Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

TENTANG CINTA

A. 7 Tanda Jatuh Cinta


1. Tidak takut mati karena justru merindukan perjumpaan dengan Tuhan. Suatu hari
Nabi Ibrahim didatangi malaikat Izrail yang hendak mencabut nyawanya.
Beliau pun bertanya, “Kekasih manakah yang tega mengambil nyawa kekasihnya?”,
dan ternyata Allah menjawab, “Kekasih manakah yang tidak ingin berjumpa dengan
kekasihnya?” Maka Nabi Ibrahim berseru, “Wahai Izrail, segeralah cabut nyawaku.”
2. Mengorbankan keinginannya demi meleburkan diri pada kehendak Tuhan. Sang
pecinta menjadi kehilangan ambisi tau kepentingan pribadi, karena satu-satunya hasrat yang
tersisa adalah melihat kekasihnya senang serta dapat selalu berdeka-tan dengan-Nya.
3. Mengingat Allah (dzikrullah) menjadi aktivitas hati, pikiran dan tindakan yang
berjalan secara otomatis, hampir tapa usaha. Semua orang yang sedang jatuh cinta, tanpa
disuruh atau diusahakan, akan selalu teringat pada kekasihnya yang sangat dicintai.
4. Mencintai Al-Qur'an, Rasulullah SAW dan semua mahlukNya. Saat mengalami
jatuh cinta, kita jadi otomatis mencintai apa pun yang berhubungan dengan Dia; surat cinta-
Nya (Al-Qur'an), utusan-Nya (Rasulullah SAW), bahkan seluruh karya-Nya (umat manusia
dan semua mahluk ciptaan-Nya).
5. Suka "menyendiri" dan tidak sabar menunggu datangnya malam untuk
menghabiskan waktu bermesraan dengan-Nya. Pecinta manakah yang tidak antusias
menunggu saat-saat berdua dengan kekasihnya? Maka para pecinta-Nya selalu menunggu
malam tiba agar bisa berduaan dengan-Nya.
6. Ibadah menjadi mudah dan menyenangkan. Ada seorang sufi mengatakan bahwa
selama 30 tahun pertama beribadah, dia harus berjuang keras, dan hal itu terasa berat. Tapi 30
tahun berikutnya, semua ibadah yang dia lakukan berasa ringan dan menyenangkan.
7. Mencintai ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Kiranya tidak butuh penjelasan
bahwa saat kita jatuh cinta, terjadi perubahan selera yang radikal. Kita menjadi cenderung
menyukai apa pun yang disukai kekasih kita, dan menjauhi apa yang dimurkai oleh sang
kekasih.

B. Cinta Tidak Menyisahkan Benci


Ketika Rabiah Adhawiyah, seorang sufi perempuan, ditanya; apakah anda benar-benar
mencintai Allah? Dia menjawab; "Ya." Kalau begitu, apakah anda membenci iblis? Dia
mengatakan; "Cintaku pada-Nya tidak menyisakan ruang batin untuk membenci siapa pun,
bahkan iblis sekali pun." (Apalagi kepada sesama manusia).
Tentu saja apa yang disampaikan Rabiah tersebut bukan berarti bahwa ia menganggap
iblis adalah sook yang mencerminkan kebaikan. Namun gelora cintanya yang begitu besar
kepada Tuhan menyebabkan hatinya sunyi dari perasaan benci terhadap apa yang telah
diciptakan-Nya.
Sepenggal kisah Rabiah Adhawiyah tersebut terlintas begitu saja di benak saya
sewaktu mengamati kontroversi berita tentang Pak Mario Teguh dan Mas Kiswinar. Saya
sedih melihat orang dengan gampang menghujat dan membencinya tapa betul-betul
memahami apa yang terjadi.
Bahkan kalau pun pada akhirnya terbukti ada pihak yang jelas bersalah, apa hak kita
menghakimi dia? Lha ini kita belum tahu benar bagaimana faktanya, sudah menghujat
dengan sedemikian kerasnya. Pernahkah kita bayangkan jika kita di posisi dia? Jangan-jangan
kita malah melakukan hal-hal yang lebih jahat seandainya mengalami situasi semacam itu.
Saya setuju dengan perkataan Gede Prama, "Kalau kita menyalahkan orang lain, maka
kita perlu belajar. Jika kita menyalahkan diri sendiri, maka kita mulai belajar. Kalau kita
berhenti menyalahkan, maka proses belajar telah selesai."
Saya pun sepakat sekali dengan pernyataan Salman Khan, pendiri
www.KhanAcademy.org; "Self rigtheous is the mother of evil." (Merasa benar sendiri/secara
moral merasa lebih superior dibanding orang lain, adalah sumber kerusakan di muka bumi).

Pesannya Stephen R. Covey, "Be a light, not a judge. Be an example, not a critique."
(Jadilah cahaya, jangan jadi hakim. Hendaklah menjadi teladan, bukan tukang kritik).

Maka saya berdoa, "Ya Allah semoga kami semua ini Kau tolong agar rela meng-
qurban-kan bukan hanya kambing atau sapi, tetapi juga dengan berpasrah diri kepada-Mu,
rela meng-qurban-kan ego dan nafsu kami sendiri, terutama ego untuk merasa benar sendiri,
dan nafsu untuk menghakimi orang lain."

C. Love & Pain


"Sebagian orang seperti sekawanan burung; ketika cuaca memburuk, mereka pergi.
Namun ada yang menanti cuaca buruk, hanya untuk membuktikan cintanya. Maka aku
bersiap menyambut badai-Mu, demi menjemput cinta-Mu."
"Could you bear this pain until eternity? Yes, my Lord. For Your love, I would do
what ever You ask me to. Coz every cure outside Your cure will make this pain get worse. For
every love beside Your love, is pain." (Sanggupkah kau tanggung derita ini selamanya? Ya,
duhai Kekasih. Untuk mereguk Cinta-Mu, akan kulaku-kan apa pun yang Kau minta. Karena
obat apa pun selain cintamu, hanya akan membuat derita ini bertambah. Karena hasrat apa
pun selain pada-Mu hanya akan membuatku merana).
“Para pencinta menyambut badai. Karena apa pun yang dikirimkan seorang kekasih adalah
pesan cinta-Nya"

D. Love + Excellence
Sewaktu berada di mushola bandara, saya berdzikir dan merenung, kira-kira bidang
apa yang perlu digeluti jika hendak mengambil program PhD? Saya menimbang-nimbang,
apa yang paling dibutuhkan banyak orang, sekaligus merupakan obyek studi yang juga
membuat saya semangat menghabiskan umur untuk menekuninya. Setelah sebulan terakhir
memikirkannya siang malam, tiba-tiba terlintas di benak saya saat itu tentang 2 masalah besar
bangsa kita, yang kalau bisa ditemukan solusinya, Indonesia akan semakin hebat.
Pertama, terkikisnya semangat cinta dan kebaikan hati (loving-kindness). Saya sedih
kalau membaca berita kekerasan fisik maupun verbal yang memenuhi media sosial dan media
massa lainnya, sehingga menganggap sudah sangat urgent bag kita untuk menularkan virus
compassion (belas kasih); cinta dan kebaikan hati di antara sesama.
Sebelum budaya kekerasan & merasa benar sendiri ini betul-betul merajalela, kita
perlu sekali menyebarluaskan semangat kerendahan hati dan cinta kasih ke lingkungan
sekitar kita.
Selain cinta pada sesama, bentuk cinta lain yang bahkan memberikan kebahagiaan
tertinggi adalah cinta pada Sang Maha Kekasih. Ini pun sangat perlu ditebarkan demi
membangkitkan kebahagiaan puncak pada diri sema hamba Tuhan.
Kedua, lemahnya spirit meraih keunggulan di tengah masyarakat kita. Salah satu
perbedaan mencolok antara negara maju dengan negara berkembang (tertinggal) adalah
sema-ngat warganya untuk menjadi yang terbaik, melakukan yang terbaik, serta memberikan
yang terbaik (culture of excellence).
Di bandara Singapore saja, misalnya, di hampir setiap pintu toilet kita akan
menemukan papan elektronik untuk mensurvei seberapa excellent-kah kenyamanan fasilitas
mum tersebut. Mereka melakukan usaha sejauh itu karena saking inginnya memberikan yang
terbaik bagi para pengunjung bandara. Fenomena semacam ini bisa kita saksikan di hampir
semua bidang, dan telah menjadi nafas sehari-hari dalam kehidupan masyarakat negara-
negara maju. Jadi, saya pun berpikir, seandainya memfokuskan belajar dan berkarya di 2
topik per-soalan di atas saja, maka insyaAllah bakal mengalirkan kontribusi besar bagi
banyak orang.
Saya bermimpi; jika kita bisa memiliki kembali cinta sejati (kepada Sang Maha
Kekasih dan seluruh mahluk-Nya) serta berkomitmen untuk memiliki culture of Excellence
di mana pun berada (di rumah, kantor, sekolah), maka kita akan menjadi bangsa yang besar.
Dan sebagai bonusnya, kita akan meraih puncak kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
"Berikan yang terbaik dengan penuh cinta, karena di situlah puncak bahagia."
E. Kalau Memahami, Tidak Menghakimi
Alangkah seringnya kita menghakimi orang lain, alangkah mudahnya kita
meremehkan sesama, dan alangkah susahnva bagi kita untuk menerima orang-orang yang
berbeda dengan kita. Sampai kita menyadari bahwa pada dasarnya kita semua sama. Kita
sama-sama sedang berjuang dengan pergulatan hidup masing-masing.
Maka benar kata ungkapan di bawah ini:
"Everyone you meet is fighting a battle you know nothing about. Be kind. Always."
(Siapa pun yang kau jumpai adalah orang-orang yang sedang bergumul dengan persoalan
hidup yang tidak engkau ketahui sedikit pun. Karena itu, berbelas-kasihlah selalu.)

F. 5 Kata Ajaib
Banyak pertikaian yang cepat mereda dan hubungan yang berubah indah karena 5
kata ajaib ini (five magic words) :
1. I love you
2. Thank you
3. I am sorry
4. I forgive you
5. Would you please

G. 3 Macam Ucapan
Ucapan (atau ceramah) ada 3 macam
1. Ucapan yang berasal dari nafsu. la akan menimbulkan masalah, membosankan, dan
tidak memberikan rasa bahagia bagi orang yang bicara serta tidak mengun-tungkan bagi
orang yang mendengar.
2. Ucapan yang bersumber dari akal. la akan diterima dengan baik oleh orang bijak,
dan memberikan ke-bahagiaan bagi pembicara maupun pendengarnya
3. Ketiga, ucapan yang lahir dari rasa cinta. la akan menghanyutkan sang pembicara
maupun pendengarnya dalam kebahagiaan yang mendalam.

Anda mungkin juga menyukai