Anda di halaman 1dari 6

PENJELASAN PRESENTASI AKHLAQ MAHMUDAH DAN MADZMUMAH

 Slide 1 : (Pembukaan setelah moderator).


Terimakasih kepada moderator atas waktunya. Insya Allah saya akan
menjelaskan sedikit tentang akhlaq mahmudah dan madzmumah ditemani
rekan saya. Sebelumnya saya memohon maaf untuk ibu/bapak buka
 Slide 2 : (Dibaca)
 Slide 3 : Sebagaimana yang telah kita tahu bahwa definisi akhlaq menurut Imam
Ghazali yaitu :
(Dibaca)
Akhlaq merupakan sikap yang sudah menancap pada diri seseorang yang
menimbulkan perbuatan yang mudah (spontan) tanpa melakukan
pemikiran-pemikiran, angan-angan, atau rekayasa.
Jadi, akhlaq itu sesuatu yang sifatnya abstrak.
Sifatnya ada didalam jiwa dan menetap.
Apa yang lahir dalam perbuatan, itulah perilakunya. Dapat dilihat dari
perbuatan dan ucapannya sehari-hari.
 Slide 4 : (Dibaca)
 Slide 5 : (Dibaca)
Definisi akhlaq mahmudah yaitu apabila seseorang memiliki akhlaq ini,
maka orang itu disebut orang yang terpuji.
Akhlaq mahmudah ini dasarnya sesuai dengan apa-apa yang diajarkan
Rasulullah baik dalam Al Qur-an maupun Al Hadits.
Rasulullah adalah seseorang yang sifat terpujinya terus-menerus, sampai
Rasul diberigelar oleh Allah :

Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlaq


yang agung.
Bahkan st. aisyah R.A pernah ditanya oleh para sahabat, “bagaimana
akhlaq Rasulullah ?”
St. aisyah menjawab :
Keadaan/akhlaq Rasulullah adalah Al Qur-an
Jadi, akhlaq Rasulullah tercermin dalam Al Qur-an dan As-Sunnah.
Al Qur-an sumber utama dari Allah. Dan praktek/pengamalannya ada
didalam perbuatan Rasulullah, yang disebut Sunnah.

 Slide 6 : Berikut adalah contoh akhlaq mahmudah pada Allah


o Yang pertama adalah Taubat.
Taubat adalah kembali. Kembali pada Allah. Meninggalkan dosa karena
takut pada Allah.
Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat
yang sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allâh Azza wa Jalla
pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh
dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat.

Artinya: Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan


dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku
menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha
Penyayang.
o Contoh yang kedua yaitu Syukur.
Syukur adalah berterima kasih. Bersyukur tidak mengenal tempat, tidak
mengenal waktu. Bias dilakukan dimanapun dan kapanpun. Dalam
keadaan senang atau sedih, sukses atau saat hina. Kita harus selalu
bersyukur.

Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepada-Mu
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku (QS. AlBaqarah :152).
 Slide 7 : Berikutnya adalah contoh akhlaq mahmudah kepada diri sendiri
o Yang pertama adalah Qona’ah.
Qona’ah artinya merasa cukup/rela menerima.
Qona’ah menerima hasil yang diusahakan. Menjauhkan diri dari rasa
tidak puas atau perasaan kurang.

Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki
yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR.
Ibnu Majah no. 4138, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih).
 Slide 8 : Berikutnya adalah contoh akhlaq mahmudah kepada sesama
Manusia dan Makhluq Allah lainnya
 Akhlaq kepada orangtua dan guru
 Akhlaq kepada tetangga dan teman
 Akhlaq kepada flora, fauna, dan lingkungan sekitar.
 Slide 9 : (Dibaca)
Jadi, semua bentuk perbuatan dan ucapan yang bertentangan dengan
akhlak mahmudah, disebut akhlak madzmumah.

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan
bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta [AL Baqarah
ayat 10]
 Slide 10 : Berikut ini adalah contoh akhlaq madzmumah kepada Allah, yakni
Syirik.
Syirik yaitu menyekutukan Allah. Mengaggap ada kekuatan lain selain
Allah.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena


mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain
(syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan
Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa': 48).
o Pertama, ini adalah gambaran fir’aun. Yang mana ia telah berbuat
syirik dengan menyombongkan dirinya bahwa ia adalah Tuhan.
Merasa paling kaya, hebat dan kuat.
o Selanjutnya ini adalah gambaran orang-orang dahulu yang sedang
menyembah berhala/patung.
o Yang ketiga, ini adalah barang-barang yang dianggap sakral oleh
manusia pada akhir zaman ini. Merasa yakin bahwa suatu barang
bisa menjadi penjaga atau penyembuh.
 Slide 11 : Poin selanjutnya yaitu akhlaq madzmumah kepada diri sendiri.
Diantara contohnya adalah :
o Rasa malas. Malas mengerjakan sesuatu. Misalnya malas
mengerjakan tugas, malas beribadah, dan lain sebagainya.
o Marah adalah luapan emosi yang sangat dibenci Allah dan
Rasul-Nya. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
(SAW) memberi perhatian besar terhadap masalah ini hingga
beliau bersabda dalam satu hadis: "La taghdob walakal Jannah
(janganlah marah maka bagimu surga).
 Slide 12 : (Dibaca)
Maksudnya adalah, perbuatan yang sangat mendatangkan mudharat bagi
diri sendiri dan orang lain. Misalnya :
o Membangkang dan berkata ah atau dengan nada tinggi kepada
orangtua.
o Tidak ta’dhim terhadap guru.
o Berhubungan buruk dengan tetangga, bertengkar atas hal sepele.
o Mengkhianati teman
o Menendang hewan, membiarkannya kelaparan.
o Tidak mengurus dan menyayangi tumbuhan.
o Mencemari lingkungan, membuang sampah sembarangan, dan
menebang pohon secara liar.
 Slide 13 : Poin berikut adalah kiat untuk meningkatkan akhlaq mahmudah dalam
Diri kita.
Yakni dengan cara Lahiriyyah dan Bathiniyyah
 Secara lahiriyyah ada pendidikan. Yaitu bahwa kita jangan bosan
untuk menuntut ilmu, menambah wawasan, dengan mengharap
keberkahan dari guru serta mengharap Ridho Allah.
 Pergaulan yakni kita harus menyesuaikan. Bilamana pergaulan kita
selama ini kurang baik, sering cekcok dan tidak akur maka harus
menempatkan diri dalam pergaulan yang tepat. Berkumpul dengan
orang-orang yang sholeh, yang selalu akan saling menasehati
dalam kebenaran dan kesabaran
 Kebiasaan. Yakni kita harus membiasakan diri agar akhlaq kita
menjadi lebih baik sesuai tuntunan Allah dan Rasul. Seperti
membiasakan diri untuk melaksanakan shalat sunnah, sedekah
yatim piatu, memberi makan fakir miskin, dan lain sebagainya.
 Selanjutnya adalah secara bathiniyyah. Yang pertama adalah
muhasabah.
Muhasabah artinya penilaian, muhasabah itu upaya
evaluasi/introspeksi diri terhadap
Kebaikan dan keburukan. Caranya adalah dengan membandingkan
apa yang banyak
Dilakukan, kebaikan atau keburukan.
Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab. Timbanglah ia sebelum
kamu ditimbang.
 Mu’aqobah. Mu’aqobah yaitu menghukum diri atas segala
kelalaiannya.
Ada satu kisah saat Abu Thalhah khusyu sholat. Kekhusyu’annya
terganggu oleh seekor burung dikebunnya. Maka ia
menyedekahkan kebunnya sebagai penebus ketidakkhusyu’annya.
 Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian dengan Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Sebelum manusia lahir ke dunia, masih berada pada
alam ghaib, yaitu di alam arwah, Allah telah membuat “kontrak”
tauhid dengan ruh.
Kontrak tauhid ini terjadi ketika manusia masih dalam keadaan ruh
belum berupa materi (badan jasmani). Karena itu, logis sekali jika
manusia tidak pernah merasa membuat kontrak tauhid tersebut.

 Mu’ahadah konkritnya diikrarkan oleh manusia mukmin kepada


Allah setelah kelahirannya ke dunia, berupa ikrar janji kepada
Allah. Wujudnya terefleksi minimal 17 kali dalam sehari dan
semalam, bagi yang menunaikan shalat wajib, sebagaimana tertera
di dalam surat Al-Fatihah ayat 5 yang berbunyi:
 Mujahadah adalah proses melaksanakan ibadah dengan sungguh-
sungguh. Benar-benar mengharap kasih sayang-Nya dengan upaya
yang optimal. Berupaya dengan sekuat tenaga mempersembahkan
ibadah terbaik kepada-Nya.
 Manusia dalam segala ihwal keadaannya tidak lepas dari gerak dan
diam. Maka hendaknya ia merasakan pengawasan Allah
(muroqobatullah) terhadap dirinya dalam segala hal dengan niat,
perbuatan baik, serta menjaga adab.

Dalam keseharian, seorang hamba tidak terlepas dari 3 keadaan,


yaitu dalam ketaatan, dalam kemaksiatan, dan dalam hal yang
mubah. Muroqobah dalam ketaatan adalah dengan ikhlas,
menyempurnakannya, menjaga adab dan memeliharanya dari
berbagai cacat. Jika melakukan kemaksiatan, maka muroqobahnya
adalah dengan bertaubat, menyesal, meninggalkan kemaksiatan
tersebut, merasa malu dan sibuk melakukan tafakkur. Dan jika
berada dalam hal yang mubah, maka muroqobahnya dengan
menjaga adab dan mensyukuri pemberi nikmat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai