Anda di halaman 1dari 26

TATA ADAT DAN TRADISI PANDEGA

RACANA SAWERIGADING – WE’ CUDAI

GERAKAN PRAMUKA GUGUS DEPAN 01.001 – 01.002

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

Sebagai salah satu lembaga UKM kampus yang mempunyai garis komando langsung dari Rektor selaku
Mabigus namun tetap pada tatanan aturan kelembagaan dimana Racana merupakan lembaga UKM yang
tetap menjalin kerjasama dengan BEM, MAPERWA, UKK, dan UKM lainnya sebagai suatu bentuk
penghargaan kepada kelembagaan kampus dan sebagai satu bentuk pengamalan Trisatya dan
Dasadarma Pramuka. Sebagai wadah untuk para Pandega yaitu Racana, dimana para pandega dapat
mengembangkan dirinya. Pramuka pandega merupakan kader pemimpin yang dipersiapkan untuk
mengabdikan diri dalam masyarakat melalui, pembinaan keterampilan dan kepemimpinan di organisasi
gerakan pramuka salah satu bentuk pembinaan itu adalah dengan menyusun tata adat racana dalam
rangka menciptakan keteraturan administrasi dan kelancaran pelaksanaan kegiatan di racana,
khususnya hal-hal yang berhubungan dengan tradisi kepandegaan

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dibuat sebuah tata adat racana Sawerigading – We’ Cudai sebagai
aturan yang khas yang diberlakukan dalam satuan pandega tidak dimaksudkan menyimpang dari
peraturan umum tentang kepandegaan baik itu Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Undang
Undang Gerakan Pramuka No.12 Tahun 2010, Keputusan Kwartir Nasional, maupun aturan lainnya yang
berkaitan dengan Kepramukaan. Karena tata adat racana sebagai bagian dari tradisi pandega
merupakan landasan bagi pramuka pandega selaku anggota racana dalam melaksanakan tugas-tugasnya
tetap berada pada jalur yang benar. dengan Pemangku Adat yang bertugas sebagai pengontrol kode etik
yang tersirat dalam kode kehormatan Gerakan Pramuka atau ketentuan-ketetntuan yang sudah dibuat
oleh Racana.

Dengan demikian diusahakan adat yang berlaku bersifat fleksibel dan baku, sehingga dapat mencegah
dan meluruskan suatu yang menyimpang dari ketentuan janji moral Gerakan Pramuka.

BAB I

TATA ADAT RACANA

Pasal 1
Pengertian Tata Adat

Tata adat racana merupakan seperangkat peraturan khusus yang diberlakukan di dalam racana sebagai
tradisi kepandegaan yang umum.

Pasal 2

Ketentuan

Ø Membuat ketentuan adat Racana Sawerigading dan We’ Cudai adalah secara lisan dan tertulis.

Ø Membuat buku saku/panduan yang menjadi pegangan pemangku adat yang berisi adat racana atau
etika keseharian yang harus diterapkan oleh seluruh anggota gudep.

BAB II

NAMA RACANA

Pasal 3

Penamaan Racana

1. Nama racana merupakan manifestasi jati diri dan karakteristik racana yang dipilih dari nama figur
yang dijadikan teladan

2. Racana Sawerigading adalah nama racana putra di gugus depan 01.001

3. Racana We’ Cudai adalah nama racana racana putri di gugus depan 01.002

Pasal 4

Pemakaian Nama Racana

Nama racana dipergunakan sebagai identitas racana, baik untuk kepentingan interen maupun eksteren
racana sesuai dengan system administrasi yang berlaku dalam organisasi Gerakan Pramuka

Pasal 5

Lambang Racana

1. Gambar dan arti kiasan Lambang Racana Sawerigading – We’ Cudai tergambarkan secara rinci dalam
lampiran.
2. Lambang Racana digunakan Sebagai alat pemersatu dan untuk menunjukkan identitas diri sebagai
anggota Racana Sawerigading – dan We’ Cudai dan penggunaan Lambang Racana yang berbentuk Badge
dipasang di lengan kiri atas bagi anggota gudep yang telah dikukuhkan menjadi anggota racana.

Pasal 6

Pusaka Racana

1. Pusaka racana berbentuk Pakkae dan Kipas dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Terbuat dari besi untuk PAKKAE dengan ukuran panjang kurang lebih 275 cm

b. Pusaka racana dibungkus keseluruhan dengan kain putih dan disimpan dalam Istana Racana
Sawerigading – We’ Cudai

2. Bentuk serta kiasan pusaka Racana tertera dalam lampiran

3. Pusaka Racana digunakan dalam acara-acara resmi yang bersifat pengukuhan, pelepasan anggota,
ceremonial (Musdega, malam racana dan penerimaan kunjungan resmi dari Racana lain).

Pasal 7

Bendera Racana

1. Bendera Racana adalah bendera kebesaran Racana Sawerigading - We’ Cudai Gugus depan 01.001 -
01.002 pangkalan Universitas Cokroaminoto Palopo

2. Bendera Racana digunakan pada :

a. Acara-acara resmi Racana Racana Sawerigading - We’ Cudai

b. Upacara-upacara adat dan kehormatan racana.

3. Bentuk bendera racana sebagai berikut :

a. Warna dasar biru muda

b. Berbentuk segi empat dengan ditandai lambang racana di tengahnya.

c. Tulisan “GUDEP 01.001 – 01.002 RACANA SAWERIGADING –WE’CUDAI UNIVERSITAS


COKROAMINOTO PALOPO”

d. Ukuran bendera racana, panjang 120 cm, lebar 90 cm.

e. Bentuk bendera tertera dalam lampiran


Pasal 8

Sandi Racana

1. Sandi Racana adalah Kode Etik Adat Racana dan kebesaran Racana Sawerigading dan Racana We’
Cudai.

2. Sandi Racana dipergunakan dalam acara-acara resmi yang bersifat ceremonial.

3. Bunyi Sandi Racana tertera pada lampiran

Pasal 9

Adat Racana

1. Adat Racana dipergunakan sehari-hari oleh Racana Sawerigading - We’ Cudai Gugusdepan 01.001 -
01.002 pangkalan Universitas Cokroaminoto Palopo.

2. Adat Racana dipergunakan bila :

a. Menerima tamu dari Racana lain (Gugusdepan lain)

b. Melantik tamu dan mengukuhkan anggota Racana Sawerigading - We’ Cudai

Pasal 10

Pakaian Adat Racana

1. Bentuk Pakaian Adat Racana Racana Sawerigading - We’ Cudai Berupa pakaian yang bercirikan adat
khas Tana Luwu Bumi Sawerigading

2. Penggunaan pakaian adat

a. Menerima tamu dari Racana lain (Gugusdepan lain) dalam acara resmi

b. Bersifat ceremonial (Musdega, Malam Racana, Hari Ulang Tahun Gugusdepan, pengukuhan dan
pelepasan anggota).

Pasal 11

Tata Cara Penerimaan Tamu Kunjungan dari Racana lain yang resmi
1. Petugas di tempat masing-masing

2. Laporan KDR Racana Sawerigading - We’ Cudai (Penerima Tamu) kepada Pemangku Adat

3. Bunyi laporan sebagai berikut : Penerima Tamu : “Lapor Istana Racana Sawerigading – We Cudai
kedatangan tamu”.

Pemangku Adat : “Jika tamu tersebut ingin bertamu dengan I’tikad baik maka, kami akan menerima
dengan syarat harus mengikuti seluruh rangkaian Adat Racana”, Penerima Tamu : “Mereka Dengan Izin
Ilahi Bersedia menerimanya”,

Pemangku Adat : “Dengan kebesaran hati seluruh penghuni Istana Sawerigading – We’ Cudai
mempersilahkan Tamu masuk”.

4. Secara bergiliran tamu mensucikan diri dengan air Suci yang bersumber dari Air Bunda (penyucian
dilakukan oleh petugas).

5. Tamu beriringan memasuki gerbang menuju pintu masuk ruangan (ruang upacara).

6. KDR berjalan mengiringi di belakang PA (didepan tamu).

7. Bendera Racana dan Pusaka Racana sudah ada dalam ruangan.

8. Tamu menempati ruangan dengan dibawa pemangku adat barisan paling ujung belakang kanan
dan kiri para tamu dengan diikuti anggota Gudep 01.0001 - 01.002 di belakang kanan tamu.

9. Menyanyikan Hymne Pramuka

10. Para tamu dipersilahkan duduk.

11. Apabila ada pembicaraan, pembahasan maka pelaksanaan diserahkan pada koordinator upacara.

Pasal 12

Upacara Pengukuhan Anggota Racana

1. Penyumpahan calon anggota racana oleh Kak Mabigus

2. Penyucian adat oleh PA

3. PA mengambil tempat

4. KDR dan calon anggota Racana memasuki lapangan upacara.

5. Tanya-jawab PA ke purna bakti

6. KDR mengambil tempat disebelah kanan dan kiri PA.

7. Pelepasan tanda peserta oleh KDR


8. Prosesi pengukuhan

a. Penancapan pusaka adat oleh PA dan pembacaan sandi Racana

b. Bendera merah putih dan tunas memasuki lapangan upacara

c. Bendara meninggalkan lapangan upacara

9. Penyematan badge Racana oleh PA

10. Pembacaan Dasa Dharma

11. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Pramuka

12. Do’a

13. Pencabutan pusaka adat oleh PA.

14. PA dan KDR meninggalkan lapangan upacara.

Pasal 13

Tata Cara Pelepasan Anggota

1. Petugas siap di kanan kiri Anggota

2. Pembawa bendera berada di kanan kiri Anggota

3. Posisi pembawa pusaka (PA) berada ditengah depan barisan, membawa pusaka dengan dibungkus
kain putih tertutup keseluruhan

5. Setelah sampai di tempat Anggota PA menyerahkan Anggota kepada Pembina

6. Setelah Pembina menerima laporan PA, kemudian PA pindah ke samping kanan dan kiri Pembina, dan
Anggota dilepas oleh Pembina.

Pasal 14

Upacara Pelantikan Calon Pandega

1. Penyucian calon pandega.

2. Persiapan pelantikan

3. Laporan

4. Pembacaan Dasa Dharma


5. Menyanyikan lagu Indonesia Raya (bendera memasuki lapangan)

6. Pembacaan Sandi Racana

7. Tanya jawab Pembina dengan Calon Pandega.

8. Pengucapan Tri Satya (Ulang Janji)

9. Bendera meninggalkan tempat upacara.

10. Penyematan Tanda Kecakapan Umum Pandega

11. Amanat Pembina upacara

12. Do’a

13. Laporan

14. Ucapan selamat (ramah tamah) upacara selesai

BAB III

ADAT ISTIADAT RACANA

Pasal 15

Pengertian Adat Istiadat

Adat istiadat racana merupakan seperangkat system nilai yang diberlakukan sebagai pedoman dalam
bersikap, berbuat dan bertingkah laku, di dalam maupun di luar racana

Pasal 16

Substansi Adat istiadat

1. Adat istiadat racana berisi seperangkat aturan dan sanksi adat untuk menjaga nama baik racana
dan mengatur pelaksanaan kegiatan racana

2. Segala peraturan adat istiadat harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh warga racana
sebagaimana yang tertera dalam lampiran.

3. Penyimpangan dari ketentuan adat istiadat di kenakan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran

Pasal 17

Pengawasan dan Pemberian Sanksi


1. Pengawasan terhadap pelaksanaan adat istiadat racana dilakukan oleh pemangku adat

2. Pemberian sanksi untuk pelanggaran ringan yang dilakukan anggota racana berhak diberikan olah
pemangku adat dan boleh didelagasikan kepada anggota dewan lainnya dengan izin dari pemangku
adat.

3. Pemberian sanksi untuk pelanggaran berat diputuskan melalui sidang dewan kehormatan Racana.

BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 18

1. Calon Anggota

a. Calon Anggota Gudep Racana Sawerigading – We’ Cudai Pangkalan UNCP wajib mendaftar diri pada
Dewan Racana dengan syarat yang telah ditentukan.

b. Sebelum menjadi Anggota Gudep, secara resmi calon anggota dianggap sebagai Tamu Gudep, dan
wajib mengikuti Orientasi Kepramukaan (OK) yang dilaksanakan oleh sangga kerja.

c. Tamu gudep yang telah mengikuti Orientasi Kepramukaan (OK) tetapi tidak mengikuti pelantikan
belum bisa diterima menjadi Anggota Gudep.

d. Tamu gudep yang mengikuti Orientasi Kepramukaan (OK) dan dilantik otomatis telah menjadi Tamu
Racana.

e. Tamu Gudep yang belum dilantik dapat mengikuti kegiatan mingguan, tetapi belum berhak
menggunakan Bagde Lokasi Gudep. Namun mereka wajib mengikuti pelantikan berikutnya.

2. Anggota Racana adalah:

a. Tamu racana yang telah mengikuti pengukuhan anggota racana (PAR) dan dikukuhkan

b. Tamu Racana dari Kampus lain yang telah memiliki Izin dari pimpinan kampusnya dengan membawa
bukti perizinan dan telah di terima oleh KDR beserta Pemangku Adat.

Pasal 19

Hak Anggota

1. Setiap anggota berhak mengikuti setiap kegiatan Gudep.

2. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, setiap anggota berhak :


a. Berbicara dan mengeluarkan pendapat.

b. Memberikan masukan yang bersifat positif dan membangun.

c. Mengemukakan usulan serta dukungan terhadap kebijaksanaan yang dikeluarkan gudep.

d. Dipilih dan memilih dalam MUSDEGA untuk anggota racana, dan memilih untuk anggota Gudep

e. Mendapatkan perlakuan yang sama

f. Ikut serta dalam setiap kegiatan yang di lakasanakan Dewan

g. Memperoleh pembinaan dan pelatihan keterampilan dan kepemimpinan

h. Memakai sarana dan prasarana racana dengan izin Dewan

i. Mengenakan pakaian, atribut dan tanda jabatan gerakan pramuka sesuai dengan ketentuan

Pasal 20

Kewajiban Anggota

1. Seorang anggota yang tidak bisa mengikuti kegiatan atau menghadiri pertemuan harus
memberitahukan baik secara tertulis maupun lisan dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan
kepada Dewan Racana.

2. Setiap anggota wajib mengikuti latihan pada hari-hari yang telah ditentukan, bila diperlukan dapat
melakukan latihan tambahan dengan sepengetahuan Dewan Racana.

3. Setiap melakukan kegiatan harus dijiwai dengan Tri Satya dan Dasa Dharma.

4. Setiap anggota wajib bekerja sama dan berkonsultasi dengan yang lebih berpengalaman demi
tercapainya tujuan yang telah diinginkan.

5. Setiap anggota wajib menghormati sesama anggota dan dalam setiap kegiatan resmi saling
memanggil “KAK”.

6. Setiap anggota membayar iuran bulanan

Pasal 21

Kepindahan Anggota
1. Anggota Gudep dari Racana lain yang pindah ke Racana Sawerigading dan We’ Cudai harus melalui
Adat Racana

2. Anggota Racana Sunan Sawerigading - We’ Cudai yang pindah ke Racana lain dilepas melalui Adat
Racana.

Pasal 22

Sangsi Anggota

Anggota Gudep 01.001 - 01.002 yang melanggar ketentuan organisasi dapat dikenakan

sangsi :

1. Teguran secara lisan atau tulisan oleh Dewan Racana

2. Disidang oleh dewan kehormatan

3. Dicabut keanggotaannya sebagai Anggota Gudep 01.001 - 01.002 pangkalan Universitas


Cokroaminoto Palopo

Pasal 23

Pembelaan Anggota

1. Anggota yang dikenakan sangsi berhak melakukan pembelaan.

2. Pembelaan dilakukan dalam sidang Dewan Kehormatan yang dihadiri oleh Dewan Racana dan
Pemangku Adat.

Pasal 24

Hilangnya Keanggotaan

1. Meninggal dunia

2. Droup out

3. Mengundurkan diri sebagai anggota / diskors

4. Dicabut keanggotaannya sebagai anggota Gudep


5. Yang sudah menikah (menyatakan tidak bisa aktif dalam kanggotaan secara tertulis kepada Dewan
Racana).

Pasal 25

Anggota Kehormatan

Anggota kehormatan adalah :

1. Anggota Gudep yang telah menyelesaikan studinya atau lulus pandega atau yang masih aktif
memberikan sumbangan saran dan nasehat kepada Anggota dan Dewan Racana.

2. Orang yang pernah berjasa bagi Gudep 01.001-01.002 Racana Sawerigading – We’ Cudai

Pasal 26

Kewenangan Anggota Kehormatan

1. Memberikan sumbangan saran, nasehat kepada Anggota dan Dewan Racana.

2. Menghadiri setiap kegiatan yang diadakan oleh Gudep.

3. Diharapkan memberi materi kegiatan bila diminta oleh Sangga Kerja atau Dewan Racana.

BAB V

DEWAN KEHORMATAN

Pasal 27

Pengertian Dewan Kehormatan

Dewan kehormatan adalah suatu dewan yang bertugas menjaga nilai-nilai dan kehormatan racana.

Pasal 28
Keanggotaan Dewan Kehormatan

Keanggotaan di dalam dewan kehormatan racana terdiri dari :

1. Pembina pandega

2. Ketua Dewan racana

3. Pemangku adat

4. Anggota Dewan Racana

Pasal 29

Tugas dan wewenang Dewan Kehormatan

Dewan kehormatan memiliki tugas dan wewenang untuk :

1. Membahas hal-hal yang berkaitan dengan kehormatan racana

2. Menindak segala perbuatan anggota racana yang melakukan pelanggaran berat berupa pencemaran
kehormatan dan nama baik racana dengan memberikan sanksi adat.

3. Melantik anggota atau memberikan penghargaan atau tanda kehormatan atas prestasi atau jasa
anggota racana.

Pasal 30

Sidang Dewan Kehormatan

1. Dewan kehormatan berhak mengadakan sidang sesuai dengan keperluan

2. Susunan sidang dewan kehormatan terdiri dari :

a. Pembina pandega sebagai penasehat

c. Ketua dewan racana sebagai pimpinan sidang

d. Pemangku adat sebagai narasumber

e. Anggota dewan racana lainnya sebagai pengamat sidang

3. Dalam persidangan mengenai pelanggaran berat yang dilakukan oknum anggota racana, baik
pengurus dewan maupun anggota, keputusan sidang dewan kehormatan diambil setelah mendengar
pembelaan diri dari oknum anggota yang disidangkan.
Pasal 31

Pelantikan dan pemberian Penghargaan

1. Pelantikan anggota dan pemberian penghargaan atau tanda kehormatan dilaksanakan oleh dewan
kehormatan dalam bentuk upacara

2. Kriteria dan penilaian untuk pemberian penghargaan atau tanda kehormatan dilaksanakan melalui
sidang dewan kehormatan atas usul pemangku adapt atau anggota dewan lainnya.

3. Tanda penghargaan atau tanda kehormatan yang dianugerahkan dapat di ambil kembali, apabila
dikemudian hari anggota yang menerimanya melakukan pelanggaran berat yang mencemarkan
kehormatan dan nama baik racana.

BAB VI

PEMANGKU ADAT

Pasal 32

Arti Pemangku Adat

Pemangku adat adalah pimpinan utama Dewan racana secara struktur adat yang berwenang dalam
mengawasi jalannya adat istiadat.

Pasal 33

Tugas dan Wewenang Pemangku Adat

Pemangku adat bertugas dan berwenang untuk :

a. Mengawasi pelaksanaan adat istiadat

b. Diminta atau tidak diminta dapat memberikan pendapat kepada Dewan Racana

c. Dapat meminta Dewan Kehormatan untuk mengadakan sidang

d. Memberikan/menjatuhkan sanksi kepada anggota racana yang melakukan pelanggaran.

e. Mengesahkan hasil MUSDEGA (Tata Adat dan Tradisi Racana Sawerigading – We’ Cudai Universitas
Cokroaminoto Palopo).

Pasal 34
Pendelegasian ( Wewenang )

1. Dalam sidang Dewan Kehormatan, pemangku adat dapat memimpin persidangan apabila ketua
Dewan racana berhalangan hadir atau ada pendelegasian wewenang dari ketua Dewan.

2. Pemangku adat dapat mendelegasikan wewenangnya kepada Ketua Dewan atau Anggota Dewan
lainnya dalam melaksanakan tugas pokoknya

3. Pemangku adat bertanggung jawab kepada Dewan Kehormatan

BAB VII

PURNA RACANA DAN PURNA PANDEGA

Pasal 35

1. Purna Racana adalah anggota Racana yang telah menjalankan tugas baktinya di Racana, dan
bersedia di purna Racanakan dengan ketentuan telah menyelesaikan studinya dan atau telah menikah
dan selanjutnya disebut dewan kehormatan racana.

2. Pramuka Padega adalah calon Pandega yang telah memenuhi SKU Pandega dan dilantik oleh
pembina Gudep atau pembina lain yang diberi mandat untuk itu dengan tatacara yang sesuai dengan
ketentuan dalam Gerakan Pramuka.

3. Purna Pandega adalah anggota Racana yang telah menjalankan tugas baktinya sebagai Pramuka
Pandega di Racana dan ikut aktif dalam pembinaan Kepramukaan dan kepemudaan serta telah
mencapai usia 25 tahun dan telah di Purna Pandega akan selanjutnya dinyatakan dewan kehormatan
racana

Pasal 36

Hak dan Kewajiban Purna Racana dan Purna Pandega

1. Hak

Ikut menentukan kebijaksanaan pembinaan Racana.

2. Kewajiban

Memberikan arahan dan alternatif pemecahan-pemecahan yang di butuhkan Gudep jika diminta oleh
Pembina Gudep atau Dewan Racana.
BAB VIII

KETENTUAN DEWAN RACANA

Pasal 37

Dewan racana adalah suatu badan atau wadah yang berfungsi untuk mengembangkan Racana yang
didalamnya terdapat beberapa aktifitas kegiatan Pandega.

Pasal 38

Tata Laksana Dewan Racana

1. Dewan Racana Sawerigading dan We’ Cudai terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara
serta Bidang-bidang.

2. Anggota Dewan Racana adalah anggota Racana yang telah mengabdi selama 1 periode minimal
telah mengikuti 2 semester dan telah dilantik sebagai Pandega atau dirasa mampu mengemban tugas
sebagai Dewan Racana.

3. Penggantian susunan dilakukan dalam Sidang Istimewa yang dihadiri oleh Anggota Gudep.

4. Anggota Dewan Racana yang telah diwisuda harus tetap menyelesaikan masa bhaktinya sampai LPJ
di MUSDEGA selanjutnya

Pasal 39

Upacara Pelantikan Anggota Dewan Racana

1. Pembacaan Surat Keputusan pengangkatan Anggota Dewan Racana oleh petugas upacara.

2. Anggota Dewan Racana yang akan dilantik menempati tempat upacara.

3. Bendera memasuki tempat (menyanyikan lagu Indonesia Raya).

4. Tanya jawab antara MABIGUS atau pembina dengan calon Dewan Racana yang akan dilantik.

5. Mengucapkan Tri Satya (calon Anggota Dewan Racana memegang ujung bendera merah putih dan
diletakkan di dada sebelah kiri sedang yang lain memegang pundak secara berangkai

6. Bendera meninggalkan tempat upacara

7. Penyematan tanda Dewan Racana


8. Peserta upacara meninggalkan tempat upacara

9. Apabila perlu penyesuaian maka pelaksanaannya diserahkan pada koordinator upacara.

BAB IX

SYARAT MENJADI KETUA DEWAN DAN PEMANGKU ADAT

Pasal 40

Syarat Ketua Dewan Racana dan Wakil Ketua Dewan Racana

1. Mencalonkan diri atau diusulkan oleh peserta MUSDEGA Racana

2. Mematuhi dan Mengamalkan Tri Satya dan Dasadarma dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menjunjung tinggi nilai-nilai Adat Racana

4. Merupakan Mahasiswa UNCP dan sementara mengikuti semester berjalan

5. Telah terdaftar sebagai Anggota Racana Sawerigading – We’ Cudai UNCP

6. Telah mengikuti semester berjalan minimal 2 semester.

7. Belum Menikah, dan sehat secara jasmani maupun rohani.

8. Bersedia menandatangani kesepakatan Pengabdian kepada Racana diatas kepentingan pribadi, dan
kelompok.

9. Tidak sedang menduduki jabatan fungsional pada lembaga kepramukaan lainnya atau UKM lainnya
dalam kampus UNCP.

10. Aturan lainnya dapat disepakati pada MUSDEGA Racana.

Pasal 41

Syarat Menjadi Pemangku Adat

1. Mengajukan diri atau diusulkan oleh peserta MUSDEGA Racana

2. Mematuhi dan Mengamalkan Tri Satya dan Dasadarma dalam kehidupan sehari-hari.

3. Berwawasan luas dan Memiliki jiwa kepemimpinan

4. Menjunjung tinggi nilai-nilai Adat Racana

5. Merupakan Mahasiswa UNCP dan sementara mengikuti semester berjalan


6. Telah terdaftar sebagai Anggota Racana Sawerigading – We’ Cudai UNC

7. Telah mengikuti semester berjalan minimal 5 semester.

8. Belum menikah, sehat jasmani dan rohani.

9. Pernah menduduki salah satu jabatan fungsional pada kepengurusan Dewan Racana Sawerigading
– We’ Cudai.

10. Ayat ke-7 pasal 41 dapat diabaikan apabila tidak ada Angggota Racana yang pernah menduduki
jabatan fungsional bersedian menjadi Pemangku Adat maka dapat dipilih dari salah satu Anggota Racana
yang telah melewati minimal 5 semester.

11. Bersedia menandatangani kesepakatan Pengabdian kepada Racana diatas kepentingan pribadi, dan
kelompok.

12. Aturan lainnya dapat disepakati pada MUSDEGA Racana.

BAB X

PERALIHAN STATUS

Pasal 42

Pengertian Peralihan Status

1. Peralihan status adalah perubahan tingkat atau golongan anggota pramuka sesuai dengan jenjang
usia atau perubahan pangkalan

2. Seorang tamu Racana untuk menjadi anggota Racana dan calon Pandega melalui suatau peralihan
status

3. Seorang calon Pandega untuk menjadi seorang Pandega melalui suatu proses peralihan status

4. Seorang Pandega untuk menjadi Pandega Garuda melaui suatu proses peralihan status

Pasal 43

Tamu Racana

1. Tamu Racana merupakan seorang Penegak yang usianya telah memasuki masa pandega sehingga
dipindahkan dari Ambalan Penegak ke Racana Pandega

2. Masa maksimal menjadi tamu racana adalah 3 bulan dengan aktif mengikuti kegiatan dan latihan di
Racana
3. Untuk menjadi Tamu racana di tandai dengan mengikuti kegiatan penerimaan Tamu Racana berupa
upacara dan kegiatan tertentu

4. Selama menjadi Tamu Racana diberi kesempatan untuk menyesuaikan dengan adat istiadat racana

Pasal 44

Calon Pandega

1. Calon Pandega adalah tamu racana yang diterima menjadi anggota racana setelah beradaptasi dan
sanggup mentaati adat istiadat racana

2. Masa minimal menjadi calon pandega adalah 3 bulan dengan tetap aktif mengikuti kegiatan dan
latihan di racana.

3. Untuk menjadi calon Pandega setiap tamu pandega wajib memliki Gudep binaan dengan
mengajukan permohonan kepada Dewan Racana.

4. Untuk menjadi calon Pandega, setiap tamu pandega akan di ajukan ke sidang Dewan Kehormatan
untuk di uji kesungguhan hatinya menjadi Pandega

5. Selama menjadi calon Pandega di perkenankan untuk menjalankan Syarat Kecakapan Umum
tingkat pandega.

Pasal 45

Pramuka Pandega

1. Pramuka pandega adalah calon pandega yang telah menyelesaikan SKU tingkat pandega dan telah
dilantik oleh pembinanya

2. Perpindahan status dari calon pandega menjadi calon pramuka pandega dilaksanakan melalui
upacara pelantikan

3. Pelantikan dilaksanakan selambat-lambatnya 1 bulan setelah calon pandega itu menyelesaikan SKU
tingkat pandega

BAB XI

SANKSI ADAT

Pasal 46
Pengertian Sanksi Adat

Sanksi adat adalah hukuman atau denda yang dijatuhkan kepada anggota racana yang melakukan
pelanggaran atau penyimpangan terhadap adat istiadat racana.

Pasal 47

Jenis Pelanggaran

1. Sanksi adat diberikan berdasarkan bobot kesalahan

2. Pelanggaran atau kesalahan ringan meliputi keterlambatan, tidak memakai atribut, ketidakhadiran,
dan kesalahan-kesalahan lain yang masih dalam batas kewajaran

3. Pelanggaran atau kesalahan berat meliputi pelanggaran hukum atau tindak kriminal yang
mencemarkan nama baik dan kehormatan racana.

Pasal 48

Jenis Hukuman

1. Segala pelanggaran ringan yang dilakukan oleh setiap anggota racana yang baru beradaptasi dengan
adat istiadat racana diberikan teguran lisan sebanyak dua kali berturut-turut.

2. Hukuman fisik dijatuhkan kepada kepada anggota racana yang melakukan pelanggaran ringan

3. Pembayaran denda dikenakan kepada anggota racana yang melakukan pelanggaran ringan secara
berulang-ulang

4. Pemberhentian dari keanggotaan dijatuhkan kepada anggota racana yang terbukti melakukan
pelanggaran berat

5. Jenis hukuman lainnya dapat diberikan selama masih dalam batas kewajaran.

Pasal 49

Pelaksanaan Hukuman

1. Hukuman atas segala pelanggaran diberlakukan bagi semua anggota racana tanpa terkecuali

2. Pemberhentian anggota racana yang melakukan pelanggaran berat oleh Dewan Kehormatan dapat
dilaksanakan secara absentia ataupun in absentia yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan
3. Pelaksanaan hukuman fisik diawasi oleh pemangku adat

4. Pelaksanaan pembayaran denda dicatat oleh bendahara dan kemudian dilaporkan kepada
pemangku adat

Pasal 50

Peraturan Tambahan

Hal-hal lain mengenai sanksi adat dapat ditetapkan lebih lanjut oleh Dewan kehormatan.

BAB XII

PEMBERHENTIAN, PENAMBAHAN

DAN PERALIHAN TUGAS

Pasal 51

1. Pemberhentian

a. Pemberhentian anggota dilaksanakan berdasarkan penilaian dewan kehormatan jika :

1) Melanggar kode kehormatan Gerakan Paramuka

2) Merugikan nama baik racana dan Gerakan Pramuka

3) Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik selaku anggota

b. Pemberhentian anggota harus dibicarakan dalam sidang dewan kehormatan

c. Pemberhentian anggota ditetapkan dalam suatu suratkeputusan

2. Penambahan

a. Penambahan anggota dapat dilakanakan apabila terjadi pemberhentian anggota sebagimana


diatur pada point di atas.

b. Jika dipandang perlu, penambahan anggota dapat dilakukan meskipun tidak terjadi pengurangan
anggota

c. Penambahan anggota ditetapkan dalam suatu surat keputusan

3. Peralihan Tugas

a. Peralihan tugas dilaksanakan untuk mengadakan penyegaran struktur dan fungsional

b. Secara hierakis, peralihan tugas dilaksanakan pada tingkat sekretaris, bendahara dan ketua bidang
c. Peralihan tugas dari ketua kepada wakil ketua, atau sekertaris dapat dilakukan apabila:

1). Ketua/pimpinan meninggal dunia

2). Ketua/pimpinan pindah Perguruan tinggi atau Drof out/Cuti dalam masa akademik

3). Ketua/pimpinan telah menikah

4). Ketua/pimpinan berhalangan tetap lainnya.

d. Peralihan tugas ditetapkan dalam suatu surat keputusan.

BAB XIII

SIDANG DAN RAPAT DEWAN

Pasal 52

1. Rapat Pleno

a. Mengevaluasi pelaksanaan tugas Dewan

b. Dilaksanakan minimal 3 bulan sekali

c. Dihadiri oleh seluruh anggota dan dapat mengikutsertakan Mabigus

d. Hasilnya disampaikan kepada Mabigus

2. Rapat Pimpinan

a. Mempersiapkan pengambilan kebijakan

b. Dilaksanakan sebelum rapat pleno

c. Dihadiri oleh seluruh unsur Pimpinan Dewan

d. Hasilnya disampaikan pada rapat pleno

3. Rapat koordinasi

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Dewan kepada pohak yang bersangkutan

b. Dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan


c. Dilaksanakan dengan sepengetahuan Mabigus

4. Rapat Kelompok Kerja

a. Membahas penyusunan konsep kegiatan

b. Dilaksanakan sesuai kebutuhan

c. Diketuai oleh salah seorang unsur pimpinan Dewan yang ditunjuk

d. Dihadiri oleh anggota yang berkompeten

e. Hasilnya disampaikan pada rapat sangga kerja

5. Rapat Sangga Kerja

a. Membahas persiapan pelaksanaan kegiatan secara teknis operasional

b. Dilaksanakan setelah rapat kelompok kerja dilaksanakan

c. Diketuai oleh salah seorang unsur pimpinan Dewan yang dipilih secara aklamasi

d. Dihadiri oleh anggota yang berkompeten

e. Hasilnya disampaikan kepada ketua oleh ketua sangga kerja, dan kemudian diberitahukan kepada
Mabigus.

BAB XIV

KUORUM, PENENTUAN KEBIJAKAN DAN DELEGASI KEKUASAAN

Pasal 53

Quorum

1. Rapat pleno sebagaimana dimaksud pada pasal 50, dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 2/3 anggota
pemilik hak suara yang seharusnya hadir.

2. Bila kuorum tidak tercapai, maka sidang ditunda selama 1x10 menit untuk selanjutnya dianggap sah
dengan syarat bahwa seluruh anggota yang tidak hadir telah diundang untuk rapat pleno dan sidang
paripurna itu.

3. Anggota yang tidak hadir dianggap telah menyetujui hasil rapat atau sidang

Pasal 54

Penentuan Kebijakan
1. Dalam pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan dalam musyawarah untuk mencapai
mufakat, apabila hal ini tidak mencapai kesepakatan maka dilakukan upaya lobi dan jika hal ini tidak
mencapai kesepakatan juga, maka dilakukan upaya voting.

2. Mufakat atau keputusan yang diambil dengan suara terbanyak sebagai hasil musyawarah haruslah
bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan serta tidak bertentangan dengan kandungan Tri Satya dan
Dasa Dharma.

3. Pengambilan keputusan berdasar atas suara terbanyak, dianggap sah apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :

a. Tata cara dan sahnya keputusan ditetapkan oleh Dewan Racana setelah mempertimbangkan dari
Pembina dan Pemangku Adat.

b. Keputusan tentang pendelegasian anggota untuk kegiatan insidental atau partisipan ditetapkan
Dewan Racana dengan pertimbangan Pembina dan jajaran MABI.

4. Keputusan berdasarkan pemungutan suara dinyatakan sah apabila diambil dalam rapat yang
memenuhi kuorum dan disetujui oleh lebih dari separo anggota yang hadir.

Pasal 55

Delegasi Kekuasaan

1. Pendelegasian dapat dilakukan berdasarkan jenjang jabatan dari unsur pimpinan teratas ke
pemimpin terbawah

2. Pendelegasian kekuasaan secara timbal balik dapat dilakukan antara ketua dengan pemangku adat
dalam hal-hal tertentu

3. Pendelegasian kekuasaan tidak dapat dilakukan antar ketua bidang, dan apabila salah seorang atau
semuanya berhalangan atau tidak dapat melaksanakan tugasnya, maka wewenangnya dipegang oleh
sekretaris dengan izin ketua.

BAB XV

ADMINISTRASI SATUAN
Pasal 56

1. Pelaksanaan tugas administrasi dan kesekretariatan dilakukan oleh sekretaris dengan merujuk
pada keputusan Kwartir Nasional yang berhubungan dengan administrasi satuan.

2. Buku-buku administrasi satuan terdiri dari :

a. Buku induk anggota

b. Buku absensi

c. Buku notulen dan risalah rapat

d. Buku ekspedisi surat

e. Buku agenda surat

f. Buku album kegiatan

g. Buku kegiatan

h. Buku tamu

i. Buku inventaris barang

j. Buku kas / Buku keuangan

BAB XVI

ATRIBUT

Pasal 57

1. Setiap anggota wajib mengenakan tanda umum dan tanda satuan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

2. Setiap anggota yang mengadakan kegiatan dalam kapasitasnya sebagai anggota Dewan Racana
berhak menggunakkan tanda jabatannya

3. Anggota yang telah diuji keterampilan dan kemampuannya serta telah dilantik atau telah menerima
bukti kelulusan, maka berhak mengenakan atribut tanda kecakapan.
4. Anggota yang telah dinilai pengabdian, jasa dan prestasinya terhadap racana serta telah
dianugerahkan tanda kebesaran oleh dewan kehormatan atau dari organisasi / instansi lainnya, maka
berhak mengenakan atribut tanda kehormatan itu

5. Setiap anggota tidak diperkenankan memakai atribut yang bukan atribut kepramukaan atau atribut
yang tidak berhak dipakainya atau atribut yang berbeda dengan satuannya

6. Penggunaan, bentuk dan ukuran atribut disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku

BAB XVII

ATURAN TAMBAHAN DAN PENUTUP

Pasal 58

Aturan Tambahan

1. Usul mengenai penambahan dan perubahan Adat Racana ini dapat diusulkan kepada sekurang -
kurangnya setengah lebih satu dari peserta MUSDEGA yang hadir.

2. Apabila dipandang sangat mendesak, Dewan Racana dan Pemangku Adat dapat mengeluarkan
peraturan pelaksana.

3. Segala peraturan yang dikeluarkan sebagai pengganti peraturan adat racana tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan dalam Musyawarah Pandega

Pasal 59

Penutup

Segala Ketentuan dan aturan yang disusun tidak bertentangan dengan UU kepramukaan no.12 Tahun
2010, AD/ART kepramukaan, dan Keputusan Kwarnas, serta Segala ketentuan yang belum diatur dalam
susunan Adat Racana ini akan diatur kemudian dengan memperhatikan saran, usulan serta
pertimbangan dari Wakil Anggota, Pemangku Adat, Pembina serta Anggota Kehormatan.

Palopo, ............................... 20....


GUDEP KOTA PALOPO 01.001 – 01.002

RACANA SAWERIGADING – WE’ CUDAI

PANGKALAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

Pemangku Adat Racana Sawerigading Pemangku Adat Racana We’ Cudai

Sarifuddin Saharuddin Mande (D) Sari Mawarni (D)

Anda mungkin juga menyukai