Anda di halaman 1dari 18

Sistem Respirasi Serta Organ Yang Berperan

Rizqi Putra Pratama


102016022
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no.6 Jakarta 11510.
Telepon : 021-5694 2061; Fax : 021-563 1731.
Email: Rizqiputrapratama26@gmail.com

ABSTRAK
Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada
saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan
karbon dan hydrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri
proses metabolismenya. Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya
pertukaran gas didalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan didalam paru-paru atau
“pernapasan luar”. Sistem respirasi berperan untuk menukar udara dari luar ke
permukaan dalam paru-paru. Setelah udara masuk dalam system pernapasan, akan
dilakukan penyaringan, penghangatan, dan pelembaban udara tersebut di trakea agar
tidak merusak permukaan yang lembut pada system pernapasan. Perbedaan tekanan
membuat udara masuk ke paru-paru melalui saluran pernapasan. Tekanan ini
bertujuan menyaring, mengatur udara, dan mengubah permukaan saluran napas
bawah pada tahap persiapan pembukaan system pernapasan sampai tahap istirahat.
Kata Kunci : makroskopis dan mikroskopis sistem pernapasanan, mekanisme
respirasi
ABSTRACT
By breathing every cell in the body receives its oxygen supply and at the same time
releasing their oxidation products. Oxygen, compounds the carbon and hydrogen of
the network allows each cell metabolism processes establish themselves. Breathing is
a dual process, namely the exchange of gas in the network or "breathing in" and in
the lungs or "breathing outside". The respiratory system serves to ventilate from the
outer to the inner surface of the lungs. Once air enters the respiratory system, will do
the filtering, warming, and humidification of the air in the trachea so as not to
damage the soft surface on the respiratory system. The difference in pressure makes

1
the air going into the lungs through the respiratory tract. The aim of this pressure
filter, air circulation, and alter the surface of the lower respiratory tract in the
preparation stage to stage the opening of the respiratory system a break.
Keywords: macroscopic and microscopic respiratory system, respiration mechanism

Pendahuluan
Bernafas adalah hal yang sangat penting bagi manusia . Sistem pernafasan
manusia dapat kita sebut juga dengan sistem respirasi . Respirasi adalah pertukaran
gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk memetabolisme sel sedangkan
karbondioksida (CO²) yang merupakan hasil dari metabolisme tersebut yang akan
dikeluarkan dari tubuh melalui organ paru. Ada berbagai macam organ yang
digunakan dalam respirasi yang berfungsi untuk mengangkut udara dan sebagai alat
pertukaran udara.1
Organ-organ tersebut tidak hanya berguna untuk pernafasan melainkan akan
berhubungan dengan bagian-bagian lain yang akan membentuk suara, berperan dalam
proses menelan, dan proses batuk. Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan
menjelaskan struktur makro dan mikro dari organ pernafasan, serta mekanisme
pernafasan.

Struktur Organ Pernafasan


Sistem pernafasan dibagi menjadi dua secara sistematis , yaitu saluran
pernafasan atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Organ pernafasan atas terletak
di luar rongga dada, sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya
di dalam rongga dada . Saluran pernafasan atas terbagi atas bagian hidung, nasofaring,
orofaring, laringofaring, dan laring.Sedangkan , saluran pernafasan bagian bawah
terbagi atas trakea, semua segmen percabangan bronkus, dan paru-paru. Sedangkan
jika dilihat dari fungsinya, sistem pernafasan juga mencakup beberapa struktur
aksesori, termasuk rongga mulut, sangkar iga, dan diafragma.2

Makroskopis
Stuktur makroskopis dibagi menjadi saluran nafas, saluran nafas manusia
dibagi menjadi dua yaitu saluran nafas bagian atas dan bagian bawah.

2
Saluran Nafas Bagian Atas
Saluran nafas bagian atas ini berfungsi untuk menyaring , menghangatkan dan
melembabkan udara yang masuk ke dalam tubuh. Organ saluran nafas bagian atas
adalah sebagai berikut:
Rongga Hidung

Gambar 1. Rongga hidung1

Pada pernafasan , udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum
nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, yang juga terdapat kelenjar minyak
(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal didalam cavum nasi yang disebut vestibulum yang
berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.3 Di dinding
lateralnya terdapat 3 tonjolan tulang yaitu chonca nasalis superior (epitel khusus),
choncha nasalis medius dan chonca nasalis inferior (epitel bertingkat thorak bersilia
bersel goblet). Ada organ berfungsi untuk menghangatkan udara pernapasan melalui
hidung yang disebut sweet bodies di plexus venosus. Di sebelah posterior rongga
hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
Sedangkan yang berhubungan dengan lubang hidung anterior atau kearah wajah
disebut nares.4 Penyangga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan hialin. Rangka
bagian tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis os maxillaris dan bagian nasal
os frontalis. Rangka tulang rawan hialinnya terdiri dari cartilago septum nasi,
cartilago lateralis nasi dan cartilago ala nasi major at minor.Otot yang melapisi hidung

3
merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusun dari musculus nasalis dan
musculus depressor septum nasi.4
Perdarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang arteri facialis,
arteri dorsalis nasi cabang arteri opthalmika dan arteri infraorbitalis cabang arteri
maxillris interna. Pembuluh baliknya menuju vena facialis dan vena opthalmica.
Sedangkan perdarahan untuk rongga hidung terdiri dari arteri ethmoidalis anterior dan
posterior, arteri sphenopalatina cabang maxillaris interna, arteri palatina mayor dan
arteri labialis superior. Dan vena-vena pada rongga hidung akan membentuk plexus
cavernosus yang terdiri dari vena sphenopalatina, vena facialis dan vena ethmoidalis
anterior dan berakhir di vena opthalmica.3
Kemoreseptor penghidu terletak di epitel olfaktorius/ N. 1 yaitu suatu daerah
khusus dari membran mukosa yang terdapat pada pertengahan kavum nasi dan pada
permukaan chonca nasalis superior. Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat torak
bersilia yang terdiri atas 3 jenis sel yaitu sel ofaktorius, sel penyokong dan sel basal.
Dari nervus olfaktorius ini akan membentuk bulbus olfaktorius dengan bersinaps pada
dendrit-dendrit sel mitral membentuk glomerulus olfaktorius dan akson sel mitral
membentuk traktus olfaktorius. Dari traktus olfaktorius impuls penghidu dihantarkan
kepusat penghidu dikorteks serebri yaitu uncus dan bagian anterior gyrus hipokampus
dan terakhir kehipotalamus dan sistem limbik.5
Faring
Faring terdiri dari dua bagian yaitu nasofaring dan orofaring . Faring
merupakan percabangan dua saluran yakni traktus digestivus dan traktus respiratorius.
Faring berperan dalam proses menelan makanan.5 Rongga nasofaring ini tidak pernah
tertutup, berbeda dari orofaring dan laringofaring. Nasofaring berhubungan dengan
rongga hidung melalui choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan orofaring
melalui isthimus pharingeum.5
Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat
pula pangkal lidah. Pada dinding lateralnya terdapat tonsilla palatina yang masing-
masingnya terletak disinus tonsillaris. Berhubungan dengan rongga mulut melalui
isthmus oropharingeum. Makanan dalam bentuk bolus dari rongga mulut didorong
masuk ke orofaring. Bolus menekan uvula (tekak) sehingga menutup saluran menuju
ke hidung. Hal ini menjaga supaya makanan yang masuk tidak keluar ke hidung.
Proses dilanjutkan dengan menurunnya epiglotis yang menutup glotis. Bolus melalui
laringofaring dan masuk ke esophagus.5
4
Laring
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukan salah satu
fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan
trakea. Laring memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah
benda padat agar tidak masuk ke dalam trakea.2 Laring berada diantara orofaring dan
trakea, dianterior laringofaring Laring dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis). Epiglotis atau kartilago epligotik adalah kartilago yang paling atas,
bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama
menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glotis.
Gerakan ini mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam laring.
Dibagian bawah epiglotis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke arah
lumen laring. Pasangan lipatan mukosa bagian atas menutupi ligamentum ventriculare
dan membentuk plica vestibularis, celah antara kedua plica ventricularis disebut rima
vestibuli. Pasangan lipatan mukosa dibagian bawah menutupi ligamentum vocale dan
membentuk plica vocalis yang berkaitan dengan pembentukan suara. Kedua plica
vocalis ini bersama permukaan medial kedua cartilago arytaenoid membentuk rima
glotidis/glotis. Dimana terdapat bagian yang sejajar dengan ligamnetum vocale
terdapat otot skelet yang disebut musculus vokalis yang berfungsi untuk mengatur
ketengan pita suara dan ligamentum sehingga udara yang melalui pita suara dpat
menimbulkan suara dengan nada yang berbeda-beda.6
Otot pada laring terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok ekstrinsik dan
kelompok intrinsik. Otot-otot ekstrinsik menghubungkan laring dengan sekitarnya dan
berperan dalam proses menelan; termasuk otot-otot tersebut adalah musculus
sternothyreoideus, musculus thyreohyoid dan musculus constrictor pharingis inferior.
Sedangkan musculus intrinsik laring berperan untuk fonasi. Otot yang termasuk
dalam musculus intrinsik laring adalah musculus cricoarytaenoid posterior, musculus
cricoarytaenoid lateral, musculus arytaenoid obliquus, musculus arytaenoid
transversus, musculus thyreoarytaenoid, musculus aryepigloticcus dan sekitarnya.

Saluran Nafas Bagian Bawah


Trakea
Trakea berjalan dari cartilago cricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan
di belakang manubrium sterni, berakhir pada setinggi angulus sternalis (taut
manubrium dengan corpus sterni) tempatnya berakhir, membagi menjadi bronkus kiri
5
dan kanan. Di dalam leher, trakea disilang di bagian depan oleh isthmus glandula
thyroidhea dan beberapa vena.7
Bronkus
Trakea berbifurkasio menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Bronkus kanan lebih lebar, pendek, dan lebih vertikal dari bronkus kiri. Struktur
bronkus sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus, kedudukan bronkus kiri
lebih mendatar dibandingkan bronkus kanan sehingga bronkus kanan lebih mudah
terserang penyakit.
Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan di lapisi
oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke
arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang
kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang
disebut bronkus pulmonaris. Trakea terbelah menjadi dua bronkus utama. Bronkus
ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang
dan beranting lagi .
Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut
vestibula, dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya, lapisan epitelium
bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa
infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong
udara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilah
darah hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu jaringan pembuluh darah
kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.3
Bronkioulus

Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus dan
dindingnya lebih tipis. Bronkiolus kiri berjumlah dua. Sedangkan bronkiolus kanan
berjumlah tiga. Percabangan ini membentuk cabang yang lebih halus seperti
pembuluh.
Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat pernapasan dihangatkan dan
dilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui
bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan
alveolus. Antara trakea dan dan sakus alveolaris terdapat 23 kali percabangan pertama
saluran udara. 16 percabangan pertama saluran udara merupakan zona konduksi yang

6
menyalurkan udara kelingkungan luar. Bagian ini terdiri dari bronkus, bronkiolus
terminanalis. Tujuh percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dari zona
respirasi, tempat terjadinya pertukaran gas dan terdiri dari bronkiolus respiratoriusm
duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli.
Paru-Paru
Paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta
dijaga oleh sangkar iga. Bagian dasar paru terletak di atas diafragma; bagian apeks
paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Paru-paru kanan terdiri dari tiga
lobus (superior, medial dan inferior). Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus (superior
dan inferior). Selaput pembungkus paru-paru disebut pleura.
Ada dua macam pleura di paru yaitu pleura parietalis dan pleura visceral . Di
antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang
sewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat, kedua lapisan itu satu dengan yang
lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata,
tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan
ruang diantaranya menjadi jelas. Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan serat
elastin dan kolagen dan sel fibroblas, dilapisi oleh sel mesotel.

Mikroskopis
Saluran nafas terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian
konduksi adalah saluran nafas solid baik di luar maupun di dalam paru yang
menghantar udara ke dalam paru untuk respirasi. Sedangkan bagian respirasi adalah
saluran nafas di dalam paru tempat berlangsungnya respirasi atau pertukaran gas.8
Bagian superior atau atap rongga hidung mengandung epitel yang yang sangat
khusus untuk mendeteksi dan meneruskan bebauan. Epitel ini adalah epitel olfaktoris
yang terdiri atas tiga jenis sel, yaitu sel penyokong (sustentakular), sel basal, dan sel
olfaktoris. Sel olfaktoris adalah neuron bipolar sensoris yang berakhir pada
permukaan epitel olfaktori sebagai bulbus olfaktoris kecil. Di dalam jaringan ikat di
bawah epitel olfaktoris terdapat N. olfaktoris dan kelenjar olfaktoris.
Bagian konduksi sistem pernafasan terdiri atas rongga hidung, faring, laring,
trakea, bronki ekstrapulmonal dan sederetan bronki dan bronkioli intrapulmonal
dengan diameter yang semakin kecil dan berakhir pada bronkioli terminalis. Saluran
ini ditunjang oleh tulang rawan hialin. Trakea dilingkari oleh cincin-cincin tulang
7
rawan hialin berbentuk C. Setelah bercabang menjadi bronki yang kemudian
memasuki paru, cincin hialin diganti oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin. Saat
diameter brinkiolus mengecil, semua lempeng hialin menghilang dari saluran
pernafasan bagian konduksi.
Bagian konduksi saluran nafas yang terkecil adalah bronkiolus terminalis.
Bronkiolus yang lebih besar dilapisi epitel bertingkat semu bersilia, seperti pada
trakea dan bronki. Epitel ini berangsur memendek sampai menjadi epitel selapis
bersilia. Bronkiolus yang lebih besar masih mengandung sel goblet yang berangsur
berkurang sampai tidak dijumpai lagi pada bronkiolus terminalis. Bronkioli yang
lebih kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Pada bronkioli terminalis juga terdapat
sel kuboid tanpa silia yang disebut sel clara.9
Bagian respirasi adalah lanjutan distal bagian konduksi dan terdiri atas
saluran-saluran napas tempat berlangsungnya pertukaran gas atau respirasi yang
sebenarnya. Bronkiolus terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius yang
ditandai dengan mulai adanya kantong-kantong udara (alveoli) berdinding tipis.
Respirasi hanya dapat berlangsung di dalam alveoli karena sawar antara udara
yang masuk ke dalam alveoli dan darah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur
intrapulmonal lain tempat berlangsungnya respirasi adalah duktus alveolaris, sakus
alveolaris, dan alveoli. Pada alveoli paru terdapat dua jenis sel yaitu sel alveolar
gepeng pneumosit tipe 1 yang melapisi seluruh permukaan alveoli dan sel alveolar
besar yaitu pneumosit tipe 2 yang terselip di antara sel alveolar gepeng.8
Mukosa olfaktoris terdapat pada permukaan konka superior, yaitu salah satu
sekat bertulang dalam rongga hidung. Epitel respirasi di dalam rongga hidung adalah
epitel bertingkat semu silindris bersilia dan bersel goblet.
Epitel olfaktoris dikhususkan untuk menerima rangsang tbau yang terdiri dari
epitel bertingkat semu silindris tinggi tanpa sel goblet. Epitel olfaktorius terdapat di
atap rongga hidung, pada kedua sisi septum, dan di dalam konka nasal superior. Di
bawah lamina propia terdapat kelenjar Bowman yang menghasilkan sekret serosa,
berbeda dengan sekret campur mukosa dan serosa yang dihasilkan kelenjar di bagian
lain rongga hidung.
Faring adalah ruangan di belakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus
digestivus dan traktus respiratorius. Yang termasuk bagian dari faring adalah
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring tersusun dari epitel bertingkat
torak bersilia bersel goblet. Orofaring terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
8
tanduk, sedangkan pada laringofaring epitelnya bervariasi, sebagian besar epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Laring terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung
plika vokalis berlapis gepeng. Dindingnya tersusun dari tulang rawan hialin, tulang
rawan elastis, jaringan ikat, otot bercorak, dan kelenjar campur.
Epiglotis adalah bagian superior laring, terjulur ke atas dari dinding anterior
laring berupa lembaran pipih. Tulang yang membentuk kerangka epiglotis adalah
sepotong tulang rawan (elastis) epiglotis sentral. Permukaan anterior dilapisi epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Lamina propia dibawahnya menyatu dengan
perikondrium tulang rawan epiglotis. Sedangkan pada permukaan posterior yang
menghadap ke arah laring terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali dari adanya beberapa lempeng
tulang rawan yang letaknya berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu
silindris bersilia dengan sel goblet. Sisa dindingnya terdiri atas lamina propria tipis,
selapis tipis otot polos, submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang rawan
hialin, dan adventisia.
Bronkiolus mempunyai epitel yang rendah, yaitu epitel semu silindris bersilia
dengan sel goblet. Mukosanya berlipat dan otot polos yang mengelilingi lumennya
relatif banyak. Tidak ada tulang rawan dan kelenjar lagi, adventisia mengelilingi
struktur ini. Bronkiolus terminalis menampakkan mukosa yang berombak dengan
epitel silindris bersilia. Tidak ada sel goblet pada bronkiolus terminalis. Lamina
propria tipis, selapis otot polos, dan masih ada adventisia pada bronkiolus terminalis.
Bronkiolus respiratorius langsung berhubungan dengan duktus alveolaris dan alveoli.
Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat
bersilia di bagian proksimal saluran ini. Bagian terminal setiap bronkiolus
respiratorius bercabang menjadi beberapa duktus alveolaris. Sekelompok alveoli
bermuara ke dalam sebuah duktus alveolaris disebut sakus alveolaris. Alveoli lonjong
dilapisi selapis epitel gepeng yang tidak jelas pada pembesaran ini. Alveoli yang
berdekatan memiliki septum interalveolar bersama.9

Otot-Otot Pernapasan
Selain sebagai pembentuk dinding dada , otot skelet juga berfungsi sebagai
otot pernapasan. Menurut kegunaanya , otot – otot pernapasan dibedakan menjadi otot

9
untuk inspirasi , mencakup otot inspirasi utama dan tambahan , serta otot untuk
ekspirasi tambahan.
Otot inspirasi utama ( principal ) , yaitu :3,10
 M. interkostalis eksternus
 Otot diafragma
Otot inspirasi tambahan ( accessory respiratory muscle ) yang sering juga disebut
sebagai otot bantu napas , yaitu :3,10
 M. sternocleidomastoideus
 M. skalenus anterior, middle, posterior
 M. Pectolaris minor
 M. Pectoralis major
 M. Serratus anterior
 M. Iliocostalis baagian atas
 M. Latissimus dorsi
Saat bernapas biasa , untuk ekspirasi hanya terjadi relaksasi otot inspirasi dan jaringan
paru kembali kekedudukan semula sesudah teregang. Sedangkan untuk ekspirasi kuat
otot – otot yang berkontraksi adalah :3,10
 Otot dinding perut
 M. Interkostalis internus
 M. Rectus abdominis
 M. Obliquus abdominis
 M. Longissimus
 M. Illioscostalis bawah

Gambar 2. Otot pernafasan3

10
Mekanisme Pernapasan
Proses respirasi atau pernafasan, secara harfiah berarti pergerakan oksigen
(O2) dari atmosfer menuju ke sel, dan keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel ke
udara bebas.Frekuensi bernapas bervariasi , 16-20 x / menit dalam keadaan istirahat ,
biasanya pada anak-anak lebih cepat dan pada orang tua lebih lambat. Dikenal sebagai
Ventilasi Paru-paru (Pulmonary ventilation).11
Ventilasi paru-paru merupakan peristiwa masuk dan keluarnya udara
pernapasan antara atmosfer dan paru-paru. adalah proses pernafasan dimana gas
mengalir/bergerak antara atmosfer (udara luar) dan paru. Pergerakan udara ini di
sebabkan oleh perubahan tekanan udara dalam paru. Perbedaan tekanan yang
disebabkan oleh perubahan kapasitas paru akan memaksa udara masuk ketika inpirasi
dan keluar ketika ekspirasi. Dua Proses penting dalam Ventilasi paru-paru :
Inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan berada pada keadaan lemas,
tidak ada udara yang mengalir dan tekanan intra alveolus setera dengan tekanan
atmosfer. Otot inspirasi utama adalah otot yang berkontraksi untuk melakukan
inspirasi sewaktu bernapas tenang, yaitu diafragma dan otot interkostalis eksternus.11
Awalnya inspirasi otot-otot tersebut dirangsang untuk berkontraksi sehingga
rongga torak membesar. Otot inspirasi utama adalah diafragma, yaitu suatu lembaran
otot rangka yang membentuk lantai rongga torak dan di sarafi oleh N. frenikus.
Diafragma dalam keadaan melemas berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam
rongga torak. Ketika berkontraksi (pada stimulasi oleh saraf frenikus), diafragma
turun dan memperbesar volume rongga torak dengan meningkatkan ukuran vertical
(atas ke bawah).4 Dinding abdomen, jika melemas, menonjol keluar sewaktu inspirasi
karena diafragma yang turun menekan isi abdomen ke bawah dan ke depan. 75%
pembesaran rongga torak sewaktu bernapas tenang dilakukan oleh diafragma.10
Dua sel otot interkostal terletak anatara iga-iga. Otot interkostal eksternal
terletak diantara otot interkostal internal. Kontraksi otot interkostal eksternal, yang
serat-seratnya berjalan kebawah dan depan antara dua iga yang berdekatan,
memperbesar rongga torak dalam dimensi lateral (sisi ke sisi) dan antero posterior
(depan kebelakang). Ketika berkontraksi, otot interkostal eksternal mengangkat iga
dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan. Saraf interkostal mengaktifkan otot-
otot interkostal ini.

11
Pada gerakan inspirasi biasa, tekanan intra alveolus turun 1 mmHg menjadi
759 mmHg. Karena tekanan intra alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan
atmosfer maka udara mengalir ke paru mengikuti penurunan gradient tekanan dari
tinggi ke rendah. Udara terus masuk ke paru sampai tidak ada lagi gradient yaitu
sampai tekanan alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Karena itu, ekspansi paru
tidak disebabkan oleh udara yang masuk ke dalam paru, udara mengalir ke dalam
paru karena turunnya tekanan intra alveolus yang ditimbulkan oleh ekspansi
paru.10Sewaktu inspirasi, tekanan intra pleura turun menjadi 754 mmHg akibat
ekspansi torak. Peningkatan gradient tekanan transmural yang terjadi sewaktu
ionspirasi memastikan bahwa paru teregang untuk mengisi rongga torak yang
mengembang.
Inspirasi dalam (lebih banyak udara dihirup) dapat dilakukan dengan
mengontraksikan diafragma dan otot interkostal eksternal secara lebih kuat dan
dengan mengaktifkan otot inspirasi tambahan (accesorius) untuk semakin
memperbesar rongga torak. Kontraksi otot-otot tambahan ini, yang terletak di leher,
mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga torak
dengan semakin membesarnya volume rongga torak dibandingkan dengan keadaan
istirahat maka paaru juga semakin mengembang, menyebabkan tekanan intra alveolus
semakin turun. Akibatnya, terjadi peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai
keseimbangan dengan tekanan atmosfer yaitu dengan tercapainya pernapasan lebih
dalam.10
Ekspirasi
Pada akhir inspirasi otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi
aslinya yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot interkostal eksternal melemas,
sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang
menyebabkan ekspansi dinding dada (dan karenanya, ekspansi paru) maka dinding
dada dan paru yang semula teregang mengalami recoil ke ukuran pra inspirasinya
karena sifat-sifat elastiknya, seperti balon teregang yang dikempiskan.10
Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan intra alveolus meningkat, karena
jumlah molekul udara yang lebih banyak yang semula terkandung di dalam volume
paru yang lebih besar pada akhir inspirasi kini termampatkan ke dalam volume yang
lebih kecil.

12
Pada ekspirasi biasa, tekanan intra alveolus meningkat sekitar 1 mmHg diatas
tekanan atmosfer menjadi 761 mmHg. Udara kini meninggalkan paru menuruni
gradient tekanannya dari tekanan intra alveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer
yang lebih rendah. Aliran keluar udara berhenti ketika tekanan intra alveolus menjadi
sama dengan tekanan atmosfer dan gradient tekanan tidak ada lagi.10
Selama pernapasan tenang, ekspirasi normalnya merupakan suatu proses pasif,
karena dicapai oleh recoil elastic paru ketika otot-otot inspirasi melamas, tanpa
memerlukan konstraksi otot atau pengeluaran energy. Sebaliknya, inspirasi selalu
aktif karena ditimbulkan hanya oleh kontraksi otot inspirasi dengan menggunakan
energy.10
Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas
dan lebih cepat daripada yang dicapaiu selama pernapasan tenang, misalnya sewaktu
pernapasan dalam ketika olah raga. Tekanan intra alveolus harus lebih ditingkatkan
diatas tekanan atmosfer dari pada yang dicapai oleh relaksasi biasa otot inspirasi dan
recoil elastik paru. Untuk menghasilkan ekspirasi paksa atau aktif tersebut, otot-otot
ekspirasi harus lebih berkontraksi untuk mengurangi volume rongga torak dan paru. 10
Otot ekspirasi yang paling penting adalah otot dinding abdomen. Sewaktu otot
abdomen berkontraksi terjadi peningkatan tekanan intra abdomen yang menimbulkan
gaya ke atas pada diafragma, mendorongnya semakin ke atas ke dalam rongga torak
dari pada posisi lemasnya sehingga ukuran vertical rongga torak menjadi semakin
kecil.4 Otot ekspirasi lain adalah otot interkostal internal, yang kontraksinya menarik
iga turun dan masuk, mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran
rongga torak (berlawanan dengan otot interkostal eksternal).4 Sewaktu kontraksi otot
ekspirasi semakin mengurangi volume rongga torak, volume paru juga semakin
berkurang karena paru tidak harus teregang dan lebih banyak untuk mengisi rongga
torak yang lebih kecil yaitu paru dibolehkan mengempis ke volume yang lebih kecil.10
Tekanan intra alveolus lebih meningkat sewaktu udara diparu tertampung di dalam
volume yang lebih kecil. Perbedaan antara tekanan intra alveolus dan atmosfer kini
menjadi lebih besar dari pada ketika ekspirasi pasif sehingga lebih banyak udara
keluar menuruni gradient tekanan sebelumnya tercapaiu keseimbangan. Dengan cara
ini, selama ekspirasi paksa akatif pengosongan paru menjadi lebih tuntas
dibandingkan dengan ekspirasi tenang pasif.3,10
Selama ekspirasi paksa, tekanan intra pleura melebihi tekana atmosfer tetapi
paru tidak kolaps. Karena tekanan intra alveolus juga meningkat setara maka tetap
13
terdapat gradient tekanan transmural menembus dinding paru sehingga paru tetap
teregang dan mengisi rongga torak sebagai contoh, jika tekanan di dalam torak
meningkan 10 mmHg, maka tekanan intra pleura menjadi 766 mmHhg dan tekanan
intra alveolus menjadi 7770 mmHg dan tetap terdapat perbedaan tekanan 4mmHg.3

Gambar 3. Inspirasi dan ekspirasi3

Kapasitas dan Volume Paru

Gambar 4. Volume paru12


Jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap inspirasi (atau jumlah udara
yang keluar dari paru setiap ekspirasi) dinamakan volume alun napas ( tidal volume /
TV). Jumlah udara yang masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maximal,
setelah inspirasi biasa disebut volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume
/ IRV). Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui
kontrkasi otot ekspirasi, setelah ekspirasi biasa disebut volume cadangan ekspirasi
(ekspiratory reserve volume / ERV), dan udara yang masih tertinggal di dalam paru
setelah ekspirasi maksimal disebut volme residu (residual volume / RV). Nilai normal
berbagai volume dan istilah yang digunakan untuk kombinasi berbagai volume paru
tersebut. Ruang didalam saluran napas yang tidak ikut serta dalam proses pertukaran
gas dengan darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi pernapasan. Pengukuran

14
kapasitas vital, yaitu jumlah uda ra terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru – paru
setelah inspirasi maximal, seringkali digunakan di klinik sebagai indeks fungsi paru.
Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot – otot
pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain. Fraksi volume kapasitas vital
yang dikeluarkan pada satu detik pertama melalui ekspirasi paksa dapat memberikan
informasi tambahan, mungkin diperoleh nilai kapasitas vital yang normal pada nilai
FEV menurun pada penderita penyakit seperti asma, yang mengalamai peningkatan
tahanan saluran udara akibat konstriksi bronkus. Pada keadaan normal, jumlah udara
yang dinspirasikan selama 1 menit sekitar 6L. Ventilasi volunteer maximal atau yang
dahulu disebut kapasitas pernapasan maximum adalah volume gas terbsesar yang
dapat dimasukkan dan dikeluarkan selama 1 menit volunter. Pada keadaan normal,
MVV berkisarkan antara 125 – 170 L/menit.12
Kapasitas inspirasi (IC) = TV+IRV. Ini dalah jumlah udara (kira-kira 3500 ml)
yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan
pengembangan paru sampai jumlah maksimum. Kapasitas residu fungsional (FRC) =
ERV+RV. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi
normal (kira-kira 2300 ml). Kapasitas vital (VC) = TV+IRV+ERV. Ini adalah jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya
(kira-kira 4600 ml). Kapasitas paru total (TLC) = IC+FRC adalah volume maksimum
yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin
(kira-kira 5800 ml).4
Transpor O2
Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan
hemoglobin ( Hb) . 3 % oksigen sisanya larut dalam plasma darah. Hemoglobin
adalah suatu molekul protein yang mengandung besi dan terdapat di dalam sel darah
merah. Ketika O2 tidak berikatan dengan Hb maka akan di sebut deoksi hemoglobin (
HHb) . Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan
dengan satu molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin ( HbO2) yang
berwarna merah tua :4
Hb + O2 ⇌ HbO2

15
Transport CO2
Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru –
paru melalui : (1) sejumlah kecil karbon dioksida ( 7 % sampai 8 %) tetap terlarut
dalam plasma ; (2) Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah ,
di mana 25 %-nya bergabung dalam bentuk reversible yang tidak kuat dengan gugus
amino di bagian globin pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin ;
(3) sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat ( HCO3 - )
terutama dalam plasma. Karbon dioksida dalam sel darah merah berikatan dengan air
untuk membentuk asam karbonat dalam reaksi bolak – balik yang di katalisis oleh
enzim eritrosit karbonat anhidrase.4
Dalam reaksi pertama CO2 berikatan dengan H2O untuk membentuk asam karbonat (
H2CO3). Reaksi ini berlangsung cepat di sel darah merah. Sesuai sifat asam , sebagian
dari molekul asam karbonat secara spontan terurai menjadi ion hydrogen ( H+ ) dan
ion bikarbonat ( HCO3ˉ ). HCO3ˉ lebih mudah larut dalam darah di bandingkan
dengan CO2. Reaksinya adalah :4

CO2 + H2O ⇌ H2CO3 ⇌ H+ + HCO3ˉ

Bunyi Pernapasan Normal


Bunyi pernapasan normal terdiri dari fase menarik napas (inspirasi) dan
menghembuskan napas (ekspirasi). Bunyi napas normal ada 4 bunyi, antara lain:2
(1) Trakeal mempunyai ciri-ciri yaitu bunyinya sangat kasar dan keras serta
tinggi dan terdengar kira-kira pada bagian trakea pada ekstratoraks. Panjang
bunyinya sama antara inspirasi dan ekspirasi. Namun, bunyi trakeal ini jarang
dinilai karena tidak mencerminkan adanya masalah klinis pada paru. (2)
Bunyi Bronkial mempunyai ciri-ciri yaitu bunyinya keras dan nadanya tinggi,
bila diibaratkan seperti udara yang mengalir di dalam pipa. Panjang bunyi
ekspirasinya lebih lama dibandingkan inspirasinya dan ada jeda di antara
kedua fase itu. Bunyi ini dapat didengar di daerah manubrium sterni. (3)
Bunyi Bronkovesikuler bisa dikatakan adalah campuran dari bunyi bronkial
dan bunyi vesikuler. Panjang ekspirasi dan inspirasinya sama panjang.
Biasanya dapat didengar pada sela iga pertama dan kedua di dada depan dan
jika ingin mendengar di dada belakang maka dengar di antara skapula. Bunyi
ini berada di dekat karina dan bronkus utama. (4) Bunyi Vesikuler adalah
16
bunyi yang lemah dan nadanya rendah, biasanya bisa didengar di semua
bagian parenkim paru. Panjang inspirasi lebih panjang dibandingkan ekspirasi.
Bunyi Pernapasan Tidak Normal
(1) Wheezing yang terjadi akibat obstruksi saluran napas intrathorakal

terutama pada ekspirasi karena saluran napas, sesuai dengan perubahan

intrathorakal , cenderung melebar pada inspirasi dan menyempit pada

ekspirasi .Peningkatan resistensi intrathorakal biasanya terjadi akibat

penyempitan atau penyumbatan bronkus karena tekanan dari luar, kontraksi

otot bronkus, penebalan lapisan mukus, atau sumbatan lumen oleh mucus, hal

ini benyak terjadi pada asma atau bronchitis kronis. (2) Gesekan Pleura Suara

ini dapat terjadi bila dinding pleura tidak licin lagi sebagai akibat proses

radang, bunyi suara gesekan pleura ini mirip seperti gesekan jari tangan.

Gesekan pleura dapat terdengar baik pada saat inspirasi maupun pada saat

ekspirasi. (3) Ronki basah dengan suara terputus- putus dan ronki basah kasar

seperti suara gelembung udara besar yang pecah, terdengar pada saluran napas

besar bila terisi banyak secret. Ronki basah sedang seperti suara gelembung

kecil yang pecah, terdengar bila adanya secret pada saluaran napas kecil dan

sedang, biasanya pada bronkiektasis dan bronkopneumonia. Ronki basah halus

tidak mempunyai sifat gelembung lagi, terdengar seperti gesekan rambut,

biasanya pada pneumonia dini. (4) ronki kering dengan suara tidak terputus.

Ronki kering lebih mudah didengar pada fase ekspirasi, karena saluran

napasnya menyempit. Ronki kering bernada tinggi disebut sibilan, terdengar

mencicit/squacking, ronki kering akibat ada sumbatan saluran napas kecil

disebut wheeze. Ronki kering bernada rendah akibat sumbatan sebagaian

saluran napas besar disebut sonourous, terdengar seperti orang mengerang/

grouning.

17
Kesimpulan
Setiap bagian dari paru-paru bekerja untuk kelangsungan sistem pernafasan.
Mekanisme pernafasan dibantu oleh otot-otot inspirasi dan ekspirasi serta terjadinya
obstruksi pada saluran pernapasan intrathorakal terutama pada ekspirasi yang
mengakibatkan terjadinya penyempitan atau penyumbatan bronkus karena tekanan
dari luar. Dan hal ini kemungkinan banyak terjadi pada asma atau bronchitis kronis.

Daftar Pustaka
1. Mark H. Swartz . Buku Ajar Diagnostik Fisik . Jakarta: Penerbit EGC; 2007.
h.162.
2. Asih NGY, Effendy C. Keperawatan medikal bedah: klien dengan gangguan
sistem pernafasan. Jakarta: Penerbit EGC; 2004.
3. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006.
h.115-20.
4. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students. 1st ed.
Philadelpia: Elsevier Churchill Livingstone; 2005. h.102-52.
5. Woodburne RT. Essential of human anatomy. 6th ed. New York: Oxford
Universty; 2007. h.181-200.
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit EGC; 2004. h.266-8.
7. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit
EGC; 2003.
8. Carlos JL. Histologi dasar. Jakarta: EGC; 2005. h.341-55.
9. Gunawijaya FA. Penuntun pratikum kumpulan foto mikroskopik: histologi.
Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2009. h.159-71.
10. Leslie P. Gartner, James L. Hiatt. Buku Ajar Berwarna Histologi. 3rd ed. Edisi
Bahasa Indonesia . Indonesi : Elsevier Saunders; 2014. h.335-54
11. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta : EGC ; 2006.
h.90-9
12. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC;
2006. h.498-9.

18

Anda mungkin juga menyukai