Anda di halaman 1dari 10

Struktur Intestinum Crasum dan Peradangan pada Appendix

Hillary M.R Kokali

102015128 / A4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta barat 11510
E-mail: HILLARY.2015fk128@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Sistem pencernaan merupakan sistem cerna yang ada dalam tubuh manusia yang diperankan
oleh berbagai organ tubuh manusia mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar (intestinum crasum), rektum ke anus. Dengan bantuan organ-organ tersebut
membantu proses dari pencernaan. Tidak hanya itu, enzim dan hormon juga berperan penting
dalam sistem cerna, untuk membantu kecepatan reaksi dari pencernaan serta
mengkoordinasikan proses pencernaan tersebut. Adapun beberapa contoh hormone, yaitu:
gastrin, secretin, dan cholecystokinin (CCK). Pada usus besar mempunyai beberapa bagian,
yaitu caecum, appendix, colon ascendens, colon tranversum, colon descendens, dan colon
sigmoid. Colon sigmoid nanti akan melanjutkan diri menjadi rectum, kemudian anus. Pada
bagian appendix, sering terjadi radang atau inflamasi sehingga membuat seseorang
merasakan nyeri di bagian perut kanan bawah. Dan jika semakin parah harus dilakukan
tindakan apendektomi. Salah satu penyebab dari peradangan atau inflamasi tersebut adalah
obstruksi atau biasa disebut penyempitan.

Kata kunci: usus besar, appendix, apendektomi.

Abstract

The digestive system is the gastrointestinal system that exist in the human body, played by the
various organs of the human body from the mouth, esophagus, stomach, small intestine, large
intestine (intestinal crasum), the rectum to the anus. With the help of these organs help the
process of digestion. Not only that, enzymes and hormones also play a role in the digestive
system, to help speed digestion and coordinate the reactions of the digestive process. As for
some examples hormone, namely: gastrin, secretin, and cholecystokinin (CCK). In the large
intestine has several parts, the cecum, appendix, colon ascendens, colon tranversum,
descendens colon and sigmoid colon. Sigmoid Colon will continue themselves into the
rectum, and anus. In the appendix, often there is inflammation or inflammation that makes a
person feel pain in the lower right abdomen. And if it gets worse if following appendectomy.
One of the causes of inflammation or inflammatory obstruction or so-called narrowing.
Key words: colon, appendix, appendectomy.

Pendahuluan

Sistem pencernaan sangat penting untuk tubuh, dimana setiap makanan-makanan


yang di konsumsi manusia akan dicerna menghasilkan zat gizi, energi, dan dicerna menjadi
bagian yang lebih kecil lagi oleh berbagai organ-organ yang ada dalam tubuh manusia, dan
membutuhkan beberapa enzim yang membantu katalis untuk pemecahan makanan dalam
usus dan mempercepat reaksi pada pencernaan. Juga membutuhkan hormon yang membantu
mengkoordinasikan proses pencernaan dengan bertindak sebagai penyampai pesan kimia.

Organ-organ utama yang berperan dalam sistem pencernaan antara lain mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Sementara organ
tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hati, pankreas. Ketika isi sampah dalam rectum
sudah penuh, maka manusia akan merasa untuk buang air besar yang dikeluarkan melalui
anus. Bagian appendix vermiformis sering terjadi peradangan yang disebut apendisitis,
dimana seseorang akan merasakan nyeri di regio epigastrium, region umbilicus, dan akan
menjalar ke bagian perut kanan bawah. Pada keadaan apendisitis juga sering diikuti dengan
mual muntah, demam dan diare. Tindakan yang tepat untuk penanganan kasus apendisitis
adalah apendektomi. Tapi, pada beberapa pasien tertentu pemeriksaan awalnya saat
mendiagnosa tidak cepat diketahui sehingga memperluas dan mempegawat peradangan
daripada appendix. Contohnya pada extreme age, yaitu anak-anak, balita, dan orang tua yang
menderita penyakit DM, dan sebagainya.

Makroskopis Usus Besar dan Appendix

Semua alat pencernaan yang terdapat di dalam rongga perut atau rongga peritoneum
dilapisi oleh selaput peritoneum juga. Diantara lapisan selaput yang membentuk mesenterium
dan mesoncolon, terdapat pembuluh darah, limf, dan saraf yang mengurus usus. Darah vena
yang berasal dari usus tidak diangkut ke jantung, tetapi melalui vena porta dialirkan ke hati
untuk diambil zat makanan yang dikandungnya.1

Bagian usus besar yang pertama adalah cecum. Cecum mendapat darah dari a. cecalis dan
appendix vermiformis dari a. appendicularis, keduanya cabang dari a. ileocolica. Darah vena
dialirkan ke v. ileocolica, terus ke v. mesenterica superior. Limfe cecum dialirkan nodi
lymphatici prececalis dan dari appendix vermiformis ke nodus lymphaticus pada
mesoappendix dan dari keduanya dialirkan ke nodi lymphatici ileocolici, terus ke nodi
lymphatici mesenterici superior. Persarafan cecum dan appendix vermiformis diurus oleh
saraf-saraf simpatis dan parasimpatis (n. vagus) dari plexus mesentericus superior. Rasa nyeri
dari appendix disalurkan melalui serabut afferent masuk ke medulla spinalis setinggi T10.
Appendix merupakan pipa buntu seperti cacing dan merupakan sisa apex sekum. Biasanya
appendix vermiformis terletak retrosekal. Operasi membuang umbai cacing/appendix adalah
dengan cara appendektomi. Colon mempunyai 3 pita (taenia coli) dengan jaringan lemak
sepanjang pita itu (appendicies epiploica) dan dindingnya membentuk gambaran seperti
rangkaian kantung (haustre). Taenia coli dibentuk oleh serabut otot longoitudinal. Cecum
akan melanjutkan dari menjadi colon ascendes, kemudian membentuk colon tranversum dan
colon descendens, dan pada panggul sebelah kiri sebagai colon sigmoid. Colon sigmoid
melanjutkan diri menjadi rectum yang terletak di panggul bagian bawah dan berakhir sebagai
anus.2 Rectum biasanya kosong karena tinja disimpan di colon yang lebih tinggi yaitu colon
descendens. Jika colon descendens penuh dan tinja masuk ke dalam rectum, maka akan
timbul keinginan untuk buang air besar. Sedangkan anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Terdapat suatu cincin berotot yang
merupakan sfingter agar anus tetap tertutup.3

Colon ascendens
Terbentang dari cecum sampai ke permukaan visceral dari lobus kanan hepar untuk
membelok ke kiri pada flexura coli dextra untuk beralih menjadi colon tranversum.
Terletak pada region lateralis kanan. Ke arah anterior terpisah dari dinding depan
abdomen oleh kelokan usus kecil dan omentum majus. Sebelah lateralis terdapat
saluran, sulcus paracolicus kanan. Flexura coli terletak didepan ren dexter dan pars
descendens duodeni. Vaskularisasi diurus oleh aa. Ileocolica dextra dan a. iliosecalis,
yang merupakan cabang dari a. mesenterica superior. Persarafannya diurus oleh nervi
yang berasal dari ganglia celiaci dan mesenterici superior.
Colon tranversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak bebas
karena bergantung pada mesocolon, yang ikut membentuk omentum majus.
Mempunyai panjang antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari flexura coli
dextra ke flexura coli sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.
Letaknya sedikit melengkung ke bawah sehingga terletak di region umbilicalis.2
Colon descendens dan Colon Sigmoid
Berjalan ke bawah dari colon tranversum adalah colon descendens yang terletak di
sisi kiri perut dan berakhir ke bagian terakhir dari usus besar disebut colon sigmoid.
Colon sigmoid terletak di sisi kiri bawah perut, mempunyai struktur huruf S
bergabung dengan colon descendens dan rectum, dan bagian dari usus besar dilapisi
dengan jaringan otot yang kuat yang memberikan usus besar kekuatan untuk mengusir
sampah ke dalam rectum.4

Gambar 1. Intestinum Crasum.5

Mikroskopis Usus Besar dan Appendix

Tunika musculosa pada usus besar tidak mengandung plica sirkularis dan vili
intestinalis, tetapi banyak sel goblet diantara epitel dan memiliki cryptus lieberkuhn serta
limfonodus solitorius. Tunica muscularis longitudinal membentuk 3 pita longitudinal yang
biasa disebut taenia colli. Appendix merupakan tonjolan seperti cacing dengan panjang
sampai 18 cm dan membuka pada caecum sekitar 2,5 cm di bawah katup ileosekal. Appendix
memiliki lumen yang sempit dan lapisan submukosanya mengandung banyak jarignan limfe.
Appendix berhubungan dengan mesenterium ileum oleh mesenterium pendek berbentuk
segitiga yang di dalamnya berjalan pembuluh darah dan pembuluh limfe appendicular.6

Mukosa pada rectum mempunyai suatu lipatan longitudinal Rectal collum (Anal
column, Column of Morgagni) dan mempunyai atau dilapisi epitel selapis torak. Pada rectum
juga terdapat cryptus, dan pertemuan antara rektum dan anus disebut linea pectinata atau
linea dentata. Tunica submukosa pada anus mempunyai banyak pembuluh darah, saraf, dan
badan vater pacini, dan tunica muskularis mukosa (lapisan longitudinal) akan membentuk
musculis dilatator ani internus. Sedangkan tunica musckularis sirkular akan menebal dan
membentuk musculus sphincter ani internus.7

Posisi Appendix

Appendix vermiformis merupakan saluran yang buntu seperti cacing dengan panjang
yang sangat bervariasi, yaitu 2-15 cm dengan rata-rata 9 cm. Mempunyai mesenterium yang
berbentuk segitiga, disebut mesoappendix sehingga dapat bergerak bebas. Posisi appendix
vermiformsis dan sebagian besar terletak di belakang cecum, retro caecalis (64%).
Berikutnya mempunyai posisi kearah bawah ke pelvis minor, caudopositio (32%),
lateropositio (2%), dan mediopositio. Pangkal appendix vermiformis letaknya tetap, dan
proyeksinya di 1/3 atas garis yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dengan
umbilicus (McBurneys Point). Biasanya appendix vermiformis terletak retrosekal. Pada
radang appendix terdapat nyeri tekan pada titik itu.2

Enzim dan Hormon Pencernaan

Enzim merupakan bagian dari pencernaan kimia dengan bertindak sebagai katalis
untuk pemecahan makanan dalam usus, sedangkan hormon mengkoordinasikan proses
pencernaan dengan bertindak sebagai penyampai pesan kimia. Untuk mempercepat reaksi
pada pencernaan makanan diperlukan enzim-enzim percernaan juga. Adapun beberapa
enzim-enzim pencernaan, yaitu:8,9

Enzim ptyalin: terdapat dalam saliva atau air liur, yang dihasilkan oleh kelenjar ludah,
dan memiliki fungsi mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa.
Enzim amylase: dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) dan kelenjar pancreas. Enzim
ini memiliki kerja, yaitu memecah amilum menjadi maltosa yang merupakan sakarida
dengan molekul yang lebih sederhana.
Enzim maltase: terdapat pada usus 12 jari , yang memiliki fungsi memecah molekul
maltose menjadi molekul glukosa (sakarida sederhana=monosakarida). Molekul
glukosa mempunyai ukuran yang kecil dan lebih ringan dari maltose, sehingga bisa
mengangkut glukosa untuk dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.
Enzim pepsin: dihasilkan oleh kelenjar yang ada di lambung, seperti pepsinogen.
Pepsinogen akan bereaksi dengan asam lambung dan menjadi pepsin. Enzim ini
memiliki kerja, yaitu memecah protein yang kompleks menjadi pepton (yang lebih
sederhana). Agar bisa diangkut darah, molekul pepton ini harus dipecah lagi sehingga
bisa diangkut.
Enzim tripsin: dihasilkan oleh kelenjar pancreas kemudian dialirkan ke dalam
duodenum. Cara kerja enzim in, yaitu:

Enzim renin: dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung, dan berfungsi


mengendapkan kasein (protein susu) dari air susu. Zat dalam air susu bisa dicerna
setelah diendapkan dari air susu.
Asam klorida (HCL): dihasilkan oleh kelenjar dalam dinding lambung, dan berfungsi
membunuh mikroorrganisme tertentu yang masuk bersama makanan. Seseorang bisa
mengalami radang lambung (maag) bila produksi asam klorida tidak stabil.
Cairan empedu: dihasilkan oelh hati dan akan di tamping atau disimoan dalam
kantung empedu yang biasanya disebut vesica fellea. Empedu mengandung zat warna
bilirubin dan biliverdin yang membuat kotoran sisa pencernaan warna kekuningan.
Empedu sendiri memiliki fungsi memecah molekul lemak menjadi butiran yang lebih
halus sehingga akan membentuk suatu emulsi dan akan dicerna menjadi molekul yang
lebih sederhana.
Enzim lipase: dihasilkan oleh kelenjar pancreas, kemudian dialirkan ke usus dua belas
jari (duodenum). Enzim ini juga dihasilkan oleh lambung tetapi sangat sedikit
jumlahnya, dan memiliki cara kerja mengubah lipid menjadi asam lemak dan gliserol.
Keduanya ini memiliki sifat tidak larut dalam air, sehingga diangkut oleh cairan getah
bening (limfe).

Sedangkan hormon-hormon yang mengontrol pencernaan, adalah:10

Gastrin
Yang menyebabkan perut memproduksi asam sehingga dapat melarutkan dan
mencerna beberapa makanan.
Secretin
Menyebabkan pankreas untuk mengirimkan jus pencernaan yang kaya bikarbonat. Ini
merangsang lambung untuk menghasilkan pepsin, enzim yang mencerna protein, dan
juga merangsang hati untuk memproduksi empedu.
Cholecystokinin (CCK)
Menyebabkan pankreas untuk tumbuh dan menghasilkan enzim jus pankreas, dan hal
itu menyebabkan kantong empedu ke kosong.

Gambar 2. Hormon pencernaan.10

Proses Inflamasi

Diawali dengan dilatasi pembuluh darah arteri dan pembuluh darah kapiler sekitar
untuk menciptakan kondisi hiperemi, kemudian akan terjadi kontraksi endotel dinding kapiler
yang dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga akan terbentuk eksudat serous di
intersitium daerah yang mengalami peradangan. Jika pembuluh darah kapiler cedera akibat
peradangan, dinding pembuluh darah kapiler akan menjadi lebih permeable dan akan mudah
dilalui oleh larutan protein seperti koloid. Peningkatan permeabilitas tersebut akan
menyebabkan peningkatan jumlah cairan yang keluar dari pembuluh darah kapiler dan cairan
itu akan mengisi jaringan sekitar radang sehingga terjadi edema dan terjadi pembengkakan
yang merupakan gejala dari radang. Larutan protein seperti koloid dapat dengan mudah
keluar melalui dinding pembuluh darah kapiler yang cedera ataupun rusak dan terganggu.
Molekul protein awal yang keluar dari pembuluh darah adalah albumin, diikuti oleh molekul
yang lebih besar yaitu globulin dan fibrinogen. Kondisi tersebut menyebabkan cairan edema
mempunyai kadar protein yang tinggi, dan jika kadar protein tinggi dalam plasma di jaringan
akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotik dalam jaringan, sehingga akan menghalangi
cairan plasma masuk ke dalam pembuluh darah kapiler. Sel darah putih juga akan mengalami
perubahan, jika pada keadaan normal sel darah putih tersebut akan mengalir di tengah arus,
tetapi pada keadaan radang sel darah putih akan mengalami marginasi/mengalir mendekati
dinding endotel. Adapun fungsi dari sel-sel darah putih, yaitu berperan dalam fagositosis
agen penyebab radang, menghancurkan sel dan jaringan nekrotik, serta antigen asing. Kondisi
radang akan terjadi pengiriman sel-sel darah putih dari lumen pembuluh darah ke daerah
yang radang ataupun kerusakan jaringan.11
Gambar 3. Peradangan pada Apendix.12

Kesimpulan

Sistem pencernaan merupakan proses yang terjadi dalam tubuh manusia yang akan
diperankan oleh organ-organ dalam tubuh yang masing-masingnya mempnyai fungsi sendiri.
Usus besar (intestinum crasum) merupakan salah satu organ yang berperan. Usus besar ini
mempunyai beberapa bagian, yaitu caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon
tranversum, colon descendens, dan colon sigmoid yang berbentuk huruf S. sampah-sampah
hasil metabolisme akan di tampung dalam rectum dan ketika sudah penuh dikeluarkan
melalui anus. Sering terjadi peradangan pada bagian appendix, yang biasa disebut apendisitis.
Seseorang akan merasakan nyeri di bagian epigastrium atau umbilicalis dan berlanjut ke
bagian perut kanan bawah, juga terkadang akan mengalami diare dan demam.
Daftar Pustaka

1. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008.h.88-91.


2. Widjaja H. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2008.h.93.
3. Praworo K. Terapi medipic: Medical picture. Jakarta: Penebar Swadaya Plus;
2011.h.38-9.
4. Fungsi usus besar dalam pencernaan [homepage on internet] Jakarta [2016 march 7;
cited 2016 july 17]. Available from: http://www.sridianti.com/fungsi-usus-besar-
dalam-pencernaan.html.
5. Large intestine [homepage on internet] Jakarta [2016 may 1; cited 2016 july 17].
Available from:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Blausen_0604_LargeIntestine2.png.
6. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: EGC; 2003.h.199-
204.
7. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. In: Frans Dany, editor.
Saluran Cerna. Jakarta: EGC; 2007.h.278-307.
8. Robert KM, Daryl KG, Peter AM, Victor WR. Biokimia Harper. Ed 25 th. Jakarta:
EGC; 2001.
9. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. In: Bani AP,
Sikumbang TMN. Pencernaan dan absorpsi. 25th ed. Jakarta: EGC ; 2003.h.632-44.
10. Hormon pengatur pencernaan beserta fungsinya [homepage on internet] Jakarta [2015
apr 4; cited 2016 july 17]. Available from: http://tatangsma.com/2015/04/3-hormon-
pengatur-pencernaan-beserta-fungsinya.html.
11. Mekanisme peradangan dan penyembuhannya [homepage on internet]. Jakarta [2013
may 20; cited 2016 july 16]. Available from:
http://qurainiyanti.blogspot.co.id/2013/05/mekanisme-peradangan-dan-
penyembuhannya.html

Anda mungkin juga menyukai