Sebagai salah satu lembaga UKM kampus yang mempunyai garis komando langsung dari Rektor selaku
Mabigus namun tetap pada tatanan aturan kelembagaan dimana Racana merupakan lembaga UKM yang
tetap menjalin kerjasama dengan BEM, MAPERWA, UKK, dan UKM lainnya sebagai suatu bentuk
penghargaan kepada kelembagaan kampus dan sebagai satu bentuk pengamalan Trisatya dan
Dasadarma Pramuka. Sebagai wadah untuk para Pandega yaitu Racana, dimana para pandega dapat
mengembangkan dirinya. Pramuka pandega merupakan kader pemimpin yang dipersiapkan untuk
mengabdikan diri dalam masyarakat melalui, pembinaan keterampilan dan kepemimpinan di organisasi
gerakan pramuka salah satu bentuk pembinaan itu adalah dengan menyusun tata adat racana dalam
rangka menciptakan keteraturan administrasi dan kelancaran pelaksanaan kegiatan di racana,
khususnya hal-hal yang berhubungan dengan tradisi kepandegaan
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dibuat sebuah tata adat racana Sawerigading – We’ Cudai sebagai
aturan yang khas yang diberlakukan dalam satuan pandega tidak dimaksudkan menyimpang dari
peraturan umum tentang kepandegaan baik itu Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Undang
Undang Gerakan Pramuka No.12 Tahun 2010, Keputusan Kwartir Nasional, maupun aturan lainnya yang
berkaitan dengan Kepramukaan. Karena tata adat racana sebagai bagian dari tradisi pandega
merupakan landasan bagi pramuka pandega selaku anggota racana dalam melaksanakan tugas-tugasnya
tetap berada pada jalur yang benar. dengan Pemangku Adat yang bertugas sebagai pengontrol kode etik
yang tersirat dalam kode kehormatan Gerakan Pramuka atau ketentuan-ketetntuan yang sudah dibuat
oleh Racana.
Dengan demikian diusahakan adat yang berlaku bersifat fleksibel dan baku, sehingga dapat mencegah
dan meluruskan suatu yang menyimpang dari ketentuan janji moral Gerakan Pramuka.
BAB I
Pasal 1
Pengertian Tata Adat
Tata adat racana merupakan seperangkat peraturan khusus yang diberlakukan di dalam racana sebagai
tradisi kepandegaan yang umum.
Pasal 2
Ketentuan
Ø Membuat ketentuan adat Racana Sawerigading dan We’ Cudai adalah secara lisan dan tertulis.
Ø Membuat buku saku/panduan yang menjadi pegangan pemangku adat yang berisi adat racana atau
etika keseharian yang harus diterapkan oleh seluruh anggota gudep.
BAB II
NAMA RACANA
Pasal 3
Penamaan Racana
1. Nama racana merupakan manifestasi jati diri dan karakteristik racana yang dipilih dari nama figur
yang dijadikan teladan
3. Racana We’ Cudai adalah nama racana racana putri di gugus depan 01.002
Pasal 4
Nama racana dipergunakan sebagai identitas racana, baik untuk kepentingan interen maupun eksteren
racana sesuai dengan system administrasi yang berlaku dalam organisasi Gerakan Pramuka
Pasal 5
Lambang Racana
1. Gambar dan arti kiasan Lambang Racana Sawerigading – We’ Cudai tergambarkan secara rinci dalam
lampiran.
2. Lambang Racana digunakan Sebagai alat pemersatu dan untuk menunjukkan identitas diri sebagai
anggota Racana Sawerigading – dan We’ Cudai dan penggunaan Lambang Racana yang berbentuk Badge
dipasang di lengan kiri atas bagi anggota gudep yang telah dikukuhkan menjadi anggota racana.
Pasal 6
Pusaka Racana
1. Pusaka racana berbentuk Pakkae dan Kipas dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Terbuat dari besi untuk PAKKAE dengan ukuran panjang kurang lebih 275 cm
b. Pusaka racana dibungkus keseluruhan dengan kain putih dan disimpan dalam Istana Racana
Sawerigading – We’ Cudai
3. Pusaka Racana digunakan dalam acara-acara resmi yang bersifat pengukuhan, pelepasan anggota,
ceremonial (Musdega, malam racana dan penerimaan kunjungan resmi dari Racana lain).
Pasal 7
Bendera Racana
1. Bendera Racana adalah bendera kebesaran Racana Sawerigading - We’ Cudai Gugus depan 01.001 -
01.002 pangkalan Universitas Cokroaminoto Palopo
Sandi Racana
1. Sandi Racana adalah Kode Etik Adat Racana dan kebesaran Racana Sawerigading dan Racana We’
Cudai.
Pasal 9
Adat Racana
1. Adat Racana dipergunakan sehari-hari oleh Racana Sawerigading - We’ Cudai Gugusdepan 01.001 -
01.002 pangkalan Universitas Cokroaminoto Palopo.
Pasal 10
1. Bentuk Pakaian Adat Racana Racana Sawerigading - We’ Cudai Berupa pakaian yang bercirikan adat
khas Tana Luwu Bumi Sawerigading
a. Menerima tamu dari Racana lain (Gugusdepan lain) dalam acara resmi
b. Bersifat ceremonial (Musdega, Malam Racana, Hari Ulang Tahun Gugusdepan, pengukuhan dan
pelepasan anggota).
Pasal 11
Tata Cara Penerimaan Tamu Kunjungan dari Racana lain yang resmi
1. Petugas di tempat masing-masing
2. Laporan KDR Racana Sawerigading - We’ Cudai (Penerima Tamu) kepada Pemangku Adat
3. Bunyi laporan sebagai berikut : Penerima Tamu : “Lapor Istana Racana Sawerigading – We Cudai
kedatangan tamu”.
Pemangku Adat : “Jika tamu tersebut ingin bertamu dengan I’tikad baik maka, kami akan menerima
dengan syarat harus mengikuti seluruh rangkaian Adat Racana”, Penerima Tamu : “Mereka Dengan Izin
Ilahi Bersedia menerimanya”,
Pemangku Adat : “Dengan kebesaran hati seluruh penghuni Istana Sawerigading – We’ Cudai
mempersilahkan Tamu masuk”.
4. Secara bergiliran tamu mensucikan diri dengan air Suci yang bersumber dari Air Bunda (penyucian
dilakukan oleh petugas).
5. Tamu beriringan memasuki gerbang menuju pintu masuk ruangan (ruang upacara).
8. Tamu menempati ruangan dengan dibawa pemangku adat barisan paling ujung belakang kanan
dan kiri para tamu dengan diikuti anggota Gudep 01.0001 - 01.002 di belakang kanan tamu.
11. Apabila ada pembicaraan, pembahasan maka pelaksanaan diserahkan pada koordinator upacara.
Pasal 12
3. PA mengambil tempat
12. Do’a
Pasal 13
3. Posisi pembawa pusaka (PA) berada ditengah depan barisan, membawa pusaka dengan dibungkus
kain putih tertutup keseluruhan
6. Setelah Pembina menerima laporan PA, kemudian PA pindah ke samping kanan dan kiri Pembina, dan
Anggota dilepas oleh Pembina.
Pasal 14
2. Persiapan pelantikan
3. Laporan
12. Do’a
13. Laporan
BAB III
Pasal 15
Adat istiadat racana merupakan seperangkat system nilai yang diberlakukan sebagai pedoman dalam
bersikap, berbuat dan bertingkah laku, di dalam maupun di luar racana
Pasal 16
1. Adat istiadat racana berisi seperangkat aturan dan sanksi adat untuk menjaga nama baik racana
dan mengatur pelaksanaan kegiatan racana
2. Segala peraturan adat istiadat harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh warga racana
sebagaimana yang tertera dalam lampiran.
3. Penyimpangan dari ketentuan adat istiadat di kenakan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran
Pasal 17
2. Pemberian sanksi untuk pelanggaran ringan yang dilakukan anggota racana berhak diberikan olah
pemangku adat dan boleh didelagasikan kepada anggota dewan lainnya dengan izin dari pemangku
adat.
3. Pemberian sanksi untuk pelanggaran berat diputuskan melalui sidang dewan kehormatan Racana.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 18
1. Calon Anggota
a. Calon Anggota Gudep Racana Sawerigading – We’ Cudai Pangkalan UNCP wajib mendaftar diri pada
Dewan Racana dengan syarat yang telah ditentukan.
b. Sebelum menjadi Anggota Gudep, secara resmi calon anggota dianggap sebagai Tamu Gudep, dan
wajib mengikuti Orientasi Kepramukaan (OK) yang dilaksanakan oleh sangga kerja.
c. Tamu gudep yang telah mengikuti Orientasi Kepramukaan (OK) tetapi tidak mengikuti pelantikan
belum bisa diterima menjadi Anggota Gudep.
d. Tamu gudep yang mengikuti Orientasi Kepramukaan (OK) dan dilantik otomatis telah menjadi Tamu
Racana.
e. Tamu Gudep yang belum dilantik dapat mengikuti kegiatan mingguan, tetapi belum berhak
menggunakan Bagde Lokasi Gudep. Namun mereka wajib mengikuti pelantikan berikutnya.
a. Tamu racana yang telah mengikuti pengukuhan anggota racana (PAR) dan dikukuhkan
b. Tamu Racana dari Kampus lain yang telah memiliki Izin dari pimpinan kampusnya dengan membawa
bukti perizinan dan telah di terima oleh KDR beserta Pemangku Adat.
Pasal 19
Hak Anggota
d. Dipilih dan memilih dalam MUSDEGA untuk anggota racana, dan memilih untuk anggota Gudep
i. Mengenakan pakaian, atribut dan tanda jabatan gerakan pramuka sesuai dengan ketentuan
Pasal 20
Kewajiban Anggota
1. Seorang anggota yang tidak bisa mengikuti kegiatan atau menghadiri pertemuan harus
memberitahukan baik secara tertulis maupun lisan dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan
kepada Dewan Racana.
2. Setiap anggota wajib mengikuti latihan pada hari-hari yang telah ditentukan, bila diperlukan dapat
melakukan latihan tambahan dengan sepengetahuan Dewan Racana.
3. Setiap melakukan kegiatan harus dijiwai dengan Tri Satya dan Dasa Dharma.
4. Setiap anggota wajib bekerja sama dan berkonsultasi dengan yang lebih berpengalaman demi
tercapainya tujuan yang telah diinginkan.
5. Setiap anggota wajib menghormati sesama anggota dan dalam setiap kegiatan resmi saling
memanggil “KAK”.
Pasal 21
Kepindahan Anggota
1. Anggota Gudep dari Racana lain yang pindah ke Racana Sawerigading dan We’ Cudai harus melalui
Adat Racana
2. Anggota Racana Sunan Sawerigading - We’ Cudai yang pindah ke Racana lain dilepas melalui Adat
Racana.
Pasal 22
Sangsi Anggota
Anggota Gudep 01.001 - 01.002 yang melanggar ketentuan organisasi dapat dikenakan
sangsi :
Pasal 23
Pembelaan Anggota
2. Pembelaan dilakukan dalam sidang Dewan Kehormatan yang dihadiri oleh Dewan Racana dan
Pemangku Adat.
Pasal 24
Hilangnya Keanggotaan
1. Meninggal dunia
2. Droup out
Pasal 25
Anggota Kehormatan
1. Anggota Gudep yang telah menyelesaikan studinya atau lulus pandega atau yang masih aktif
memberikan sumbangan saran dan nasehat kepada Anggota dan Dewan Racana.
2. Orang yang pernah berjasa bagi Gudep 01.001-01.002 Racana Sawerigading – We’ Cudai
Pasal 26
3. Diharapkan memberi materi kegiatan bila diminta oleh Sangga Kerja atau Dewan Racana.
BAB V
DEWAN KEHORMATAN
Pasal 27
Dewan kehormatan adalah suatu dewan yang bertugas menjaga nilai-nilai dan kehormatan racana.
Pasal 28
Keanggotaan Dewan Kehormatan
1. Pembina pandega
3. Pemangku adat
Pasal 29
2. Menindak segala perbuatan anggota racana yang melakukan pelanggaran berat berupa pencemaran
kehormatan dan nama baik racana dengan memberikan sanksi adat.
3. Melantik anggota atau memberikan penghargaan atau tanda kehormatan atas prestasi atau jasa
anggota racana.
Pasal 30
3. Dalam persidangan mengenai pelanggaran berat yang dilakukan oknum anggota racana, baik
pengurus dewan maupun anggota, keputusan sidang dewan kehormatan diambil setelah mendengar
pembelaan diri dari oknum anggota yang disidangkan.
Pasal 31
1. Pelantikan anggota dan pemberian penghargaan atau tanda kehormatan dilaksanakan oleh dewan
kehormatan dalam bentuk upacara
2. Kriteria dan penilaian untuk pemberian penghargaan atau tanda kehormatan dilaksanakan melalui
sidang dewan kehormatan atas usul pemangku adapt atau anggota dewan lainnya.
3. Tanda penghargaan atau tanda kehormatan yang dianugerahkan dapat di ambil kembali, apabila
dikemudian hari anggota yang menerimanya melakukan pelanggaran berat yang mencemarkan
kehormatan dan nama baik racana.
BAB VI
PEMANGKU ADAT
Pasal 32
Pemangku adat adalah pimpinan utama Dewan racana secara struktur adat yang berwenang dalam
mengawasi jalannya adat istiadat.
Pasal 33
b. Diminta atau tidak diminta dapat memberikan pendapat kepada Dewan Racana
e. Mengesahkan hasil MUSDEGA (Tata Adat dan Tradisi Racana Sawerigading – We’ Cudai Universitas
Cokroaminoto Palopo).
Pasal 34
Pendelegasian ( Wewenang )
1. Dalam sidang Dewan Kehormatan, pemangku adat dapat memimpin persidangan apabila ketua
Dewan racana berhalangan hadir atau ada pendelegasian wewenang dari ketua Dewan.
2. Pemangku adat dapat mendelegasikan wewenangnya kepada Ketua Dewan atau Anggota Dewan
lainnya dalam melaksanakan tugas pokoknya
BAB VII
Pasal 35
1. Purna Racana adalah anggota Racana yang telah menjalankan tugas baktinya di Racana, dan
bersedia di purna Racanakan dengan ketentuan telah menyelesaikan studinya dan atau telah menikah
dan selanjutnya disebut dewan kehormatan racana.
2. Pramuka Padega adalah calon Pandega yang telah memenuhi SKU Pandega dan dilantik oleh
pembina Gudep atau pembina lain yang diberi mandat untuk itu dengan tatacara yang sesuai dengan
ketentuan dalam Gerakan Pramuka.
3. Purna Pandega adalah anggota Racana yang telah menjalankan tugas baktinya sebagai Pramuka
Pandega di Racana dan ikut aktif dalam pembinaan Kepramukaan dan kepemudaan serta telah
mencapai usia 25 tahun dan telah di Purna Pandega akan selanjutnya dinyatakan dewan kehormatan
racana
Pasal 36
1. Hak
2. Kewajiban
Memberikan arahan dan alternatif pemecahan-pemecahan yang di butuhkan Gudep jika diminta oleh
Pembina Gudep atau Dewan Racana.
BAB VIII
Pasal 37
Dewan racana adalah suatu badan atau wadah yang berfungsi untuk mengembangkan Racana yang
didalamnya terdapat beberapa aktifitas kegiatan Pandega.
Pasal 38
1. Dewan Racana Sawerigading dan We’ Cudai terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara
serta Bidang-bidang.
2. Anggota Dewan Racana adalah anggota Racana yang telah mengabdi selama 1 periode minimal
telah mengikuti 2 semester dan telah dilantik sebagai Pandega atau dirasa mampu mengemban tugas
sebagai Dewan Racana.
3. Penggantian susunan dilakukan dalam Sidang Istimewa yang dihadiri oleh Anggota Gudep.
4. Anggota Dewan Racana yang telah diwisuda harus tetap menyelesaikan masa bhaktinya sampai LPJ
di MUSDEGA selanjutnya
Pasal 39
1. Pembacaan Surat Keputusan pengangkatan Anggota Dewan Racana oleh petugas upacara.
4. Tanya jawab antara MABIGUS atau pembina dengan calon Dewan Racana yang akan dilantik.
5. Mengucapkan Tri Satya (calon Anggota Dewan Racana memegang ujung bendera merah putih dan
diletakkan di dada sebelah kiri sedang yang lain memegang pundak secara berangkai
BAB IX
Pasal 40
2. Mematuhi dan Mengamalkan Tri Satya dan Dasadarma dalam kehidupan sehari-hari.
8. Bersedia menandatangani kesepakatan Pengabdian kepada Racana diatas kepentingan pribadi, dan
kelompok.
9. Tidak sedang menduduki jabatan fungsional pada lembaga kepramukaan lainnya atau UKM lainnya
dalam kampus UNCP.
Pasal 41
2. Mematuhi dan Mengamalkan Tri Satya dan Dasadarma dalam kehidupan sehari-hari.
9. Pernah menduduki salah satu jabatan fungsional pada kepengurusan Dewan Racana Sawerigading
– We’ Cudai.
10. Ayat ke-7 pasal 41 dapat diabaikan apabila tidak ada Angggota Racana yang pernah menduduki
jabatan fungsional bersedian menjadi Pemangku Adat maka dapat dipilih dari salah satu Anggota Racana
yang telah melewati minimal 5 semester.
11. Bersedia menandatangani kesepakatan Pengabdian kepada Racana diatas kepentingan pribadi, dan
kelompok.
BAB X
PERALIHAN STATUS
Pasal 42
1. Peralihan status adalah perubahan tingkat atau golongan anggota pramuka sesuai dengan jenjang
usia atau perubahan pangkalan
2. Seorang tamu Racana untuk menjadi anggota Racana dan calon Pandega melalui suatau peralihan
status
3. Seorang calon Pandega untuk menjadi seorang Pandega melalui suatu proses peralihan status
4. Seorang Pandega untuk menjadi Pandega Garuda melaui suatu proses peralihan status
Pasal 43
Tamu Racana
1. Tamu Racana merupakan seorang Penegak yang usianya telah memasuki masa pandega sehingga
dipindahkan dari Ambalan Penegak ke Racana Pandega
2. Masa maksimal menjadi tamu racana adalah 3 bulan dengan aktif mengikuti kegiatan dan latihan di
Racana
3. Untuk menjadi Tamu racana di tandai dengan mengikuti kegiatan penerimaan Tamu Racana berupa
upacara dan kegiatan tertentu
4. Selama menjadi Tamu Racana diberi kesempatan untuk menyesuaikan dengan adat istiadat racana
Pasal 44
Calon Pandega
1. Calon Pandega adalah tamu racana yang diterima menjadi anggota racana setelah beradaptasi dan
sanggup mentaati adat istiadat racana
2. Masa minimal menjadi calon pandega adalah 3 bulan dengan tetap aktif mengikuti kegiatan dan
latihan di racana.
3. Untuk menjadi calon Pandega setiap tamu pandega wajib memliki Gudep binaan dengan
mengajukan permohonan kepada Dewan Racana.
4. Untuk menjadi calon Pandega, setiap tamu pandega akan di ajukan ke sidang Dewan Kehormatan
untuk di uji kesungguhan hatinya menjadi Pandega
5. Selama menjadi calon Pandega di perkenankan untuk menjalankan Syarat Kecakapan Umum
tingkat pandega.
Pasal 45
Pramuka Pandega
1. Pramuka pandega adalah calon pandega yang telah menyelesaikan SKU tingkat pandega dan telah
dilantik oleh pembinanya
2. Perpindahan status dari calon pandega menjadi calon pramuka pandega dilaksanakan melalui
upacara pelantikan
3. Pelantikan dilaksanakan selambat-lambatnya 1 bulan setelah calon pandega itu menyelesaikan SKU
tingkat pandega
BAB XI
SANKSI ADAT
Pasal 46
Pengertian Sanksi Adat
Sanksi adat adalah hukuman atau denda yang dijatuhkan kepada anggota racana yang melakukan
pelanggaran atau penyimpangan terhadap adat istiadat racana.
Pasal 47
Jenis Pelanggaran
2. Pelanggaran atau kesalahan ringan meliputi keterlambatan, tidak memakai atribut, ketidakhadiran,
dan kesalahan-kesalahan lain yang masih dalam batas kewajaran
3. Pelanggaran atau kesalahan berat meliputi pelanggaran hukum atau tindak kriminal yang
mencemarkan nama baik dan kehormatan racana.
Pasal 48
Jenis Hukuman
1. Segala pelanggaran ringan yang dilakukan oleh setiap anggota racana yang baru beradaptasi dengan
adat istiadat racana diberikan teguran lisan sebanyak dua kali berturut-turut.
2. Hukuman fisik dijatuhkan kepada kepada anggota racana yang melakukan pelanggaran ringan
3. Pembayaran denda dikenakan kepada anggota racana yang melakukan pelanggaran ringan secara
berulang-ulang
4. Pemberhentian dari keanggotaan dijatuhkan kepada anggota racana yang terbukti melakukan
pelanggaran berat
5. Jenis hukuman lainnya dapat diberikan selama masih dalam batas kewajaran.
Pasal 49
Pelaksanaan Hukuman
1. Hukuman atas segala pelanggaran diberlakukan bagi semua anggota racana tanpa terkecuali
2. Pemberhentian anggota racana yang melakukan pelanggaran berat oleh Dewan Kehormatan dapat
dilaksanakan secara absentia ataupun in absentia yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan
3. Pelaksanaan hukuman fisik diawasi oleh pemangku adat
4. Pelaksanaan pembayaran denda dicatat oleh bendahara dan kemudian dilaporkan kepada
pemangku adat
Pasal 50
Peraturan Tambahan
Hal-hal lain mengenai sanksi adat dapat ditetapkan lebih lanjut oleh Dewan kehormatan.
BAB XII
PEMBERHENTIAN, PENAMBAHAN
Pasal 51
1. Pemberhentian
2. Penambahan
b. Jika dipandang perlu, penambahan anggota dapat dilakukan meskipun tidak terjadi pengurangan
anggota
3. Peralihan Tugas
b. Secara hierakis, peralihan tugas dilaksanakan pada tingkat sekretaris, bendahara dan ketua bidang
c. Peralihan tugas dari ketua kepada wakil ketua, atau sekertaris dapat dilakukan apabila:
2). Ketua/pimpinan pindah Perguruan tinggi atau Drof out/Cuti dalam masa akademik
BAB XIII
Pasal 52
1. Rapat Pleno
2. Rapat Pimpinan
3. Rapat koordinasi
c. Diketuai oleh salah seorang unsur pimpinan Dewan yang dipilih secara aklamasi
e. Hasilnya disampaikan kepada ketua oleh ketua sangga kerja, dan kemudian diberitahukan kepada
Mabigus.
BAB XIV
Pasal 53
Quorum
1. Rapat pleno sebagaimana dimaksud pada pasal 50, dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 2/3 anggota
pemilik hak suara yang seharusnya hadir.
2. Bila kuorum tidak tercapai, maka sidang ditunda selama 1x10 menit untuk selanjutnya dianggap sah
dengan syarat bahwa seluruh anggota yang tidak hadir telah diundang untuk rapat pleno dan sidang
paripurna itu.
3. Anggota yang tidak hadir dianggap telah menyetujui hasil rapat atau sidang
Pasal 54
Penentuan Kebijakan
1. Dalam pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan dalam musyawarah untuk mencapai
mufakat, apabila hal ini tidak mencapai kesepakatan maka dilakukan upaya lobi dan jika hal ini tidak
mencapai kesepakatan juga, maka dilakukan upaya voting.
2. Mufakat atau keputusan yang diambil dengan suara terbanyak sebagai hasil musyawarah haruslah
bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan serta tidak bertentangan dengan kandungan Tri Satya dan
Dasa Dharma.
3. Pengambilan keputusan berdasar atas suara terbanyak, dianggap sah apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Tata cara dan sahnya keputusan ditetapkan oleh Dewan Racana setelah mempertimbangkan dari
Pembina dan Pemangku Adat.
b. Keputusan tentang pendelegasian anggota untuk kegiatan insidental atau partisipan ditetapkan
Dewan Racana dengan pertimbangan Pembina dan jajaran MABI.
4. Keputusan berdasarkan pemungutan suara dinyatakan sah apabila diambil dalam rapat yang
memenuhi kuorum dan disetujui oleh lebih dari separo anggota yang hadir.
Pasal 55
Delegasi Kekuasaan
1. Pendelegasian dapat dilakukan berdasarkan jenjang jabatan dari unsur pimpinan teratas ke
pemimpin terbawah
2. Pendelegasian kekuasaan secara timbal balik dapat dilakukan antara ketua dengan pemangku adat
dalam hal-hal tertentu
3. Pendelegasian kekuasaan tidak dapat dilakukan antar ketua bidang, dan apabila salah seorang atau
semuanya berhalangan atau tidak dapat melaksanakan tugasnya, maka wewenangnya dipegang oleh
sekretaris dengan izin ketua.
BAB XV
ADMINISTRASI SATUAN
Pasal 56
1. Pelaksanaan tugas administrasi dan kesekretariatan dilakukan oleh sekretaris dengan merujuk
pada keputusan Kwartir Nasional yang berhubungan dengan administrasi satuan.
b. Buku absensi
g. Buku kegiatan
h. Buku tamu
BAB XVI
ATRIBUT
Pasal 57
1. Setiap anggota wajib mengenakan tanda umum dan tanda satuan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
2. Setiap anggota yang mengadakan kegiatan dalam kapasitasnya sebagai anggota Dewan Racana
berhak menggunakkan tanda jabatannya
3. Anggota yang telah diuji keterampilan dan kemampuannya serta telah dilantik atau telah menerima
bukti kelulusan, maka berhak mengenakan atribut tanda kecakapan.
4. Anggota yang telah dinilai pengabdian, jasa dan prestasinya terhadap racana serta telah
dianugerahkan tanda kebesaran oleh dewan kehormatan atau dari organisasi / instansi lainnya, maka
berhak mengenakan atribut tanda kehormatan itu
5. Setiap anggota tidak diperkenankan memakai atribut yang bukan atribut kepramukaan atau atribut
yang tidak berhak dipakainya atau atribut yang berbeda dengan satuannya
6. Penggunaan, bentuk dan ukuran atribut disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
BAB XVII
Pasal 58
Aturan Tambahan
1. Usul mengenai penambahan dan perubahan Adat Racana ini dapat diusulkan kepada sekurang -
kurangnya setengah lebih satu dari peserta MUSDEGA yang hadir.
2. Apabila dipandang sangat mendesak, Dewan Racana dan Pemangku Adat dapat mengeluarkan
peraturan pelaksana.
3. Segala peraturan yang dikeluarkan sebagai pengganti peraturan adat racana tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan dalam Musyawarah Pandega
Pasal 59
Penutup
Segala Ketentuan dan aturan yang disusun tidak bertentangan dengan UU kepramukaan no.12 Tahun
2010, AD/ART kepramukaan, dan Keputusan Kwarnas, serta Segala ketentuan yang belum diatur dalam
susunan Adat Racana ini akan diatur kemudian dengan memperhatikan saran, usulan serta
pertimbangan dari Wakil Anggota, Pemangku Adat, Pembina serta Anggota Kehormatan.