Bani Sudardi
1. Pendahuluan
Kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan di Nusantara yang memiliki sejarah
yang panjang. Secara diakronik, kebudayaan Jawa miliputi masa Jawa Kuna, Jawa Tengahan,
dan Jawa Baru. Kebudayaan ini pun memiliki ciri tersendiri. Bahasa Jawsa Kuna sangat kental
dengan pengaruh Hindu dan Budhha atau terpengaruh kebudayaan India. Budaya Jawa
Tengahan memasuki masa transisi ketika munculnya ciri-ciri lokal Jawa dengan ikon cerita
Panji, Sudamala, dan Kidunng. Budaya Jawa Baru dengan ikon percampuran dan renaisanse
budaya lama dan Islam dengan ikon macapat , serat suluk, dan cerita wayang gaya baru.
Secara sinkronik, Jawa memiliki empat wilayah besar, yaitu Jawa Banyumas (ngapak), Jawa
Yogya-Solo (sekitar kraton) Mataram dengan wilayah membentang dari Purworejo sampai
dengan Madiun, serta budaya Jawa Wetan (Brang Wetan) dengan wilayah Caruban ke timur
sampai Banyuwangi dan ke selatan masuk wilayah Malang. Di samping itu ada wilayah budaya
Jawa yang disebut Jawa Koek wilayah budaya Cirebon sampai dengan Banten. Setiap daerah ini
memiliki ciri khas dan karakter masing-masing. Dalam diskusi ini pembicaraan dibatasi pada
wilayah budaya Yogya-Solo atau sekitar kraton Mataram.
Kajian pengobatan tradisional saat ini menjadi trend baik di Indonesia dan Dunia Harto
Wicaksono (2011) misalnya tertarik pada kajian tentang. Ritus Pengobatan Dongke: Studi
Etnomedisin pada Masyarakat Desa Tanggulangin Kabupaten Tuban. Sementara itu, Julius dan
Muswita (2013) dalam artikel berjudul . “Eksplorasi Pengetahuan Lokal tentang Tumbuhan
Obat di Suku Batin, Jambi”. Bnerusaha mengkaji pengobatan tradisional Suku Batin.
Plotkin (988) tertarik pada kajian obat tanaman obat di hutan di Thailand. Kajian
selanjutnya dari Puspitawati (2013) yang meneliti tentang pengobatan di Deli Serdang. Hal ini
mirip kajian Sajem (2006) yang mengkaji tentang pengobatan tradisional di dalam Suku Jaintia.
Sementara itu, Viraponse 2006 meneliti tentang sistem pengobatan tradisional pada suku Kui di
Thailnad Utara.
Kajian ini memfokuskan kajian pada sistem pengobatan dalam budaya Jawa
2. Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Jawa
Dalam budaya Jawa terdapat banyak naskah yang membicarakan tentang pengobatan. Di
antara serat-serat itu, Serat Centhini merupakan naskah dengan informasi tentang pengobatan
yang terlengkap.
Di samping itu, ada sebuah serat dalam naskah Jawa yang membicarakan tentang hakikat
kesehatan. Serat Munasiat Jati adalah sebuah serat yang disimpan di Perpustakaan Rekso
Pustaka, Mangkunegaran, dengan nomor naskah A Nomor:42. Naskah ditulis dengan huruf
Jawa Baru (carakan). Naskah ini juga sudah ditransliterasi R. Ayu Sri Kayati. Namun, hasil
transliterasi tersebut belum dipublikasikan dan belum diterjemahkan.
Serat Munasihat Jati bermakna sebagai kitab yang berisi nasihat yang sejati. Serat ini
sebenarnya kitab petunjuk tentang tata cara hidup untuk mencapai kesempurnaan da nasihat-
nasihat dari para tokoh-tokoh penting. Berikut kata pengantar kitab tersebut.
Ing ngandhap punika yogi sami angawuningana, riwayating para Nabi, para Wali, tuwin para
Nata, pandhita satriya, ingkang sampun sami kalampahaken dening guru-guru ing tanah Jawi
ananging ugi tasih pagolonganing, tegesipun panengeranipun jasat ingkang sami medal
kamunahipun (hlm. 1)
(Di bawah ini baik diperhatikan dan diketahui , riwayat para Nabi, para Wali, dan para Raja,
pendeta, satriya, yang dilaksanakan oleh guru-guru tanah Jawa tetapi juga masih
golongannya, maksudnya tentang tanda-tanda jasat yang mengeluarkan kotorannya”
Tidak diketahui tentang penulis serat ini, tetapi diperkirakan milik Kasunanan Surakarta
karena serat ini ditulis judul “ Kagungan Dalem Serat Munasiat Jati”. Sebuah “Kagungan
Dalem” bermakna sebagai “milik Sunan” karena dalem sering menunjuk kepada “susuhunan”
atau raja Solo.
Isi Serat Munasiat Jati terdiri dari nasihat-nasihat dari tokoh-tokoh terkenal di Tanah
Jawa, yaitu:
1. Susuhunan ing Atas Angin yang memberi wejangan kepada Ki Ageng Getas Pandawa
2. Wasihat Susuhunan ing Majagung kepada Ki Ageng Giring
3. Wasihat Sultan Hadiwijaya di Pajang kepada Ki Ageng Pamanahan
4. Wasiyat Sunan Ampel kepada Sunan Bonang
5. Wasiyat para Wali
1. Konsep Sehat Menurut Kitab Munasiat Jat
Masalah makanan ialah sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut Serat
Munasiat Jati ada beberapa makanan yang berdampak pada kesehatan (hlm.9). Makanan yang
tidak baik untuk kesehatan adalah sebagai berikut.
No. Makanan Pengaruh
1. Makanan yang berduri Membuat mudah terkena senjata tajam
2. Makanan rebung dan ujung tanaman Mudah tertipu
muda
3. Pepaya Menjadikan kulit empuk dan
4. Daun kelor Menjadi lemah atau dilemahkan
5. Daging kerbau Menjadikan tubuh tidak kuat
Dalam hal pengaruh makanan terhadap kesehatan tampaknya tidak ada dasar, tetapi
berdasarkan pengalaman sehari-hari atau berdasarkan kondisi barang yang dimakan. Hal tersebut
dapat ditambahkan ke dalam tabel berikut.
No. Makanan Pengaruh Penjelasan
6. Makanan yang Membuat mudah terkena senjata Makanan berduri mudah
berduri tajam melukai karena durinya
7. Makanan rebung dan Mudah tertipu Tanaman muda itu masih
ujung tanaman muda empuk dan lemah
8. Pepaya Menjadikan kulit empuk dan Biasa digunakan untuk
melumatkan daging
9. Daun kelor Menjadi lemah atau dilemahkan Biasa digunakan untuk
melumpuhkan ajian
10. Daging kerbau Menjadikan tubuh tidak kuat Kerbau terkenal binatang
yang malas
Organ-organ tubuh ternyata memiliki kekuasaan yang dapat menjadikan manusia sehat
lahir batin sebagai berikut ( hlm 43) sehingga menjadi manusia sehat lahir dan batin. Berikut
kekuasaan organ tubuh untuk menjadi sehat dengan cara memelihara dengan baik organ tersebut.
Dalam kehidupan selalu banyak godaan yang menjadikan tubuh menghadapi bencana.
Untuk menghindarkan bencana. Kesukaan yang menjadikan tubuh hancur (bancananing
ngagesang), yaitu kegemaran berikut.
No Kegiatan Akibat
.
1. Madad Anyeret (minum candu)
2. Madon Berzina (medok) menjadikan tindakan tidak baik
3. Main Suka mencuri
4. Minum Makan minum yang memabukan
Serat Munasiat Jati memberikan beberapa larangan dan anjuran serta akibat dari
perbuatan-perbuatan mengkonsumsi jenis makanan tertentu. Berikut adalah akibat memakan
makanan tertentu sebagai berikut.
1. Untuk menghilangkan linu tulang dilakukan dengan candhuk (bekam).
2. Makanan asam menjai otot kendor
3. Makanan manis membuat tubuh tidak lancar
4. Makanan pedas menjadikan organ dalam mengecil
5. Makanan panas membuat organ terbongkar (rungkating piranti).
6. Makanan yang nikmat menjadikan pandangan tidak jelas, pusing-pusing.
Dalam hidup, agar tetap sehat orang dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan seperti:
1. Tidak makan sehari mendekatkan mati
2. Begadang terus-menerus menjadikan dirasuki siluman.
3. Orang suka bertapa berperilaku seperti hewan
4. Orang yang menghindari makan (nyenyirik) nasi, daging, dan garam akan selalu sehat dan
bebas dari segala penyakit (HLM169).
Menurut Serat Munasiyat Jati, sebab datangnya penyakit adalah karena salah dalam
bertindak (hlm 193). Tin dakan itu berdasarkan tuntutan dari empat nafsu seperti suka marah
atau suka makan. Namun, ada juga penyakit yang ada hubungannya dengan hari. Berikut
penyebab penyakit yang dihubungkan dengan hari.
Menurut Serat Munasiat Jati, sakit pada hakikatnya disebabkan oleh hawa nafsu. Dengan
pikiran yang tidak terkendali, maka akan keluarlah kotoran dari berbagai lubang. Orang yang
marah akan menghasilkan kotoran dari dalam tubuh. Berikut tentang beberapa hal dari kotoran
yang menyebabkan penyakit
Menurut Serat Munasiat Jati, pokok manusia mendapat sakit karena empat perkara. Hal
ini berhubungan dengan pengobatan sesuai dengan penyebab sakit tersebut. Berikut sebab
penyakit dan pengobatannya.
4. Kesimpulan
Serat Munasiat Jati adalah adalah sebuah serat yang berisi ajaran tentang tasauf yang
digali dari ajaran raja, sunan, dan guru-guru di Jawa. Naskah ini berisi kompilasi pengetahuan.
Salah satu hal yang terdapat dalam Serat Munasiat Jati adalah masalah kesehatan dan petunjuk-
petunjuk untuk memelihara kesehatan yang berhubungan dengan kebatinan. Tujuan dari
kehidupan adalah untuk mencapai kehidupan yang sempurna.
Informasi yang disampaikan oleh Serat Munasiat Jati mungkin sudah tidak sesuai dengan
ilmu kedokteran modern. Namun, informasi tersebut masih berguna untuk memberikan
gambaran tentang perkembangan tradisi pengobatan dalam budaya Jawa.
Tradisi Jawa memiliki kekayaan berupa tradisi pengobatan dengan binatang. Binatang
yang digunakan pada umumnya adalah binatang yang ada di sekitar orang Jawa. Namun, karena
pengaruh dari luar, beberapa pengobatan digunakan binatang dari luar seperti unta. Tradisi
pengobatan Jawa menggunakan konsep magi simpatetik, yaitu mentransfer kekuatan binatang ke
manusia. Misalnya, kekuatan kambing, ayam, gajah kepada manusia.
Jenis hewan yang akrab dengan manusia adalah ayam dan kambing. Ayam terutama yang
digunakan adalah telur. Beberapa bagian dari kambing yang dipercaya dapat menyembuhkan
penyakit adalah kikil (daging bagian kaki). Kikil dipercaya dapatmeningkatkan kekuatan kaki,
khususnya bagi orang tua yang merasa lemah. Kikil juga dipercaya dapat meningkatkan
kekuatan seksual da menguatkan kaki. Daging kambing dipercaya dapat meningkatkan gairah
seksual. Bagian dari daging yang dipercaya paling manjur untuk tujuan tersebut adalah lodok
(sumsum tulang belakang) yang dimakan mentah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, Heddy Shri dalam Atik Triratnawati, dkk. 2005. Prologue DalamMasalah
Kesehatan dalam Kajian Ilmu Sosial-Budaya. Yogyakarta: KEPEL Press 13-37.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri dalam Atik Triratnawati, dkk. 2005. Prologue DalamMasalah
Kesehatan dalam Kajian Ilmu Sosial-Budaya. Yogyakarta: KEPEL Press 13-37.
Atmasupana II, Raden Ngabehi . Serat Primbon. Naskah Asli di Paheman Radyapustaka.
Surakarta: Sebelas Maret University Press. Subalidinata, R.S., 1985. "Primbon Dalam
Kehidupan Masyarakat Jawa". dalam Soedarsono dkk. (Editor). Aksara dan Ramalan
Nasib dalam Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian
Kebudayaan Nusantara (Javanologi), Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya . 1991. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna
(cetakan 51). Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo Mahadewa.
Harto Wicaksono. 2011. Ritus Pengobatan Dongke: Studi Etnomedisin pada Masyarakat Desa
Tanggulangin Kabupaten Tuban. Semarang: Universitas Negera Semarang.
Harto Wicaksono. 2011. Ritus Pengobatan Dongke: Studi Etnomedisin pada Masyarakat Desa
Tanggulangin Kabupaten Tuban. Semarang: Universitas Negera Semarang.
Julius dan Muswita. 2013. “Eksplorasi Pengetahuan Lokal tentang Tumbuhan Obat di Suku
Batin, Jambi”. Biospecies, Volume 6 No 1, Januari 2013, hlm 28-37.
Julius dan Muswita. 2013. “Eksplorasi Pengetahuan Lokal tentang Tumbuhan Obat di Suku
Batin, Jambi”. Biospecies, Volume 6 No 1, Januari 2013, hlm 28-37.
Kitab Primbon Betaljemur Adamakna
Plotkin, M. J., 1988. Traditional Knowledge of Medicinal Plants. The Search for New Jungle
Medicines. In Akerele, O; V. Heywood and H. Synge (Eds). The Conservation of
Medicinal Plants, Proceedings of International Consultation, 21 – 27 March 1988.
Chiang Mai, Thailand, Cambridge : Cambridge University Press : pp. 53 – 64.
Plotkin, M. J., 1988. Traditional Knowledge of Medicinal Plants. The Search for New Jungle
Medicines. In Akerele, O; V. Heywood and H. Synge (Eds). The Conservation of
Medicinal Plants, Proceedings of International Consultation, 21 – 27 March 1988.
Chiang Mai, Thailand, Cambridge : Cambridge University Press : pp. 53 – 64.
Puspitawati, Sulian Ekomila, dan Noviy Hasanah. 2013. “ Etnomedisin sebagai Solusi Alternatif
pada Permasalahan Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat di Desa Bagan Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. JUPIIS VOLUME 5 Nomor I Juni 2013
Puspitawati, Sulian Ekomila, dan Noviy Hasanah. 2013. “ Etnomedisin sebagai Solusi Alternatif
pada Permasalahan Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat di Desa Bagan Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. JUPIIS VOLUME 5 Nomor I Juni 2013
Sajem, Albert L dan Gosai, Kuldip. 2006. “Traditional use of medicinal plants by the Jaintia
tribes in North Cachar Hills district of Assam, northeast India” dalam Journal of
Ethnobiology and Ethnomedicine. Edisi 2. Nomor 33. 2006, 2:33.
Sajem, Albert L dan Gosai, Kuldip. 2006. “Traditional use of medicinal plants by the Jaintia
tribes in North Cachar Hills district of Assam, northeast India” dalam Journal of
Ethnobiology and Ethnomedicine. Edisi 2. Nomor 33. 2006, 2:33.
Serat Munasiyat Jati. Koleksi Museum Reksapustaka Mangkunegaran
Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya . 1983. Kitab Primbon Bektijamal-Adammakna Ayah-
Betaljemur (cetakan 2). Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo Maha Dewa.
Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya . 1983. Kitab Primbon Bektijamal-Adammakna Ayah-
Betaljemur (cetakan 2). Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo Maha Dewa.
Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya . 1994. Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
(cetakan 5). Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo Maha Dewa. Tjakraningrat, Kanjeng
Pangeran Harya . 1991. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (cetakan 51).
Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo Mahadewa.
Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya . 1994. Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
(cetakan 5). Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo Maha Dewa.
Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya . 1994. Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna
(cetakan 6). Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo Maha Dewa.
Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya . 1994. Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna
(cetakan 6). Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo Maha Dewa.
Trunarimong, Ki dan Sang Indrajati. t.t. Kitab Mant Serat Primbon Atmasupana. Koleksi
Museum Radyapustaka
Virapongse, Miss Arika. 2006. Ethnomedicine adn Materia Medica Used by Kui Traditional
Healer in Northeast Thailand. Khon Kaen: Khon Kaen University. Amengkunagara III,
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (Ingkang Sinuhun Paku Buwana V ing Surakarta.
1992. Serat Centhini : Suluk Tambangraras. Jilid I. Dilatinkan oleh Kamajaya.
Yogyakarta: Yayasan Centhini.
Virapongse, Miss Arika. 2006. Ethnomedicine adn Materia Medica Used by Kui Traditional
Healer in Northeast Thailand. Khon Kaen: Khon Kaen University.