar, Brandy atau Bir. Kalau dia minum Brandy itu, 3 hari 3 malam dia bisa nyetir,
tegar dan tidak ngantuk, artinya penumpangkan bisa selamat. Kalau tidak minum, bisa hilang
ketegaran, jadi suka ngantuk-ngantukan, mobil bisa celaka, penumpang bisa tidak selamat.
Kalu gitu minum Khamar ini atau Brandy ini, wajib atau tidak dalam kondisi seperti ini ?
Dia bilang, Bukan begitu caranya stadz, jelas itu tidak boleh. Lalu saya katakan,Makanya
otak kamu jangan di ikut-ikutkan orang kafir sana, seenak-enaknya buat fatwa. Jadi jangan
sembarangan membuat-buat perumpamaan, mentang-mentang hebat ilmunya ushul fiqihnya,
jangan, tidak boleh itu.
Kalau seseorang ini memilih Fatwa saja, tidak memilih jalur Taqwa, seperti contoh tadi yang
mengatakan ngerokok itu makruh, maka orang seperti ini jika dia mendapatkan masalah,
Allah tidak akan berikan way out, atau jalan keluar, Allah tidak akan tolong dia. Tetapi kalau
orang tadi lebih memilih jalur Taqwa, tidak merokok, baru Allah akan berikan dia way out
atau pertolongan.
Kargozari :
Ada seseorang bertanya kepada saya, Pak Ustadz, yang namanya purdah itu betul-betul
wajib atau sunnah saja ? Lalu saya katakan, Itu wajib, sebagaimana banyak para ulama
menafsirkan demikian. Tetapi banyak ulama-ulama sekarang yang kacau fatwanya
mengatakan bahwa cadar itu tidak ada di Quran, yang ada Jilbab, seperti dalam ayat yang
artinya mahfum : Hendaklah mereka menurunkan Jilbabnya. Sehingga ulama yang ngaco
ini menafsirkan bahwa cadar ini tidak ada di Quran, yang ada Jilbab. Jilbab itu sebenarnya
yang ada di Indonesia, yang dipakai kebanyakan wanita disini, itu kerudung namanya, bukan
Jilbab, dalam bahasa arab namanya Shima. Sedangkan Jilbab yang sebenarnya itu adalah baju
yang lebar diturunkan dari atas tubuh dia, ini baru namanya jilbab.
Fatwa untuk level yang paling rendah tadi adalah sampai muka saja, tidak ada purdah. Tetapi
kalau Fatwa dari ulama kita ini, untuk ukuran Iman yang kuat, adalah tetap pakai purdah
bagian muka ini. Sekarang kita pilih ketaqwaan, jika dia masih saja memilih jalan Fatwa tadi,
maka jika dia mendapatkan kesulitan, Allah tidak akan berikan pada dia tadi jalan keluar.
Bahkan semakin hari Allah tidak akan bukakan pada dia hijab, penghalang, untuk
membedakan mana yang Haq dan mana yang bathil. Seperti firman Allah : Inta taqulloh
yajaalahum furqona, kalau kamu betul-betul memilih Taqwa, maka Allah akan memberikan
kepada kamu ini Furqon, penglihatan yang bisa membedakan antara yang Haq dan yang
Bathil, antara yang Halal dan yang Haram. Bahkan kenikmatan beragama tidak akan Allah
berikan dalam diri dia. Demi Allah 3x, selama istri tidak pakai purdah, maka dia tidak akan
merasakan nikmatnya hadits Nabi SAW. Dusta, bohong, kalau orang mengatakan bahwa saya
bisa merasakan kenikmatan manisnya Iman kalau istrinya belum pakai purdah.
Nabi SAW katakan mahfum :
Sebaik-baik istri ini yang kalau kamu pandang menarik hati kamu.
Inilah ilmunya Nabi SAW, kalau istri kamu ini khusus untuk menarik pandangan kamu saja.
Istri kamu cantik, kalau dia pakai purdah akan tetap seperti itu, cantiknya tidak akan
berkurang. Kalau orang lain menganggap istri kita ini seperti ninja, hantu, malu karena
tampangnya jelek, biar saja, gak menarik, tidak apa-apa, memang itu yang diinginkan.
Memang tujuannya itu agar kita saja yang menikmatinya. Tetapi kalu dirumah, MasyaAllah,
biar suaminya saja dan Allah yang tahu kenikmatannya melihat istri melepas purdahnya
dirumah. Tetapi kalau istri kita mukanya tidak ditutup purdah, maka jelas akan menarik
pandangan orang lain. Seorang ulama mesir, pernah ke mesjid ini, lalu dia berkata bahwa istri
Nabi ini yang namanya Ummu Salamah R.ha ini hebat dan pintar sekali orangnya. Beliau ini,
Ummu Salamah R.ha, bertanya kepada Nabi SAW, Ya Rasullullah, jika laki-laki ini tidak
boleh dipanjangkan bajunya, sedangkan perempuan harus dipanjangkan, maka sampai dimana
panjangnya ya Rasullullah SAW ? Maka jawab Nabi SAW ini adalah, Zirroh ( satu
genggam dari batas kaki / dibawah mata kaki ) Padahal kaki ini adalah bagian terburuk dari
anggota badan, dan sedangkan yang paling hebat adalah muka. Jika bagian tubuh yang paling
jelek saja, yaitu kaki, takut terlihat orang lain, bagaimana dengan muka. Ummu Salamah R.ha
ketakutan kakinya terlihat orang, padahal bagian yang paling buruk dari badan ini, yang
jarang orang mau melihatnya, bagaimana dengan muka. Jadi kalau kita memilih jalan
Ketaqwaan, baru Furqon akan Allah berikan.
Contoh :
Seseorang mengamalkan 2.5 jam amal maqomi, pergi 3 hari, dan 40 hari, ini baru Fatwa
tingkatannya. Jika ini terus yang kita pertahankan, tidak ada peningkatan, maka wayout atau
fadhilah orang bertaqwa tidak akan Allah berikan. Tetapi kalau sudah memilih ketaqwaan,
ditingkatkan lagi menjadi 10 hari, lalu ditingkatkan lagi sampai dibatas kemampuan dia yang
terakhir, maka orang seperti ini akan Allah berikan jalan keluar berupa pertolongan dan akan
mendapatkan fadhilahnya orang bertaqwa. Walaupun dia belum pernah masuk ke Universitas,
tetapi karena Allah telah berikan dia Furqon, tetapi untuk menjawab segala permasalahan
pandai dia. Walaupun dia tidak bisa bahasa inggris, tidak bisa ilmu eksak dan ilmu pasti
lainnya, tetapi Allah beri dia kemampuan untuk mengatasi masalah.
Kisah Sahabat :
Suatu hari Sayidina Ali RA ditantang oleh seorang Yahudi, Hei Ali jawab 3 pertanyaan
saya. Kata Ali RA,Silahkan tanyakan apa yang hendak kamu tanyakan. Si Yahudi
memberikan 3 pertanyaan :
1. Tunjukkan kepada saya binatang yang bertelor kemudian menetas, kemudian binatang yang
langsung beranak, coba sebutkan ?
1. Berapa jarak antara Timur dan Barat ?
1. Berapa jarak antara langit dan bumi ?
Untuk ukuran kita ini pertanyaan susah sekali, sekalipun dia sekolah di Universitas Indonesia
ataupun di Harvard Amerika, belum tentu bisa menjawab. Tetapi Ali RA mudah saja
jawabnya, apa dia katakan :
1. Jawaban Pertama : Kalau binatang itu telinganya besar atau nampak, maka binatang itu
beranak langsung. Kalau telinganya tidak ada seperti ikan atau ayam, bertelor dulu.
1. Jawaban Kedua : Jarak Timur dan Barat adalah perjalanan matahari satu hari.
1. Jawaban Ketiga : Jarak antara bumi dan langit adalah jarak doa seorang mukmin yang
mustajab.
Yahudi bertanya lagi, Wahai Ali dimana engkau belajar ? kalau kita ditanya Dari
universitas mana lulusnya ? Ali RA katakan dari firman Allah :
Wattaqulloha wayuallimuhu kumullah
Maksudnya : Taqwalah kamu terus kepada Allah, maka Allah akan ajarkan kamu ilmu apa
saja
Kenapa seorang suami sampai sekarang belum bisa mengatasi istrinya, berarti ketaqwaannya
belum benar. Maka terus perbaiki ketaqwaan kita kepada Allah, dan kemampuan ini
ditingkatkan terus. Kalau seorang karkun ini 3 hari terus tiap bulan, tidak ada peningkatan,
sampai kapan dia mau terus jadi wanita ? mengapa demikian ? Tertib 3 hari, 40 hari, 4 bulan
seumur hidup ini tertib perempuan ( yaitu 1/10 waktu ) :
1. 3 Hari setiap bulan Tertib Haid perempuan
2. 40 Hari setiap tahun Tertib Cuti wanita setelah melahirkan
3. 4 Bulan seumur hidup Tertib Masa Iddah ketika suami meninggal
Kita ini harus memakai tertib laki-laki ( tertib Umar RA : 1/3 waktu ) yaitu :
1. 8 Jam Setiap Hari
2. 10 Hari tiap Bulan
3. 4 Bulan Setiap Tahun (minimal)
Jika kita sudah tingkatkan ketaqwaan kita ini sampai pada derajat ketaqwaan laki-laki ini,
baru nanti Allah akan ajarkan kepada kita ilmu untuk menyelesaikan masalah. Kalau
Ketaqwaan kita ini sudah tinggi pasti hatinya ini akan takluk hanya pada perintah Allah saja.
Orang bertaqwa ini tidak akan mencari perkelahian, dia tidak akan mau berkelahi.
Innaladzina amanu waamilan sholihat saidjaro man hudjan
Maksudnya : Kasih sayang ini akan datang dengan keimanan dan ketaqwan tadi, yaitu
dengan amal sholeh.
Kenapa menjadi berbencian satu sama lain, ini karena ketaqwaan kita lemah. Makanya kalau
kita ini sudah bergerak, dan menambah kecepatan dari pada gerak amal kita ini, inilah yang
namanya ketaqwaan.
Contoh :
Seperti kipas angin, yang mempunyai 3 batang kipas, dan speednya ada 3. Jika kipas ini
hanya pada kecepatan 1, pelan saja, maka belum bisa memberikan kenyamanan. Tetapi kalau
kipas ini berputar dengan speed, kecepatan, yang jos, kecepatan 3, baru bisa memberikan
kenyamanan.
Jadi kalau umat ini sudah mau memberikan ketaqwaan, bukan jalan fatwa lagi, sampai pada
level batas akhir kemampuan, dan lalu dia tingkatkan lagi kemampuannya, maka Allah akan
berikan kekuatan pada umat ini, mampu untuk menghilangkan segala khilafiyah yang ada.
Segala perbedaan, atau warna pada umat ini akan hilang melalui ketaqwaan tadi.
Contoh :
Kipas ini kalau kita beri warna yang berbeda pada setiap batang kipas, maka ketika berputar
pada speed, kecepatan yang pelan, maka walaupun kipas berputar tetapi masih nampak warna
dan perbedaannya. Tetapi jika kipas ini berputar pada kecepatan yang jos, yang paling cepat
putarannya, maka ketika itu semua warna atau perbedaan akan hilang, warna itu akan
menyatu bersama dengan kecepatan. Ketika dengan menggunakan speed yang jos, yang
nampak hanya putih saja. Begitu juga dengan umat ini jika dibawa geraknya dalam kecepatan
yang jos, speed yang tercepat, maka semua khilafiyah yang ada pada umat ini akan hilang.
Jadi kalu umat ini tidak di gerakkan, satu di pesantren NU, satu di pesantren Muhammadiyah,
satu Universitas Islam IAIN, satu di pengajian Salafi, maka akan kelihatan perbedaannya, dan
khilafiyahnya. Warnanya akan masih nampak jika tidak bergerak, masih terlihat sifat
Assobiyahnya. Seperti orang yang menggolong-golongkan ini dayak, ini madura, ini jawa, ini
sumatra, yang nampak hanya perbedaan saja, warna saja. Tetapi kalau semuanya sudah
digerakkan dalam dakwah dengan speed yang jos, tidak akan lagi terlihat warnanya atau
perbedaannya, hanya ada satu warna saja. Jadi yang nampak hanya satu warna saja yaitu
warna seorang hamba Allah dan ummatnya Rasullullah SAW.
Kisah Sahabat :
Sangking cepatnya dan tingginya kecepatan gerak dan amal di jaman Nabi SAW, sehingga
ada seseorang datang ke mesjid nabi, melihat Nabi dan para Sahabat, dia bertanya, Siapakah
diantara kalian ini yang namanya Rasullullah ? sampai seorang Nabi saja sudah tidak dikenal
lagi dikalangan ummat. Ini karena apa, warnanya sudah satu, asbab josnya kecepatan gerak
amal Nabi dan Sahabat RA waktu itu.
Jadi mengapa warna, perbedaan, dan khilafiyah masih nampak pada ummat hari ini. Bahkan
warnanya dan perbedaannya semakin nampak dan semakin bertambah. Ini karena ummat
tidak digerakkan, tidak dengan kecepatan yang jos, tinggi. Mengapa tidak boleh Jos, justru
kita harus Jos, tetapi khos, dengan tertib. Kalau tidak jos amalnya, maka akan makin terlihat
warna dan perbedaannya.
Contoh :
Ada orang datang kepada saya dan berkata, Ustadz saya mampunya masih 3 hari, habisnya
saya terikat dengan partai A, dan si fulan terikat dengan partai B. Orang yang masih seperti
ini keluarnya dan sibuknya di partai, maka orang seperti ini jalannya tidak akan pernah benar.
Orang seperti ini akan seperti pemain Akrobatik, pemain sirkus. Saya ada punya teman,
sebelum pulang ke rumah dari khuruj, dia dinasehati untuk pilih salah satu saja, Dakwah atau
Partai Politik. Saya katakan pada dia, Masyeik bilang, seseorang yang buat kerja dakwah,
tetapi dia juga kerja buat partai politik, ini seperti orang yang naik di 2 mobil. Satu kaki di
mobil panther, satu lagi di mobil kijang, serba salah. Kalau Panthernya lebih cepat dari
Kijang, dia akan jatuh, begitu juga sebaliknya. Kalau jalannya sama dia berusaha
menyeimbangi dirinya agar tidak jatuh, inikan namanya akrobatik, pemain sirkus yang bisa
seperti itu. Jadi orang yang tidak memilih diantara 2 kendaraan ini, maka pilihannya kalau
tidak jatuh, berarti dia berbasa-basi dalam dakwah. Selama dia tidak istikhlas suatu saat nanti
dia akan terlempar. Jangan kita berbasa-basi dan berkelakuan seperti pemain sirkus. Ketika
malam Markaz diajak, dia bilang, Oh maaf saya tidak bisa ke markaz karena saya ada
pertemuan partai. Tidak bisa pemain sirkus itu dapat menghidupkan dakwah. Mahalah, atau
mesjid, anda tidak akan bisa hidup jika cara kerja anda seperti pemain sirkus. Jadi pilih mobil
yang paling jos, karena nabi ini ontanya yang paling laju kalau jalan, tidak ada yang bisa
membalap onta Nabi SAW. Walaupun Jos, dengan kecepatan tinggi, tetapi Khos, tertib dalam
menjalankan, tidak sradak-sruduk jalannya.
Contoh :
Naik Mobil di jalan tol dengan kecepatan 20 km/jam kapan mau sampai di tujuan, padahal
orang sudah nunggu. Jadi harus Jos jalannya, cepat lajunya, tetapi harus Khos, tertib, jangan
sampai melanggar kesana-kemari, nabrak orang nantinya.
Jadi agama ini mengiginkan umat ini untuk Jos, kecepatan tinggi amalnya, kalau dunia pelanpelan saja. Maka kata-kata untuk akherat tadi dalam Al Quran, Wassaliu wassadiqu wasau
illa dzikrillah fazzuru Illallah, maksudnya untuk akherat disuruh lari, ngebut. Dunia ini
dikatakan, Walladzi jaalalakum alhudzalulan, maksudnya Allah telah jadikan dunia ini
mudah untuk digarap. Lalu dikatakan lagi untuk dunia ini, Famushu fi manakibiha, maka
berjalanlah dengan gontai, pelan dan santai saja. Jadi untuk dunia kita jalan saja biasa,
sedangkan untuk akherat kita harus lari, ngebut. Kalau kita sudah berlari untuk akherat, baru
ini namanya ketaqwaan. Allah akan berikan Furqon pada dia, dan Allah akan selesaikan
daripada masalah-masalahnya. Tidak ada masalah yang tidak selesai kalau kita sudah
memberikan pengorbanan sesuai dengan ketaqwaan, yaitu batas akhir kemampuan, bukan
kemauan. Selama masih mengikuti kemauan, tidak akan datang Furqon dan jalan keluar.
Tetapi jika sudah sampai batas akhir kemampuan, baru Allah berikan. Jadi perlu kita fikirkan
bagaimana kemampuan ini semakin hari semakin ditingkatkan. Dari 3 hari kita tingkatkan
sampai mencapai level ketaqwaan tadi.
Kargozari :
Ketika saya di Jogya, beberapa tahun yang lalu, ada majalah di jalan dengan tulisan, Where
Are You Going Tabligh ?. Jadi dia bertanya, Tabligh ini mau perginya kemana sih ? 3 hari
jalan kesana kemari, 40 hari, 4 bulan, mau kemana mereka katanya. Maka Maulana Yunus
bayankan ketika dia di kebun jeruk, sampai dimana batasan yang ingin dicapai, maka :
Faid amal bimis lima amantum bi fakodistadau..
maksudnya : Kalau mereka sudah beriman seperti Imannya kamu wahai para sahabat,
mereka sudah dapat hidayah.
Jadi ummat ini sudah mendapatkan Hidayah, kalau level iman mereka sudah seperti para
sahabat RA. Kalau Iman kita belum sampai pada level para sahabat, berarti target kita belum
tercapai. Kita ini ingin mencapai level iman para sahabat. Maulana Yunus katakan bahwa
sekarang sahabat Nabi ini diatas sumur, cahaya kelihatan dari sudut mereka, sedangkan kita
ini di dalam sumur, bahkan di dalam air dalam sumur, kegelapan diatas kegelapan. Sudah
jelas tidak tahu keadaan dia sendiri, ada dimana, dan figur, atau contohnya, siapa ? Sehingga
tidak punya tolak ukur atau pegangan hidup. Cara tidur saja tidak tahu, tambah lagi orang
bilang macam-macam, dari : kaum fanatiklah, extremistlah, dan lain-lain. Sehingga timbul
islam liberallah, sekulerlah, semua sunnah nabi dibuat gak cocok, dengan alasan, Itukan buat
dijaman Nabi, sekarangkan sudah beda, tidak sama lagi jamannya. Dan itukan budaya orang
arab. Naudzubillah mindzalik, katakan kepada mereka, orang yang mengatakan ajaran atau
sunnah Nabi SAW ini tidak cocok untuk jaman sekarang ini adalah binatang atau anak buah
Iblis. Nabi SAW katakan, Wama arsalna illa kaffatan linnas rahmatan lil alamin, maksudnya
ajaran atau sunnah Nabi SAW ini untuk semua manusia, disetiap zaman, dan rahmat bagi
seluruh alam. Kalau ada orang yang mengatakan bahwa ajaran atau sunnah Nabi SAW ini
sudah tidak cocok, berarti dia bukan manusia. Sunnah Nabi SAW inikan Kaffatan Linnas,
untuk semua manusia, jadi yang bilang tidak cocok itu, bukan golongan manusia, dia itu
binatang atau anak buah iblis. Bahkan anehnya ada yang bilang, seperti kalau piring di jilat
anjing, Nabi SAW perintahkan untuk membilas dengan air, dibasuh dengan air 7 kali dan 1
diantaranya dengan pasir, lalu apa kata mereka tentang ini, itukan dijaman Nabi. Kata orang
ini, ketika itu Nabi SAW tidak punya sabun, kalau jaman sekarangkan sudah ada sabun,
jangan pakai cara itu lagi, sudah kadar luarsa namanya. Inilah orang yang dimaksud dengan
bukan manusia, mungkin golongan binatang atau iblis. Padahal sudah jelas Allah katakan di
Quran ini bahwa ajaran Nabi SAW ini untuk semua manusia, jadi dia ikut golongan mana ?
manusia kah ? binatang kah ? atau iblis kah ?
Kargozari :
Ketika kami di Mesir, seorang doktor dari Jerman masuk islam, gara-gara membaca hadits
yang telah dia uji kebenarannya. Tolong diingat, kalau orang kafir ini boleh menguji Hadits,
tapi kalau orang beriman ini tidak boleh menguji-nguji Hadits. Apa yang dilakukan doktor ini,
diambil piring lalu dijilatkan piring itu pada anjing. Lalu dia cuci dengan tujuh kali air, satu
kali dengan deterjen untuk penelitian yang pertama. Maka ketika dilihat dengan mikroskop,
ternyata masih nampak kuman-kuman menempel. Tetapi setelah dia praktekkan hadits nabi
yaitu dengan menggunakan 7 kali basuh dengan air, satu diantaranya dengan pasir, maka
hasilnya di penelitian dia yang kedua ini bersih tidak ada kuman. Melihat hal ini, tergugah
hatinya, langsung dia masuk islam. Orang kafir masuk islam gara-gara hadits ini, sementara
orang islam bilang hadits ini sudah kadar luarsa. Inikan namanya orang islam yang seperti ini
otaknya keblinger.
Jadi untuk agama ini kita harus jos, untuk dunia kita harus santai, tidak usah buru-buru. Kalau
kita sudah sampai ke derajat taqwa, jos dalam amal, baru nanti Allah berikan jalan keluar.
Tetapi ingat disini Jos yang Khos, Jos Khos, Jos tapi tertib, sedangkan Jos tidak tertib, ini
namanya Jos Bosh. Berangkat tetapi tidak mau ditaffakkud, ini yang namanya Jos tetapi tidak
tertib, dia ini ngaco namanya, mencelakakan orang banyak, akhirnya kayak tadi memakan
makanan yang haram. Alasannya atas nama kesetiakawanan semua uang diambil dan
dikumpulkan untuk membantu yang susah, tetapi susahnya karena tidak mau di taffakkud,
inilah yang namanya PKI, semuanya milik negara. Kita ini bukan PKI, tetapi kita ini dai,
yang keluarnya dengan uang dia masing-masing sesuai dengan keuangan dia ketika di
taffakkud, bukan dengan uang temennya untuk keluar, makan duit haram namanya. Jadi
keluar ini harus tertib, inilah sebabnya sebelum keluar ini harus ditafakkud,
dimusyawarahkan, untuk menuju kepada Khos tadi, tertib. Jadi kita ini jos bukan mengikuti
kemauan sendiri saja, tetapi harus dengan tertib, dengan musyawarah. Kesalahan kerja yang
kita letakkan dalam musyawarah, ini lebih baik daripada kebenaran diluar musyawarah.
Walaupun salah tetapi betul-betul hasil dari musyawarah, dan bukan dari musyawarah ngaco,
ini lebih baik daripada kebenaran diluar musyawarah. Seseorang gerak sendiri diluar
musyawarah, walaupun itu baik yang dikerjakannya, tetapi kalau dimusyawarahkan,
walaupun dia salah maka ini lebih baik, dan dosanya akan diampunkan.
Kisah Sahabat :
Dalam perang Badr 70 orang kafir quraish tertangkap, lalu dimusyawarahkan oleh Nabi SAW
dan para sahabat, hendak diapakan tawanan ini. Dalam musyawarah itu diminta usulan-usulan
oleh Nabi SAW dari para Sahabat RA :
1. Umar RA katakan supaya masing-masing kita ambil keluarganya diantara tawanan ini lalu
tebas lehernya. Supaya dihati kita ini tahu tidak ada lagi perasaan cinta pada keluarga yang
gak karuan kepada yang kafir-kafir, betul-betul cinta pada Allah saja.
1. Jabir RA lebih hebat lagi usulannya, dia usulkan agar bawa semua tahanan ini dimasukkan
kedalam tahanan lalu bakar semuanya.
1. Abu Bakar RA mengusulkan bahwa dikarenakan mereka keluarga kita juga, jadi kita tarik
fidyah saja dari mereka, uang ini nantikan bisa digunakan untuk kekuatan kita. Dan yang
tidak punya duit bisa mengajar anak-anak kita sebanyak 10 orang. Jadi tawanan ini
bermanfaat untuk kekuatan kita.
Lalu semuanya ditertibkan oleh Nabi SAW dengan mengambil keputusan sesuai dengan
pendapat Abu Bakar RA. Besok harinya Nabi SAW menangis dibawah pohon bersama Abu
Bakar Siddiq RA. Lalu Umar RA melihat dan bertanya, Mengapa engkau berdua menangis
ya Rasullullah ? Beritahukanlah kepada saya agar saya bisa ikut menangis juga. Lalu Nabi
SAW katakan, Wahai Umar, Allah lebih suka dengan pendapat kamu kemarin. Sebenarnya
adzab sudah turun setinggi batang kurma ini, gara-gara keputusan mengambil duit fidyah
kemarin. Tetapi karena musyawarah, adzab tidak jadi turun. Andaikata keputusan itu diambil
tanpa musyawarah maka adzab saat itu juga langsung turun. Jadi keputusan yang salah
dalam musyawarah diampunkan oleh Allah, dan anehnya lagi tetap saja duit dapat, dunia
untung dan akheratnyapun untung.
Contoh :
Banyak orang yang bilang, Wah ini apa kita harus musyawarah dengan karkun lemahlemah ? diajak musyawarah tidak nyambung lagi nanti bicaranya. Akhirnya orang macam ini
dia bikin geng sendiri atau markaz sendiri. Jangan begini caranya, ini berbahaya, bisa kebawa
oleh iblis.
Yang namanya Dai itu ada 2 saja yaitu : Nabi atau Iblis. Jadi yang akan dibawa oleh Iblis itu
apa ? Iblis ini dakwahnya adalah bagaimana orang membesarkan dia, kalau Nabi itu tidak
seperti itu caranya. Jadi untuk mengetahui dakwah nabi itu atau bukan, mudah saja, apa
ukurannya, Allah firmankan :
Maa kana li basharin ayyusi allah wal kitaba wal hukma wan nubuwata summa yakulla
linnas kunnu ibadanni walakin kunnu rabbaniyina bima kuntum tualim na kitabuha
watubarushu..
Tidak ada satu orang manusiapun yang Allah berikan kepada mereka Al Kitab, Hikmah, dan
Kenabian. Dia ini tidak pernah mengatakan kepada ummatnya, Jadilah kamu pengagum
saya, hamba-hamba saya. Jadi tidak ada para Nabi itu mengajak ummatnya untuk
mengagungkan dirinya. Tetapi apa yang ditaskil nabi ini ? yang ditaskil nabi ini adalah jadilah
kamu orang yang dekat terus dengan Allah, tetapi dengan ilmu yang kamu ajarkan dan yang
kamu pelajari. Jadi kalau mereka ini sudah fikir mau bikin markaz sendiri, ini sudah pasti
dakwahnya seperti iblis, karena ingin mengagung-agungkan nama-nama pribadi atau orang
tertentu. Jadi yang dibesarkan oleh pengikutnya nanti adalah nama dia itu, inilah dakwah iblis
dan anak buahnya iblis. Tetapi kalau seseorang terus menempatkan dirinya dalam istimaiyat
amal, maka dia akan menuju kepada Kunnu Rabbani berdekatan dengan Allah. Satu
gerakan Islam itu dapat dikatakan benar, jika pengikutnya tidak bergitu kenal siapa
pemimpinnya. Dan gerakan islam akan dikatakan nyeleweng jika pengikutnya sudah
mengenal betul pemimpinnya, tetapi tidak mengenal Allah. Gerakan islam yang betul adalah
gerakan yang mampu membawa pengikutnya untuk semakin hari semakin mengenal Allah,
bukan pemimpinnya. Jadi jangan kita coba membuat gerakan sendiri-sendiri, sehingga nanti
sifat kita akan seperti Iblis yang mengatakan,Anna Khoirum minhum, yaitu rasa atau
pemikiran Saya lebih baik dari dia. Sebagaimana seorang karkun tidak mau bermusyawarah
dengan alasan, Mereka itukan orang lemah-lemah.
Perbandingan Nabi SAW dan Sahabat RA :
Nabi SAW dibedah dadanya untuk dibersihkan hatinya dari berbagai macam penyakit hati
sebanyak 4 kali :
1. Ketika umur 4 tahun agar hilang sifat kekanak-kanakannya