Anda di halaman 1dari 4

CEGAH DHAHAR LAWAN GULING

NILAI KEARIFAN BUDAYA JAWA


MARILAH KITA PELAJARI BERSAMA
Untaian kata bijak itu sangat memasyarakat dalam kehidupan masyarakat
Jawa, khususnya pada tempo dulu. Kata bijak itu terdiri dari kata cegah
yang berarti mencegah, atau mengurangi, dhahar bentuk kata bahasa Jawa
krama dari kata ngoko, yakni mangan yang berarti (makan)), lan (dan),
serta guling yang berarti bantal sebagai alas kepala sewaktu tidur. Dari
makna lugas itu muncul makna kias yakni anjuran agar seseorang cegah
dhahar lan guling (mengurangi makan dan tidur). Mengapa seseorang perlu
mengurangi makan dan tidur? Apakah makan atau perut kenyang dan
banyak tidur memiliki sisi negatif?

Dalam pandangan Jawa, makan dan tidur adalah kenikmatan hidup. Oleh
sebab itu, sebagai kenikmatan dapat mengakibatkan seseorang lupa pada
tujuan hidup, lupa pada perjuangan hidup, dan kewajiban suci yang lain.
Oleh sebab itu, agar seseorang selalu dalam kontrol diri dan tidak tergoda
pada nafsu-nafsu buruk, perlu sekali untuk laku prihatin, yakni
mengurangi dan menjauhi kenikmatan hidup untuk dapat hidup samadya
(sewajarnya), atau (secukupnya), termasuk dalam makan dan tidur.
Pada umumnya Seseorang yang makan terlalu kenyang akan
mengakibatkan kemalasan bekerja. Akhirnya, dirinya lebih banyak tidur.
Jadi, antara makan dan tidur tidak dapat dipisahkan. Orang yang kurang
makan atau makan secukupnya pastilah tidak mudah tidur. Sementara itu,
tidur mengakibatkan hati seseorang menjadi diam, pikiran berhenti
sehingga tidak berkembang yang berakibat tidak dapat berpikir secara
jernih. Kebiasaan perut terlalu kenyang dan banyak tidur menyebabkan
pikiran keruh sehingga seseorang tidak mampu berpikir jernih yang
menjauhkan diri dari watak lembah manah (rendah hati), ati wening (hati
jernih), dan perwira (perwira).

Berbicara cegah dhahar lan guling (mengurangi makan dan tidur)


mengingatkan kita pada lagu atau dendangan yang sangat populer yakni
tamba ati (obat hati) yang disebutnya ada lima macam perilaku agar
seseorang mendapatkan kemuliaan. Di samping itu, anjuran untuk cegah
dhahar lan guling banyak diutarakan oleh para pujangga atau budayawan
Jawa tempo dulu, di antaranya disampaikan oleh Sunan Pakubuwana IV
melalui karyanya Serat Wulangreh.

Ajaran atau nasihat yang dirangkai dalam lagon tamba ati sebagai berikut.
Tamba Ati
Tamba ati iku ana limang prekara
Kang pisan ngaji Ouran sak maknane
Kaping pindho salat wengi lakonana
Ping telune dikir sira ingkang suwe
Kaping pate weteng ira ingkang luwe
Kaping lima wong kang soleh kumpulana

Berdasarkan nasihat tersebut orang-orang tua Jawa juga mewasiatkan agar


seseorang tidak memiliki sikap urip kanggo mangan (hidup untuk makan),
melainkan seharusnya memiliki sikap mangan kanggo urip (makan untuk
hidup). Nasihat itu Mengandung dua makna. Pertama, jika seseorang
bersikap urip kanggo mangan (hidup untuk makan), ia akan berupaya agar
dapat makan dan seluruh energi hidupnya dimanfaatkan untuk
mendapatkan makan. Orang seperti itu cenderung makan melebihi
kewajaran yang hanya untuk memuaskan perut saja. Orang seperti ini
disebut abdul butun artinya (hamba perut), seluruh hidupnya kalah dengan
kepentingan demi makan selagi masih hidup. Pendek kata, orang yang
abdul butun akan bersikap aji mumpung, yakni mumpung urip dakmangan
(selagi hidup saya makan).

Kedua, sikap yang sebaiknya adalah mangan kanggo urip (makan untuk
hidup). Artinya, seseorang makan untuk menyambung hidup. Kita tahu
orang akan meninggal jika tidak makan. Akan tetapi, tidak harus makan
berlebih-lebihan. Makan secukupnya sekadar memenuhi kebutuhan tubuh
untuk tetap sehat. Sikap ini mendorong seseorang makan secukupnya dan
tidak bersifat abdul butun (hamba perut). Orang yang mampu
mengendalikan diri dalam makan sehingga makan secukupnya akan
mendatangkan kebaikan, setidaknya dia mampu berpikir jernih dan tidak
grusa-grusu (tergesa-gesa) karena memiliki ati wening (hati jernih). Oleh
sebab itu, jika hatinya wening, ia akan berwatak perwira sehingga
perilakunya lembah manah (rendah hati) yang tidak akan terjerumus pada
nafsu-nafsu duniawiah. Kata guling (tidur) itu sama dengan nendra (tidur
— kata bahasa Jawa krama inggil). Perlunya cegah dhahar lan guling
(mengurangi makan dan tidur) tersebut dinyatakan olch Pakubuwana IV
sebapai berikut.
Serat Wulangreh

Padha gulangen ing kalbu


ing sasmita amrih lantip
aja pijer mangan nendra
kaprawiran denkaesti
pesunen sariranira
sudanen dhahar lan guling
Dadia lakunireki
cegah dhahar lawan guling
lan aja asuka-suka
anganggoa sawatawis
ala wateke wong suka
nyuda prayitnaning batin

Seseorang yang terbiasa cegah dhahar (mengurangi makan) atau makan


secukupnya dapat menjadikan dirinya perwira. Dalam pertemuan-
pertemuan umum misalnya, dirinya tidak tampak ngangsa (bernafsu)
untuk mendapatkan makan. Jika bertamu ke rumah orang lain, ia mengerti
sopan-santun makan di tempat orang lain, yakni secukupnya. Sikap arif itu
akan berbeda dengan seorang yang urip kanggo mangan (hidup untuk
makan) yang disebut abdul butun tadi. Orang-orang tua tempo dulu sering
berpesan kepada anak-anaknya terkait dengan sopan-santun makan di
rumah orang lain atau dalam pertemuan yang menghadirkan banyak orang.
Di tempat lain atau dalam pertemuan hendaknya tidak menunjukkan nafsu
untuk makan atau terkesan rakus. Para orang tua mengatakan aja ngisin-
isini rebut pangan (jangan memalukan berebut makanan).

Para orang tua dulu juga menyatakan mangan siladan yen ana ngomah,
yen ana pasamuan sing perwira (makan siladan tidak mengapa sewaktu di
rumah, dalam pertemuan bersikaplah perwira). Makan siladan (sayatan
bambu) maksudnya makan sederhana dan seadanya dan serba
kekurangan), tetapi jika di tempat umum tidak boleh bernafsu untuk
mendapatkan makan. Mangan secukupnya, baik dalam segi jumlah dan
mutu, mendorong seseorang berpikir jernih yang berpengaruh pada
kualitas moral. Seorang yang mementingkan makan dapat tergelincir pada
tindakan negatif dalam mencari kebutuhan makan, seperti mencuri,
menipu, dan sebagainya. Sementara itu, bagi seorang yang mangan
secukupnya justru dapat berpikir untuk makan makanan yang bersih atau
halal. Ia akan mencari rezeki yang bersih, dengan cara bersih sehingga
dirinya merupakan orang yang berkepribadian Mulia.

Mekaten Engkang Saget Kawulo Aturaken, Mugi-Mugi Saget Manfaati


Dumateng Kito Sami Dalem Nyuwun Seh Agunge Samudro Pengaksami,
Menawi Wonten Klenta-Klentu Nipun Pematur Kawulo, Mugi Punopo Engkang
Kawulo Aturaken Saget Mbekto Manfaat Lan Angsal Piwales Sangkeng Gusti
Kang Murben Dumadi Allah Swt, Amin.
Okey mungkin ini hanya sebagian kecil dari ulasan kita kali ini, kalau kalian
masih penasaran saksikan terus video-video terbaru dari channel ini dengan
cara klik subscribe dan nyalakan loncengnya dan share ke media sosial
kalian.

Anda mungkin juga menyukai