Anda di halaman 1dari 28

CRANIUM

A. Tulang Kepala (Os. Cranium)


1. Gubah tengkorak yang terdiri atas tulang-tulang seperti :
a. Os frontal (tulang dahi)
b. Os parietal (tulang ubun-ubun)
c. Os Occipital (tulang kepala bagian belakang)

2. Dasar tengkorak, yang terdiri dari tulang-tulang seperti :


a. Os Sfenoidalis (tulang baji), tulang yang terdapat ditengah-tengah dasar
tengkorak dan berbentuk seperti kupu-kupu, dengan tiga pasang sayap.
b. Os Ethimoidalis (tulang tapis), terletak disebelah depan dari os sfenoidal
diantara lekuk mata.
Selain kedua tulang tersebut diatas dasar tengkorak dibentuk pula oleh
tulang-tulang lain seperti : tulang kepala belakang, tulang dahi dan tulang
pelipis.

3. Samping tengkorak, dibentuk oleh tulang-tulang seperti :


a. Tulang pelipis ( os Temporal )
b. Sebagian tulang dahi
c. Tulang ubun-ubun
d. Tulang baji.
B. *Os. Cranium tersusun atas:
C. 1 tulang dahi (os.frontale)
2 tulang ubun-ubun (os.parietale)
1 tulang kepala belakang (os.occipitale)
2 tulang baji (os.sphenoidale)
2 tulang pelipis (os.temporale)
2 tulang tapis (os.ethmoidale)

*Sutura
Tulang-tulang tengkorak kepala dihubungkan satu sama lain oleh tulang bergerigi yang
disebut sutura. Sutura-sutura tersebut adalah :
1) Sutura coronalis yang menghubungkan antara os frontal dan os parietal.
2) Sutura sagitalis yang menghubungkan antara os parietal kiri dan kanan.
3) Sutura lambdoidea/ lambdoidalis yang menghubungkan antara os parietal dan os
occipital.
D. *Bagian muka/wajah (os.splanchocranium)
2 tulang rahang atas (os.maxilla)
2 tulang rahang bawah (os.mandibula)
2 tulang pipi (os.zygomaticum)
2 tulang langit-langit (os.pallatum)
2 tulang hidung (os.nasale)
2 tulang mata (os.laximale)
1 tulang lidah (os.hyoideum)
2 tulang air mata (os.lacrimale)
2 tulang rongga mata (os.orbitale)

E. 4. Tengkorak wajah pada manusia bentuknya lebih kecil dari tengkorak otak.
Didalam tengkorak wajah terdapat rongga-rongga yang membentuk rongga mulut (cavum
oris), dan rongga hidung (cavum nasi) dan rongga mata (orbita). Tengkorak wajah dibagi
atas dua bagian:

Bagian hidung terdiri atas :


1) Os Lacrimal (tulang mata) letaknya disebelah kiri/kanan pangkal hidung di sudut mata.
2) Os Nasal (tulang hidung) yang membentuk batang hidung sebelah atas
3) Os Konka nasal (tulang karang hidung), letaknya di dalam rongga hidung danj
bentuknya berlipat-lipat.
Septum nasi (sekat rongga hidung) adalah sambungan dari tulang tapis yang tegak.

Bagian rahang terdiri atas tulang-tulang seperti :


1) Os Maksilaris (tulang rahang atas)
2) Os Zigomaticum, tulangpipi yang terdiri dari dua tulang kiri dan kanan.
3) Os Palatum atau tulang langit-langit, terdiri dari dua dua bua tulang kiri dan kanan
4) Os Mandibularis atau tulang rahang bawah , terdiri dari dua bagian yaitu bagian kiri
dan kanan yang kemudian bersatu di pertengahan dagu. Dibagian depan dari mandibula
terdapat processus coracoid tempat melekatnya otot.

MENINGENS

Meninges terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu duramater, arachnoid, dan piamater. Duramater
melekat pada tengkorak atau tulang kanalis vertebralis di sumsum tulang belakang. Arachnoid
melekat pada duramater. Sedangkan piamater melekat pada jaringan sistem saraf pusat.

1.1. Duramater
(Artikel lengkap: Duramater)

Duramater adalah lapisan meninges yang tebal, kuat, dan paling dekat dengan otak. Duramater
berarti ibu yang kuat. Pada bagian terluar yang longgar terdiri dari serat fibrosa dan serat
elastis. Pada bagian tengah kebanyakan berserat dan terdiri dari dua bagian: lapisan endosteal
(yang lebih dekat dengan tengkorak) dan lapisan meningeal (yang lebih dekat dengan otak).
Duramater bersifat seperti kantung yang menyelubungi arachnoid dan membawa darah dari otak
ke jantung.

1.2. Arachnoid
(Artikel lengkap: Arachnoid)
Lapisan meninges yang terletak dibagian tengah disebut arachnoid mater. Dinamakan demikian
karena strukturnya mirip jaring laba-laba namun transparan. Struktur ini memberikan efek
bantalan untuk sistem saraf pusat. Arachnoid merupakan membran transparan yang tipis serta
terdiri dari jaringan fibrosa dan sel-sel yang kedap cairan. Arachnoid tidak mengikuti bentuk
permukaan otak jadi terlihat seperti kantong yang longgar tapi pas.

1.3. Piamater
(Artikel lengkap: Piamater)

Piamater adalah membran yang sangat halus, tipis, dan mengikuti bentuk permukaan otak yang
berlekuk-lekuk. Ia terdiri dari jaringan fibrosa dan sel yang kedap cairan. Pada piamater terdapat
pembuluh darah menuju ke otak dan sumsum tulang belakang.

1.4. Leptomeninges

Karena tipis, arachnoid dan piamater sering dianggap bersatu yang disebut leptomeninges yang
berarti meninges tipis. Dianggap bersatu karena serat-serat pada arachnoid yang seringkali
menyatu dengan piamater.

1.5. Ruang pada Meninges

Ruang subarachnoid adalah ruang yang terdapat di antara arachnoid dan piamater. Ruang ini diisi
dengan cairan serebrospinal. Ruang antara duramater dan arachnoid disebut ruang subdural.
Terdapat juga ruang epidural yang bisa terdapat diantara duramater dan tengkorak. Ruang
subdural dan ruang epidural bisa saja muncul ketika terjadi cedera atau sakit pada kepala.

Ada tiga jenis pendarahan yang melibatkan meninges:

1. Pendarahan subarachnoid yang terjadi di bawah arachnoid. Dapat terjadi secara spontan
sebagai akibat dari trauma.

2. Hematoma subdural adalah pendarahan yang terjadi diantara arachnoid dan duramater.
Pembuluh darah kecil kerap terdapat disini yang robek karena kecelakaan sehingga
menimbulkan pendarahan atau yang biasa disebut kepala bocor.

3. Hematoma epidural yang mungkin timbul setelah kecelakaan atau secara spontan.

Penyakit pada meninges yang lainnya adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur, bakteri,
atau virus infeksi. Ada juga penyakit meningioma dan carcinomatoses meningeal yakni tumor
pada meninges.

ENCEPHALON

Bagian encephalon manusia


Cerebrum
Bagian yang paling menonjol dari cerebrum adalah encephalon bagian depan. Cerebrum terdiri
dari dua belahan, yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mengatur dan melayani tubuh
yang berlawanan, yaitu belahan kiri mengatur dan melayani tubuh bagian kanan, sebaliknya
belahan kanan mengatur dan melayani tubuh bagian kiri Jika otak belahan kiri mengalami
gangguan maka tubuh bagian kanan akan mengalami gangguan, bahkan kelumpuhan. Tiap-tiap
belahan cerebrum yang disebutkan di atas dibagi menjadi empat lobus yaitu frontal, pariental,
okspital, dan temporal. Antara lobus frontal dan lobus pariental dipishkan oleh sulkus sentralis
atau celah Rolando.
Cerebrum tersusun atas dua lapisan yaitu, lapisan luar (korteks) dan lapisan dalam.
1. Lapisan luar
Lapisan luar merupakan lapisan tipis bewarna abu-abu. Lapisan ini berisi badan sel saraf.
Permukaan lapisan korteks berlipat-lipat, sehingga permukaanya menjadi lebih luas. Lapisan
korteks terdapat berbagai macam pusat saraf.

2. Lapisan dalam
Lapisan dalam merupakan lapisan yang bewarna putih. Lapisan dalam banyak mengandung
serabut saraf, yaitu Dendrit dan Neurit
Cerebrum merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang sangat penting dalam
pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian (inteligensi), ingatan
(memori), kesadaran, dan pertimbangan. Secara terperinci, aktivitas tersebut dikendalikan pada
daerah yang berbeda. Di depan celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut mempunyai
hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah Anterior pada lobus frontalis berhubungan dengan
kemampuan berpikir. Di belakang (Posterior) sulkus entralis merupakan daerah sensori. Pada
daerah ini berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan. Daerah pendengaran (auditori)
terletak mpada lobus temporal. Di daerah ini, kesan atau suara diterima dan diinterpretasikan.
Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipital yang menerima bayangan dan
selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat pengecapan dan pembau terletak di lobus
temporal bagian ujung anterior.
Area di cerebrum yang juga penting adalah Hipotalamus dan Talamus. Hipotalamus merupakan
daerah kecil yang terletak di dasar cerebrum dan memiliki berat beberapa miligram. Hipotalamus
berperan sebagai pusat pengatur Homeostasis tubuh, misalnya berkaitan dengan pengaturan suhu
tubuh, rasa haus, rasa lapar dan kenyang, pengeluaran urin, pengaturan pengeluaran hormon dari
kelenjar pituitari bagian anterior dan posterior, serta perilaku reproduktif. Talamus terletak di
sebelah atas hipotalamus, berperan sebagai stasiun relay untuk informasi sensori yang dikirim ke
otak besar. Peranan talamus ini sebagai tempat meneruskan implus ke daerah sensori pada
korteks otak besar untuk disatukan. Selain itu, talamus memiliki hubungan ke berbagai bagian
otak sehingga merupakan tempat lalu lintas implus di antara bagian-bagian otak dan cerebrum.
Jadi, talamus akan menyeleksi dan menyalurkan implus-implus sensori yang penting menuju ke
cerebrum.
Otak Tengah
Otak tengah (diencephalon) manusia cukup kecil dan tidak menyolok, terletak di depan otak
kecil dan jembatan Varol (Pons Varolii). Bagian terbesar dari otak tengah pada sebagian besar
Vertebrata adalah lobus optikus yang ukurannya berbeda-beda. Pada mamalia (termasuk
manusia) terdapat corpora quadrigemina (sebgai lobus optikus pada Vertebrata tingkatan rendah)
yang berfungsi membantu koordinasi gerak mata, ukuran Pupil mata (melebar/menyempit), dan
refleks pendengaran tertentu. Selain itu, otak tengah mengandung pusat-pusat yang
mengendalikan keseimbangan dan serabut saraf yang menghubungkan bagian otak belakang
dengan bagian otak depan, juga antara otak depan dan mata. Otak tengah merupakan bagian atas
batang otak. Semua berkas serabut saraf yang membawa informasi sensori sebelum memasuki
talamus akan melewati otak tengah. Otak tengah adalah bagian otak yang cukup besar pada saat
manusia masih berupa janin. Setelah memasuki masa dewasa, otak tengah menjadi semakin kecil
dan kurang dominan. Pada anak umur 5 - 15 tahun otak tengah ini dapat diaktifkan. Otak tengah
yang telah aktif dapat memancarkan gelombang otak dengan lebih kuat dibandingkan dengan
otak tengah yang belum diaktifkan. Otak tengah yang aktif juga dapat menjadi penyeimbang
perkembangan antara otak kanan dan otak kiri.

Otak belakang
Otak belakang meliputi jembatan Varol (pons Varolii), sumsum lanjutan (medula oblongata), dan
otak kecil (cerebelum). Ketiga bagian ini membentuk batang otak.
1. Jembatan varol (Pons Varolii)
Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan kanan otak kecil, serta
menghubungkan otak kecil dengan konteks otak besar.
2. Sum sum lanjutan (Medula Oblongata)
Sumsum lanjutan atau medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta
menghubungkan pons Varoli dengan sumsum tulang belakang (Medula Spinalis). Sumsum
lanjutan berperan sebagai pusat pengatur pernapasan dengan cara meneruskan implus saraf yang
merangsang otot antara tulang rusuk dan diafragma. Selain itu juga berperan sebgai pusat
pengatur refleks fisiologi, seperti detak jantung, tekanan udara, suhu tubuh, pelebaran atau
penyempitan pembuluh darah, gerak alat pencernaan, dan sekrresi kelenjar pencernaan. Fungsi
lainnya ialah mengatur gerak refleks, seperti batuk, bersin, dan berkedip
Otak Kecil
Otak kecil (Cerebellum) merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini terletak di
bawa lobus oksipital cerebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya berlekuk-
lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan
koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat
mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Saraf-saraf kranial
Nom
Nama Jenis Fungsi
or

Menerima rangsang dari hidung dan


I Olfaktorius Sensori menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai
sensasi bau

Menerima rangsang dari mata dan


II Optikus Sensori menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai
persepsi visual

III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata

IV Troklearis Motorik Menggerakkan beberapa otot mata

Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk


Gabung
V Trigeminus diproses di otak sebagai sentuhan
an
Motorik: Menggerakkan rahang

VI Abdusen Motorik Abduksi mata

Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior


Gabung lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
VII Fasialis
an Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah

Sensori sistem vestibular: Mengendalikan


Vestibulokokle keseimbangan
VIII Sensori
aris Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di
otak sebagai suara

Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior


Gabung
IX Glosofaringeal lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
an
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

Gabung Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam


X Vagus
an Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan kepala

XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

Nukleus saraf kranialis


Setelah membicarakan sarafnya, ada baiknya kita juga mengetahui dari
mana saraf tersebut berasal yaitu nukleus saraf kranialis yang terletak di
batang otak. Sel saraf motorik dari saraf kranialis yang berada di batang otak
merupakan bagian dari LMN, sedangkan bagian UMNnya diperankan oleh sel
saraf motor kortikal. Yang luar biasa dari nukleus saraf kranialis adalah
persarafannya yang berasal dari serat saraf dari 2 sisi hemisfer otak

Fungsi Motoris Saraf Kranial

Fungsi somatis motorik dari saraf kranial diperankan oleh saraf III, IV, VI, XII: Otot
ekstrinsik okular yang menggerakkan bola mata dan kelopak mata bagian ataas disarafi oleh
saraf oculomotor (III), trochlear (IV) and abducens (VI). Otot lidah dipersarafi oleh saraf
hipoglosus (XII). Branchiomotor: V, VII, IX, X , XI. Lima lengkungan brakialis terdiri atas
tonjolan meesoderm yang melewati bagian ventraldorsal pada kedua sisi embrio. Perlu
diperhatikan, penomeran saraf tersebut berasal dari urutan letak dilihat dari atas ke bawah.
Masing-masing lekungan brakialis membentuk struktur tulang, otot, saraf, dan arteri. Sehingga
otot pada setiap lengkungan brakialis disarafi oleh saraf yang berada pada lengkungan yang
sama. Baik saraf somatis maupun branchiomotor, memilik akson dibagian sistem saraf tepi yang
berjalan dari badan sel di nukleus motorik batang otak menunju otot yang dituju tanpa adanya
gangguan yang berarti.[3]

Fungsi Otonom

Serat parasimpatis yang berasal dari otak hanya melalui empat saraf kranial: III, VII, IX dan X,
mereka menuju tempat persarafannya di percabang saraf V. Keempat saraf kranial tersebut
mensarafi otot silier dan iris dari bola mata, serta kelenjar ludah, lakrimal/air mata, hidung dan
kelenjar palatal. Pengaturan saraf-saraf parasimpatis ini melalui 2 sel saraf tepi yang terpisah
ganglion yaitu sel saraf (neuron) pra-dan postganglionik. Badan sel neuron preganglionik berada
di nuklus parasimpatis di batang otak, dan aksonnya bersinaps dengan neuron postganglionik di
ganglia parasimpatis perifer.[3]

Fungsi Sensoris

Saraf kranialis yang mengirimkan serat sensorik (selain saraf I, II, VIII) adalah saraf trigeminus
(V), fasialis (VII), glosofaringeal (IX) dan vagus (X). Serat sensoris saraf kranialis secara umum
terbagi menjadi 2 jenis yakni somatis dan visceral.

1.Saraf sensoris somatik (somatosensori):

Saraf somatosensori di saraf kranial menyampaikan impuls rasa sakit, suhu, sentuhan dan sensasi
proprioseptif dari kulit kulit kepala, wajah, pipi, rongga mulut, gigi dan gusi, rongga hidung dan
sinus, serta sendi temporomandibular dan ototnya. Saraf kranialis trigeminus sejatinya
merupakan saraf kranialis somatosensoris. Karena semua saraf kranialis lainnya yang bersifat
somatosensori harus melalui inti sensorik dari saraf trigeminus, terlepas dari serat mana yang
dilalui saraf tersebut untuk masuk ke batang otak.[3]

2.Saraf sensoris viseral


Serabut saraf sensoris visceral terdiri atas saraf perasa, saraf dari saluran pencernaan kecuali gigi,
rongga mulut, dan gusi, dan serat dari kemoreseptor dan thoracoabdominal viseral. Semua
serabut saraf kranial sensoris viseral melewati inti dari saluran soliter, terlepas dari serat mana
yang dilalui saraf tersebut untuk masuk ke batang otak.[3]

SARAF PERIFER

Sistem saraf perifer dibagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.

Sistem Saraf Somatik

Sistem saraf somatik mengontrol gerakan sengaja tubuh kita dan membantu kita merasa melalui
semua indera kita. Saraf dari sistem saraf somatik menghubungkan otak dan sumsum tulang
belakang, otot-otot rangka dan reseptor eksternal. Oleh karena itu, sistem ini membantu kita
untuk menggerakkan tubuh kita sekitar, dan merasakan sentuhan, bau, penglihatan, rasa dan
suara.

Sistem saraf otonom

Sistem saraf otonom juga dikenal sebagai sistem saraf tak sadar, karena mengontrol semua
tindakan paksa tubuh. Saraf ini menghubungkan SSP ke otot-otot jantung, organ internal dan
kelenjar. Sistem saraf otonom dapat lebih dibagi Masuk ke:

Sistem Saraf Simpatik: Sistem saraf simpatik juga disebut sebagai lari atau melawan
sistem, yang sedang mempersiapkan tubuh kita untuk keadaan darurat. Ini mengakibatkan
peningkatan detak jantung, tekanan darah tinggi dan membawa perubahan lain dengan
pelepasan adrenalin, yang mempersiapkan kita untuk menghadapi bahaya atau stres.

Sistem saraf parasimpatis: ini Sistem Saraf parasimpatik di sisi lain hanya memiliki
efek sebaliknya. Ia membantu dalam menenangkan dan santai tubuh dan memastikan
berfungsinya sistem pencernaan. Oleh karena itu, juga dikenal sebagai Rest dan Digest
Sistem. Ini melebarkan pupil, mengembalikan tekanan darah normal dan detak jantung.

JARAS SENSORIK DAN MOTORIK

1. RESEPTOR SENSORIS

Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang
kondisi didalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah
indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran, dan propriosepsi. Indera peraba di kulit memiliki reseptor yang tersebar di seluruh tubuh
dan terdiri dari struktur yang sederhana. Beberapa informasi dikirim di susunan saraf pusat dan
sampai pada kortek sensoris primer sehingga kita bisa mengetahui ataupun mengenal
rangsangannya. Rangsangan sensoris dapat kita interpretasikan melalui frekuensi-frekuensi basis
setelah terjadi potensial aksi. Datangnya informasi atau rangsangan pada kulit kita itulah yang
dinamakan sensasi, dan saat kita mengenal rangsangan yang datang dari kulit kita inilah yang
dinamakan persepsi.(7)

Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada lidah,
keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang datang pada tubuh kita diterima oleh reseptor
yang khusus yang strukturnya lebih komplek daripada reseptor pada kulit. Reseptor indera ini
terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya dilindungi
oleh jaringan-jaringan di sekitarnya. Informasi yang datang pada reseptor memberikan distribusi
pada daerah-daerah khusus pada kortek serebri seperti auditory kortek, visual kortek yang akan
diterima sebagai rangsangan khusus dan pusat lainnya di batang otak. (7)

Reseptor pada kulit dapat dibagi menjadi tiga macam antara lain exteroceptors dimana receptor
ini memberi informasi terhadap lingkungan luar, proprioseptor merupakan receptor yang
menerima informasi terhadap posisi otot skeletal dan sendi dan yang terakhir interoceptor yang
berfungsi untuk memonitor fungsi organ visceral. Untuk lebih detailnya receptor pada kulit dapat
diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu nosiceptor untuk rasa nyeri, thermoreceptor untuk
temperature, mechanoreceptor untuk rangsangan fisik, dan chemoreceptor untuk rangsangan
kimiawi. Tiap-tiap receptor mempunyai fungsi dan struktur yang berbeda. Perbedaan antara
somatik receptor dan visceral receptor terletak pada lokasi bukan pada strukturnya. Reseptor
nyeri di wajah sama seperti reseptor nyeri di kulit, akan tetapi dua sensasi itu dikirim pada lokasi
yang berbeda di susunan saraf pusat, bagaimanapun juga propriosepsi adalah sensasi somatik
yang unik. Terdapat proprioseptor pada organ viseral thorak dan kavum abdominopelvic. Kita
tidak menyadari bila organ-organ tersebut mulai bekerja, kita tidak bisa menceritakanyya
contohnya saat spleen, appendik, ataupun pankreas bekerja saat itu. organ viseral mempunyai
reseptor rasa nyeri,temperatur,sentuhan yang lebih rendah daripada reseptor pada kulit dan
informasi sensoris yang diterima lokasinya lebih sedikit karena daerah reseptor tersebar luas di
organ.(7)

NOCISEPTOR(7)

Reseptor nyeri atau nociseptor terletak pada daerah superfisial kulit, kapsul sendi, dalam
periostea tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ viseral mempunyai
beberapa nociseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang
luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat.

Nociseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti
mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang kuat akan
diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuk itulah kita bisa merasakan sensasi rasa nyeri yang
disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrit di nociseptor
menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi
di susunan saraf pusat.

THERMORESEPTOR(7)
Temperatur reseptor atau thermorseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis,
otot skeletal, liver, hipothalamus. Reseptor dingin tiga atau empat kali lebih banyak daripada
reseptor panas. Tidak ada struktur yang membedakan reseptor dingin dan panas.

Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim
sampai formasio retikularis, thalamus, dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan
phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang
stabil. Jika kita menghidupkan air conditioning dalam ruangan pada musim panas, temperatur
berubah drastis pada saat pertama kali tetapi kita cepat merasakan nyaman karena sudah terjadi
adaptasi.

MECHANORESEPTOR(7)

Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran
sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bisa terbuka ataupun tertutup bila ada respon
terhadap tegangan, tekanan, dan yang bisa menimbulkan kelainan pada membran. Terdapat tiga
jenis mechanoreseptor antara lain:

1. Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan
memberikan informasi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi
derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan atau debaran.

2. Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah
dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi.

3. Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan
fungsi yang komplek pada reseptor sensoris

Tactile reseptor

Memberikan sensasi secara lengkap tentang sumber rangsangan seperti lokasinya, bentuk,
ukuran, tekstur. Reseptor ini sangat sensitif dan mempunyai daerah reseptif yang sempit.
Reseptor sentuhan dan tekanan memiliki lokasi yang sedikit karena mempunyai daerah reseptif
yang luas dan memberikan sedikit informasi terhadap rangsangannya.

Ada beberapa tipe tactil reseptor pada kulit seperti free nerve ending sentuhan dan tekanan yang
terdapat pada sel epidermis, nerve ending pada root hair pleksus, tactile disk (Merkels), tactil
corpuskel (Meissners), lamelated corpuscle (Pacinian corpuscle),dan Ruffini corpuscle.

1. Free nerve ending pada epidermis untuk sensasi rasa nyeri dan suhu. Reseptor ini hanya
terdapat pada permukaan cornea pada mata dan bagian permukaan bagian tubuh lainnya.

2. Nerve ending root hair pleksus untuk memonitor adanya kelainan dan pergerakan yang
melewati permukaan tubuh. Seperti saat kita memakai baju maka kita dapat merasakan
sesuatu benda menempel pada kulit kita.
3. Tactile disk (Merkels) merupakan reseptor sentuhan dan tekanan yang terdapat pada kulit
yaitu pada sel epithel kulit pada lapisan stratum germinativum.

4. Tactil corpuscle ( Meissners) menerima sensasi dari sentuhan dan tekanan dan getaran
yang rendah. Reseptor ini terdapat pada kelopak mata, bibir, jari-jari tangan, puting susu
dan genetalia eksterna.

5. Lamellated corpuscle (Pacinian corpuscle) reseptor ini sensitif terhadap sentuhan yang
dalam. Karena reseptor ini sangat cepat beradaptasi sehingga sangat senstif terhadap
denyutan atau getaran dengan frekuensi yang tinggi. Reseptor ini terdapat pada dermis,
jari-jari, glandula mamae dan genetalia eksterna, pada permukaan dalam dan luar fascia,
capsul sendi. Informasi sensoris visceral diberikan oleh corpuskel lamela di mesenteries,
pancreas, dinding urethra, dan kandung kemih.

6. Corpuscle Ruffini juga sensitif terhadap tekanan dan perubahan-perubahan pada kulit.
Reseptor ini berlokasi pada lapisan retikular dermis.

Baroreseptor

Baroreseptor bisa memonitor perubahan dari tekanan. Baroreseptor terdiri dari free nerve ending
yang bercabang didalam jaringan elastic pada dinding organ berongga, seperti pembuluh darah,
bagian pernafasan, pencernaan dan tractus urinarius. Bila ada perubahan tekanan dinding
jaringan elastik mengecil atau membesar.

Baroreseptor memonitor dinding pembuluh darah yang besar seperti arteri carotis, aorta. Hal ini
juga mempengaruhi regulasi dari kerja jantung sehingga pembuluh darah tetap mengalir pada
organ organ vital. Baroreseptor pada paru juga memonitor derajat ekspansi dari paru.

Proprioseptor

Proprioseptor memonitor perubahan posisi sendi dan otot, adanya tegangan pada tendon dan
ligamen dan kontraksi dari otot. Proprioseptor dapat dibagi menjadi:

1. Muscle spindle yang terdapat pada otot skeletal memonitor panjang dari otot dan tanda
tegangan dari reflek.

2. Golgi tendon yang fungsinya mirip dengan corpuscle Ruffini tetapi berlokasi di otot
skeletal dan tendon. Rangsangan pada reseptor dapat berupa tekanan pada tendon
sehingga terjadi kontraksi otot.

3. Reseptor capsul pada sendi. Reseptor ini sangat kaya dengan free nerve ending yang bisa
mendeteksi tekanan, sentuhan dan pergerakan dalam sendi. Adanya perubahan posisi
tubuh merupakan hasil dari integrasi informasi pada reseptor ini dan juga pada musle
spindle, golgi tendon organ, dan reseptor pada telinga dalam.

CHEMORESEPTOR(7)
Spesialisasi pada neuron chemoreseptiv dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari konsentrasi
kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan lipid-soluble
yang larut dalam cairan.

Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada kortek primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya
sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi sensoris datang lalu diteruskan
menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi
cardiovaskuler. Neuron pada pusat respirasi merespon konsentrasi ion hidrogen (pH) dan tingkat
karbondioksida pada cairan cerebrospinal. Neuron chemoreseptive ini berlokasi di carotid
bodies, dekat arteri karotis inaerna pada tiap sisi leher, dean aortik bodies diantara cabang utama
lengkungan aorta. Reseptor ini memonitor pH dan karbondioksida dan tingkat oksigen pada
darah arteri. Serabut serabut afferent meninggalkan carotid dan aortik bodies mencapai pusat
respirasi dengan berjalan ke nervus IX (glossopharyngeal) dan X (vagus). (4)

1. TRAKTUS ASCENDENS MEDULA SPINALIS

Saat memasuki medula spinalis serabut saraf sensoris berbagai tipe dan fungsi dipilih serta
dipisahkan menjadi berkas atau traktus saraf. Beberapa serabut saraf menghubungkan segmen
medula spinalis, sementara yang lain naik dari medula spinalis ke pusat-pusat yang lebih tinggi
dan menghubungkan medula spinalis dan otak. Semua ini disebut serabut ascendens atau traktus
ascendens. Substantia alba medula spinalis terdiri atas traktus ascendens dan traktus descendens.

Traktus ascendens menghantarkan informasi aferen dapat atau tidak dapat mencapai kesadaran.
Informasi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok:

1. Informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh seperti rasa nyeri, suhu dan raba

2. Informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh seperti otot dan sendi.

ORGANISASI ANATOMINYA

Informasi umum dari ujung sensoris tepi dihantarkan melalui susunan saraf oleh suatu seri
neuron. Lintasan ascendens yang menuju kesadaran terdiri dari 3 neuron :

1. Neuron ordo pertama mempunyai badan sel dalam ganglion radiks posterior medula
spinalis, suatu prosesus tepi berhubungan dengan ujung reseptor sensoris, sementara
suatu prosesus sentralis memasuki medula spinalis melalui radiks posterior untuk
bersinaps dengan ujung neuron ordo kedua

2. Neuron ujung kedua mempunyai suatu akson yang berdecussatio (menyilang kesisi yang
berlawanan) dan naik ke tingkat susunan saraf sentral yang lebih tinggi untuk bersinaps
dengan ujung neuron ordo ketiga.

3. Neuron ordo ketiga terdapat dalam talamus dan mengeluarkan serabut proyeksi melintasi
daerah sensoris korteks serebri.
FUNGSI TRAKTUS ASCENDENS

Sensasi rasa nyeri dan suhu naik dalam traktus spinothalamikus lateralis, raba dan tekanan ringan
naik kedalam traktus spinothalamikus anterior. Raba diskriminatif (kemampuan untuk
melokalisir secara tepat daerah tubuh yang diraba dan menyadari bahwa dua titik yang disentuh
secara serempak) naik dalam kolumna alba posterior termasuk juga informasi dari otot-otot dan
sendi-sendi yang berkaitan dengan gerakan dan posisi, disamping itu sensasi getaran juga naik
dalam kolumna alba posterior. Informasi tidak sadar otot, sendi, kulit dan jaringan subkutan
mencapai serebelum melalui traktus spinoserebelaris anterior dan posterior serta melalui traktus
cuneoserebelaris.

Traktus ascendens lainya untuk informasi nyeri suhu dan raba dialirkan ke kolikulus superior
dari otak tengah melalui traktus spinotectalis untuk keperluan refleks spinovisual. Traktus
spinoretikularis merupakan lintasan dari otot dan sendi dan kulit ke formasio retikularis.
Sementara traktus spinoolivarius merupakan lintasan tidak langsung untuk informasi aferen yang
mencapai serebelum.

TRAKTUS SPINOTHALAMICUS LATERALIS UNTUK RASA NYERI DAN SUHU

Reseptor nyeri dan suhu dalam kulit dan jaringan lainya merupakan ujung saraf bebas. Impuls
nyeri,panas dan dingin memasuki medula spinalis dari ganglion radiks posterior melanjutkan
keujung kolumna grisea posterior dan membagi diri menjadi cabang ascendens dan descendens.
Cabang-cabang ini berjalan dalam satu atau dua segmen medula spinalis dan membentuk traktus
posterolateralis lissauer. Serabut dari neuron ordo pertama ini berakhir dengan cara bersinaps
dengan sel-sel dalam kolumna grisea posterior termasuk sel-sel dalam substantia gelatinosa.

Akson dari neuron ordo kedua menyilang secara oblique ke sisi yang berlawanan dalam
komisura grisea dan alba anterior dalam satu segmen medula spinalis dan serabut baru ditambah
pada spek anteromedial traktus ini sehingga dalam segmen servikalis atas serabut-serabut sakral
terletak posterolateral dan segmen servikal terletak anteromedial. Dengan naiknya traktus
spinothalamikus lateralis melalui medula oblongata maka terletak dekat lateral diantara nukleus
olivarius inferior dan nulkeus traktus spinalis nervus trigeminus. Dan saat ini traktus diikuti oleh
traktus spinothalamikus anterior dan traktus spinotectalis bersama sama membentuk lemniscus
spinalis dan melanjutkan diri naik bagian posterior pons, dalam otak tengah ia terletak dalam
tegmentum lateral lemniscus medialis, dan bersinaps dengan neuron ordo ketiga nukleus
posterolateralis ventralis thalamus.

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melintas ke
posterior kapsula interna dan korona radiata untuk mencapai daerah somastatik dalam girus
postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan
mulut terletak di inferior, tungkai terletak di superior, kaki dan anogenital pada permukaan
medial hemisferium. Dari sini informasi ditransmisikan pada daerah korteks serebri untuk
digunakan area motorik dan area asosiasi parietal. Peranan korteks serebri adalah
menginterpretasikan informasi sensorik pada tingkat kesadaran.

TRAKTUS SPINOTHALAMIKUS ANTERIOR UNTUK RABA DAN TEKANAN RINGAN


Mirip seperti traktus spinothalamikus lateralis yang memberi kontribusi untuk traktus
posterolateralis dari lisssouer, diduga neuron ordo pertama berakhir dengan sel kelompok
substantia gelatinosa dalam kolumna grisea posterior.

Akson neuron ordo kedua menyilang oblique ke sisi yang berlawanan dalam komisura grisea dan
alba anterior dalam beberapa segmen spinal dan naik dalam kolumna alba anterolateral yang
berlawanan sebagai traktus spinothalamikus anterior. Saat ia naik melalui medula spinalis serabut
baru ditambahkan pada medialis traktus, sehingga pada segmen servikalis atas medula spinalis
serabut sakral merupakan segmen yang sebagian besar terletak di lateral dan segmen servikal di
medial. Dan ia naik melalui medula oblongata bersama dengan traktus spinothalamikus lateralis
dan spinotektalis membentuk lemiscus spinalis (untuk raba kasar dan tekanan diduga diapresiasi
disini).

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melalui posterior
kapsula interna dan korona radiata mencapai daerah somastetik dalam girus postsentralis korteks
serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili sacara terbalik tangan dan mulut terletak di inferior.
Apresiasi sadar, raba dan tekanan tergantung pada aktifitas korteks serebri. Harus ditekankan
bahwa rasa hanya dapat dilokalisir secara kasar, dan hanya memungkinkan diskriminasi
intensitas yang sangat kecil.

COLUMNA ALBA POSTERIOR: FASCICULUS GRACILIS DAN FASCICULUS


CUNEATUS UNTUK RASA RABA DISKRIMINATIF, RASA GETARAN, RASA SENDI
OTOT SADAR

Akson masuk medula spinalis radik ganglion posterior dan melintas columna alba posterior sisi
yang sama. Disini serabut membagi diri menjadi cabang ascenden panjang dan descenden
pendek. cabang descenden melintas turun dalam sejumlah segmen yang variabel, memberi
cabang contralateral yang bersinap dengan sel dalam cornu grisea posterior , dengan neuron
internunsial dan dengan sel cornu anterior, jelas bahwa serabut descenden pendek terlibat dengan
reflek intersegmental. Serabut ascenden panjang juga berakhir dengan cara bersinap dengan sel
cornu grisea posterior neuron internunsial dan sel cornu anterior. Distribusi ini meluas meliputi
beberapa segmen medula spinalis. Pada serabut descenden pendek, berperan dalam reflek
intersegmental.

Banyak serabut ascenden yang panjang berjalan dalam columna alba posterior sebagai fasciculus
gracillis dan cuneatus. Fasciculus gracillis ditemukan disepanjang seluruh medula spinalis dan
mengandung serabut ascenden panjang saraf sacral, lumbal dan enam saraf thorakal bagian
bawah. Fasciculus cuneatus terletak dilateral pada segmen thorakalis atas dan servikalis medula
spinalis serta dipisahkan dari fasciculus gracillis oleh septum. Fasciculus cuneatus mengandung
serabut ascenden panjang enam serabut saraf thorakal dan semua nervus spinalis servikalis.

Serabut fasciculucs gracillis dan cuneatus naik ipsilateral dan berakhir dengan bersinaps dengan
neuron ordo ke dua dalam nuklei gracillis dan cuneatus medula oblongata. Akson ordo ke dua ini
juga disebut dengan serabut arkuata interna, memanjang anteromedial di sekeliling substantia
grisea centralis dan menyilang median , berdecusatio dengan serabut yang bersesuaian pada sisi
yang berlawanan dalam decusatio sensorik, Serabut kemudian naik sebagai berkas tunggal dan
kompak yaitu lemniskus medialis melalui medula oblongata, pons, dan otak tengah. Serabut
berakhir dengan bersinaps dengan ordo ke tiga dalam nukleus postero lateralis ventralis
thalamus.

Akson neuron ordo ke tiga meninggalkan dan melintas melalui posterior capsula minterna dan
corona radiata untuk mencapai daerah somestetik pada gyrus postcentralis cortek cerebri.
Paruhan conteralateral tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan mulut diinferior. Dengan cara
ini, kesan seperti raba dengan tingkat intensitas halus, lokalisasi yang tepat dan diskriminasi dua
titik dapat diapresiasi. Rasa getaran dan posisi bagian tubuh yang berbeda-beda dapat diketahui
secara sadar.

Sejumlah serabut dalam fasciculus cuneatus segmen servikalis dan thorakalis atas, setelah
berakhir pada neuron ordo kedua nukleus cuneatus, direlay dan berjalan sebagai akson neuron
ordo kedua untuk memasuki cerebellum melalui pedunkulus cerebellaris inferior sisi yang sama .
lintasan ini disebut Tractus Cuneocerebellaris dan serabut diketahui sebagai serabut arkuata
externa. Fungsi serabut ini untuk mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum

TRACTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR UNTUK RASA SENDI OTOT KE


CEREBELLUM

TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR

Akson yang memasuki medula spinalis dari radix ganglion posterior memasuki columna grisea
posterior serta berakhir dengan bersinap pada neuron ordo kedua pada dasar dari columna grisea
posterior. Neuron ini secara kolektif diketahui sebagai nukleus dorsalis (Columna Clarck). Akson
neuron ordo kedua ini memasuki posterolateral columna alba lateral pada sisi yang sama dan
naik sebagai tractus spinocerebellaris posterior ke medulla oblongata. Disini tractus bersatu
dengan pedunkulus cerebellaris inferior dan berakhir pada cortex cerebellaris. Perhatikan bahwa
ia tidak naik ke kortek cerebri. Karena nukleus dorsalis hanya membentang dari segmen
servikalis kedelapan ke arah kaudal ke segmen lumbal ketiga dan keempat, akson ini memasuki
medula spinalis radik posterior segmen lumbal bawah dan sacral naik dalam columna alba
posterior sehingga mencapai segmen lumbal ketiga atau keempat masuk ke nukleus dorsalis

Serabut spinocerebellaris posterior menerima informasi dari otot sendi, spindel-spindel otot,
organ-organ tendon dan reseptor-reseptor sendi badan dan anggota gerak bawah. Informasi
mengenai tegangan otot dan tendon serta gerakan-gerakan otot dan sendi digunakan oleh
serebellum dalam mengkoordinasi gerakan-gerakan anggota gerak serta mempertahankan postur.

TRACTUS SPINOCEREBELLARIS ANTERIOR

Akson yang memasuki medula spinalis ganglion radik posterior berakhir dengan bersinap
dengan neuron ordo kedua dalam nukleus dorsalis pada basis columna grisea anterior. Sebagian
besar akson neuron ordo kedua menyilang sisi yang berlawanan dan naik sebagai tractus
spinocerebellaris anterior pada columna alba sisi yang berlawanan. Sebagian kecil akson naik
sebagai tractus spinocerebellaris anterior dalam columna alba sisi yang sama. Setelah naik
melalui medula oblongata dan pons, serabut masuk kedalam cerebellum melalui pedunkulus
cerebellaris superior dan berakhir dalam cortek cerebellaris.

Diduga bahwa serabut yang menyilang kesisi yang berlawanan dalam medula spinalis menyilang
kembali dalam cerebellum. Tractus spinocerebellaris anterior mengalirkan informasi otot sendi
dari spindel-spindel otot, organ-organ tendon, reseptor-reseptor sendi badan dan anggota gerak
atas dan bawah. Diduga juga bahwa melalui facia ini cerebellum menerima informasi dari kulit
dan facia superficial

TRACTUS CUNEOCEREBELLARIS

Serabut ini berasal dari nukleus cuneatus dan memasuki cerebellum melalui pedunculus
cerebellaris inferior sisi yang sama. Serabut ini diketahui sebagai serabut arkuata externa
posterior dan fungsinya adalah mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum.

LINTASAN-LINTASAN ASCENDEN LAINNYA

TRACTUS SPINOTECTALIS

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berjalan ke substantia grisea yang
bersinap pada neuron ordo kedua yang tidak diketahui. Akson neuron ordo kedua menyilang
bidang median dan naik sebagai tractus spinotectalis dalam columna alba anterolateral yang
terletak berdekatan dengan tractus spinothalamikus lateralis. Setelah melintasi medula oblongata
dan pons berakhir dengan bersinap dengan neuron dalam colicullus utak tengah . lintasan ini
memberikan informasi aferen untuk reflek spinovisualis serta membawa gerakan-gerakan mata
dan kepal kearah sumber stimuli.

TRACTUS SPINORETICULARIS

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir pada neuron ordo kedua
yang tidak diketahui dalam substantia grisea. Akson neuron ordo kedua ini naik dalam medula
spinalis sebagai tractus spinoreticularis dalam columna alba lateralis. Sebagian besar serabut ini
tidak menyilang dan berakhir dengan cara bersinap dengan neuron formatio reticularis dalam
medula oblongata, pons, otak tengah. Tractus spinoreticularis memberikan lintasan aferen untuk
formatio reticularis yang memainkan peranan penting dalam mempengaruhi tingkat kesadaran.

TRACTUS SPINO-OLIVARIUS

Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir pada neuron ordo ke dua
yang tidak diketahui dalam columna grisea posterior. Akson dalam neuron ordo kedua melintasi
garis tengah dan naik sebagai tractus spino-olivarius dalam substantia alba pada sambungan
columna anterior dan lateralis. Akson ini berakhir dengan bersinap pada neuron ordo ketiga
dalam nuklei olivarius medula oblongata. Akson ini melintasi garis tengah dan memasuki
cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior. Tractus spino-olivarius mengalirkan
informasi dari organ-organ kulit dan proprioseptif ke cerebellum.
TRACTUS SENSORIK VISERALIS

Sensasi yang timbul dari visera berlokasi dalam toraks dan abdomen memasuki medula spinalis
melalui radiks posterior. Badan-badan sel neuron orde pertama terletak dalam ganglion radiks
posterior. Prosesus tepi sel ini menerima impuls saraf dari ujung reseptor regangan dan nyeri
dalam visera. Prosesus sentral, setelah masuk medula spinalis bersinaps dengan neuron orde
kedua dalam substansia grisea, kemungkinan ke dalam columna grisea anterior atau lateralis

Akson-akson neuron orde kedua diduga bersatu dengan traktus spinothalamicus dan naik serta
barakhir pada neuron orde ketiga dalam nukleus posterolateral ventral thalamus. Tujuan akhir
akson neuron orde ketiga kemungkinan terdapat pada girus postcentralis korteks serebri. banyak
serabut viseral aferen yang memasuki medula spinalis bercabang dan berpartisipasi dalam
aktifitas refleks.(7)

TRAKTUS DESENDEN MEDULA SPINALIS

Neuron motorik dalam kolumna grisea anterior medula spinalis mengirimkan akson-akson untuk
menginervasi otot skelet melalui radiks-radiks anterior medula spinalis. Neuron-neuron motorik
ini disebut sebagai lower motor neuron dan merupakan lintasan umum akhir ke otot.

Lower motor neuron secara konstan mengalami pemboman impuls saraf yang turun dari medula
oblongata, pons, otak tengah dan korteks serebri. Demikian juga dengan impuls yang masuk
sepanjang serabut sensorik radiks posterior. Serabut saraf yang turun dalam substantia alba dari
pusat saraf supraspinal dipisahkan menjadi berkas saraf yang dipisahkan menjadi berkas saraf
yang disebut traktus desenden. Neuron-neuron supraspinal ini beserta traktusnya disebut upper
motor neuron dan memberikan banyak lintasan terpisah yang dapat mempengaruhi aktifitas
motorik.

ORGANISASI ANATOMIS

Pengendalian akitifitas otot skelet dari kortek serebri dan pusat-pusat lebih tinggi lainya
dihantarkan melalui susunan saraf boleh suatu seri-seri neuron. Lintasan desenden kortek serebri
seringkali terbentuk dari tiga neuron :

1. Neuron ordo pertama, mempunyai badan sel dalam kortek serebri. Aksonya turun untuk
bersinaps pada neuron orde kedua, suatu neuron internunseal yang terletak dalam
columna grisea anterior medula spinalis

2. Neuron orde kedua pendek dan bergabung dengan neuron orde ketiga yaitu lower motor
neuron dalam kolumna grisea anterior.

3. Neuron orde ketiga menginervasi otot skelet melalui radiks anterior nervus spinalis.

FUNGSI TRAKTUS DESCENDEN


Traktus kortikospinalis merupakan lintasan yang berkaitan dengan gerakan terlatih, berbatas
jelas, volunter terutama bagian distal anggota gerak. Traktus retikospinalis dapat mempermudah
atau menghambat aktifitas neuron motorik alfa dan gamma pada kolumna grisea anterior
sehingga mempermudah atau menghambat gerakan volunter dan aktifitas refleks. Traktus
spinotectalis berkaitan dengan gerakan refleks postural sebagai respon terhadap stimulasi visual.

Serabut-serabut yang berhubungan dengan neuron simpatis dalam kolumna grisea lateralis
berkaitan dengan refleks pupilodilatasi sebagai respon terhadap keadaan gelap. Traktus
rubrospinalis bertindak baik terhadap neuron motorik alpa dan gama pada kolumna grisea
anterior dan mempermudah aktifitas otot ekstensor. Traktus vestibulospinalis bekerja pada
neuron motorik dalam kolumna grisea anterior mempermudah otot ekstensor, menghambat
aktifitas otot fleksor yang berkaitan dalam keseimbangan. Traktus olivospinalis berkaitan dalam
aktifitas muskuler. Serabut otonomik desenden berkaitan dengan pengendalian aktifitas viseral.

TRACTUS CORTIKOSPINALIS

Serabut corticospinal timbul sebagai akson sel-sel piramidal yang terletak dalam lapisan kelima
kortek cerebri sepertiga berasal dari kortek motorik primer (area 4), sepertiga dari kortek
motorik sekunder (area 6), sepertiga dari area parietalis (area-area 3, 1, dan 2 ); sehingga,
duapertiga dari serabut timbul gyrus precentralis serta sepertiga timbul dari gyrus postcentralis.
Karena stimulus listrik terhadap bagian-bagian berbeda dari gyrus precentralis menimbulkan
kontraksi bagian-bagian berbeda dari sisi tubuh yang berlawanan, kita dapat mewakili bagian
tubuh pada cortex ini. Perhatikan bahwa daerah yang mengendalikan muka terletak di inferior
dan anggota gerak bawah terletak di superior dan pada permukan medial hemisfer. Homunculus
merupakan gambaran tubuh yang mengalami distorsi, dengan berbagai bagian yang mempunyai
ukuran yang sebanding dengan daerah cortek cerebri yang diperuntukan bagi pengendalianya.

Serabut desends berkonvergensi pada corona radiata dan kemudian melintasi exremitas posterior
capsula interna. Serabut diorganisis sehingga terdekat dengan genu berkaitan dengan servical
tubuh yang terletak di medialis sementara yang terletak di posterior berkaitan dengan extremitas
inferior yang terletak di lateral. Kemudian tractus berlanjut melalui tiga perlima bagian tengah
basis pedunculi otak tengah .

Saat memasuki pons, taktus terbagi menjadi banyak serabut yaitu serabut pontoserebral
trasversa. Dalam medula oblongata, serabut dikelompokan secara bersama di batas anterior
membentuk pembesaran yang disebut sebagai traktus piramidalis. Pada sambungan medula
oblongata dan medula spinalis, sebagian serabut menyilang garis tengah pada decussatio
pyramidum dan memasuki kolumna alba anterior dari medula spinalis untuk membantu traktus
cortiko spinalis lateralis. Serabut selebihnya tidak menyilang dalam decussatio, tetapi turun
dalam columna alba medula spinalis sebagai traktus cortiko spinalis anterior. Serabut ini
akhirnya menyilang garis tengah pada columna grisea anterior segmen-segmen medula spinalis
dalam daerah servikalis dan torakalis atas.

Traktus kortikospinalis turun sepanjang medula spinalis dimana serabutnya berakhir dalam
kolumna grisea anterior semua segmen-segmen medula spinalis. Sebagian besar serabut
kortikospinal bersinaps dengan neuron internunsial, yang pada giliranya bersinaps dengan
neuron motorik alpa dan beberapa neuron motorik gama. Hanya serabut kortikospinal terbesar
bersinaps langsung dengan neuron motorik.

Penting untuk dimengerti bahwa traktus kortikospinalis tidak merupakan satu-satunya lintasan
yang melayani gerakan volunter. Malahan, membentuk lintasan yang bersesuaian dengan
kecepatan dan ketangkasan pada gerakan-gerakan volunter dan karena itu digunakan dalam
melakukan gerakan-gerakan terlatih yang cepat. Banyak gerakan volunter dasar, sederhana ini
diduga dihantarkan oleh traktus-traktus descenden lain.

CABANG TRAKTUS KORTIKOSPINALIS

1. Cabang ini diberikan secara dini pada saat turun dan kembali ke korteks serebri untuk
menghambat daerah korteks yang berdekatan.

2. Cabang ini melintas ke nuklei lentiformis dan caudati,nukleus rubrum,nukleus orifarius


serta formatio retikularis . cabang ini menjaga agar daerah-darah subcortikal mendapat
informasi mengenai aktivitas kortikal. Sekali dalam keadaan waspada daerah-daerah
subkortikal bereaksi dan mengirimkan impuls ke neuron motorik alpha dan gamma
melalui lintasan desendens lainnya.

TRAKTUS RETICULOSPINALIS

Diseluruh otak tengah, pons dan medula oblongata terdapat kelompok-kelompok sel-sel saraf
dan serabut saraf yang tersebar dan secara kolektif dikenal sebagai formatio reticularis. Dari
pons, nueron ini mengirimkan akson-akson, yang sebagian besar tidak menyilang, ke medula
spinalis dan membentuk tractus reticulospinalis medula pontine. Dari medula neoron-neuron
yang sama mengirimkan akson secara menyilang dan tidak menyilang terhadap medula spinalis
lalu membentuk traktus retikulospinalis medularis.

Serabut retikulospinalis dari pons turun melalui kolumna alba anterior, sementara serabut dari
medula oblongata turun dalam kolumna alba lateralis. Kedua sel serabut ini memasuki kolumna
grisea anterior medula spinalis dan mempermudah atau menghambat aktifitas dari neuron
motorik alpa dan gama. Dengan cara ini traktus retikulospinalis mempengaruhi gerakan-gerakan
volunter dan aktifitas reflek. Saat ini diduga bahwa serabut retikulospinalis termasuk serabut
otonom descenden. Karena itu traktus retikulospinalis memberikan suatu lintasan melalui
hipotalamus dapat mengendalikan aliran keluar simpatik dan parasimpatik.

TRAKTUS TECTOSPINALIS

Serabut traktus ini timbul sel-sel saraf dalam kolikulus superior otak tengah. Sebagian besar
serabut ini menyilang garis tengah segera setelah keluar dari asalnya dan turun melalui batang
otak yang berdekatan melalui fasikulus longitudinalis medialis. Traktus tectospinalis turun
melalui kolumna alba anterior medula spinalis berdekatan dengan fisura mediana anterior.
Sebagian besar serabut berakhir dalam kolumna grisea anterior segmen-segmen cervikalis bagian
atas medula spinalis dengan cara bersinaps dengan neuron internonsea. Serabut ini diduga
mengurusi gerakan-gerakan refleks postural sebagai respon terhadap stimulus visual.
TRAKTUS RUBROSPINALIS

Nukleus rubrum terletak dalam tegmentum otak tengah setinggi kolikulus superior. Akson-akson
neuron dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi nukleus dan turun sebagai traktus
rubrospinalis melalui pons dan medula oblongata untuk memasuki kolumna alba lateralis medula
spinalis. Serabut yang berakhir dengan cara bersinaps dengan neuron internosea pada kolumna
grisea anterior medula spinalis.

Neuron-neuron nukleus rubrum menerima impuls aferen melalui hubungan dengan korteks
serebri dan serebelum. Keadaan ini diduga merupakan suatu lintasan tidak langsung yang
penting dengan korteks serebri dan serebelum yang mempengaruhi aktifitas neuron motorik alpa
dan gama medula spinalis. Traktus ini mempermudah aktifitas otot-otot fleksor dan menghambat
aktifitas otot ekstensor dan grafitasi.

TRAKTUS VESTIBULOSPINALIS

Nuklei vestibularis terletak dalam pons dan medula oblongata di bawah atap ventrikulus
keempat. Nuklei vestibularis menerima serabut aferen dari telinga dalam melalui saraf
vestibularis serta dari serebelum. Neuron-neuron vestibularis merupakan asal dari akson-akson
yang membentuk traktus vestibulospinalis. Traktus ini turun tanpa menyilang melalui medula
spinalis dalam kolumna alba anterior. Serabut ini berakhir dengan neuron internosea kolumna
grisea medula spinalis.

Telinga dalam dan serebelum melalui traktus ini mempermudah aktifitas otot-otot ekstensor serta
menghambat aktifitas otot fleksor yang berhubungan dengan pemeliharaan keseimbangan.

TRAKTUS OLIVOSPINALIS

Traktus olivospinalis diduga timbul dari nukleus olivarius inferior dan turun dalam kolumna alba
lateralis medula spinalis, untuk mempengaruhi aktifitas neuron motorik dalam kolumna grisea
anterior. Saat ini terdapat keraguan dalam keberadaan traktus ini.

SERABUT DESCENDEN OTONOMIK

Pusat-pusat yang lebih tinggi susunan saraf pusat berhubungan dengan pengendalian aktifitas
otonom yang terletak dalam korteks serebri, hipotalamus, kompleks amigdaloidea, formatio
retikularis. Kendatipun traktus-traktus yang berbatas jelas belum diketahui, penelitian lesi-lesi
medula spinalis memperlihatkan terdapatnya traktus-traktus otonom descendens dan
kemungkinan membentuk bagian dari traktus retikulospinalis.

Serabut ini timbul dari neuron pada pusat yang lebih tinggi dan menyilang garis tengah dalam
batang otak. Diduga turut dalam kolumna alba lateralis medula spinalis dan berakhir dengan
bersinaps pada sel-sel motorik otonom dalam kolumna grisea lateral pada tingkat-tingkat torakal
dan lumbal atas (aliran keluar simpatis) dan tingkat sakral tengah (parasimpatis) medula
spinalis.
TRAKTUS INTERSEGMENTAL

Traktus ascendens dan descendens pendek yang berasal dan berakhir dalam medula spinalis,
terdapat dalam kolumna alba anterior lateralis dan posterior. Fungsi lintasan ini adalah saling
menghubungkan neuron-neuron tingkat segmental yang berbeda, dan penting terutama dalam
refleks spinal intersegmental

ARKUS REFLEKS

Refleks dapat didefinisikan sebagai suatu respon involunter terhadap stimulus. Refleks
tergantung pada integritas arkus refleks. Dalam bentuk yang paling sederhana, arkus refleks
terdiri dari struktur anatomi berikut :

1. Organ reseptor

2. Neuron aferen

3. Neuron efektor

4. Organ efektor

Arkus refleks seperti ini hanya melibatkan satu sinaps dan disebut arkus refleks monosinapik.
Interupsi refleks pada setiap titik disepanjang perjalananya akan menghapuskan respon ini.

Pada medula spinalis arkus refleks memainkan peranan penting dalam mepertahankan tonus otot
yang merupakan dasar tubuh. Organ reseptor terdapat pada kulit, otot atau tendon. Badan sel
neuron aferen berlokasi dalam ganglion radiks posterior, dan akson sentral neuron orde pertama
ini berakhir dengan cara bersinaps pada neuron efektor. Karena serabut aferen merupakan
serabut dengan diameter yang besardan menghantarkan dengan cepat dan karena hanya terdapat
satu sinaps maka suatu respon yang sangat cepat merupakan hal yang memungkinkan.

Penelitian fisiologis aktifitas listrik neuron efektor memperlihatkan bahwa setelah pelepasan
monosinaptik yang sangat cepat terdapat pelepasan asinkron yang berlarut-larut. Alasan
pelepasan terakhir ini adalah serabut aferen yang memasuki medula spinalis seringkali
bercabang-cabang dan bersinaps dengan neuron internosea yang akhirnya bersinaps dengan
neuron efektor. Rangkaian neuronal tambahan ini memperlama pemboman neuron efektor
setelah stimulasi dini oleh neuron aferen hilang. Adanya neuron internosea juga menimbulkan
penyebaran stimulus aferen ke neuron pada berbagai tingkat segmental medula spinalis yang
berbeda-beda.

Dalam mempertimbangkan aktifitas refleks otot skelet penting untuk dimengerti hukum interfasi
timbal balik. Secara sederhana, ini berarti bahwa refleks fleksor dan ekstensor anggota gerak
yang sama tidak dapat berkontraksi secara serentak. Agar hukum ini bekerja maka serabut saraf
aferen yang bekerja bertanggung jawab kerja refleks otot fleksor harus mempunyai cabang-
cabang yang bersinaps dengan neuron motorik ekstensor anggota gerak yang sama, yang
menyebabkan serabut ini mengalamai inhibisi.
Dibangkitkanya suatu refleks pada satu sisi tubuh menyebabkan pengaruh-pengaruh pada
anggota gerak sisi-sisi lain. Stimulasi aferen arkus refleks menyebabkan fleksi anggota gerak
ipsilateral menimbulkan ekstensi pada anggota gerak kontralateral.

Pengaruh dari Pusat-pusat Neuronal yang lebih tinggi pada aktivitas reflek spinal

Arkus reflek spinal segmental yang melibatkan aktivitas motorik sangat dipengaruhi oleh pusat-
pusat yang lebih tinggi di otak. Pengaruh ini dihantarkan melalui traktus kortikospinalis,
retikulospinalis, tektospinalis, rubrospinalis, dan vestibulospinalis. Dalam kondisi klinik seperti
syok spinal, setelah penggangkatan pengaruh-pengaruh secara mendadak akibat cedera pada
medula spinalis, reflek spinal segmental mengalami depresi. Jika apa yang disebut syok spinal
hilang dalam beberapa minggu, reflek spinal segmental kembali dan tonus otot-otot meningkat.
Apa yang disebut sebagai rigiditas decebrarasi ini disebabkan oleh aktivitas yang berlebihan dari
serabut saraf aferen gamma ke spindel otot, yang timbulkan oleh pelepasan neuron ini dari
hubungannya dengan pusat-pusat yang lebih tinggi. Stadium berikutnya adalah paraplegia dalam
extensi dengan dominasi peningkatan tonus otot extensor atas otot flexsor. Beberapa ahli
nuerologi yakin bahwa kondisi ini disebabkan cedera yang tidak lengkap dari semua traktus
desendes dengan traktus vestibulospinalis yang utuh. Jika semua traktus mengalami cedera,
maka terjadi keadaan paraplegi dalam flexi. Dalam keadaan ini, respon-respon bersifat flexsor
dan tonus otot extensor berkurang. (7)

PUSAT MOTORIS DAN SENSORIS

Pada corteks cerebral terdapat beberapa daerah :

1. Korteks serebral mengandung 3 jenis fungsional area yaitu motor area, sensori area, dan
asosiasi area. Neuron motoris dan neuron sensoris terdapat pada motoris area dan
sensoris area pada korteks serebri. Semua neuron pada korteks serebri merupakan inter
neuron.

2. Setiap hemisfer terdapat fungsi motoris dan sensoris yang berlawanan pada sisi tubuh
(kontralateral).

3. Sekalipun sebagian besar struktur pada 2 hemisfer kanan dan kiri simetris, tetapi tidak
ada fungsi yang sama. Masing masing memiliki spesialisasi fungsi kortikal.

4. Yang sangat penting yang harus kita ingat tidak ada fungsi area pada korteks serebri yang
bekerja sendirian.

AREA MOTORIS

Motoris area pada korteks serebri, dengan gerakan volunter yang terkontrol yang terdapat pada
lobus frontalis terdiri dari motor korteks primer, premotor korteks, area broca, frontal eye field.

1. Motor korteks primer


Motor korteks primer terletak pada girus presentralis lobus frontalis pada masing masing
hemisfer (area broadman 4). Terdapat neuron yang besar yang disebut neuron piramidalis pada
girus presentralis yang berfungsi untuk mengontrol gerakan volunter pada otot skelet. Pada
keseluruhan bagian tubuh dipresentasikan pada motor korteks primer tiap hemisfer, dengan kata
lain sel piramidal mengontrol gerakan kaki pada satu tempat dan mengontrol gerakan tangan
pada lain tempat. Sebagian besar neuron pada girus ini mengontrol otot pada bagian tubuh yang
spesifik pada area tertentu seperti wajah lidah dan tangan.Hal ini tergambar daerah seperti
karikatur yang disebut motor homunculi. Persarafan motorik tubuh berjalan kontralateral,jadi
pada girus kiri mengontrol otot tubuh bagian kanan dan sebaliknya.

1. Premotor korteks

Terletak pada girus presentralis lobus frontal. Daerah ini mengontrol kemampuan motorik dalam
melakukan gerakan berulang-ulang atau pola alamiah seperti memainkan alat musik dan
mengetik. Daerah ini digunakan untuk gerakan yang terencana. Dengan diterimanya informasi
pada korteks area yang diproses oleh pusat sensoris yang tinggi,maka gerakan terkontrol dapat
dilakukan misalnya dapat mengambil sesuatu ditempat yang gelap.

1. Area broca.

Area broca terdapat sepanjang anterior sampai inferior dari area promotor yang bertumpuk-
tumpuk. Pada area brodman 44 dan 45. Area ini hanya terdapat pada satu hemisfer umumnya
sebelah kiri dan khusus mengontrol kemampuan bicara.

1. Frontal eye field.

Daerah ini terletak sebelah anterior premotor korteks dan superior area broca. Daerah ini
berfungsi mengontrol pergerakan mata secara volunteer.

AREA SENSORIS

Terdapat pada korteks serebri yaitu pada lobus parietal, insular, temporal,dan occipital.

1. Korteks primer somatosensoris.

Korteks ini terletak pada girus postsentralis lobus perietalis, disebelah posterior dari korteks
primer motoris ( area brodman 1-3 ). Neuron-neuron pada girus ini menerima informasi dari
reseptor sensoris di kulit dan dari proprioseptor di otot skelet,sendi dan tendon. Neuron ini
kemudian mengidentifikasi yang dirangsang dan kemampuan ini disebut diskriminasi partial.
Dengan korteks motor primer tubuh bergerak leluasa naik dan turun berdasarkan stimulus yang
masuk dan bagian hemisfer kanan menerima rangsangan dari bagian kiri tubuh. Pada manusia
wajah (khususnya bibir) dan jari-jari adalah bagian tubuh yang sensitive yang terletak pada
bagian terbesar dari homunculus somatosensoriks.

1. Korteks asosiasi somatosensoris.


Daerah ini terletak sebelah posterior dari korteks primer somatosensoris dan mempunyai banyak
sambungan dengan korteks primer somatosensoris. Fungsi daerah ini adalah untuk
mengintegrasikan rangsangan yang masuk (temperature,tekanan) serta mengulangnya lewat
korteks primer somatosensoris dan bisa mengenal objek yang teraba seperti ukuran bentuk dan
bagian-bagiannya. Sebagai contoh: saat kita memasukkan tangan ke dalam celana,asosiasi
korteks somatosensoris akan merekam hal itu seperti halnya kita mempunyai pengalaman saat
meraba koin atau kunci.

1. area visual

cortek primer visual terletak sebelah posterior lobus occipital, tetapi sebagian besar terletak
didalam sulkus carcarina sebelah medial lobus occipital. Kortek primer visual menerima
informasi yang datang pada retina mata contralateral tubuh seperti pada kortek somatosensori.

1. area auditory

terletak pada tepi superior lobus temporalis dekat sulkus lateralis. Suara yang masuk pada telinga
dalam diterima oleh reseptor menimbulkan impuls untuk ditransmisikan pada kortek primer
auditori dimana interpretasinya nada tinggi, rendah dan lokasi.

1. korteks olfaktori

kortek primer olfaktori terletak medial lobus temporal dan terdapat daerah kecil yang disebut
lobus piriformis yang didominasi oleh uncus. Serabut aferen dari reseptor penciuman pada
superior cavum nasalis mengirimkan impuls menuju traktus olfaktori dan berakhir pada kortek
olfaktori dan hasilnya bisa membedakan bau-bauan

1. Kortek gustatory

Daerah ini menggambarkan persepsi dari rangsangan perasa pada lidah. Lokasinya pada insula
bagian dalam lobus temporalis.

1. area sensori visual

kortek insula yang terletak sebelah belakang kortek gustatory digunakan untuk persepsi sensasi
visceral termasuk rasa kenyang pada lambung, rasa penuh pada kandung kemih dan rasa terbakar
saat kita bernafas terlalu banyak.

1. kortek vestibuler

kortek ini bertanggungjawab menjaga keseimbangan, pergerakan kepala dalam suatu ruangan.
Daerah ini terdapat pada bagian posterior insula bagian dalam lobus temporalis. (5)

GANGGUAN SISTEM MOTORIK DAN SENSORIK

GANGGUAN SISTEM SENSORIK


1. Sindrom Pemotongan Jaras Sensorik. Sindrom ini bervariasi tergantung dari lokasi
kerusakan sepanjang perjalanan jaras sensorik.

1. Lesi kortikal atau subkortikal dalam daerah sensorik motorik lengan atau tungkai
menyebabkan parestesia dan mati rasa pada extemitas sisi yang berlawanan.

2. Lesi jaras sensorik tepat di bawah talamus menyebabkan hilangnya semua


kualitas sensorik separuh tubuh kontralateral.

3. Jaras sensorik lain selain nyeri dan suhu mengalami kerusakan terjadi hipestesia
pada sisi kontralateral wajah dan tubuh.

4. Jika kerusakan terbatas pada lemnikus trigeminalis dan spinotalamikus lateral


pada pusat otak, tidak ditemukan sensasi nyeri dan suhu pada wajah dan tubuh
kontralateral, semua kualitas sensorik lainnya tidak terganggu.

5. Keterlibatan lemniskus medialis dan traktus spinotalamikus anterior,


menghilangkan semua kualitas sensorik pada bagian kontralateral tubuh kecuali
sensasi nyeri dan suhu.

6. Kerusakan nukleus dan traktus trigeminal spinalis dan traktus spinotalamikus


lateral, menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada wajah ipsilateral dan
tubuh kontralateral.

7. Kerusakan funikuli posterior menyebabkan menghilangnya sensasi sikap, getaran,


diskriminasi dan sensasi lain yang berhubungan dengan ataksia ipsilateral.

8. Lesi pada kornu posterior , menghilangkan sensasi suhu dan nyeri ipsilateral
semua kualitas lain tetap utuh ( gangguan disosiasi sensibilitas).

9. Cedera beberapa radiks posterior yang berdekatan, diikuti oleh perestesia


radikular dan nyeri,dan juga penurunan atau hilangnya semua kualitas sensorik
pada masing-masing segmen tubuh. Jika radiks yang cedera mesuplai saraf dari
lengan atau tungkai,ditemukan hipotonia atau atonia, arefleksia dan ataksia.

10. Sindroma Cedera Funikulus Posterior

1. Hilangnya sikap dan sensasi lokomotor dengan mata tertutup pasien tidak
dapat mengetahui posisi anggota tubuhnya

2. Astereognosis: dengan mata tertutup, pasien tidak dapat mengenal dan


menggambarkan bentuk dan bahan dari objek yang dirabanya.

3. Hilangnya diskriminasi dua titik


4. Hilangnya sensasi getaran: pasien tidak dapat merasakan getaran dari
garpu tala yang ditempelkan pada tulang
e.
Tanda romberg positif. (6)

GANGGUAN SISTEM MOTORIK

LESI UPPER MOTOR NEURON

LESI TRACTUS CORTICOSPINAL (TRACTUS PYRAMIDAL)

1. Tes Babinsky positif. Ingat bahwa tanda babinsky secara normal terdapat selama setahun
pertama kehidupan, karena tractus kortikospinal tidak bermielin sampai akhir tahun
kehidupan pertama.

2. Arefleksia abdominalis superficial. Reflek ini tergantung pada integritas tractus, yang
menimbulkan eksitasi tonik pada neuron internunsial.

3. Arefleksia cremaster.

4. Kehilangan penampilan gerakan volunter terlatih yang halus.

LESI TRACTUS DESCENDEN SELAIN TRACTUS CORTICOSPINAL (TRACTUS


EKSTRAPIRAMIDAL)

1. Paralisa parah dengan sedikit atau tanpa adanya atrofi otot

2. Spastik atau hipertonisasi otot. anggota gerak tubuh bawah dalam ekstensi dan anggota
gerak atas dipertahankan dalam keadaan fleksi

3. Peningkatan reflek otot serta klonus dapat ditemukan pada fleksor jari tangan,muskulus
quadrisep femoris dan otot paha.

4. Reaksi pisau lipat. Mengadakan gerakan pasif suatu sendi terdapat tahanan oleh adanya
spastisitas otot.

LESI LOWER MOTOR NEURON

1. Paralisis flaksid otot yang disuplai.

2. Atrofi otot yang disuplai.

3. Kehilangan reflek otot yang disuplai.

4. Vasikulasi muskuler. Keadaan ini merupakan twitching otot yang hanya terlihat jika
terdapat kerusakan yang lambat dari sel.
5. Kontraktur muskuler. Ini adalah pemendekan otot yang mengalami paralise, lebih sering
terjadi pada otot antagonis, dimana kerjanya tidak lagi dilawan oleh otot yang mengalami
paralise.
6.
Reaksi degenerasi. Dalam keadaan normal otot yang diinervasi memberikan respon terhadap
stimulus dengan cara pemberian arus paradiks atau terputus-putus dan adanya arus galvanis atau
langsung. dalam hal ini jika LMN dipotong otot tidak lagi memberikan respon terhadap stimulus
listrik terputus setelah kejadian tersebut,walaupun tetap memberikan respon terhadap arus
langsung setelah arus tersebut hilang. (7)

SINDROM PEMOTONGAN SPESIFIK

1. LESI KORTIKAL (tumor,hematoma,infark,dll) mengakibatkan paresis tangan atau


lengan kontralateral. Gerakan volunter harus, terlatih, paling sering terlibat. Terjadi
monoparesis, paresis terjadi karena penjagaan traktus ekstrapiramidalis yang hampir
total. Lesi kecil di kortek ada 4 menghasilkan paresis flacid dan serangan epilepsi fokal
yang agak sering (epilepsi jackson).

2. Lesi kapsula Interna : terjadi hemiplegi spastik kontralateral karena serat piramidalis dan
ekstrapiramidalis dekat satu sama lain. Traktus kortikonuklearis terlibat sehingga terjadi
paralisis fasial kontralateral dan mungkin saraf hipoglosus. Kebanyakan nuklei motorik
kranialis disarafi secara bilateral oleh traktus tersebut. Kerusakan cepat menyebabkan
paralisis kontralateral , yang pertama-tama bersifat flacid karena efeknya seperti syok
pada neuron perifer, setelah berjam-jam atau berhari-hari paralisis menjadi spastik karena
serat ekstrapiramidalis juga rusak.

3. Lesi pedunkel : hasil dari lesi ini adalah hemiplegia spastik kontralateral, yang berkaitan
dengan paralisis ipsilateral saraf okulomotorius.

4. Lesi pons : hasil dari lesi ini hemiplegi kontralateral dan mungkin bilateral. Tidak semua
serat ekstrapiramidalis mengalami kerusakan karena serat yang berjalan ke bawah ke
wajah dan nuklei hipoglosus terletak lebih dorsal, nervus fasialis dan hipoglosus mungkin
tidak terkena sebaliknya mungkin ada paralisis ipsilateral saraf abdusens dan trigeminus.

5. Lesi piramida : menghasilkan hemiparesis flacid kontralateral. Tidak ada hemiplegi


kerena yang rusak hanya serat piramidalis. Jaras ekstrapiramidalis terletak lebih dorsal
dalam medula dan tetap utuh.

6. Lesi servikalis : keterlibatan traktus piramidalis lateral berasal dari penyakit seperti
sklerosis lateral amiotropik atau multipel, mengakibatkan hemiplegia spastik ipsilateral
karena traktus piramidal sudah menyilang, paralisis bersifat spastik karena serat
ekstrapiramidalis yang bercampur dengan serat piramidalis juga mengalami kerusakan.

7. Lesi torakalis : interupsi pada traktus piramidalis lateral yang disebabkan penyakit seperti
sklerosis lateral amiotropik atau multipel mengakibatkan monoplegia spastik ipsilateral
dari tungkai. Kerusakan bilateral menyebabkan paraplegia
8. Lesi radiks anterior : kelumpuhan akibat lesi ini adalah ipsilateral dan flaccid, akibat
kerusakan motor neuron bawah atau perifer

Lesi yang melibatkan dekusatio traktus piramidalis menghasilkan sindrom yang jarang
ditemukan yaitu hemiplegia krusiata (hemiplegia alterans). (6)

Anda mungkin juga menyukai