Anda di halaman 1dari 25

RESENSI

TAUSIYAH CINTA

ALIFIA ALNIRA

SMA ISLAM AL AZHAR KELAPA GADING

NOVEMBER 2016
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Tausiyah Cinta

Pengarang : @tausiyahku_

Penerbit : QultumMedia

Tahun Terbit : 2016

Cetakan ke : 1 (pertama)

Jumlah Halaman : 184 Halaman

Harga : 55.000,-
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan


rahmat dan karunia nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Tausiyah Cinta ini dengan baik walaupun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap resensi ini dapat berguna untuk menambah


wawasan serta pengetahuan kita soal tentang Tausiyah Cinta. Dan kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam resensi ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan resensi yang telah kami buat di masa yang akan
datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan resensi ini di waktu yang akan datang.
Daftar Isi

1. Cover………………………………………………………. ………i
2. Identitas Buku…………………………………………………….. 2
3. Kata Pengantar…………………………………………………… 3
4. Daftar Isi………………………………………………….............. 4
5. Pendahuluan……………………………………………………… 5
6. Sinopsis………………………………………………………....... 7
7. Analisi Unsur……………………………………………………... 24
8. Keunggulan dan Kekurangan………………………….
9. Kesimpulan………………………………………………
10. Biodata……………………………………………………
Pendahuluan

@tausiyahku/@tausiyahku_ adalah sebuah akun dakwah berbasis Twitter


dan Instagram. Jumlah follower-nya di Twitter sebanyak 261 ribu,
sementara di Instagram sebanyak 803 ribu. Berdiri sejak 10 Juni 2013,
@tausiyahku istiqamah berdakwah terutama untuk kaum muda Indonesia.
Selain itu, akun yang sudah menelurkan tiga buah buku ini sering menjadi
sukarelawan yang menyalurkan donasi bagi umat Islam yang tertimpa
musibah. Berikut adalah nama-nama di balik akun @tausiyahku yang
berkontribusi dalam penulisan buku ini.

Nunung Fathur

Ibu ramah tangga, istri dari Abi Dzikrina dan ibu dari bidadari cantik dan
saleha, Annisa.

Yuli Retno W.

Pembelajar. Sangat menyukai hujan dan cokelat panas.

Vici Zahural

Penyuka senja, warna biru, dan gerimis. Penikmat buku.

Evaria Susandi

Pelipat rindu. Suka bantu-bantu di komunitas @sobat_ loversh dan


@tausiyahku.

Ridho Yp

Technical consultant yang menyukai sejarah Islam. Baginya ilmu adalah


segalanya.
Mulkan Fauzi

Jomblo.

Jefry Akase

Manusia yang tertutupi aibnya, terhijab khilafnya, tersembunyi dosa-


dosanya.

Ukhti Ffaa

Perindu jannah. Sering berharap melihat pelangi setiap hari.

Selain nama-nama di atas, @tausiyahku/@tausiyahku_ juga terus


melebarkan sayap juga karena nama-nama berikut.

Andre Saddam Haz

Tukang bikin puisi.

Iqy Ahmad

Yang rajin bikin desain gambar di instagram.

Resna Aprillia

Kontributor buku Tentang Rindu.


Sinopsis

Bicara tentang cinta tak akan ada habisnya. Mungkin, hanya


beberapa orang yang patah hati saja yang mudah jenuh dengan kata yang
satu ini. Tapi, jika dibandingkan dengan orang-orang yang memujanya
maka jumlah mereka kalah jauh. Kenapa cinta bisa begitu indah?

Menunggu sering menjadi sesuatu yang membosankan. Apalagi


menunggu jodoh. Mungkin, hal ini sering kita dengar dari orang-orang
yang sudah mulai jenuh dengan penantiannya. Jenuh dalam penantian
panjang yang tidak tahu sampai kapan mereka perjuangkan. Pada sebuah
titik, mereka pasrah dan berkata “Kalau memang jodoh, nanti juga datang
sendiri.”

Dalam perjalanan hijrah, dan dalam perjalanan hidup menuju cinta


kita kepadanya, kita akan menemukan arti rasa cinta yang sering kita
kaitkan dengan kegalauan. Kalau bukan karena nafsu, mungkin
perjalanan ini tak akan ada. Perjalanan diri menuju cinta Ilahi terjadi
karena masih ada jarak pemisah antara kita dengan Allah yang harus
dilalui, dan masih adanya ‘permusuhan’ antara kita dan Allah yang harus
diselesaikan.

Perjalanan hijrah menuju cintanya sangat jauh terbentang di


hadapan kita. Dan, sejatinya jarak yang jauh itu adalah syahwat kita
sendiri. Teman, coba ingat, kita ini siapa sampai berani memusuhi Allah?

Cinta adalah anugerah terindah, asal kita tidak salah memperlaku


kannya. Mungkin, kita terlalu takut untuk bicara cinta, takut salah
menempatkan makna dari setiap sisi cinta. Emosi yang masih labil hanya
akan membuat kita lebih banyak melamun karenanya. Jika kita sudah
sampai pada waktunya, kita akan memiliki ketertarikan terhadap
seseorang. Seseorang yang mungkin mampu melemahkan setiap sisi
terkuat dalam diri kita. Apakah ini cinta?
Andai benar ini adalah cinta, berarti kita telah jatuh cinta. Kita
seakan terjebak oleh waktu, memikirkan apa yang harus dilakukan
terhadap cinta ini. Maka, jangan sampai kita salah mengartikan maksud
dari setiap rasa yang datang. Kapasitas diri yang belum mampu menahan
setiap daya yang diberikan oleh cinta kadang membuat kita berani
berkorban jiwa dan raga demi cinta yang masih terlihat abu-abu.

Ibarat panas matahari yang setiap hari menyengat kepala kita tanpa
ampun dan dinginnya angin malam yang menusuk tulang kita. Begitulah
rasanya jika kita menyadari ada seseorang yang hadir di dasar hati.
Timbul rasa rindu terhadapnya, ingin tahu segala hal tentangnya, dan
bingung harus berbuat apa.

Memang sih, tidak selamanya mengikat cinta itu gampang. Tidak


selamanya menahan rindu dan membentengi diri dari nafsu itu mudah.
Sering sekali setan lihai menggoda hati manusia. Mereka pun menang,
dan kita terlena karena godaan setannya. Astagfirullah… Kalau sudah
sampai terhasut oleh setan, sebaiknya kita segera mengingat Allah.
Perbanyaklah zikir, karena hanya dengan mengingat Allah hati kita
kembali tenang.

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Hati-hati teman, kalau sudah banyak rasa yang tumpah di tulisan


kita dan syair-syair cinta mulai tertuang di benak kita. Bisa jadi itu
perangkap setan yang ditutupi dengan nafsu syahwat.

Ketika kita merasakan hati sudah tidak beres, ada yang salah
setiap kita bersama dia yang bukan mahram, ingatlah firman Allah ini

“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah


perbuatan keji dan jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra`: 32)
Coba kita pahami penggalan firman tersebut, “janganlah kalian
mendekati zina.” Sudah jelas bukan kalau Allah swt melarang apa pun
yang menjadi pengantar zina, termasuk pacaran. Nah, sebelum kita terlalu
jauh melangkah dalam jalan yang dibelokkan oleh setan, Yuk kembali ke
jalan yang selalu dinaungi oleh rahmat-Nya.

Awalnya, untuk melepas rasa cinta ini pasti sulit. Rasanya, berat
sekali. Masih ada rasa saying yang tertinggal dalam hati kita. “Boleh jadi
kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Nah, sudah jelas kan bahwa Allah memang jauh lebih tahu berbagai
hal daripada kita. Pastinya, pilihan Allah jauh lebih memuliakan kita
daripada pilihan kita sendiri. Di balik apa yang menurut kita baik, sering
terjadi jebakan setan yang membuat kita tergoda.

Teman, ayat cinta darinya jauh lebih indah daripada coretan pena
dan rangkaian kata cinta yang kita buat. Melepas cinta yang belum halal
bukan akhir dari segalanya kok. Justru, itu adalah babak baru dalam hidup
kita. Insya Allah akan lebih baik lagi hidup kita, jika kita bisa ikhlas
melepasnya. Selamat datang kembali dalam lindungan cintanya yang
luas. Cintanya yang tidak hanya sebatas nafsu syahwat saja. Inilah awal
dari cinta yang sebenarnya.

Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan rupa,


sama halnya dengan takdir, jodoh, maut, dan rezekinya. Tak ada yang
salah dengan segala penciptaannya. Hanya saja, sebagai hamba kita
sering lupa dengan kebesarannya dan lalai dengan perintahnya. Layak
tidak kita mengharap cinta yang besar darinya jika cinta kita padanya
sebatas lisan saja? Bukankah menjadi hamba berarti bersedia untuk
tunduk dengan ‘aturan’ yang dibuatnya?
Cinta Allah kepada hambanya,cinta orangtua kepada anaknya,
cinta seseorang kepada saudaranya, dan cinta seorang Mukmin kepada
Mukmin yang lain. Mahabesar Allah dengan segala karunianya yang telah
menciptakan cinta suci yang selalu terjaga. Terjaga oleh harapan dan
doa-doa, terjaga oleh kelembutan tutur katanya dan kesantunan
perangainya.

Batasi cinta hanya untuk yang berhak. Sebab, itu adalah jalan yang
dipilihkan Allah untuk para hambanya. Cinta dipersembahkan hanya untuk
orang yang berhak dan pada saat yang tepat. Dan, selama takdir belum
mempertemukan kita dengan jodoh, tugas kita adalah dengan memupuk
cinta, membesarkannya, menjaga kemurniannya hanya untuk Allah SWT.
Banyak orang mengumbar cinta, lalu membatasi cintanya hanya untuk
lawan jenisnya. Padahal, cinta yang dikaruniakan Allah kepada kita tidak
terbatas untuk lawan jenis saja.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu


perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)

Sulit tidak membatasi cinta saat kita masih sendiri? Pasti! Tapi,
Allah akan selalu memberikan petunjuknnya di mana pun kita berada.
Batasi cinta dan jaga keutuhannya dengan cara memperbaiki diri dan
memper- banyak amalan-amalan yang bisa menambah kecintaan kita
pada Sang Pemberi Cinta, Allah SWT. Menjaga cinta adalah kesenangan
tersendiri bagi mereka yang senantiasa merindukan kasih sayangnya.
Jadi, cintai Allah. Niscaya dia akan menjaga cintamu hingga saatnya tiba.

Bagi sebagian akhwat yang sedang dalam masa penantian,


terutama mereka yang sudah berumur, menanti bisa menjadi sebuah ujian
yang cukup berat. Apalagi bagi mereka yang baru saja hijrah, pasti
menjadi sebuah tantangan yang mungkin sekali membuat mereka galau.
Belum lagi jika pihak keluarga memberikan tuntutan agar segera menikah.
Kenapa ia tak kunjung datang?
Jika kita tanyakan kepada setiap akhwat mengapa belum juga
menikah, tentu jawaban mereka sangat beragam. Sebagian besar
mungkin menyatakan kalau mereka bukannya ingin menunda pernikahan,
tapi ‘pangerannya’ saja yang belum datang. “Belum ada yang benar-benar
pas di hati,” katanya.

Sebenarnya kegalauan itu datang tak hanya pada sang akhwat lho,
tapi juga pada ikhwan-nya. Kebanyakan mereka lebih pandai menutupi
kegalauannya, meski ada juga sebagian yang tanpa sadar menunjukkan
nya. Itu adalah hal wajar. Nah, seharusnya kegalauan yang ada kita sikapi
dengan bijak. Kegalauan yang disikapi dengan berlebihan efeknya akan
terlihat pada kacaunya aktivitas sehari-hari.

Pada dasarnya, kondisi seperti itu cukup kita sikapi dengan sabar
dan tawakal. Bukankah Allah telah menciptakan kita berpasang-pasang-
an? Kalaupun tidak dipasangkan di dunia, semoga Allah bersedia
menghadirkan sang jodoh di jannah nanti.

Cinta adalah fitrah bagi manusia, dan menikah adalah salah satu
cara untuk merayakan cinta dengan seseorang yang akan menjadi
pendamping untuk melalui bahtera kehidupan. Menikah adalah sesuatu
yang diperintahkan oleh Allah dan disunahkan oleh Rasulullah saw,
manusia paling mulia yang pernah ada. Manusia yang dengan
ketakwaannya membawa umat manusia ke jalan yang diridhai-Nya.

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telat menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pillihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al- Ahzab: 36)

Bicara tentang cinta dan jodoh tidak bisa lepas dari masalah
pernikahan. Banyak anak muda yang mengaku belum siap menikah,
padahal dilihat dari segi agam, finansial, dan usia sudah terbilang cukup.
Entah apa yang ada di benak mereka sehingga belum siap juga untuk
menikah. Untuk laki-laki lajang yang mengaku belum siap menikah
dengan berbagai alasan, mari kita ber-husnudzan

Ini berbeda dengan prempuan yang sudah baligh. Yang biasanya


jauh lebih siap untuk menikah. Mereka bahkan sangat siap untuk
dipinang, meski takdir kadang berkata lain. Belum ada satu pun laki-laki
yang berani menemui ayahnya dan melamarnya. Berbagai cara sudah
ditempuh, bahkan telah mengajukan ‘CV’ ta’aruf kepada murabiyyahnya.
Fitrahnya perempuan memang menunggu, sedangkan laki-laki
menjemputnya, yaitu dengan melamar. Tapi, ini bukan keharusan.
Perempuan yang sudah siap juga tidak boleh tidak hanya menunggu
calon pendampingnya datang untuk melamar.

Dulu, Rasulullah dilamar oleh seorang perempuan yang luar biasa,


yaitu Khadijah binti Khuwalid. Ia adalah perempuan bangsawan, cantik,
kaya-raya, dan terkenal cerdas. Suatu ketika, ia mengutus Maisarah,
seorang karyawan laki-laki yang bekerja padanya agar mengikuti
perjalanan dagang yang dipimpin oleh Nabi Muhammad saw. MAisarah
ditugaskan untuk mencari informasi yang detail dan jelas tentang perangai
laki-laki itu.

Perempuan yang kelak mendapat gelar agung ‘Ibunda Orang-orang


Beriman’ itu benar-benar telah terpesona dengan kepribadian Nabi
Muhammad muda. Menyadari dirinya membutuhkan pendamping, meski
usianya 15 tahun lebih tua darpada Nabi, ia memberanikan diri untuk
menikah dengan melamar beliau.

Setelah memperoleh informasi yang cukup dari Maisarah Khadijah


mengutus seorang perempuan berusia sekitar 50 tahun, Nafisah binti
Manuyyah, untuk menjajaki kemungkinan menikah dengan Nabi
Muhammad muda.
Nafisah menjalankan tugasnya dengan baik. Ia menemui laki-laki
yang bernama Muhammad tersebut. Ia lalu mulai mengajukan sederet
pertanyaan dengan kepada beliau. Dari jawaban Nabi Muhammad,
Nafisah menemukan sinyal bahwa beliau telah berkeinginan untuk
menikah, tapi belum tahu dengan siapa.

Melihat pertanda tersebut, Nafisah mengajukan sebuah pertanyaan


lanjutan, “Bagaimana jika engkau dikehendaki seorang perempuan mulia
yang rupawan, hartawan, dan bangsawan? Apakah engaku tak menaruh
perhatian? Ataukah kau bersedia menerima?”

Dari pertanyaan perempuan tersebut, Nabi Muhammad mulai


mengerti bahwa yang dimaksud Nafisah adalah Khadijah binti Khuwailid.
Siapa lagi di kota Mekah kata itu yang bisa menandingi Khadijah binti
Khuwailid dalam hal kemuliaan, kebangsawanan, dan kecantikan? Singkat
cerita, pernikahan pun dilangsungkan. Sebelumnya, keluarga Nabi
Muhammad dengan diwakili oleh paman beliau, Abu Thalib dan Hamzah,
meminang Khadijah.

Begitulah kisah pernikahan Rasulullah saw dan istri beliau, Ummul


Mukminin Khhadijah ra. Pernikahan agung antara kedua manusia teladan,
pernikahan yang berlangsung hingga sang istri wafat. Pernikahan yang
melahirkan putra-putri teladan. Pernikahan yang darinya Rasulullah saw
bersabda, “Allah tidaklah menganugerahkan kepadaku seorang istri
sebagai pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Dia beriman
kepadaku ketika semua orang mengingkari kenabianku. Dia
membenarkanku ketika semua orang mendustakanku. Dia mengorbankan
hartanya ketika semua orang berupaya mempertahankannya. Dan, dari
rahimnya Allah menganugerahkan anak-anak bagiku, bukan dari
perempuan-perempuan lain.”

Dari kisah tersebut, banyak hikmah yang bsia kita ambil. Kita tidak
tahu apa yang akan terjadi seandainya Khadijah hanya berdiam diri dan
menunggu takdir cintanya datang. Bisa jadi Nabi Muhammad tetap
meminang Khadijah, atau terjadi hal lain yaitu keduanya tidak pernah
bersatu. Sejarah membuktikan bahwa Khadijah menentukan pilihannya
dengan mengungkapkan rasa cintanya melalui orang kepercayaannya
dan pilihannya itu ternyata berjodoh dengan takdir Allah. Khadijah
memang perempuan mulia, dan kemuliaannya itu tidak mengurangi
kekuatan dirinya untuk memperjuangkan rasa cintanya.

Seorang perempuan juga bisa memiliki semangat yang luar biasa


untuk menemukan jodohnya, bukan hanya menanti tanpa ada usaha. Tak
perlu malu kalau ada perempuan yang ingin menyatakan keinginannya
untuk menikah dengan lelaki pilihannya. Seperti itulah teladan dari Ummul
Mukminin, Khadijah ra.

Memang, bagi wanita, memperjuangkan cinta itu sulit. Dibutuhkan


keberanian yang berlipat-lipat dibandingkan perjuangan cinta seorang laki-
laki. Ada adat, tradisi, dan karakter yang harus dilawan untuk mampu
mengambil keputusan besar dalam memperjuangkan cintanya. Rasa malu
seorang perempuan dalam hal cinta sangat mendalam. Ini perlu diketahui
oleh seorang laki-laki. So, Tunggu apa lagi?

Jangan menunda-nunda setiap perkara yang baik. “Menunda


pernikahan adalah menunda banyak manfaat yang sesungguhnya dapat
segera dinikmati oleh manusia,” demikian kata Umar bin Khatab ra.

Untuk menikah, kita memang harus memiliki bekal imu. Tapi, ini
tidak bisa disamakan dengan menuntut ilmu seperti di bangku sekolah
yang menghabiskan waktu sampai bertahun-tahun. Bekal menuju jenjang
pernikahan bisa kita dapatkan misalnya dari training-training pranikah,
majelis, atau dari orang yang telah berpengalaman. Tidak begitu sulit kok
untuk menyiapkannya. Asal ada niat, insya Allah beres.

Kaum lelaki tidak harus punya penghasilan banyak lho untuk


menikah. Tidak harus menunggu mapan dulu. Rezeki Allah luas, Bro! Ini
perlu ditekankan, karena masih ada saja laki-laki yang mau menunda
pernikahan dengan alasan belum memiliki pekerjaan yang mapan.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara


kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memberi kemampuan kepada mereka dengan karunianya. Dan Allah
Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)

Dikisahkan bahwa suatu ketika seorang laki-laki datang


menghadap rasullullah saw. Laki-laki itu bernama Ukaf, ia adalah lelaki
bujang yang belum mau menikah, padahal ia sudah mampu. Rasulullah
saw bertanya kepadanya “Wahai Ukaf, apakah engkau sudah mempunyai
istri?” Ukaf menjawab, “Belum.”

Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau mempunyai budak


perempuan?” Ukaf menjawab, “Tidak.”

Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau orang kaya yang baik?” Ukaf
Menjawab, “Ya, Alhamdulillah, saya orang kaya yang baik.”

Beliau lalu berpesan, “Kalau begitu, kau termasuk temannya setan.


Seandainya engkauseorang Nasrani maka engkau adalah salah seorang
pendeta di antara golongan mereka. Apabila engkau termasuk golongan
kami maka hendaklah engkau berbuat seperti halnya kebiasaan kami.
Sesungguhnya sebagian dari sunahku adalah menikah, maka sejelek-
jelek kalian adalah yang hidup membujang. Sejelek-jelek orang mati
adalah yang mati membujang. Sebab itu, sungguh celakalah dirimu, wahai
Ukaf. Sebab itu, menikahlah!” (HR. Ibu Katsir dan Ibu Majah) .

Membiarkan seorang laki-laki bujang dan gadis dalam kesendirian


terlalu lama bisa berbahaya. Lingkungan dengan tradisi beragama yang
kuat dan adat yang kokoh mungkin dapat membendung mereka agar tidak
terperosok dalam jurang kemaksiatan. Tapi, perlu diingat, nafsu itu sangat
berbahaya dan bisa menjadi musuh yang nyata. Kita sering tidak
menyadari kapan dan bagaimana nafsu merayu dan membohongi kita.

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena itu akan


menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26)

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan


menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah
tempat tinggal (nya).” (QS. Nazi’at: 40-41)

Percaya tidak, Teman, kalau semakin hari waktu kita untuk


menetap di bumi ini semakin berkurang. Usia kita tampaknya memang
bertambah, namun sebenarnya berkurang. Yakinlah, Allah akan
memberikan kemudahan terhadap segala urusan kita selama kita beritikad
baik dalam segala hal. Karena, perkara-perkara yang baik insya Allah
akan dimudahkan oleh Allah, termasuk bagi mereka yang ingin segera
menikah dan membina keluarga, demi menjaga kehormatan dan
memelihara diri dari segala kemaksiatan.

Ada yang tahu kalau maksiat itu tidak hanya berzina dengan
pasangan tidak sah? Memandang lawan jenis yang belum halal bagi kita
dan memikirkannya secara berlebihan juga termasuk perilaku maksiat lho!
Astagfirullah … Rela tidak kalau kita menyandang gelar pelaku maksiat?
Na’udzubillah, semoga kita senantiasa terhindar dari semua itu.

Buat para jomlo, ingat kita semua harus menikah. Menikah itu
ibadah, menyempurnakan separuh agama. Kita harus menghidupkan
sunah Rasulullah ini, jika kita memang mengaku cinta kepada beliau.
Dikisahkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah saw pernah
bersabda, “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama berpegang
teguh pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu
Kitabullah dan Sunahku. Dan, tidak akan terpisah keduanya sampai
keduanya mendatangiku di Haudh (telaga di surga),” (HR. Al-Hakim)
Dalam hadits lain diriwatkan oleh Tirmidzi dikatakan, “Barangsiapa
mencintai sunahku berarti ia mencintaiku. Dan barangsiapa mencintaiku
maka kelak ia akan bersamaku di dalam surga.”

Kebanyakan kaum laki-laki menunda untuk menikah karena alasan


klasik, seperti ingin menyelesaikan studinya. Benar sih, menikah bukan
sebuah paksaan. Yang penting, bagaimana kita bisa membumikan sunah
Rasulullah dan bagaimana kita bisa menjaga diri dan hati dari aktivitas-
aktivitas maksiat seperti yang telah disebutkan di atas.

Coba ingat, Akhi, laki-laki bisa menjadi hebat itu karena ada
perempuan di sampingnya lho! Belajar bertanggung jawab yuk! Dengan
adanya ikatan pernikahan, akan banyak pahala yang mengalir di
dalamnya. Insya Allah, jika kita sanggup untuk apa disia-siakan?

“Wahai kaum muda, barangsiapa di antara kalian telah mampu


maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan
lebih memelihara kemaluan. Dan, barang siapa belum mampu maka
hendaknya ia berpuasa, sebab ia dapat mengekangnya.” (HR. Al-Bukhari)

Alasan kaum lain yang menjadi penghambat karena seorang laki-


laki menikah adalah standarnya yang tinggi, seperti gadis yang cantik,
kaya, pintar, berpendidikan, dan yang lain-lain. Semua ini, kalau kita
amati, bersifat duniawi. Sebagai manusia biasa, memang hak setiap orang
untutk mengajukan kriteria tertentu bagi pendamping hidupnya. Tapi,
sadar nggak kalau semua itu, justru menjadi penghalang bagi kita.

Menikah itu penyingkapan terhadap sebuah tabir rahasia, di mana


perempuan yang akan kita nikahi tidak secantik Zulaiha, tidak setabah
Fatimah, tidak setabah Fatimah, tidak sekaya Khadijah, dan tidak searif
Aisyah. Perempuan yang kita nikahi cukup seorang wanita yang Insya
Allah akan melahirkan anak-anak saleh dan saleha, dan menjadi
madrasah pertama untuk mereka. Cobalah berlapang dada untuk
menerima semua kekurangan maupun kelebihannya.
Para perempuan juga biasanya memiliki kriteria khusus untuk calon
pendampingnya. Ingin suami yang ganteng, bermobil, berpendidikan
tinggi, dan pekerjaan dengan jabatan yang wah. Ingat, Ukhti, laki-laki yang
akan menjadi suamimu tidak perlu sekaya Abu Bakar, sehebat Umar,
setampan Utsman, dan sebijaksana Ali bin Abi Thalib. Laki-laki yang kelak
menjadi suamimu cukup laki-laki yang bisa menuntunmu menuju jalan
yang benar dan diridhai oleh Allah SWT. Cobalah berlapang dada untuk
menemrima kekurangan dan kelebihannya.

Kadang, ada juga di kalangan perempuan yang sudah cukup


umarnya, tapi belum merasa siap untuk mengakhiri masa lajangnya.
Alsannya, ingin fokus terhadap karir dan membahagiakan orangtua serta
saudaranya. Padahal, banyak laki-laki yang sudah siap dan telah lama
menanti untuk meminangnya. Ukhti, bukankah akan lebih terasa nikmat
kalau kalian bisa membahagiakan satu keluarga lagi? Keluarga yang akan
menjadi bagian dari diri kalian, keluarga dari semua kalian.

Tapi, bagaimana dengan ikhwan yang nyalinya ciut? Nah, banyak


memang laki-laki yang sudah sangat matang persiapannya untuk menikah
tapi tiba-tiba ‘down’ ketika berhadapan langsung dengan orangtua
perempuan yang ingin dilamarnya. Katanya minder, takut ditanya soal
pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan lain-lain. Atau, ia sudah menerima
gadis idamannya tapi kemudian menolak dengan alasan orangtuanya
tidak sreg dengan pekerjaannya.

Ada yang berpendapat, menikah di usia muda membuat kita malas


mencari ilmu dan menyulitkan dalam belajar. Hal ini nyatanya nggak benar
kok. Yang ada justru sebaliknya. Karena, mempercepat mrnikah punya
keistimewaan tersendiri, yaitu membuat jiwa lebih tenang dan tidak bakal
galau lagi. Justru dengan memliki anak dan istri kita akan mendapatkan
penyejuk jiwa, dan akan menolong kita dalam mendapatkanmu ilmu. Jika
jiwa dan pikiran telah tenang karena ada istri dan anak di samping kita,
kita aakan mudah untuk mendapatkan ilmunya.
Menikah saat menjalani studi sering menarik perhatian. Kenapa?
Kebanyakan orang berpikir menikah akan menambah hidup. Padahal,
dengan menikah saat sedang menjalani kuliah kita akan memperoleh
kebahagiaan bahkan kemudahan yang lebih besar dari Allah. Suami dan
istri bisa saling memberi support. Percaya deh!

“Aku lagi ngerjain skripsi …“ Tenang, suami-istri bisa saling


bertukar pikiran. Ini baru salah satu bentuk kemudahan saja. Yang tak
kalah penting, laki-laki akan memiliki pendamping yang bisa saling
melayani selama hidup. Sudah menjadi kewajiban bagi setap pasangan
untuk saling membantu dalam mengerjakan tugas atau tanggung jawab
sesuai dengan kemampuannya.

Sekarang, bagaimana dengan mereka yang terkendala restu orangtua?

Banyak orangtua yang belum memberikan ‘SIM’ (Surat Ixin


Menikah) kepada anaknya. Alasannya, ingin melihat anaknya sukses dulu,
menyelesaikan kuliah dulu atau mendapat pekerjaan yang bagus terlebih
dulu. Wajar sih kalau sebagai orangtua mereke mengiginkannya yang
terbaik untuk masa depan anaknya. Tapi, kalau gejolak rasa dan
keinginan untuk menikah sudah menggelora dan sdah tak bisa ditahan,
sebaiknya disegerekan saja. Untuk apa menunda. Ya, kan? Menunda-
nunda untuk menikah akan mendatangkan kerugian lho!

Coba bicara dengan lembut kepada orangtua. Jangan sampai ada


kata-kata yang menyakiti perasaan mereka. Semoga Allah memudahkan
niat baik kita.

Ada juga yang bilang kalau menikah di usia muda dapat


membebani seorang laki-laki dalam mencari nafkah untuk anak dan
istrinya. Alasan ini tidak akan selamanya bisa diterima. Karena, menikah
akan senantiasa membawa keberkahan, yakni bertambahnya kebaikan.
Menjalani pernikahan berarti melakukan ketatan kepada Allah dan Rasul
nya. Ketaatan seperti ini adalah kebaikan. Laki-laki yang menikah berarti
telah menjalankan perintah Nabi Muhammad saw. Ingat, semua rezeki itu
di tangan Allah.

`“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di muka bumi melainkan
Allah lah yang memberi rezkinya.” (QS. Hud: 6). Jika kita menjalani
pernikahan, Allah akan memudahkan rezeki untuk kita dan anak-anak kita
“Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS, Al-
An’am: 151)

Tuh, kan? Sudah jelas. Menikah tak akan membuat seorang laki-
laki terbebani. Justru banyak rezeki yang akan datang kepadanya. Ada
yang bilang kalau menikah dapat membebani seorang laki-laki di luar
kemampuannya. Wah, ini tidak benar. Karena, kalau kita menikah, kita
akan semakin mudah mendapatkan kebaikan dan keberkahan.

Menikah merupakan ketetapan Allah untuk manusia yang


seharusnya mereka jalani, bukan semata-mata khayalan. Menikah
termasuk salah satu pintu yang dapat mendatangkan kebaikan bagi siapa
saja asal niatnya benar.

Semoga Allah memberi kemudahan untuk mewujudkan niat bagi


kita. Jika ingin segera menikah dan sudah merasa mampu dalam
menafkahi istri, ‘lobi’ aja orangtua kita dengan cara yang baik. Insya Allah,
semua akan dimudahkan.

Sekali lagi, jangan mencari kesempurnaan, karena kesempurnaan


tidak pernah ada dalam diri manusia. Kesempurnaan hanyalah miliknya.
Terimalah seseorang apa adanya, karena kelak kitalah yang menjadi
pelengkapnya.

Mahar pernikahan. Mahar adalah salah satu syarat sahnya sebuah


pernikahan. Ada sebuah adits mengatakan, sebaik-baik wanita adalah
maharnya ringan, tetapi sebaik-baik lelaki adalah yang memberikan mahar
terbaik untuk perempuan yang ingin dijadikan istrinya. Ini tidak berarti laki-
laki bisa dengan seenaknya memberikan mahar. Jika ia memang menilai
calon istrinya adalah rezeki terbesar dari Allah, seorang suami pasti akan
memberikan mahar yang bernilai, kecuali jika keadaan mereka tidak
memungkinkan.

Mahar biasanya meminang salah satu sebab seorang ikhwan tidak


berani meminang perempuan yang dicintainya. Ini menjadi penghalang
baginya, sebab sering terjadi adat dan tradisi yang berbicara. Adat di
daerah tertentu biasanya menetapkan jumlah mahar untuk sebuah
pernikahan. Bahkan, di beberapa Negara, banyak perempuan yang
melajang hingga akhir hidupnya karena adanya peraturan dari pemerintah
mengenai jumlah mahar yang harus dibayar laki-laki yang akan menikah.
Padahal, Rasulullah tidak pernah memerintahkan seperti itu.

Rasulullah sering menikahkan laki-laki bahkan anaknya sendiri


dengan mahar yang ringan, atau bisa dikatakan murah. Rasulullah
menikahkan putri kesayangannya, Fatimah Az-Zahra dengan Ali bin Abi
halib dengan mahar baju perang yang pernah dihadiahkan oleh Rasulullah
sendiri kepada Ali. Menurut riwayat, harganya tidak seberapa, kurang dari
400 dirham.

Sangat banyak dijumpai jombloers yang gagal menikah karena


menetapkan mahar yang terlalu tinggi. Kalau memang sudah merasa
cocok dengan perempuan tersebut, usahakan supaya tetap semangat dan
berusaha. Musyawarahkan dengan kedua orangtuanya terlebih dahulu.
Jangan patah semangat. Jangan langsung mundur tanpa ada usahanya.
Anggap saja ini tidak lebih dari tantangan menuju hari bahagia. Tapi,
seandainya kita sudah berusaha sampai batas maksimal, maka
bersabrlah. Allah telah menyiapkan yang lebih baik.

Untukmu, ukhti, jangan mempersulit laki-laki yang datang melamar


ya! Lelaki yang nanti menjadikanmu ibu dari anak-anakmu, lelaki yang
akan melindungi dan menafkahimu. Bukankah telah disampaikan oleh
Rasulullah bahwa perempuan yang terbaik adalah paling ringan mas
kawinnya? Jadilah salah satu dari wanita yang dimaksud oleh rasulullah
itu. “Sebaik-baik wanita adalah yang paling ringan mas kawinnya.” (HR.
Ath-Thabrani)

Tentang biaya pernikahan, tidak perlu bermewah-mewahan.


Sekarang, orang-orang berlomba untuk mengadakan sebuah resepsi
pernikahan yang berbeda dari yang lainnya. Tanpa berpikir mashlahat dan
mudharat nya. Bagi umat muslim, cukuplah pernikahannya dengan
mengikuti syari’at Islam, memenuhi wajib dan rukun-rukun dalam sebuah
pernikahan. Menikah dengan acara resepsi yang mengeluarkan biaya
yang banyak bukankah itu termasuk berlebih-lebihan? Sementara, Allah
telah menyampaikan bahwa Dia tidak menyukai hamba-Nya yang
berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’rad: 31)

Sesuatu yang sederhana tidak usah dipersulit. Yang penting dalam


sebuah pernikahan adalah berkahnya, bukan mewah dan megahnya
resepsi pernikahan tersebut.

Menikah merupakan gerbang emas untuk meraih jannah nya, juga


sebuah perjanjian erat (mitsaqan ghaliza) yang hanya disebutkan tiga kali
oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Akad nikah disaksikan bukan hanya oleh
penduduk bumi, tapi juga para penduduk langit. Subhanallah, mulia sekali
bukan?

Dalam pernikahan, ujian bisa saja datang, walau dalam pernikahan


memang terbuka banyak harapan. Justru melalui ujian-Nya, Allah sayang
kepada kita. Masih ingat tidak, bagaimana Ummu Sulaim sangat bijak
menyikapi ujian dari Allah melalui putranya? Allah mengganti kesabaran
Ummu Sulaim dengan lahirnya seorang bayi, yang mana dari bayinya itu
kemudian lahir Sembilan putra yang semuanya hafal Al-Qur’an.

Tidak ada ujian yang sia-sia. Karena, dari kesabaran dalam


menghadapi ujian tersenut, Allah menghadiahkan surge bagi orang-orang
yang bersyukur. “Surga ‘Adn yang mereka masuki bersama orang-orang
saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istrinya, dan anak-cucunya,
sementara malaikat-malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu,
sambil mengucapkan, ‘salamun ‘alaikum bima sharbartum, keselamatan
atas kalian karena kesabaran kalian.’ Maka, alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 23-24)

Bagaimana ketika perasaan itu hadir? Menengok pada bilik-bilik


hati yang tengah dijaga dalam ketaatan Ia menjelma dan karunia dan
kelembutan hati. Maka tatkala ia datang, kita butuhkan bingkai yang jelas.

Dalam tausiyah cinta yang singkat dan cakap Jatuh cinta, perlukan
kesiapan diri. Yang kelak akan berujung pada mahligai penuh berkah
maka jika salah salam deklarasikan cinta, Tentulah hanya nelangsa yang
dirasa.

Ia tak butuh pentas drama dan roman picisan, Yang acapkali


dibumbui oleh kemaksiatan. Cukuplah dalam walimah sederhana dan hati
yang terjaga.

Karena cinta adalah dakwahh. Karena cinta adalah jembatan


menuju jannah nya. Dan cinta yang hakiki terbentuk dalam potret keluarga
yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Analisis Unsur

Tema : Mengenal cinta lebih dalam

Alur / Plot : Alur Mundur

Anda mungkin juga menyukai