Anda di halaman 1dari 7

Artikel Oase Qalbu - halaman 1/7

Khutbah Jum'at: Menghindari ghibah

*****

21 February 2003

Oleh: Agus Haris W

Khutbah I

Saudara-saudara kaum Muslimin sidang Jum’at yang berbahagia,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib mengingatkan utamanya kepada diri saya pribadi
dan juga kepada jama’ah pada umumnya, untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Alloh,
dengan sebenar-benarnya takwa yaitu ikhlas menjalankan apa yang telah diperintahkan-Nya dan
meninggalkan apa yang telah dilarang. Kemudian marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa
syukur kepada Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak

http://www.oaseqalbu.net/?p=4 didownload pada Jum'at, 01 Oktober 2010


Artikel Oase Qalbu - halaman 2/7

ni’mat. Jauh lebih banyak nikmat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan
kesanggupan kita untuk bersyukur. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam QS Ibrahim: 34:

"Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tak dapat menentukan
jumlahnya."

Selanjutnya khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa berdoa kepada Allah agar
melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan, yang biasa kita kenal dengan
istilah sholawat dan salam-sejahtera kepada pemimpin kita bersama, teladan kita bersama…
imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa dan qaa-idil mujahidin panglima para mujahid
yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para
shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan kita berdo’a kepada
Allah, semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini dipandang Allah layak dihimpun bersama
mereka dalam kafilah panjang yang penuh berkah. Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.

Kaum Muslimin sidang Jum’at yang berbahagia,

Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 12:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat:12)

Ayat ini mengandung larangan berbuat ghibah atau menggunjing atau seperti apa yang telah
ditafsirkan pula pengertiannya oleh Rasulullah, sebagaimana yang terdapat di dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu Hurairah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang
dimaksud dengan ghibah itu?” Rasulullah menjawab, “Kamu menceritakan perihal saudaramu

http://www.oaseqalbu.net/?p=4 didownload pada Jum'at, 01 Oktober 2010


Artikel Oase Qalbu - halaman 3/7

yang tidak disukainya.” Ditanyakan lagi, “Bagaimanakah bila keadaan saudaraku itu sesuai
dengan yang aku katakan?” Rasulullah menjawab, “Bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan
yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terdapat apa yang kamu katakan
maka kamu telah berdusta.”

Menurut bahasa, kata ghibah berasal dari al-ghib (tidak tampak). Makna ghibah berkembang jadi
bergunjing atau membicarakan aib orang yang tidak disukai. Ghibah merupakan penyakit jiwa
yang destruktif (berbahaya) dan termasuk kelompok Nafsu Lawwamah. Terbentuknya ghibah
karena munculnya sifat iri dan dengki dalam hati seseorang, karena faktor tidak suka, cemburu
dan benci. Kemudian sifat tersebut mengkristal menjadi benih-benih su-uzhan (buruk sangka).
Adapun pemicu munculnya su-uzhan karena panca indera rekaman terhadap semua peristiwa
dengan disertai lintasan negatif thinking (pikiran yang buruk). Setelah itu, disimpulkan menjadi
sebuah persepsi dan opini, padahal kesimpulan tersebut belum tentu sesuai dengan fakta dan
realita. Selanjutnya, persepsi tersebut diekspresikan dalam bentuk kata-kata. Ketika itu, akal tidak
mampu berpikir jernih karena tergulung gelombang ghibah, sehingga membuncah kalimat
kebencian dan keburukan pada orang lain yang merupakan refleksi batiniahnya. Itulah yang
disebut ghibah.

Ghibah adalah haram. Tidak ada pengecualian mengenai perbuatan ini kecuali bila terdapat
kemaslahatan yang lebih kuat seperti beberapa hal atau kasus sebagai berikut:

1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang
menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang
memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.

2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat
kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk
mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain
itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiap muslim
harus saling bahu membahu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang
menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang
bathil.

3. Memperingatkan kaum muslimin apabila ada perawi, saksi, atau pengarang yang cacat sifat
atau kelakuannya, menurut ijma' ulama kita boleh bahkan wajib memberitahukannya kepada
kaum muslimin. Hal ini dilakukan untuk memelihara kebersihan syariat. Ghibah dengan tujuan
seperti ini jelas diperbolehkan, bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadits. Apalagi hadits
merupakan sumber hukum kedua bagi kaum muslimin setelah Al-Qur'an.

Mempergunjingkan seseorang selain pada hal-hal yang diperbolehkan seperti pada hal-hal
tersebut sebelumnya, pengharamannya sangat kuat. Itulah sebabnya Allah menyerupakan
perbuatan ghibah dengan memakan daging manusia yang sudah menjadi bangkai.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, “Setiap
harta, kehormatan, dan darah seorang muslim adalah haram atas muslim lainnya. Cukup
buruklah seseorang yang merendahkan saudaranya sesama muslim.”

Bagi orang-orang khusus, melakukan ghibah meski hanya di dalam hati itu tidak dibenarkan,
karena dapat mengotori hati. Sebagaimana pernah terjadi pada Syaikhul Junaidi Al Bagdadi,

http://www.oaseqalbu.net/?p=4 didownload pada Jum'at, 01 Oktober 2010


Artikel Oase Qalbu - halaman 4/7

ketika sedang berada di masjid menunggu jenazah yang akan disembahyangi. Tiba-tiba datang
seorang pengemis yang meminta-minta, melihat hal itu beliau berkata dalam hati: "Andaikan
pengemis itu mau berusaha, niscaya lebih baik baginya dan tentunya tidak jadi pengemis."
Kemudian malam harinya beliau bangun sebagaimana biasa, untuk melakukan shalat malam dan
zikir. Tapi tidak biasa-biasanya beliau merasa sangat berat di dalam melaksanakannya, akhirnya
beliau hanya duduk hingga tertidur, di dalam tidurnya bermimpi disuguhi hidangan yang masih
tertutup rapi. Kemudian dibukanya dan beliau sangat terkejut ketika melihat tumpukan daging, di
antaranya ada tersembul wajah pengemis yang tadi siang ada di depan masjid. Belum lepas rasa
kaget beliau, terdengar suara lantang:

"Makanlah daging itu, karena kamu telah mengghibah orang tersebut. "Beliau baru ingat kejadian
tadi siang dan terlintas dalam hati: "Padahal aku hanya bicara dalam hati, tidak sampai
membicarakan kepada orang lain." Kemudian langsung dijawab: "Orang yang seperti kamu tidak
layak melakukan ghibah, sekalipun dalam hati, seolah-olah kamu tidak mengerti hikmah Allah.
Karena itu, kamu harus meminta maaf kepadanya." Lalu beliau terbangun dan bergegas mencari
pengemis. Selang beberapa hari kemudian, baru bertemu dengan pengemis itu di sebuah sungai.
Beliau perlahan-lahan berjalan mendekati pengemis tersebut. Sebelum beliau lebih dekat dan
sempat berbicara, pengemis tersebut lebih dulu bertanya: "Apakah kamu akan mengulangi lagi,
wahai Abul Qasim?" "Tidak," jawabnya. Kemudian pengemis tersebut berkata lagi: "Sudah
pulanglah, semoga Allah mengampuni dosamu."

Jamaah Jumat yang berbahagia

Dalam sekelompok orang yang sedang dalam perbincangan, kita sering menemui pembicaraan
yang mengarah kepada kejelekan seseorang, entah yang memulai pembicaraan itu kita atau
orang lain, disadari atau tidak disadari. Yang jelas apabila kita ikut larut dalam
memperbincangkan kejelekan orang maka kita telah berbuat ghibah yang dalam Al-Qur’an dan
hadits telah diterangkan perbuatan itu adalah terlarang (haram). Maka bagaimana sebaiknya kita
menyikapi kasus yang demikian? Insya Allah berikut ini adalah poin-poin yang dapat menjauhkan
kita dari ghibah:

1. Pertama merasakan apakah yang dibicarakan itu termasuk ghibah atau bukan. Caranya
mudah, yaitu bayangkan seandainya orang yang kita bicarakan itu mendengar apa yang kita
bicarakan, jika dia merasa tidak senang maka itu adalah perbuatan ghibah.

2. Setelah mengetahui haramnya ghibah maka berusaha semaksimal mungkin untuk


menjauhinya yaitu dengan menyeleksi apa yang akan kita katakan. Apabila kita ketahui apa yang
akan kita katakan itu tergolong ghibah, maka harus ditahan untuk mengatakannya. Atau apabila
kita kemudian menyadari apa yang terlanjur kita katakan itu adalah ghibah karena khilaf tidak
sengaja, maka sesegera mungkin bertobat (beristighfar) dan bertekad lagi untuk lebih hati-hati
dalam berbicara.

3. Menelaah, merenungkan, dan meyakinkan diri sendiri bahwa dengan membicarakan kejelekan
orang lain sebetulnya itu sama sekali tidak akan menambah derajat kita. Justru orang yang sering
berbuat ghibah akan mudah untuk tidak dipercaya orang lain, dan hatinya pun tidak akan
tenteram.

4. Menyadari bahwa seseorang yang kita bicarakan kejelekannya itu sebenarnya adalah saudara
kita sendiri, bukan musuh yang harus dihujat atau pun dicela. Sekiranya seseorang tersebut

http://www.oaseqalbu.net/?p=4 didownload pada Jum'at, 01 Oktober 2010


Artikel Oase Qalbu - halaman 5/7

melakukan perbuatan tercela atau yang kurang berakhlak maka sesungguhnya dia belum
mengetahui tentang ilmu, maka kita seyogyanya ikut menunjukinya kepada jalan yang lurus
bukannya malah menggunjingnya.

5. Jika kita diajak membicarakan kejelekan orang lain oleh seseorang maka kita harus menyadari
bahwa ada dua kemungkinan tentang orang yang menggunjing, pertama karena dia belum tahu
haramnya ghibah menurut Islam atau kemungkinan kedua yaitu dia sedang khilaf tanpa sengaja
telah menggunjing. Maka berusahalah untuk menghentikannya secara ma’ruf tanpa menyinggung
perasaannya. Pertama ingatkanlah secara lisan bahwa kita dilarang berbuat ghibah. Jika belum
berhenti, maka kita bisa menanggapi seperlunya kemudian berusaha mengalihkan kepada
pembicaraan yang lebih baik. Jika sekiranya kedua upaya itu belum menghentikannya berbuat
ghibah maka diam adalah lebih baik, kemudian berdoa supaya kita dan orang tersebut
sama-sama dijauhkan dari perbuatan ghibah.

Kaum Muslimin sidang Jum’at yang berbahagia,

Itulah beberapa hal yang dapat saya sampaikan, bahwa sesungguhnya ghibah itu dilarang dan
merupakan salah satu penyakit hati yang kita harus bisa berusaha untuk menyembuhkannya.
Utamanya nasihat ini saya tujukan kepada diri saya sendiri dan juga kepada seluruh kaum
muslimin supaya kita bisa saling mengingatkan untuk beramar ma’ruf nahi munkar, mengajak
kepada kebaikan dan meninggalkan kemunkaran.

KHUTBAH II

http://www.oaseqalbu.net/?p=4 didownload pada Jum'at, 01 Oktober 2010


Artikel Oase Qalbu - halaman 6/7

Jama’ah Jumat yang dimuliakan Alloh,

Jumhur ulama berpendapat, cara yang mesti ditempuh oleh orang yang bertobat karena
menceritakan saudaranya ialah hendaknya dia menghentikan perbuatan itu dan bertekad tidak
akan mengulanginya. Sebagian ulama men-syaratkan pula untuk meminta maaf kepada orang
yang telah digunjingkannya itu. Adapun yang lainnya mengatakan bahwa tidak menjadi syarat
baginya meminta maaf kepada orang itu. Karena bila dia memberitahukan kepada orang itu
tentang gunjingannya, barangkali ia akan merasa lebih sakit daripada dia tidak mengetahui apa
yang telah dipergunjingkan orang terhadap dirinya itu. Sehingga akan lebih baik apabila umpatan
diganti dengan pujian.” Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Mu’adz bin
Anas al-Juhani bahwa Nabi bersabda, “Barangsiapa yang membela seorang mukmin dari
seorang munafiq yang menggunjingkan dirinya, maka Allah akan menurunkan kepadanya satu
malaikat yang akan memelihara dagingnya di hari kiamat nanti dari jilatan api neraka. Dan
barangsiapa yang melemparkan kepada seorang mukmin sesuatu yang dimaksudkan untuk
mencelanya, maka Allah akan menahannya di jembatan Jahannam sehingga dia menarik
kembali apa yang telah diucapkannya itu.” Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Abu Dawud.

Demikianlah khutbah yang saya sampaikan, marilah kita tutup khutbah ini dengan berdoa
bersama-sama,

A’udzubillahiminasyaithonirrojim,
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirobbil’alamin
allahummagh fir lil mu'miniina wal mu'minaat
wal muslimiina wal muslimaat

http://www.oaseqalbu.net/?p=4 didownload pada Jum'at, 01 Oktober 2010


Artikel Oase Qalbu - halaman 7/7

al-ahyaa-i minhum wal amwaat


innakas samii'un qariibun mujiibud da'wat
wa yaa qaadhiyal haajaat
Ya Allah, jadikanlah hari ini menjadi hari ampunan bagi segala dosa kami,
Hari dimana Engkau singkapkan tabir dari hati kami,
Hari dimana Engkau gantikan segala kegelapan dengan cahaya di hati kami.
Ya Allah, sucikanlah kami dari dosa-dosa,
Dan bersihkanlah diri kami dari segala aib,
Tanamkanlah ketaqwaan di dalam hati kami,
Hiasilah diri kami dengan penutup dan kesucian,
Tutupilah diri kami dengan pakaian qanaah dan kerelaan.
Jadikan amal-amal kami sebagai amalan yang tulus hanya kepada-Mu,
Ya Allah, sediakanlah untuk kami sebagian dari rahmat-Mu yang luas,
Berikanlah kami petunjuk kepada ajaran-ajaran-Mu yang terang,
Dan bimbinglah kami kepada kerelaan-Mu yang penuh.
Rabbana atina fiddunya hasanah, wafilakhirati hasanah, waqina ‘adza bannar,
Subhanarobbika robbil ‘izzati ‘amma yasifun, wassalamun’alal mursalin,
Walhamdulillahirobbil’alamin.

http://www.oaseqalbu.net/?p=4 didownload pada Jum'at, 01 Oktober 2010

Anda mungkin juga menyukai