“Ya Allah sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari kelemahan, kemalasan,
pengecut, penyakit tua, dan kekikiran.”
Teman-temanku sekalian
Begitu banyak perilaku malas dalam kehidupan kita, seperti: menunda shalat adalah
ciri kemunafikan, menunda amanah adalah pintu pengkhianatan, menunda sedekah atau
membayar hutang bagi yang mampu adalah kezhaliman dan menunda taubat adalah
kebodohan.
Sebagaimana kisah seseorang di dalam kubur, orang yang bermalas-malasan dalam
menjalankan ketaatan kelak akan ditemani oleh amal buruknya yang menampakkan diri
dalam bentuk makhluk buruk rupa, busuk baunya dan kumal bajunya, ketika penghuni kubur
bertanya siapa engkau ini? Ia menjawab, ِ يَ ِة هّللاWْص ِ طا َع ِة هّللا ِ َس ِريعًا فِي َمع ُ ِك ْال َخب
َ يث ُك ْنتَ بَ ِطيًئا ع َْن َ َُأنَا َع َمل
ك هّللا ُ َشرّا
َ “ فَ َجزَ اAku adalah amalan burukmu, kamu dahulu berlambat-lambat dalam mentaati
Allah dan bersegera dalam bermaksiat kepada Allah, maka Allah membalasmu dengan
keburukan.” Selanjutnya orang tersebut dipukul dengan tongkat besi hingga ia menjadi debu
kemudian dikembalikan lagi menjadi semula oleh Allah azza wa jalla, kemudian dipukul lagi
sehingga ia berteriak dengan satu teriakan yang didengar oleh semua makhluk di muka bumi
kecuali oleh jin dan manusia.
Begitu buruknya akibat dari kemalasan, lebih khusus lagi kita sebagai orang yang
mencari ilmu maka tidak selayaknya kita menyandang predikat pemalas, karena sudah
menjadi kepastian bahwa kehormatan agama ini tergantung orang orang yang di amanahkan
untuk menjaganya, yaitu para penuntut ilmu, yang mana merekalah sebagai ujung tombak
dalam mengentaskan kebodohan umat.
Maka mana mungkin seorang muslim hanya duduk berpangku tangan, melamun dan
menunggu hujan uang jatuh dari langit. Yang meninggalkan semangatnya bekerja untuk
sesuatu yang bermanfaat baginya dan keluarganya. Mana mungkin seorang pelajar bisa
memahami pelajaran di sekolah jika tidak ada niat yang serius untuk belajar,bermalas-
malasan mengerjakan tugas dan menghiraukan perkataan guru. Mana mungkin kita hanya
berangan-angan, bersandar di kursi empuk namun berkhayal ingin masuk surga tanpa
melakukan amal kebaikan. Untuk mendapatkan surga yang seluas langit dan bumi, maka
hendaknya orang berlomba-lomba. Semakin giat beramal, semakin giat bekerja, menjauhkan
diri dari sifat malas.
Hadirin yang di Rahmati Allah SWT
Ada banyak cara yang bisa lakukan untuk dijauhkan dari sifat malas, diantaranya
dapat kita mulai dari hal-hal kecil seperti:
Yang pertama, memohon perlindungan kepada Allah SWT. Meskipun sederhana, namun
dengan berdoa, Allah akan memberikan kemudahan bagi Anda untuk lebih bersemangat dan
dijauhkan dari berbagai hal buruk yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja,
Yang kedua, membangun semangat.
Yang ketiga, hindari terlalu banyak berpikir. Ingat, kalau ada tugas jangan hanya dipikirkan
tapi dikerjakan.
Demikianlah contoh dan beberapa upaya menjauhkan diri dari sifat malas sebagai akhir dari
kultum saya pagi ini.
Semoga kita semua dapat terhindar dari sifat malas.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Nikmat Allah Swt. yang diberikan kepada kita sangatlah berlimpah. Bahkan, terkadang tanpa
kita pinta, Allah tetap menganugerahkan nikmat yang sangat banyak. Mulai dari nikmat
sehat, nikmat pancaindera, nikmat akal, nikmat Islam, dan masih banyak lagi. Maka dari itu,
tidak ada yang lebih patut untuk dilakukan selain bersyukur atas limpahan rahman dan rahim-
Nya.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka kita harus selalu bersyukur atas apa yang diberikan sang
Pencipta.
Pada kesempatan ini juga saya akan menjelaskan beberapa bentuk syukur yang dapat kita
lakukan yaitu:
Pertama, syukur melalui ucapan, dengan cara memuji-Nya
Kedua, syukur dengan lidah, dapat dilakukan dengan cara memperbanyak zikir kepada Allah
dalam setiap kesempatan.
Aisyah menyebutkan jika Rasulullah saw. selalu berzikir kepada Allah pada setiap
kesempatan dalam hidupnya.
Ketiga, syukur melalui hati, sebagaimana firman Allah:
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu
ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” (QS. An Nahl: 53).
Imam Sya’rani berkata dalam kitab berjudul Lataif Al-Minan:
“Syukur hati hanya dapat dicapai melalui keyakinan seseorang yang kukuh bahwa segala
yang berada dalam genggamannya adalah karunia dari Tuhannya, bukan dari yang lain.”
Keempat, syukur melalui anggota badan.
Caranya dengan melaksanakan segala yang telah diwajibkan oleh Allah Swt. kepada
manusia.
Ibnu Qudamah berkata:
“Syukur anggota badan adalah mempergunakan segala nikmat Allah dalam melalukan
ketaatan kepada-Nya dan berupaya untuk memohon pertolongan agar dihindarkan dari
kemaksiatan.”