Anda di halaman 1dari 22

Jan 9, '08 1:53 PM

Puasa ala Kejawen for everyone

Puasa ala Kejawen

Puasa dan tapa adalah dua hal yang sangat penting bagi peningkatan spiritual
seseorang. Disemua ajaran agama biasanya disebutkan tentang puasa ini
dengan berbagai versi yang berbeda.
Menurut sudut pandang spiritual metafisik, puasa mempunyai efek yang sangat
baik dan besar terhadap tubuh dan fikiran. Puasa dengan cara supranatural
mengubah sistem molekul tubuh fisik dan eterik dan menaikkan
vibrasi/getarannya sehingga membuat tubuh lebih sensitif terhadap
energi/kekuatan supranatural sekaligus mencoba membangkitkan kemampuan
indera keenam seseorang. Apabila seseorang telah terbiasa melakukan puasa,
getaran tubuh fisik dan eteriknya akan meningkat sehingga seluruh racun,energi
negatif dan makhluk eterik negatif yang ada didalam tubuhnya akan keluar dan
tubuhnya akan menjadi bersih. Setelah tubuhnya bersih maka roh-roh suci pun
akan datang padanya dan menyatu dengan dirinya membantu kehidupan nya
dalam segala hal.
Didalam peradaban/tradisi pendalaman spiritual ala kejawen, seorang penghayat
kejawen biasa melakukan puasa dengan hitungan hari tertentu (biasanya
berkaitan dengan kalender jawa). Hal tersebut dilakukan untuk menaikkan
kekuatan dan kemampuan spiritual metafisik mereka dan untuk memperkuat
hubungan mereka dengan saudara kembar gaib mereka yang biasa disebut
SADULUR PAPAT KALIMA PANCER.
apapun nama dan pelaksanaan puasa, bila puasa dilakukan dengan niat yang
tulus, maka tak mungkin akan membuat manusia yang melakoninya celaka.
Bahkan medis mampu membuktikan betapa puasa memberikan efek yang baik
bagi tubuh, terutama untuk mengistirahatkan oragan-oragan pencernaan.
Intinya adalah ketika seseorang berpuasa dengan ikhlas, maka orang tersebut
akan terbersihkan tubuh fisik dan eteriknya dari segala macam kotoran. Ada
suatu konsep spiritual yang berbunyi matikanlah dirimu sebelum engkau mati,
arti dari konsep tersebut kurang lebih kalau kita sering menyiksa tubuh maka
jiwa kita akan menjadi kuat. Karena yang hidup adalah jiwa, raga akan musnah
suatu saat nanti. Itulah sedikit konsep spiritual jawa yang banyak dikenal. Para
penghayat kejawen telah menemukan metode-metode untuk membangkitkan
spirit kita agar kita menjadi manusia yang kuat jiwanya dan luas alam
pemikirannya, salah satunya yaitu dengan menemukan puasa-puasa dengan
tradisi kejawen. Atas dasar konsep antal maut qoblal maut diatas puasa-puasa
ini ditemukan dan tidak lupa peran serta para ghaib, arwah leluhur serta roh-roh
suci yang membantu membimbing mereka dalam peningkatan spiritualnya.

>>> Macam-macam puasa ala Kejawen :


1. Mutih
Dalam puasa mutih ini seseorang tdk boleh makan apa-apa kecuali hanya nasi
putih dan air putih saja. Nasi putihnya pun tdk boleh ditambah apa-apa lagi
(seperti gula, garam dll.) jadi betul-betul hanya nasi putih dan air puih saja.
Sebelum melakukan puasa mutih ini, biasanya seorang pelaku puasa harus
mandi keramas dulu sebelumnya dan membaca mantra ini : niat ingsun mutih,
mutihaken awak kang reged, putih kaya bocah mentas lahirdipun ijabahi gusti
allah.

2. Ngeruh
Dalam melakoni puasa ini seseorang hanya boleh memakan sayuran / buah-
buahan saja. Tidak diperbolehkan makan daging, ikan, telur dsb.

3. Ngebleng
Puasa Ngebleng adalah menghentikan segala aktifitas normal sehari-hari.
Seseorang yang melakoni puasa Ngebleng tidak boleh makan, minum, keluar
dari rumah/kamar, atau melakukan aktifitas seksual. Waktu tidur-pun harus
dikurangi. Biasanya seseorang yang melakukan puasa Ngebleng tidak boleh
keluar dari kamarnya selama sehari semalam (24 jam). Pada saat menjelang
malam hari tidak boleh ada satu lampu atau cahaya-pun yang menerangi kamar
tersebut. Kamarnya harus gelap gulita tanpa ada cahaya sedikitpun. Dalam
melakoni puasa ini diperbolehkan keluar kamar hanya untuk buang air saja.

4. Pati geni
Puasa Patigeni hampir sama dengan puasa Ngebleng. Perbedaanya ialah tidak
boleh keluar kamar dengan alasan apapun, tidak boleh tidur sama sekali.
Biasanya puasa ini dilakukan sehari semalam, ada juga yang melakukannya 3
hari, 7 hari dst. Jika seseorang yang melakukan puasa Patigeni ingin buang air
maka, harus dilakukan didalam kamar (dengan memakai pispot atau yang
lainnya). Ini adalah mantra puasa patigeni : niat ingsun patigeni, amateni hawa
panas ing badan ingsun, amateni genine napsu angkara murka krana Allah
taala.

5. Ngelowong
Puasa ini lebih mudah dibanding puasa-puasa diatas Seseorang yang melakoni
puasa Ngelowong dilarang makan dan minum dalam kurun waktu tertentu.
Hanya diperbolehkan tidur 3 jam saja (dalam 24 jam). Diperbolehkan keluar
rumah.

6. Ngrowot
Puasa ini adalah puasa yang lengkap dilakukan dari subuh sampai maghrib.
Saat sahur seseorang yang melakukan puasa Ngrowot ini hanya boleh makan
buah-buahan itu saja! Diperbolehkan untuk memakan buah lebih dari satu tetapi
hanya boleh satu jenis yang sama, misalnya pisang 3 buah saja. Dalam puasa
ini diperbolehkan untuk tidur.

7. Nganyep
Puasa ini adalah puasa yang hanya memperbolehkan memakan yang tidak ada
rasanya. Hampir sama dengan Mutih , perbedaanya makanannya lebih beragam
asal dengan ketentuan tidak mempunyai rasa.
8. Ngidang
Hanya diperbolehkan memakan dedaunan saja, dan air putih saja. Selain
daripada itu tidak diperbolehkan.

9. Ngepel
Ngepel berarti satu kepal penuh. Puasa ini mengharuskan seseorang untuk
memakan dalam sehari satu kepal nasi saja. Terkadang diperbolehkan sampai
dua atau tiga kepal nasi sehari.

10. Ngasrep
Hanya diperbolehkan makan dan minum yang tidak ada rasanya, minumnya
hanya diperbolehkan 3 kali saja sehari.

11. Senin-kamis
Puasa ini dilakukan hanya pada hari senin dan kamis saja seperti namanya.
Puasa ini identik dengan agama islam. Karena memang Rasulullah SAW
menganjurkannya.

12. Wungon
Puasa ini adalah puasa pamungkas, tidak boleh makan, minum dan tidur selama
24 jam.

13. Tapa Jejeg


Tidak duduk selama 12 jam

14. Lelono
Melakukan perjalanan (jalan kaki) dari jam 12 malam sampai jam 3 subuh (waktu
ini dipergunakan sebagai waktu instropeksi diri).

15. Kungkum
Kungkum merupakan tapa yang sangat unik. Banyak para pelaku spiritual
merasakan sensasi yang dahsyat dalam melakukan tapa ini. Tatacara tapa
Kungkum adalah sebagai beikut :
a) Masuk kedalam air dengan tanpa pakaian selembar-pun dengan posisi bersila
(duduk) didalam air dengan kedalaman air se tinggi leher.
b) Biasanya dilakukan dipertemuan dua buah sungai
c) Menghadap melawan arus air
d) Memilih tempat yang baik, arus tidak terlalu deras dan tidak terlalu banyak
lumpur didasar sungai
e) Lingkungan harus sepi, usahakan tidak ada seorang manusiapun disana
f) Dilaksanakan mulai jam 12 malam (terkadang boleh dari jam 10 keatas) dan
dilakukan lebih dari tiga jam (walau ada juga yang memperbolehkan pengikutnya
kungkum hanya 15 menit).
g) Tidak boleh tertidur selama Kungkum
h) Tidak boleh banyak bergerak
i) Sebelum masuk ke sungai disarankan untuk melakukan ritual pembersihan
(mandi dulu)
j) Pada saat akan masuk air baca mantra ini :
Putih-putih mripatku Sayidina Kilir, Ireng-ireng mripatku Sunan Kali Jaga,
Telenging mripatku Kanjeng Nabi Muhammad.
k) Pada saat masuk air, mata harus tertutup dan tangan disilangkan di dada
l) Nafas teratur
m) Kungkum dilakukan selama 7 malam biasanya

16. Ngalong
Tapa ini juga begitu unik. Tapa ini dilakuakn dengan posisi tubuh kepala dibawah
dan kaki diatas (sungsang). Pada tahap tertentu tapa ini dilakukan dengan kaki
yang menggantung di dahan pohon dan posisi kepala di bawah (seperti
kalong/kelelawar). Pada saat menggantung dilarang banyak bergerak. Secara
fisik bagi yang melakoni tapa ini melatih keteraturan nafas. Biasanya puasa ini
dibarengi dengan puasa Ngrowot.

17. Ngeluwang
Tapa Ngeluwang adalah tapa paling menakutkan bagi orang-orang awam dan
membutuhkan keberanian yang sangat besar. Tapa Ngeluwang disebut-sebut
sebagai cara untuk mendapatkan daya penglihatan gaib dan menghilangkan
sesuatu. Tapa Ngeluwang adalah tapa dengan dikubur di suatu pekuburan atau
tempat yang sangat sepi. Setelah seseorang selesai dari tapa ini, biasanya
keluar dari kubur maka akan melihat hal-hal yang mengerikan (seperti arwah
gentayangan, jin dlsb). Sebelum masuk kekubur, disarankan baca mantra ini :
Niat ingsun Ngelowong, anutupi badan kang bolong siro mara siro mati, kang
ganggu maang jiwa insun, lebur kaya dene banyu krana Allah Taala.

Dalam melakoni puasa-puasa diatas, bagi pemula sangatlah berat jika belum
terbiasa. Oleh karena itu disini akan dibekali dengan ilmu lambung karang. Ilmu
ini berfungsi untuk menahan lapar dan dahaga. Dengan kata lain ilmu ini dapat
sangat membantu bagi oarang-orang yang masih ragu-ragu dalam melakoni
puasa-puasa diatas. Selain praktis dan mudah dipelajari, sebenarnya ilmu
lambung karang ini berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang kebanykan harus
ditebus/dimahari dengan puasa. Selain itu syarat atau cara mengamalkannyapun
sangat mudah, yaitu :
1. Mandi keramas/jinabat untuk membersihkan diri dari segala macam kekotor
2. Menjaga hawa nafsu.
3. Baca mantra lambung karang ini sebanyak 7 kali setelah shalat wajib 5 waktu,
yaitu :
Bismillahirrahamanirrahim
Cempla cempli gedhene
Wetengku saciplukan bajang
Gorokanku sak dami aking
Kapan ingsun nuruti budine
Aluamah kudu amangan wareg
Ngungakna mekkah madinah
Wareg tanpa mangan
Kapan ingsun nuruti budine
Aluamah kudu angombe
Ngungakna segara kidul
Wareg tanpa angombe
Laailahaillallah Muhammad Rasulullah

Selain melakoni puasa-puasa diatas masyarakat kejawen juga melakukan


puasa-puasa yang diajarkan oleh agama islam, seperti puasa ramadhan, senin
kamis, puasa 3 hari pada saat bulan purnama, puasa Nabi Daud AS dll. Inti dari
semua lakon mereka tujuannya hanya satu yaitu mendekatkan diri dengan Allah
SWT agar diterima iman serta islam mereka

(Sumber : religi.wordpress.com)

Tags: puasa
Prev: Manunggaling Kawulo Gusti
Next: Steve Vai

Puasa dan Rekonstruksi Diri Manusia


Posted by seq13 on March 23, 2009

Kamis, 2007 Oktober 04


Puasa yang sedang dijalankan kaum Muslimin di seantero dunia, saat ini,
menjadi momentum penting bagi Muslimin untuk meningkatkan nilai-nilai
spiritual dirinya, sebagai media bersemayamnya rahasia besar, yang telah
ada semenjak ajali. Rahasia besar ini yang dinamakan dengan amanah yang
telah ditawarkan kepada petala langit-langit dan bumi, namun keduanya
menolak menerima-Nya, tidak sanggup menerima beban besar yang akan
ditanggung oleh dirinya. Dan, manusia berani menerima amanah besar
tersebut, tapidalam perjalanan selanjutnyamanusia lalai dan bodoh (tidak
tahu diri).

Amanah besar tersebut, tiada lain, ialah insn terpuji (Muhammad, artinya
secara linguistik adalah yang terpuji). Mengapa menjadi manah besar? IA
menjadi kutub meridien dari semua prosesi peribadatan kepada Maha Bijaksana,
AlLh SWT. IA dijadikan sebagai tempat persambungan Tuhan dan para
malaikat, serta orang-orang yang beriman. Sesungguhnya AlLh dan para
malaikat bersambung (yushallna) di atas nabi, hai orang-orang beriman
bersambunglah kepadanya, dan serahkan dirimu sekalian dengan penyerahan
yang sempurna. Mengapa masih banyak orang meragukan eksistensi insn
terpuji? Bukankah asal muasal semua kejadian berasal dari insn terpuji?
Kalaulah bukan engkau, wahai Muhammad, Aku tidak akan menciptakan
kosmos ini, demikian tegas Tuhan dalam hadits qudsi.

Definisi Puasa
Puasa diserap dari dua kata Sansekerta, yaitu upa = dekat dan wasa =
berkuasa. Jadi upawasa biasa dilafalkan sebagai puasa, merupakan cara
untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dalam bahasa Inggris Fasting
yang diserap dari kata Jerman kuno fastan = menggengam. Puasa dalam
bahasa Ibrani tsum, tsom dan inna nafsyo yang berarti merendahkan
diri dengan berpuasa, sedangkan dalam bahasa Yunani = nesteuo, nestis
atau asitia/asitos. Bahasa Arabnya shaum atau shiam.

Melihat etimologi puasa dari bahasa Sansekerta, artinya dekat berkuasa.


Merefleksikan pikiran kita pada, bahwa orang yang dekat kepada-Nya pasti
memiliki kekuasaan untuk melakuak suatu pekerjaan bagi peningkatan
kreatifitas dan inovasi dirinya, sehingga teraktualisasikan nilai-nilai spiritual
yang telah ada dalam dirinya ke dalam kampas realitas kehidupan yang
membutuhkan misi dan visi yang tepat. Tiada logika yang dapat menyangkal
pemikiran demikian. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya, bagaimana
mendekatkan diri kepadanya, sehingga memiliki kekuasaan-Nya? Semua orang
berusaha untuk mengiterpretasikan dari makna ibadah (mendekatkan diri
kepada-Nya), sesuai dengan tingkatan intelektualnya. Tapi, hakikatnya, semua
orang tersebut, adalah mencari pendekatan pikiran yang sesuai dengan maksud
dan tujuan serta keinginan Tuhan terhadap para hamb-Nya dalam mendekatkan
diri kepada-Nya.

Metode untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, terus digulirkan oleh para
cendikiawan (ulama) dengan mengukil beberapa teks keagamaan; Al-Quran dan
Hadits. Ternyata belum sampai pada pendekatan hakiki, yang sesuai dengan
keinginan Tuhan. Mengapa demikian? Metode efektif dan ideal sesuai perjalanan
intelektual dan pengalaman spiritualitas setiap diri manusia, adalah dengan
metode pengenalan diri. Bagi orang-orang yang telah kenal dirinya, mereka kenal
eksistensi Tuhannya dengan tepat, dan dapat dibuktikan serta dirasakan secara
nyata, sehingga muncul sebuah keyakinan yang paripurna (haqul yakin), bahwa
mereka telah dekat dengan-Nya. Barangsiapa yang telah kenal dirinya, maka
sesungguhnya ia telah kenal Tuhannya. (Hadits Qudsi)

Kenal diri merupakan main gate bagi mendekatkan diri kepada Tuhan.
Bagaimana dapat mendekatkan diri kepada-Nya, sementara diri kita sendiri tidak
kenal dengan baik. Tuhan tidak bersemayam di mana-mana, seperti yang
diceritakan dalam sebuah sinetron televisi, Tuhan ada di mana-mana. Tuhan
hanya bersemayam dalam diri manusia, dan hanya hati orang berimanlah yang
sanggup menerima eksistensi Sang Maha Wujd. Kalau eksistensi ketuhanan
telah dipahami berada dalam diri manusia, langkah selanjutnya untuk
mendekatkan diri kepadanya, adalah menjadi sesuatu yang mudah. Carilah
segala sesuatu dalam dirimu, demikian pernyataan seorang filosof dari Turki.

Adapun makna puasa dari bahasa Inggris, yaitu menggenggam. Artinya, kalau
kita telah dekat dengan-Nya, maka kekuasaan-Nya dapat kita genggam untuk
diaktualisasikan ke dalam penciptaan kreatifitas bagi pemberdayaan masyarakat
dan peningkatan kesejahteraan manusia. Bisakah manusia menggenggam
kekuasaan-Nya? Ingat pesan Tuhan dalam hadits qudsi yang berbunyi; Kalau
Aku telah mencintai hamba-Ku, maka Aku akan menjadi matanya untuk dia
melihat, menjadi tangannya untuk bekerja, dan menjadi kakinya untuk berjalan.

Sedangkan makna puasa dari bahasa Ibrani, yaitu merendahkan diri. Orang-
orang yang telah kenal kepada hakikat sejati dirinya/hakikat eksistensi
Tuhannya, mereka akan rendah diri. Karena orang-orang bijak, lebih banyak
diam dan berpikir. Diam artinya, mereka senantiasa mengingat eksistensi
ketuhanannya yang telah menjadi rahasia dirinya, pada setiap gerak dan
langkahnya, bermeditasi (tafakur) sepanjang masa; tidak mengenal waktu dan
tempat, mereka selalu ingat kepada-Nya. Mereka tidak banyak bicara
mengurangi pembicaraan yang dapat melalaikan dirinya untuk ingat kepada-Nya
permasalahan lain, kecuali berbicara mengenai ketuhanan dan kemanusiaan.
Barangsiapa yang telah kenal Tuhannya, maka kelulah lisannya. Oleh karena
itu, mereka tidak mendapatkan ruang lagi untuk menyombongkan dirinya,
karena telah kenal pada hakikat dirinya. Walaupun, pada dasarnya, nilai-nilai
ketuhanan itudi antaranyaMaha Sombong (mutakabbir). Mengapa orang-
orang yang belum kenal dirinya berlaku sombong dan angkuh?

Mengapa Manusia Harus Berpuasa?


Semua ritualitas peribadatan tidak lepas dari asbabsebagaimana setiap surat
dari Al-Quran diturunkan berdasarkan asbab nuzuldasar pemikiran yang
menyertainya. Asbb peribadatan dalam Islam selalu terkait dengan eksistensi
diri manusia. Begitu juga, dengan puasa. Filosofi historis puasa, adalah sebelum
kita lahir ke dunia, pada bulan terakhir (dalam rahim ibu), huruf-huruf ditulis
dalam diri kita sebanyak 30 huruf (30 huruf ditulis selma 30 hari). Jadi, selama
satu bulan (30 hari), 30 huruf ditulis dalam diri kita. Pada waktu pagi, mulai
terbit fajar, bayi yang ada dalam rahim tidak menerima makanan dari flasenta,
kemudian pada sore hariterbenam matahari, waktu Maghribbayi
mendapatkan suplai makanan kembali dari flasenta.

Begitulah, napak tilas kita, yang diaktualisasikan dalam puasa selama bulan
Ramadhan. Kalau telah memahami seperti ini, setiap diri kita dalam berpuasa
Ramadhan, tidak akan lagi mengharapkan pahala dari semua pekerjaan ibadah
di bulan Ramadhan, karena puasa merupakan napak tilas jati diri setiap
manusia. Sehingga perenungan napak tilas ini, seyogyanya dilakukan setiap saat,
bukan sekedar bulan Ramadhan. Begitu juga dengan peribadatan-peribadatan
lainnya, merupakan napak tilas dari perjalanan hidup kita dari lahir sampai mati,
dan dari mati sampai terlahir kembali.

Bagi yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka


puasa (fithri), kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhan. Makna hadits ini,
kalau kita melihat dari perspektif lain, akan berartisesuai dengan pemikiran di
atas sebelumnyakata fithri (yang diartikan berbuka puasa), adalah memiliki
arti juga sebagai ciptaan/citra, sesuai dengan ayat lain yang mengatakan; AlLh
menciptakan manusia sesuai citra-Nya. Nah, kalau kita mengartikan kata fithri
dengan ciptaan, maka akan berkorelasi dengan makna puasa sebagai napak tilas
ketika dituliskan 30 (tiga puluh) huruf dalam diri kita. Jadi, bagi orang yang
shim (puasa) mendapatkan kebagian, pertama ketika diciptakan (fithri), dan
kebahagian kedua adalah ketika bertemu dengan Tuhannya. Bertemu dengan
Tuhan bukan berarti nanti, di hari akhir, melainkan ketika bayi akan lahir,
Rabbul Jalil bertanya kepada bayi, apakah Aku ini Tuhanmu? Saat itu bayi (kita
semua) menjawabnya, yaEngkau adalah Tuhanku. Demikian jelas Al-Quran.
Dengan demikian, arti dari hadits tersebut, menemukan korelasinya dengan
makna puasa sebagai napak tilas. Kebahagian ketika diciptakan dan kebahagian
ketika bertemu dengan Tuhan. Bukan sebagaimana yang diartikan selama ini,
yaitu kebahagian ketika berbuka puasa, dan kebahagian ketika bertemu dengan
Tuhan, nanti di hari akhir. Hendaknya pemahaman terhadap puasa, ditingkatkan
oleh diri kita setiap tahunnya, sehingga menemukan makna hakikat dari puasa,
dan semakin mendalam penghayatan terhadap ritualitas peribadatan dalam
agama Islam. Ajaran Islam memiliki makna filosofi yang dalam, dan sempurna.
Tidak seperti agama lain. Karena Islam datangnya terakhir, maka kesempurnaan
ajarannya, sudah dapat dipastikan adalah lebih sempurna dari agama lainnya.
Namun, mengapa sebagian dari kita, masih memahami semua ajaran Islam
secara parsial, dan tidak mengalami peningkatan yang signifikan terhadap nilai-
nilai spiritual dalam semua ajaran Islam.

Begitu juga dengan bunyi ayat Al-Quran, yang selalu dijadikan landasan dalam
berpuasa, oleh semua kalangan, yaitu hai orang-orang beriman telah diwajibkan
terhadap engkau semua untuk berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada
umat terdahulu (sebelum engkau semua), agar kamu bertaqwa. Dari konteks
pemikiran di atas, maka ayat ini akan berbunyiketika diterjemahkansebagai
berikut; Hai orang-orang beriman, telah dituliskan (diwajibkan) terhadap
engkau semua untuk merenungi terhadap napak tilas perjalanan hidupmu ketika
dalam rahim ibumu, sebagaimana telah dituliskan (diwajibkan) kepada orang-
orang sebelum engkau semua, [hal ini dilakukan] agar engkau semua tunduk
(taqwa)/rendah diri. Tujuan dari puasa, terakhirnya, adalah memiliki jiwa yang
rendah diri, tidak angkuh, karena telah mengenal dirinya, orang-orang yang
berpuasa akan tawadhu, rendah diri, menghormati terhadap semua orang,
dengan penuh kasih sayang dan cinta yang keluar dari lubuk sanu barinya. Itulah
harapan dari pelaksanaan puasa secara lahiriah pada bulan suci, Ramadhan.
Refleksi Puasa;
Berdasarkan konsep pemikiran, bahwa puasa adalah suatu perbuatan napak tilas
terhadap perjalanan hidup, maka perbuatan puasa dapat memberikan nilai-nilai
positif terhdap dimensi kehidupan dalam bernegara, bersosial, berekonomi, dan
berpendidikan. Dimensi negara artinya, memberikan spirit terhadap kinerja
negarawan dalam mengayuh roda pemerintahan, baik yang ada di lembaga
legislatif, lembaga yudikatif, dan lembaga eksekutif. Kinerja ini tentunya, akan
bermuarakan pada kepentingan bangsa dan negara, dan tidak akan mendorong
pada kepentingan pribadi, karena jiwa puasa sebagai napak tilas menuntut
semua negarawan untuk senantiasa ingat pada hakikat sejati dirinya, sebagai
media ekspresi dari kekuatan dan kekuasaan Sang Maha Kuasa. Nilai-nilai
normatif ini, akan mewarnai kinerja negarawan seiring meningkatnya
pemahaman spiritual dalam diri setiap insan.

Carut marut kebernegaraan kita, sedikit banyak, adalah dipengaruhi oleh


kurangnya pemahaman yang hakiki terhadap ajaran agamanya. Secara de jure,
mayoritas negarawan Muslimin, seyogyanya memberikan nuansa moral yang
puritan juga, namun realitas bericara lain. Bulan Ramadhan ini, dapat dijadikan
momentum untuk meningkatkan pemahaman ajaran Islam yang hakiki,
sebagaimana dipahami dan dijalankan oleh para spiritualis sejati yang selalu
melantunkan kalimat thayyibah, dan mengingat sejati dirinya, tempat
bersemayam Tuhan Yang Esa.

Dimensi sosial, nilai-nilai puasa akan memberikan dorongan kuat terhadap


kekuatan kesosialan di antara kita. Manusia diciptakan untuk senantiasa
mengingatkan satu sama lainnya, terhadap misi dan visi kehidupan yang hakiki,
yaitu mengenal eksistensi diri-Nya. Misi untuk mencapai tujuan mulia, dapat
diwujudkan dengan memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap saudaranya.
Bagaimana dapat dikatakan telah beriman seseorang, apabila saudaranya masih
ada yang kelaparan? Kelaparan salah satu problematika kemiskinan yang sedang
menimpa negeri kaya ini, Indonesia. Mari menyatupadukan misi kehidupan, bagi
menggapai kesatuan di antara bangsa Indonesia.

Dimensi ekonomi, kesenjangan ekonomi terjadi dengan mencolok di berbagai


lini masyarakat. Kesejanjgan dipicu oleh budaya matealistik yang
mengedepankan kaum yang kuat. Merekalah yang akan menggapai kesejahteraan
perekonomiannya. Sementara, para dhuafa, hanya menelan ludah saja dari
kesejahteraan yang dicicipi oleh para kaum kapitalis Melayu. Melalui spirit
Ramadhan, kesejahteraan perekonomian rakyat dapat ditingkatkan, sebagai
wujud kepedulian terhadap kaum papa dan miskin ini, melalui pemberdayaan
zakat, infaq, sedekah, serta programisasi pemberdayaan ekonomi kecil oleh
pemerintah dengan mengedepankan kepentingan kecil di atas kepentingan
menengah. Kedhaliman dalam ekonomi, dengan sendirinya menurun, yang ada
hanyalah kemaslahatan bersama. Di bawah payung ekonomi kerakyatan,
sebenarnya, Muhammad SAW. dapat mensejahterakan umatnya pada masa itu.
Aktualisasi ajarannyalah yang harus dihidupkan, dan direalisasikan secara
seksama.
Dimensi pendidikan, sulitnya kaum kecil mencicipi pendidikan sesuai
amanah Undang-Undang Dasar 45, diharapkan terkikis oleh adanya peningkatan
spiritual di setiap diri para pemegang kekuasaan khususnya, dan masyarakat
yang peduli terhadap masa depan generasi bangsa, umumnya. Pendidikan bukan
hanya dimulai semenjak telah lahir, melainkan semenjak dalam kandungan pun
pendidikan harus telah dimulai. Bahkan, dalam ajaran hakikat diri manusia,
setiap orang yang akan lahir ke dunia, sebenarnya, telah dapat diprogram
sedemikian rupa, sehingga sesuai kualtias calon bayi merupakan produksi
unggulan, dan dengan sendirinya, menjadi generasi bangsa yang dapat
diandalkan dengan baik.

Puasa dan Rekonstruksi Diri Manusia


Posted by seq13 on March 23, 2009

Kamis, 2007 Oktober 04


Puasa yang sedang dijalankan kaum Muslimin di seantero dunia, saat ini,
menjadi momentum penting bagi Muslimin untuk meningkatkan nilai-nilai
spiritual dirinya, sebagai media bersemayamnya rahasia besar, yang telah
ada semenjak ajali. Rahasia besar ini yang dinamakan dengan amanah yang
telah ditawarkan kepada petala langit-langit dan bumi, namun keduanya
menolak menerima-Nya, tidak sanggup menerima beban besar yang akan
ditanggung oleh dirinya. Dan, manusia berani menerima amanah besar
tersebut, tapidalam perjalanan selanjutnyamanusia lalai dan bodoh (tidak
tahu diri).

Amanah besar tersebut, tiada lain, ialah insn terpuji (Muhammad, artinya
secara linguistik adalah yang terpuji). Mengapa menjadi manah besar? IA
menjadi kutub meridien dari semua prosesi peribadatan kepada Maha Bijaksana,
AlLh SWT. IA dijadikan sebagai tempat persambungan Tuhan dan para
malaikat, serta orang-orang yang beriman. Sesungguhnya AlLh dan para
malaikat bersambung (yushallna) di atas nabi, hai orang-orang beriman
bersambunglah kepadanya, dan serahkan dirimu sekalian dengan penyerahan
yang sempurna. Mengapa masih banyak orang meragukan eksistensi insn
terpuji? Bukankah asal muasal semua kejadian berasal dari insn terpuji?
Kalaulah bukan engkau, wahai Muhammad, Aku tidak akan menciptakan
kosmos ini, demikian tegas Tuhan dalam hadits qudsi.

Definisi Puasa
Puasa diserap dari dua kata Sansekerta, yaitu upa = dekat dan wasa =
berkuasa. Jadi upawasa biasa dilafalkan sebagai puasa, merupakan cara
untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dalam bahasa Inggris Fasting
yang diserap dari kata Jerman kuno fastan = menggengam. Puasa dalam
bahasa Ibrani tsum, tsom dan inna nafsyo yang berarti merendahkan
diri dengan berpuasa, sedangkan dalam bahasa Yunani = nesteuo, nestis
atau asitia/asitos. Bahasa Arabnya shaum atau shiam.

Melihat etimologi puasa dari bahasa Sansekerta, artinya dekat berkuasa.


Merefleksikan pikiran kita pada, bahwa orang yang dekat kepada-Nya pasti
memiliki kekuasaan untuk melakuak suatu pekerjaan bagi peningkatan
kreatifitas dan inovasi dirinya, sehingga teraktualisasikan nilai-nilai spiritual
yang telah ada dalam dirinya ke dalam kampas realitas kehidupan yang
membutuhkan misi dan visi yang tepat. Tiada logika yang dapat menyangkal
pemikiran demikian. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya, bagaimana
mendekatkan diri kepadanya, sehingga memiliki kekuasaan-Nya? Semua orang
berusaha untuk mengiterpretasikan dari makna ibadah (mendekatkan diri
kepada-Nya), sesuai dengan tingkatan intelektualnya. Tapi, hakikatnya, semua
orang tersebut, adalah mencari pendekatan pikiran yang sesuai dengan maksud
dan tujuan serta keinginan Tuhan terhadap para hamb-Nya dalam mendekatkan
diri kepada-Nya.

Metode untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, terus digulirkan oleh para
cendikiawan (ulama) dengan mengukil beberapa teks keagamaan; Al-Quran dan
Hadits. Ternyata belum sampai pada pendekatan hakiki, yang sesuai dengan
keinginan Tuhan. Mengapa demikian? Metode efektif dan ideal sesuai perjalanan
intelektual dan pengalaman spiritualitas setiap diri manusia, adalah dengan
metode pengenalan diri. Bagi orang-orang yang telah kenal dirinya, mereka kenal
eksistensi Tuhannya dengan tepat, dan dapat dibuktikan serta dirasakan secara
nyata, sehingga muncul sebuah keyakinan yang paripurna (haqul yakin), bahwa
mereka telah dekat dengan-Nya. Barangsiapa yang telah kenal dirinya, maka
sesungguhnya ia telah kenal Tuhannya. (Hadits Qudsi)

Kenal diri merupakan main gate bagi mendekatkan diri kepada Tuhan.
Bagaimana dapat mendekatkan diri kepada-Nya, sementara diri kita sendiri tidak
kenal dengan baik. Tuhan tidak bersemayam di mana-mana, seperti yang
diceritakan dalam sebuah sinetron televisi, Tuhan ada di mana-mana. Tuhan
hanya bersemayam dalam diri manusia, dan hanya hati orang berimanlah yang
sanggup menerima eksistensi Sang Maha Wujd. Kalau eksistensi ketuhanan
telah dipahami berada dalam diri manusia, langkah selanjutnya untuk
mendekatkan diri kepadanya, adalah menjadi sesuatu yang mudah. Carilah
segala sesuatu dalam dirimu, demikian pernyataan seorang filosof dari Turki.

Adapun makna puasa dari bahasa Inggris, yaitu menggenggam. Artinya, kalau
kita telah dekat dengan-Nya, maka kekuasaan-Nya dapat kita genggam untuk
diaktualisasikan ke dalam penciptaan kreatifitas bagi pemberdayaan masyarakat
dan peningkatan kesejahteraan manusia. Bisakah manusia menggenggam
kekuasaan-Nya? Ingat pesan Tuhan dalam hadits qudsi yang berbunyi; Kalau
Aku telah mencintai hamba-Ku, maka Aku akan menjadi matanya untuk dia
melihat, menjadi tangannya untuk bekerja, dan menjadi kakinya untuk berjalan.
Sedangkan makna puasa dari bahasa Ibrani, yaitu merendahkan diri. Orang-
orang yang telah kenal kepada hakikat sejati dirinya/hakikat eksistensi
Tuhannya, mereka akan rendah diri. Karena orang-orang bijak, lebih banyak
diam dan berpikir. Diam artinya, mereka senantiasa mengingat eksistensi
ketuhanannya yang telah menjadi rahasia dirinya, pada setiap gerak dan
langkahnya, bermeditasi (tafakur) sepanjang masa; tidak mengenal waktu dan
tempat, mereka selalu ingat kepada-Nya. Mereka tidak banyak bicara
mengurangi pembicaraan yang dapat melalaikan dirinya untuk ingat kepada-Nya
permasalahan lain, kecuali berbicara mengenai ketuhanan dan kemanusiaan.
Barangsiapa yang telah kenal Tuhannya, maka kelulah lisannya. Oleh karena
itu, mereka tidak mendapatkan ruang lagi untuk menyombongkan dirinya,
karena telah kenal pada hakikat dirinya. Walaupun, pada dasarnya, nilai-nilai
ketuhanan itudi antaranyaMaha Sombong (mutakabbir). Mengapa orang-
orang yang belum kenal dirinya berlaku sombong dan angkuh?

Mengapa Manusia Harus Berpuasa?


Semua ritualitas peribadatan tidak lepas dari asbabsebagaimana setiap surat
dari Al-Quran diturunkan berdasarkan asbab nuzuldasar pemikiran yang
menyertainya. Asbb peribadatan dalam Islam selalu terkait dengan eksistensi
diri manusia. Begitu juga, dengan puasa. Filosofi historis puasa, adalah sebelum
kita lahir ke dunia, pada bulan terakhir (dalam rahim ibu), huruf-huruf ditulis
dalam diri kita sebanyak 30 huruf (30 huruf ditulis selma 30 hari). Jadi, selama
satu bulan (30 hari), 30 huruf ditulis dalam diri kita. Pada waktu pagi, mulai
terbit fajar, bayi yang ada dalam rahim tidak menerima makanan dari flasenta,
kemudian pada sore hariterbenam matahari, waktu Maghribbayi
mendapatkan suplai makanan kembali dari flasenta.

Begitulah, napak tilas kita, yang diaktualisasikan dalam puasa selama bulan
Ramadhan. Kalau telah memahami seperti ini, setiap diri kita dalam berpuasa
Ramadhan, tidak akan lagi mengharapkan pahala dari semua pekerjaan ibadah
di bulan Ramadhan, karena puasa merupakan napak tilas jati diri setiap
manusia. Sehingga perenungan napak tilas ini, seyogyanya dilakukan setiap saat,
bukan sekedar bulan Ramadhan. Begitu juga dengan peribadatan-peribadatan
lainnya, merupakan napak tilas dari perjalanan hidup kita dari lahir sampai mati,
dan dari mati sampai terlahir kembali.

Bagi yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka


puasa (fithri), kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhan. Makna hadits ini,
kalau kita melihat dari perspektif lain, akan berartisesuai dengan pemikiran di
atas sebelumnyakata fithri (yang diartikan berbuka puasa), adalah memiliki
arti juga sebagai ciptaan/citra, sesuai dengan ayat lain yang mengatakan; AlLh
menciptakan manusia sesuai citra-Nya. Nah, kalau kita mengartikan kata fithri
dengan ciptaan, maka akan berkorelasi dengan makna puasa sebagai napak tilas
ketika dituliskan 30 (tiga puluh) huruf dalam diri kita. Jadi, bagi orang yang
shim (puasa) mendapatkan kebagian, pertama ketika diciptakan (fithri), dan
kebahagian kedua adalah ketika bertemu dengan Tuhannya. Bertemu dengan
Tuhan bukan berarti nanti, di hari akhir, melainkan ketika bayi akan lahir,
Rabbul Jalil bertanya kepada bayi, apakah Aku ini Tuhanmu? Saat itu bayi (kita
semua) menjawabnya, yaEngkau adalah Tuhanku. Demikian jelas Al-Quran.
Dengan demikian, arti dari hadits tersebut, menemukan korelasinya dengan
makna puasa sebagai napak tilas. Kebahagian ketika diciptakan dan kebahagian
ketika bertemu dengan Tuhan. Bukan sebagaimana yang diartikan selama ini,
yaitu kebahagian ketika berbuka puasa, dan kebahagian ketika bertemu dengan
Tuhan, nanti di hari akhir. Hendaknya pemahaman terhadap puasa, ditingkatkan
oleh diri kita setiap tahunnya, sehingga menemukan makna hakikat dari puasa,
dan semakin mendalam penghayatan terhadap ritualitas peribadatan dalam
agama Islam. Ajaran Islam memiliki makna filosofi yang dalam, dan sempurna.
Tidak seperti agama lain. Karena Islam datangnya terakhir, maka kesempurnaan
ajarannya, sudah dapat dipastikan adalah lebih sempurna dari agama lainnya.
Namun, mengapa sebagian dari kita, masih memahami semua ajaran Islam
secara parsial, dan tidak mengalami peningkatan yang signifikan terhadap nilai-
nilai spiritual dalam semua ajaran Islam.

Begitu juga dengan bunyi ayat Al-Quran, yang selalu dijadikan landasan dalam
berpuasa, oleh semua kalangan, yaitu hai orang-orang beriman telah diwajibkan
terhadap engkau semua untuk berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada
umat terdahulu (sebelum engkau semua), agar kamu bertaqwa. Dari konteks
pemikiran di atas, maka ayat ini akan berbunyiketika diterjemahkansebagai
berikut; Hai orang-orang beriman, telah dituliskan (diwajibkan) terhadap
engkau semua untuk merenungi terhadap napak tilas perjalanan hidupmu ketika
dalam rahim ibumu, sebagaimana telah dituliskan (diwajibkan) kepada orang-
orang sebelum engkau semua, [hal ini dilakukan] agar engkau semua tunduk
(taqwa)/rendah diri. Tujuan dari puasa, terakhirnya, adalah memiliki jiwa yang
rendah diri, tidak angkuh, karena telah mengenal dirinya, orang-orang yang
berpuasa akan tawadhu, rendah diri, menghormati terhadap semua orang,
dengan penuh kasih sayang dan cinta yang keluar dari lubuk sanu barinya. Itulah
harapan dari pelaksanaan puasa secara lahiriah pada bulan suci, Ramadhan.

Refleksi Puasa;
Berdasarkan konsep pemikiran, bahwa puasa adalah suatu perbuatan napak tilas
terhadap perjalanan hidup, maka perbuatan puasa dapat memberikan nilai-nilai
positif terhdap dimensi kehidupan dalam bernegara, bersosial, berekonomi, dan
berpendidikan. Dimensi negara artinya, memberikan spirit terhadap kinerja
negarawan dalam mengayuh roda pemerintahan, baik yang ada di lembaga
legislatif, lembaga yudikatif, dan lembaga eksekutif. Kinerja ini tentunya, akan
bermuarakan pada kepentingan bangsa dan negara, dan tidak akan mendorong
pada kepentingan pribadi, karena jiwa puasa sebagai napak tilas menuntut
semua negarawan untuk senantiasa ingat pada hakikat sejati dirinya, sebagai
media ekspresi dari kekuatan dan kekuasaan Sang Maha Kuasa. Nilai-nilai
normatif ini, akan mewarnai kinerja negarawan seiring meningkatnya
pemahaman spiritual dalam diri setiap insan.

Carut marut kebernegaraan kita, sedikit banyak, adalah dipengaruhi oleh


kurangnya pemahaman yang hakiki terhadap ajaran agamanya. Secara de jure,
mayoritas negarawan Muslimin, seyogyanya memberikan nuansa moral yang
puritan juga, namun realitas bericara lain. Bulan Ramadhan ini, dapat dijadikan
momentum untuk meningkatkan pemahaman ajaran Islam yang hakiki,
sebagaimana dipahami dan dijalankan oleh para spiritualis sejati yang selalu
melantunkan kalimat thayyibah, dan mengingat sejati dirinya, tempat
bersemayam Tuhan Yang Esa.

Dimensi sosial, nilai-nilai puasa akan memberikan dorongan kuat terhadap


kekuatan kesosialan di antara kita. Manusia diciptakan untuk senantiasa
mengingatkan satu sama lainnya, terhadap misi dan visi kehidupan yang hakiki,
yaitu mengenal eksistensi diri-Nya. Misi untuk mencapai tujuan mulia, dapat
diwujudkan dengan memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap saudaranya.
Bagaimana dapat dikatakan telah beriman seseorang, apabila saudaranya masih
ada yang kelaparan? Kelaparan salah satu problematika kemiskinan yang sedang
menimpa negeri kaya ini, Indonesia. Mari menyatupadukan misi kehidupan, bagi
menggapai kesatuan di antara bangsa Indonesia.

Dimensi ekonomi, kesenjangan ekonomi terjadi dengan mencolok di berbagai


lini masyarakat. Kesejanjgan dipicu oleh budaya matealistik yang
mengedepankan kaum yang kuat. Merekalah yang akan menggapai kesejahteraan
perekonomiannya. Sementara, para dhuafa, hanya menelan ludah saja dari
kesejahteraan yang dicicipi oleh para kaum kapitalis Melayu. Melalui spirit
Ramadhan, kesejahteraan perekonomian rakyat dapat ditingkatkan, sebagai
wujud kepedulian terhadap kaum papa dan miskin ini, melalui pemberdayaan
zakat, infaq, sedekah, serta programisasi pemberdayaan ekonomi kecil oleh
pemerintah dengan mengedepankan kepentingan kecil di atas kepentingan
menengah. Kedhaliman dalam ekonomi, dengan sendirinya menurun, yang ada
hanyalah kemaslahatan bersama. Di bawah payung ekonomi kerakyatan,
sebenarnya, Muhammad SAW. dapat mensejahterakan umatnya pada masa itu.
Aktualisasi ajarannyalah yang harus dihidupkan, dan direalisasikan secara
seksama.

Dimensi pendidikan, sulitnya kaum kecil mencicipi pendidikan sesuai


amanah Undang-Undang Dasar 45, diharapkan terkikis oleh adanya peningkatan
spiritual di setiap diri para pemegang kekuasaan khususnya, dan masyarakat
yang peduli terhadap masa depan generasi bangsa, umumnya. Pendidikan bukan
hanya dimulai semenjak telah lahir, melainkan semenjak dalam kandungan pun
pendidikan harus telah dimulai. Bahkan, dalam ajaran hakikat diri manusia,
setiap orang yang akan lahir ke dunia, sebenarnya, telah dapat diprogram
sedemikian rupa, sehingga sesuai kualtias calon bayi merupakan produksi
unggulan, dan dengan sendirinya, menjadi generasi bangsa yang dapat
diandalkan dengan baik.
Dian 11 2009 00:35
Bismillahirohman nirohim

Penulis : Steven Indra Widjaja

artikel ini ane dedikasikan untuk beberapa teman ane yang masih taraf belajar, ingin tahu tentang
ibadah ibadah dalam islam, baik itu mualaf baru / lama, maupun calon calon mualaf, InsyaAllah
sedikit bisa menjawab apa yang menjadi pertanyaan seputar ibadah puasa dan peribadahan lainnya
seperti mengapa harus sholat diatas sajadah

ada pertanyaan di site mualaf.com dan langsung aja saya coba bantu jawab.
1. Pak knpa y brpuasa d bln rmdahan ntu cma 30 hr

puasa, generally. gak hanya 30 hari dibulan ramadhan. ada puasa senin-kamis, puasa tasyrik, puasa
syawal, puasa nabi daud. hakikatnya adalah suatu perintah....

dalam Quran disebutkan:


Al Baqarah 183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa

Al Baqarah 184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu ....

Al Baqarah 185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena
itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Al Baqarah 187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi
ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah
apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih
dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah,
maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertakwa.

faedahnya dijelaskan dalam ayat2 diatas:

a. supaya kamu bersyukur.


jika anda menjalani puasa dg sungguh2, dan mengikuti amalan lain utk
melengkapinya, insya allah anda akan mensyukuri apa yg anda punya.
bahkan seteguk air minum pun akan berarti, padahal kita mungkin dalam
keseharian kebiasaan menghambur2kan makanan. kita lebih menghargai apa
yg kita miliki, dan memahami penderitaan kaum tidak berpunya.

b. menahan nafsumu
...Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu....
manusia, tidak akan bisa menahan hawa nafsunya sesholeh apapun dia.
dalam berpuasa kita melatih menahan hawa nafsu ini, at least
menguranginya lah, kalao sehari2 kita melakukan 100 dosa, saat
berpuasa kita berusaha membuat dosa kita maksimal 60 misalnya.
berlatih mengendalikan diri. saat berpuasa, kita diharapkan
mengoptimalkan cadangan tenaga yg kita miliki, jadi tidak menggunakan
utk kegiatan yg sia2.
c. terang bagimu benang putih dari benang hitam
melatih kepekaan kita membedakan mana yg buruk dan baik. selama
berpuasa, kita gak mau puasa hanya mendapatkan "lapar dan dahaga",
seorang yg menjalankan puasa mengharapkan peningkatan spiritual yg
lebih tinggi, harusnya. kebanyakan org cuman ikut2an, malu kalo
dibilang gak puasa dsb dsb dsb. namun salah satu faedahnya adalah
membuat kita menjadi manusia yg berbudi luhur, baik kepada sesama
manusia atau pun alam sekitarnya, apalagi terhadap Tuhan YME. dg peka
tehadap perbuatan baik dan buruk, anda tau kalao ini menganggu orang,
membuat org marah, menimbulkan permusuhan, dst dst dst.

.... Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa ....

yg diwajibkan hanyalah 30 hari maksimal dibulan ramadhan, ituun kalau


kita gak tau kapan pastinya jatuhnya bulan ramadhan. karena
perhitungan dilakukan dg 2 cara, rukyah dan melihat hilal.

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:


Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan
sambil mengangkat kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau
memulai puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan
janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan
Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari) Nomor hadis
dalam kitab Sahih Muslim: 1795

30 hari ini yg wajib, seperti wajibnya sholat 5 hari, namun masih


banyak solat maupun puasa diluar yg diwajibkan. hikmahnya, paling
tidak memaksa kita melatih diri, kalau semuanya sunah mungkin bisa2
gak ada yg mau menjalankan. misalkan anda diikutkan pada suatu
training/workshop yg berkaitan dg pekerjaan anda, bulan puasa
merupakan bulan training utk menjalani sebagai manusia muslim
seutuhnya ke 11 bulan lainnya.

hikmah lain yg umum:


menjaga kesehatan, dan menentramkan jiwa. dari kalangan medispun
misalnya anda akan menjalankan operasi sehari sebelumnya disuruh puasa
bukan? saya saja mau general checkup suruh puasa 10-12 jam sebelum
pengambilan darah. juga berfungsi sebagai detoxifikasi.
http://en.wikipedia.org/wiki/Fasting

2. apakah hanya muslim saja yg menjalankan ini? jawabnya tidak ....

.... sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu ....

kalo pembuktiannya dari quran juga, mungkin kurang fair. namun kita lihat jejak syariat itu dalam
bible ....

Keluaran 34:28,2 Samuel 12:15-25, 2 Tawarikh 20:3, Yunus 3:7, Esther 4, Matius 4:2, Lukas 4:2,
Lukas 2:37, Matius 6:16, Mazmur 35:13, Kisah para rasul 13:2, Kisah para rasul 14:23, Yesaya 58:3-
13, Matius 6:1618, Matius 9:14-15, Markus 2:18-20, Lukas 5:33-39, Markus 9.

3. knp shlt ntu hrus dlakukan d'atas sjadah

Rasulullah s.a.w. bersabda "Janganlah kau membersihkan tempat sujudmu (dari kerikil) saat sholat,
kalau terpaksa melakukannya maka itu cukup sekali (Abu Dawud:sahih).

sebenernya sih gak harus sajadah, bisa pake taplak, handuk, bahkan kalo kepepet banget bisa pake
sapu tangan aja. kalo yakin bersih, gak usah pake alas juga bisa, beberapa mesjid yg terawat
kadang ga ada karpetnya. hal ini berkaitan dg kekhusyukan, solat bisa terganggu jika
banyak debu/kotoran menempel pada dahi (biasanya) atau di 6 titik lain yg menempel saat sujud.
kadang orang risih dan membersihkannya. kadang juga dibeberapa mesjid gak berkarpet, honestly,
saya gak nyaman solat dalam keadaan bau jempol, kadang kalo liat ada kotoran, malah jadi was2,
itu kotoran apa yah? apakah kotoran kaki orang? dst
dst...akhirnya hilang kekhusyukan kita.
kalao saya ibaratkan, anda berbicara dg org yg sangat anda segani. misalkan, presiden, anda
celingak-celinguk saat pak presiden ngomong sama anda. tentunya ngomongnya gak nyambung
dan anda bisa lost focus dg apa yg dia bicarakan. shalat adalah suatu mediasi berdialog dg Allah
SWT. kalau sama manusia saja, sama pak presiden, sama raja, sama
pak direktur aja yg ciptaan-Nya kita hormat dan menjaga etika, kenapa sama pencipta-Nya ngak?

beberapa artikel pengambilan dari Ust. martin Wong dan semoga berguna

Sumber : http://www.facebook.com/home.php#/note.php?note_id=60680399955&ref=nf

Hikmah Puasa Dalam Meningkatkan Pendidikan Spiritual Anak

Undergraduate Theses from JTPTIAIN / 2006-07-06 11:16:33


Oleh : Sabiq Khoeron (3100065), Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Dibuat : 2004-09-20, dengan 7 file

Keyword : Puasa, pendidikan, spiritual, Anak


Url : http://

Sabiq Khoeron (NIM : 3100065), Hikmah Puasa Dalam Meningkatkan Pendidikan


Spiritual Anak. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hikmah yang terkandung dalam
melaksanakan ibadah puasa, ada hikmah yang terbersit dalam pelaksanaan ibadah puasa
itu sendiri, baik itu berdampak pada kondisi seseorang/pelaku puasa (aspek jasmani)
dalam hal ini anak (remaja), atau secara terimplikasi terhadap seseorang/pelaku puasa
(aspek rohani) bahkan dalam aspek sosial (interaksi dengan yang lain).
(2) Pelaksanaan puasa sedikit banyak akan berpengaruh kepada seseorang/pelakunya,
karena ada sebuah batasan yang mengakibatkan para seorang/pelaku puasa akan tersekat
dengan prosesi ibadah puasa itu sendiri. (3) Tujuan dari sebuah hidup seseorang adalah
untuk mencapai derajat ketakwaan kepada Allah SWT. walaupun dalam mencapai derajat
itu butuh proses yang panjang, namun usaha untuk meningkatkan serta menambah
pengabdian kepada Allah SWT. perlu ditingkatkan.
Penilitian ini menggunakan Metode Riset Perpustakaan (Liberary research) dengan
Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif dan menggunakan metode Content Analysis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam ibadah puasa dalam hubungannya dengan
peningkatan pendidikan spiritual anak (remaja) disini sedikitnya ada tiga aspek yang
terkandung ketika seseorang (remaja) yaitu; Pertama, Aspek Rohani, Kedua, Aspek
sosial, Ketiga, Aspek Spiritual.
Ketiga aspek akan terwujud apabila seseorang (remaja) dalam melaksanakan ibadah
puasa dengan sungguh-sunguh, tidak hanya merasakan rasa lapar dan haus namun benar-
benar menikmati dan mengamalkan prosesi itu. Semisal dalam aspek rohani, seseorang
(remaja) bisa memelihara dan menahan pandangan mata dari melihat sesuatu yang
dilarang oleh Allah SWT.

Seperti melihat sesuatu yang akan menarik perbuatan maksiat/durhaka. Atau dari aspek
sosial, seseorang akan merasakan lapar, sama-sama laparnya seorang miskin ketika tidak
makan diwaktu selain puasa, ataupun remaja akan belajar bagaimana memberikan zakat
ketika akhir bulan Ramadhan kepada fakir miskin sebagai manifestasi kepedulian sosial.
Bahkan dari aspek spiritual, seseorang (remaja) akan meningkatkan ibadahnya kepada
Allah, karena adanya unsur fitrah yang diberikan kepada dirinya, disamping itu adanya
rasa membutuhkan spiritual atau agama (disini diartikan rasa ketenangan jiwa dalam
kelangsungan hidup.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan
bagi muslim, mahasiswa, pelajar, peneliti, dan semua manusia yang merasakan betapa
nikmatnya hikmah yang terkandung dalam prosesi ibadah puasa itu sendiri.

Deskripsi Alternatif :

Sabiq Khoeron (NIM : 3100065), Hikmah Puasa Dalam Meningkatkan Pendidikan


Spiritual Anak. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hikmah yang terkandung dalam
melaksanakan ibadah puasa, ada hikmah yang terbersit dalam pelaksanaan ibadah
puasa itu sendiri, baik itu berdampak pada kondisi seseorang/pelaku puasa (aspek
jasmani) dalam hal ini anak (remaja), atau secara terimplikasi terhadap
seseorang/pelaku puasa (aspek rohani) bahkan dalam aspek sosial (interaksi dengan
yang lain).
(2) Pelaksanaan puasa sedikit banyak akan berpengaruh kepada seseorang/pelakunya,
karena ada sebuah batasan yang mengakibatkan para seorang/pelaku puasa akan
tersekat dengan prosesi ibadah puasa itu sendiri. (3) Tujuan dari sebuah hidup
seseorang adalah untuk mencapai derajat ketakwaan kepada Allah SWT. walaupun
dalam mencapai derajat itu butuh proses yang panjang, namun usaha untuk
meningkatkan serta menambah pengabdian kepada Allah SWT. perlu ditingkatkan.
Penilitian ini menggunakan Metode Riset Perpustakaan (Liberary research) dengan
Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif dan menggunakan metode Content Analysis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam ibadah puasa dalam hubungannya dengan
peningkatan pendidikan spiritual anak (remaja) disini sedikitnya ada tiga aspek yang
terkandung ketika seseorang (remaja) yaitu; Pertama, Aspek Rohani, Kedua, Aspek
sosial, Ketiga, Aspek Spiritual.
Ketiga aspek akan terwujud apabila seseorang (remaja) dalam melaksanakan ibadah
puasa dengan sungguh-sunguh, tidak hanya merasakan rasa lapar dan haus namun
benar-benar menikmati dan mengamalkan prosesi itu. Semisal dalam aspek rohani,
seseorang (remaja) bisa memelihara dan menahan pandangan mata dari melihat sesuatu
yang dilarang oleh Allah SWT.

MARHABAN YAA RAMADHAN 1428 H


by budiyono on Aug 30, 07 | 9:53 AM
Pembaca flexter yang cakep-cakep Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya
Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang Ramadhan, Selamat datang
Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio dan
berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai
ekpresi yang variatif. Setiap media telah siap dengan sederet agendanya masing-masing.
Ada rasa gembira, ke-khusyu'-an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya
yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas
kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.Sejumlah nilai-nilai dan
hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan
dikembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong,
solidaritas, kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat
lahiriah seperti: pemulihan kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme),
peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan keluarga, kasih sayang,
pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek
spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan
hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang
terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang
memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam
setiap aspek kehidupan kita.Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan
tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar
mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan
hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu
menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur
bahkan sering lebih istemawa (baca: mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita.
Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih
baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan
kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.Ramadhan adalah bulan
penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan
sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang
sempurna. Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai
dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul
Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada
jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ramadhan
sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan
keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan
dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini.
Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan
memberikan ampunan.Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama
bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan
terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah. Semakin berat dan serius
usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita rasakan.
Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan
mendapatkan dua kebahagiaan.Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini
artinya kebahagiaan yang duniawi, yang didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan
dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya, maupun kabahagiaan rohani
karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan amal
sholehnya.Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah
kebahagian ukhrawi yang didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-
Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang
ada.Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat
kita jadikan media untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah
puasa dan Ramadhan yang sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa
ibadah puasa juga multidimensional. Begitu banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus
diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan mampu menghasilkan nilai-nilai
positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling ringan adalah
meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang
tidak sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan
'puasa' lain yang bersifat batiniah.Semoga dengan mempersiapkan diri kita secara baik
dan merencanakan aktifitas dan ibadah-ibadah dengan ihlas, serta berniat "liwajhillah wa
limardlatillah", karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita mendapatkan kedua
kebahagiaan tersebut, yaitu "sa'adatud-daarain" kebahagiaan dunia dan akherat. Semoga
kita bisa mengisi Ramadhan tidak hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada
itu kita juga memperhatikan kualitas puasa kita.
[Lihat Blog Terbaru]
FlexiLand | TelkomFlexi
2008 PT. Telkom Indonesia - All rights reserved

Seperti melihat sesuatu yang akan menarik perbuatan maksiat/durhaka. Atau dari aspek
sosial, seseorang akan merasakan lapar, sama-sama laparnya seorang miskin ketika
tidak makan diwaktu selain puasa, ataupun remaja akan belajar bagaimana memberikan
zakat ketika akhir bulan Ramadhan kepada fakir miskin sebagai manifestasi kepedulian
sosial.
Bahkan dari aspek spiritual, seseorang (remaja) akan meningkatkan ibadahnya kepada
Allah, karena adanya unsur fitrah yang diberikan kepada dirinya, disamping itu adanya
rasa membutuhkan spiritual atau agama (disini diartikan rasa ketenangan jiwa dalam
kelangsungan hidup.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan
bagi muslim, mahasiswa, pelajar, peneliti, dan semua manusia yang merasakan betapa
nikmatnya hikmah yang terkandung dalam prosesi ibadah puasa itu sendiri.

Marhaban Yaa Ramadhan


Ditulis oleh Muhammad Niam
Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang
Ramadhan, Selamat datang Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio
dan berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai ekpresi yang variatif.

Setiap media telah siap dengan dengan sederet agendanya masing-masing. Ada rasa gembira, ke-khusyu'-
an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah
Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.

Sejumlah nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan
kembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas,
kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat lahiriah seperti: pemulihan
kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan
keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi
aspek spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan hati nurani
dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang
selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut
implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.

Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah
strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi,
bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu menyusun
menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca:
mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita. Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan
suci ini dengan kualitas yang lebih baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat
merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.

Ramadhan adalah bulan penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan
sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna.
Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan
atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan
dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad
Saw. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan
keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan
perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul
Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.

Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan
menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih
payah. Semakin berat dan serius usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita
rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan
dua kebahagiaan.

Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini artinya kebahagiaan yang duniawi, yang
didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya,
maupun kabahagiaan rohani karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan
amal sholehnya.
Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah kebahagian ukhrawi yang
didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan
puncak dari setiap kebahagiaan yang ada.

Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat kita jadikan media
untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah puasa dan Ramadhan yang
sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa ibadah puasa juga multidimensional. Begitu
banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan
mampu menghasilkan nilai-nilai positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling
ringan adalah meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang tidak
sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan 'puasa' lain yang bersifat
batiniah.

Semoga dengan mempersiapkan diri kita secara baik dan merencanakan aktifitas dan ibadah-ibadah dengan
ihlas, serta berniat "liwajhillah wa limardlatillah", karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita
mendapatkan kedua kebahagiaan tersebut, yaitu "sa'adatud-daarain" kebahagiaan dunia dan akherat.
Semoga kita bisa mengisi Ramadhan tidak hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada itu kita
juga memperhatikan kualitas puasa kita.

Anda mungkin juga menyukai