Anda di halaman 1dari 3

KH. Dr.

Jalaluddin Rakhmat

Mengapa Kita Mudah Berghibah


KH.Dr. Jalaluddin Rakhmat

Suatu hari di zaman Nabi, seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulallah, apakah yang
disebut dengan ghibah?" Rasulullah saw menjawab, "Ghibah adalah menceritakan
keburukan orang lain di belakang dia." Sahabat itu bertanya lagi, "Bagaimana bila
keburukan itu memang terdapat pada dirinya?" Rasulullah menjawab, "Itulah yang
disebut dengan ghibah." "Lalu bagaimana bila keburukan itu tidak terdapat pada
dirinya?" "Hal itu disebut dengan buhtân atau fitnah. Dosanya lebih besar daripada
ghibah," jawab Rasulullah.

Sebuah hadis meriwayatkan Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa yang


mempergunjingkan seorang muslim -baik lelaki maupun perempuan, Allah tidak akan
menerima salat dan shaumnya selama empat puluh hari empat puluh malam sampai
orang yang dipergunjingkan itu memaafkannya."

Ibadat salat dan shaum orang yang senang bergunjing tidak akan diterima Allah.
Hadis yang lain menyebutkan bahwa sebenarnya salat dan shaum orang yang
bergunjing itu -sekiranya dilakukan dengan benar- dicatat oleh para malaikat tetapi
tidak dicatat dalam kitab amal orang itu. Salat dan shaumnya dicatat malaikat di kitab
amal orang yang dipergunjingkannya.

Meskipun yang disebut dalam hadis itu adalah salat dan shaum, para ulama
berpendapat bahwa yang dimaksud oleh Rasulullah adalah keseluruhan ibadat yang
dilakukan orang itu. Kaidah-kaidah ushul fiqh sering menyebutkan sebagian untuk
menyatakan keseluruhan. Nabi saw pun menyebutkan dua ibadat itu hanya sebagai
contoh saja.

Pahala dari ibadat orang yang bergunjing dipindahkan Tuhan kepada orang yang
dipergunjingkannya. Rasulullah pernah bercerita: Di Hari Kiamat nanti, ada orang
yang dihempaskan di Pengadilan Allah. Kemudian diberikan kepadanya seluruh kitab
catatan amalnya di dunia. Namun di dalamnya ia tak melihat satu kebaikan pun. Ia
berkata, "Tuhanku, ini bukan kitabku karena aku tak melihat di situ ketaatanku."
Tuhan menjawab, "Tuhanmu tidak pernah salah dan tidak pernah lupa. Seluruh
amalmu hilang karena pergunjinganmu kepada orang banyak." Sementara ada
seseorang lagi yang diberikan kitab catatan kebaikannya di dunia. Ia terkejut karena
melihat di dalamnya ketaatan yang amat banyak; salat, shaum, dan haji yang tak
pernah ia lakukan. Ia berkata, "Tuhanku ini bukan kitabku karena aku tak
mengamalkan seluruh ketaatan ini." Tuhan menjawab, "Karena si Fulan pernah
mempergunjingkanmu, maka seluruh kebaikannya dipindahkan ke dalam catatan
amalmu."

Pada sebuah hadis lain, Rasulullah saw bersabda, "Jika engkau tinggalkan ghibah,
engkau melakukan sesuatu yang lebih dicintai Allah azza wa jalla daripada sepuluh
ribu rakaat salat sunat yang engkau lakukan."

Rasulullah juga bersabda, "Bila seseorang yang berghibah bertaubat, Allah tidak akan
mengampuninya sampai orang yang dighibahkan itu melepaskannya." Maksudnya,

Mengapa Kita Mudah Berghibah 1


KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat

taubat orang yang bergunjing tidak akan diterima Allah kecuali bila orang yang
dipergunjingkan itu telah memaafkannya.

Sebuah hadis lain yang sering kita dengar berbunyi, "Sesungguhnya ghibah itu haram
bagi setiap muslim. Ghibah akan memakan kebaikan seperti api memakan kayubakar."
Semua kebaikan yang kita lakukan dalam hidup tidak akan hilang atau lolos dari
catatan Allah swt. Hanya saja karena ghibah yang kita lakukan, Allah memindahkan
kebaikan kita ke catatan orang yang kita pergunjingkan.

Imam Ali Zainal Abidin as sering berbicara tentang hak. Ucapan-ucapan Imam tentang
hak itu dikumpulkan para pengikutnya dalam " Kitabul Huqûq". Di dalamnya tertulis
hak orang tua terhadap anaknya, hak istri terhadap suaminya, dan hak-hak setiap
orang terhadap orang yang lain. Selain itu, juga terdapat hak dari setiap anggota
tubuh kita. Pada bagian itu, Imam berkata, "Hak telinga kita adalah dibersihkan dari
pendengaran ghibah." Di hari akhir nanti, telinga akan menuntut haknya untuk tidak
mendengarkan ghibah dan hal-hal yang tak halal didengar. Demikian pula dengan
lidah, ia berhak untuk tidak mengucapkan ghibah dan hal-hal yang tak halal
diucapkan. (Lihat Kitab Al-Bihâr, juz 74)

Imam Jakfar Al-Shadiq as berkata, "Jika engkau melakukan ghibah, mintalah agar
engkau dihalalkan dari ghibah itu dengan memohon maaf kepada orang yang engkau
pergunjingkan. Bila engkau tak dapat menemuinya, beristighfarlah kepada Allah."
Selama orang yang kita pergunjingkan belum memaafkan, amal-amal kita akan
ditahan dalam kitab amal orang itu. Amal kita "disandera" sampai kita memperoleh
maaf dari orang itu. Kalau kita tak bisa meminta maaf kepada orang itu, karena orang
itu telah meninggal dunia, kita harus membacakan istighfar untuk orang itu kepada
Allah, setiap kali kita mengingat nama orang itu.

Dalam doa-doa salat malam kita, dahulukanlah berdoa bagi orang yang telah kita
pergunjingkan. Itulah kifarat dari ghibah. Imam juga berkata, "Kifarat dari ghibah
adalah hendaknya orang itu menyesal dan bertaubat untuk tidak lagi melakukan hal
yang sama."

Ghibah tak hanya dilakukan lewat ucapan, bisa juga melalui tulisan dan gerakan. Ada
beberapa hal yang menyebabkan kita senang melakukan ghibah; Pertama, Al-
Ghadhab atau kemarahan. Jika kita marah, jengkel, dan tidak suka terhadap
seseorang, kita akan mencari orang yang mau mendengarkan kejengkelan kita dan
dengan mudah kita akan menceritakan keburukan orang yang kita marah terhadapnya
itu.

Sebuah syair Arab menyebutkan jika seseorang sedang marah, maka matanya hanya
akan melihat keburukan dari orang yang dimarahi, tetapi jika seseorang sedang
senang, matanya hanya akan melihat kebaikan dari orang yang kita senangi. Dalam
sebuah buku berjudul Verbally Abused Relationship, halaman pembukanya
bertuliskan; "Jika engkau tidak suka pada seseorang, cara mengangkat sendoknya
saja akan membuatmu tersinggung. Namun jika engkau suka pada seseorang,
sekiranya piring dilemparkan ke pangkuanmu, engkau akan tertawa gembira."

Mengapa Kita Mudah Berghibah 2


KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat

Karena itu, bila kita sedang marah, kita hanya akan melihat pada diri orang yang kita
marahi itu aib dan keburukannya saja. Kita juga tak akan puas bila aib dan keburukan
itu hanya kita ketahui saja. Kita ingin menyampaikan keburukan itu kepada orang lain.
Alasan kedua mengapa orang senang berghibah adalah Al-Hiqd atau dendam.
Dendam adalah kemarahan yang disimpan dalam hati untuk suatu saat kita keluarkan
untuk memukul balik orang yang kita marahi. Dalam dendam terdapat unsur keinginan
untuk membalas kembali. Itu adalah salah satu sifat binatang buas yang terdapat
dalam hati kita. Pembalasan dapat dilakukan dengan tindakan ataupun ucapan. Yang
dilakukan dengan ucapan disebut dengan bergunjing. Ghibah adalah alat psikologis
untuk membalas dendam.

Dalam Al-Quran, Allah swt berfirman, " Celakalah setiap orang yang melakukan
humazah dan lumazah." (QS. Al-Humazah; 1) Terdapat perbedaan antara humazah
dan lumazah. Humazah adalah perbuatan memaki-maki yang dilakukan di depan
orang yang bersangkutan sementara lumazah dilakukan di belakang orang tersebut.
Ghibah termasuk ke dalam perbuatan lumazah.

Alasan ketiga dari dilakukannya ghibah adalah kedengkian. Bila kita dengki terhadap
orang lain, akan mudah bagi kita untuk menceritakan keburukan orang itu.

Alasan keempat, kita melakukan ghibah untuk bermain-main. Manusia adalah makhluk
yang senang untuk mempermainkan orang lain. Tuhan berfirman: Dan tiadalah
kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan. (QS. Al-Ankabut; 64)
Permainan itu ada yang mendatangkan murka Allah maupun ridha Allah. Ghibah
adalah permainan yang menyebabkan murka Allah swt.

Alasan kelima dari bergunjing adalah irâdatul iftikhâr wal mubâhah, keinginan untuk
menaikkan harga diri. Karena itu, kita senang mempergunjingkan orang-orang yang
terhormat. Dengan itu kita seakan-akan berkata bahwa orang terhormat itu masih
jauh lebih rendah dari diri kita karena keburukan-keburukan mereka. Dengan
menceritakan kejelekan mereka, kita ingin menunjukkan bahwa kita lebih terhormat
daripada mereka.

Termasuk ke dalam kelompok ini adalah sifat hubbul jâh, keinginan akan kedudukan,
kehormatan, dan status penting dalam masyarakat. Bila ada pesaing yang
menghalangi kita untuk mencapai kedudukan itu, kita cenderung untuk menjatuhkan
pesaing kita melalui pergunjingan.

Berusahalah untuk menghentikan pergunjingan. Agar amal kita yang sedikit tidak
menjadi hilang di Hari Akhirat. Supaya kita tak terhempas di Pengadilan Tuhan karena
memperoleh kitab catatan amal yang tak berisi.

******

Ditranskrip oleh Ilman Fauzi dari ceramah KH. Jalaluddin Rakhmat pada
Pengajian Ahad, tanggal 1 Oktober 2000, di Masjid Al-Munawwarah,
Bandung.

Mengapa Kita Mudah Berghibah 3

Anda mungkin juga menyukai