Anda di halaman 1dari 12

Struktur Rongga Hidung dan Sinus Paranasal

Devonata Vigawan
102016183
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061, Fax: (021) 563-1731
devonata.2016fk183@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Kata Kunci : Rongga hidung, Sinus paranasal

Abstract
Keywords : Nasal cavity, paranasal sinuses

1
Pendahuluan

Struktur Makroskopik Pembuluh Darah


Arteri yang mengurus lengan adalah a. axillaris yang berasal dari a. Subclavia yang
dimana selanjutnya berganti nama menjadi a. brachialis dan bercabang menjadi a. ulnaris, a.
radialis, dan a. interossea communis.1
Lanjutan a. axillaris mulai dari sisi kaudalis m. pectoralis major terkenal sebagai a.
brachialis. Cabang-cabang a. brachialis pada lengan atas adalah:2
 a. profunda brachii yang berjalan bersama-sama dengan n. radialis dan mempercabangkan
a. collateralis media untuk m. triceps brachii, a. nutricia humeri untuk humerus, dan
berakhir sebagai a. collateralis radialis. Cabang-cabang a. collateralis radialis di daerah
siku mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang a. recurrens radialis.
 A. collateralis ulnaris superior berjalan ke arah distalis bersama-sama dengan n. ulnaris.
Di epicondylus medialis humeri a. collateralis ulnaris superior mengadakan hubungan
dengan a. recurrens ulnaris.
 A. collateralis ulnaris inferior terutama memberi darah pada m. brachialis. Cabangnya
yakni r. dorsalis menembus septum intermusculare mediale tepat proximalis dari
epicondylus medialis humeri, lalu berjalan besama-sama dengan n. ulnaris dan a.
collateralis superior dan mengadakan anastomosis dengan a. recurrens ulnaris.
Tepat di bawah lacertus fibrosus a. brachialis, n. medianus, dan vv. brachiales masuk
ke fossa cubiti. Kemudian a. brachialis membelok sedikit ke arah radialis dan dengan
demikian jarak antara saraf dan pembuluh nadi menjadi renggang. A. brachialis pada tempat
ini mendapat penetapan jaringan pengikat, karena arteria tidak terangkat menjadi dangkal jika
lengan bawah ditekuk dalam articulation cubiti. Volaris pada articulatio cubiti a. brachialis
mempercabangkan a. radialis, a. ulnaris, a. interossea communis, dan a. recurrens ulnares et
radiales.2
A. radialis dipercabangkan di lekuk siku, lalu menuju kearah distalis dalam sulcus
antebrachii radialis. Cabang-cabangnya adalah a. recurrens radialis dan bagian distalis ramus
volaris superficialis yang turut membentuk arcus volaris superficialis dan ramus carpeus
volaris untuk rote carpi volare. a. radialis dan ramus superficialis n. radialis berjalan dalam
sulcus antebrachii radialis. Tepat proksimal dari pergelangan tangan a. radialis terletak sangat
dangkal dan di sini denyutnya mudah diraba.
A. ulnaris berjalan kearah ulnaris dan distalis di bawah m. pronator teres setelah itu
pembuluh ini terletak antara m. flexor digitorum profundus dan m. flexor digitorum sublimis.

2
Kemudian kea rah distal dan ulnaris berjalan bersama-sama dengan n. ulnaris antara m. flexor
digitorum sublimis dan m. flexor carpi ulnaris. A. recurrens ulnaris yang mengikuti m.
pronator teres ke arah proximal dan mengadakan anastomosis dengan aa. Collateralis brachii
ulnares superior et inferior.2
A. interossea communis dipercabangkan sebelum a. ulnaris menyusup di posterior
caput ulnare m. pronator teres. Arteri ini akan bercabang menjadi a. interossea dorsalis dan a.
interossea volaris, cabang yang dorsalis menembus membrane interossea, mempercabangkan
a. interossea recurrens untuk permukaan dorsalis articulatio cubiti, lalu berjalan ke arah distal
di permukaan dorsalis membrane interossea. A. interossea volaris berjalan di permukaan
volaris membrane interossea, kemudian menembus membrane ini proximalis dari
pergelangan tangan dan berakhir pada rete carpi dorsale.2
Pembuluh balik biasanya mempunyai nama yang sama dengan arterinya, kecuali
beberapa vena tertentu di lengan ada pembuluh balik di bawah kulit yang terdiri dari v.
cephalica, v. basilica, dan v. mediana cubiti. Pembuluh ini penting untuk mengambil contoh
darah dan untuk transfuse darah atau infus cairan. Darah dari tubuh kiri dan kanan bagian atas
akhirnya bermuara pada v. brachiocephalica kiri dan kanan untuk selanjutnya diteruskan ke
vena cava superior.1

Gambar 1. Vaskularisasi lengan


Sumber: http://thaminoyume.blogspot.com/2012/10/anatomi-sistem-pembuluh-
darah.html

3
Struktur Mikroskopik Pembuluh Darah
Dinding pembuluh darah pada umumnya terdiri atas tiga lapis:
1. Tunika intima, lapisan dalam terdiri atas selapis sel endotel, diluarnya diliputi oleh
lapisan subendotel. Dimana antara tunika intima dan tuniak media terdapat lamina
elastika interna
2. Tunika media, lapisan tengah terdiri atas sel otot polos yang tersusun melingkar.
3. Tunika adventisia, lapisan luar terdiri atas jaringan ikat yang unsurnya tersusun sejajar
sumbu panjang pembuluh. Dimana antara tunika media dan tunika adventisia terdapat
lamina elastika eksterna.

Katup pada pembuluh darah


Katup dalam pembuluh darah berfungsi sebagai pencegah aliran balik ke arah arteri. Katup
pembuluh darah ini berbentuk semi lunar yang mengarah ke jantung. Katup ini menempel
pada dinding dalam pembuluh darah dan kebanyakan terdapat pada pembuluh darah vena.
Katup ini berkerja dimana jika ada aliran darah balik, 2 pintu katup ini akan menutup karena
tekanan dari aliran darah balik tersebut. Arteri tidak memiliki katup kecuali hanya pada arteri
besar di bagian jantung.

Vasa vasorum
Arteri dan vena juga perlu asupan nutrisi oleh pembuluh kecil yang disebut vasa vasorum.
Vasa vasorum menembus ke dalam tunika media yang berakhir sebgai kapiler melalui tunika
adventisia yakni lapisan paling luar. Kecuali pada vena besar, kapiler dari vasa vaserum
menembus hingga tunika intima karena rendahnya oksigen dalam darah.

Gambar x. Pembuluh darah


Arteri

4
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah kaya akan oksigen dari
jantung ke seluruh jaringan tubuh. Arteri dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan
ukurannya :
1. Arteri besar digolongkan dalam arteri tipe elastik karena bersifat elastin. Dindingnya
tertebal daripada semua jenis arteri. Lapisan subendotel terdiri atas serat elastin dan
kolagen serta tebaran fibroblas. Lamina elastika interna sulit di identifikasi karena tunika
media didominasi oleh serat elastin. Arteri besar berfungsi sebagai arteri conduction
Contoh dari arteri besar adalah arteri subclavia.
2. Arteri sedang digolongkan dalam arteri tipe muskular karena terdiri banyak serat otot
polos pada lapisan tunika media. Mereka disebut arteri distribusi. Lamina elastika interna
sangat jelas. Tunika medianya hampir semuanya dibentuk oleh serat otot polos yang
tersusun melingkar. Tunika adventisia setebal tunika media. Terdiri dari jaringan ikat
longgar yang mengandung kolagen dan elastin yang hampir semuanya memanjang dan
melingkari. Arteri sedang berfungsi sebagai arteri distribusi. Contoh dari arteri sedang
adalah arteri radialis.
3. Arteriol pembuluh darah arteri terkecil hanya memiliki 1 lapisan endotel pada tunika
intima. Tunika media terdiri atas dua sampai delapan lapis utuh sel otot. Tunika
adventisia yang biasanya lebih tipis dari tunika medianya, berupa selapis jaringan ikat
yang mengandung serat elastin dan kolagen. Arteriole berfungsi sebagai arteri resistance.

Vena
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan aliran darah dari kapiler
menuju ke jantung. Pembuluh darah vena digolongkan menjadi tiga berdasarkan ukurannya:
1. Vena besar memiliki ketebalan tunika intima sama seperti pada jenis vena lainnya.
Tunika media ketebelannya lebih tipis dibandingkan pembuluh arteri. Pada tunika intima
terdapat katup vena yang berfungsi sebagai pencegah aliran darah balik pada lumen.
Contoh vena besar adalah vena cava superior.
2. Vena sedang memiliki tunika intima memiliki selapis sel endotel. Tunika media memiliki
serat kolagen lebih dominan daripada otot polos. Tunika adventisia berukuran lebih besar
daripada tunika media. Terdiri atas jaringan ikat longgar dengan berkas serat kolagen
kasar tersusun memanjang dan sedikit otot polos.
3. Venula adalah vena yang paling kecil mempunyai intima yang terdiri atas endotel saja
dengan selubung serat kolagen di luarnya.
5
Kapiler
Pembuluh kapiler adalah pertemuan dari pada sistem pembuluh darah arteri dan vena
lebih tepatnya menghubungkan arteriole dan venula. Pada kapiler terjadi pertukaran zat
antara pembuluh darah dengan jaringan disekitarnya. Kapiler adalah pembuluhd arah terkecil
dengan diameter 5-10 mikron. Ukuran kapiler tidak lebih besar dari pada eritrosit sehingga
hanya bisa dilalui oleh 1 eritrosit saja dalam saluran kapiler. Dinding kapiler terdiri atas
selapis sel endotel gepeng yang dimana mengakibatkan oksigen dan nutrisi dalam darah bisa
berpindah tempat. Kapiler dikelilingi selubung tipis terdiri atas serat kolagen dan elastin tipis
dan perisit.
Penggolongan kapiler menjadi tiga jenis
1. Kapiler sempurna atau kapiler kontinu, dijumpai banyak pada jaringan termasuk otot dan
kulit. Ciri yang khas adalah di dalamnya terdapat filamen halus dan banyak vesikel kecil
(vesikel pinositotik atau keveol intrasel) sepanjang permukaan sel yang menghadap ke
lumen maupun membran basal. Vesikel tersebut bergaris tengah 50-70 nanometer. Sel-sel
endotel diperlekatkan oleh sejumlah taut-rigi (interdigitated junctions) atau taut
sederhana.4
2. Kapiler fenestrated. Pembuluh kapiler ini dijumpai dalam mukosa usus, kelenjar
endokrin, dan ginjal. Pada endotel, di seitar inti, sitoplasmanya sangat tipis dan ditembusi
oleh pori-pori yang bergaris tengah 30-50 nm. Sel-sel endotel kapiler ini dipisahkan satu
sama lain oleh taut-rekah (gap junction).
3. Kapiler sinusoidal atau kapiler diskontinu. Kapiler ini mempunyai garis tengah lumen
lebih besar dari pada kapiler fensestrated. Garis tengahnya mencapai 30µm atau lebih dan
mempunyai dinding berkelok-kelok tak beraturan. Eritrosit bisa melalui celah pada
kapiler ini. Kapiler sinusoidal ini biasa terletak pada sumsum tulang dan beberapa
kelenjar.

Gambar x. Kapiler

6
Komponen darah
Total darah manusia pada tubuh orang dewasa adalah sekitar 4,5 sampai dengan 5,5 liter.
Total volume darah berkontribusi sebesar 8% dari pada berat total tubuh. Komponen darah
terdiri dari bagian yang cair dan bagian yang padat. Apabila dilakukan pemisahan komponen
darah, akan didapatkan bahwa sel darah membentuk 45% seluruh volume darah sedangkan
plasma darah membentuk 55% seluruh volume darah. Dimana sel darah bewarna merah
sedangkan plasma bewarna air agak kekuningan. Diantara plasma dan sel darah terdapat buffy
coat.

Gambar x. Komponen Darah

 Komponen Plasma (55%)

Air membentuk sekitar 91% volume plasma. Air dalam plasma berfungsi menyuplai air segar
untuk mencuci sel-sel tubuh dan memperbaharui air yang terdapat di dalam sel-sel tersebut.

Protein membentuk sekitar 7% dalam volume plasma. Protein dalam plasma antara lain
adalah albumin, globulin, fibrinogen, protombin, dan heparin. Protein dalam plasma
membuat dentisitas darah yang disebut viskositas, yang diperlukan untuk mencegah cairan
berlebihan menembus dinding kapiler masuk ke dalam jaringan. Viskositas darah juga
berperan mempertahankankan tekanan darah

2% sisanya dibentuk oleh ion, nutrisi, sisa produk, gas dan substansi regularitas. Nutrisi
dalam plasma berbentuk sebagai glukosa, asam amino, asam lemak diabsorpsi dari saluran
cerna ke dalam darah. Mereka merupakan haril akhir metabolisme karbohidrat, protein, dan

7
lemak. Gas terlarut mencakup oksigen, karbondioksida, dan nitrogen Sisa produk tubuh
seperti urea, asam urat, dan kreatinin merupakan produk sisa metabolisme protein. Mereka
diproduksi di dalam hati dan dibawa oleh darah untuk kemudian diekskresi oleh ginjal.

 Komponen sel darah (45%)

Eritrosit atau yang kita kenal sebagai sel darah merah berkontribusi sebesar 99% dalam
volume sel darah dengan jumlah 4,2 miliar hingga 5,8 milliar sel darah merah. Bentuk
eritrosit adalah bikonkaf bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm.
Eritrosit terbungkus dalam membrane sel dengan permeabilitas tinggi. Membrane ini elastic.
Fleksibel dan tidak mempunyai inti sel, sehingga eritrosit bisa melewati kapiler. Setiap
eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin yang mengikat oksigen.

Leukosit atau yang dikenal sebagai sel darah putih berkontribusi sebesar kurang dari 1%
dalam volume sel darah dengan jumlah 5 ribu hingga 9 ribu. Leukosit berfungsi sebagai
sistem perlindungan tubuh terhadap benda asing dalam tubuh dengan fagositosis benda asing
tersebut.. Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam
aliran darah. Ada lima jenis sel leukosit dalam darah, yang dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk nucleus, dan eksistensi granula dalam sitoplasma. Sel yang memiliki granula
sitoplasma disebut granulosit, sel tanpa granula disebut agranulosit.

1. Granulosit terbagi menjadi 3

Neutrofil berkontribusi 60-70% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil memiliki granula kecil
berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus
yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Neutrofil sangat fagositik dan sangat aktif.
Sel-sel ini sampai dijaringan terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan benda asing.

Eusinofil berkontribusi 2 hingga 4% dari jumlah sel darah putih. Eusinofiil memiliki granula
sitoplasma yang kasar dan besar, Sel ini memiliki nucleus berlobus 2, eusinofil bersifat
fagositik lemah. Sel ini berfungsi menghambat histamine dalam alergi.

Basofil mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Basofil memiliki sejumlah granula
sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam
serta memperlihatkan lobus berbentuk kacang.

8
2. Agranulosit

Limfosit berkontribusi 20-25% jumlah total leukosit dalam darah. Limfosit mengandung
nucleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Sel ini berfungsi
dalam reaksi imunologis.

Monosit mencapai 3sampai 8% jumlah total leukosit. Monosit adalah sel darah terbesar,
nukleusnya besar, berbentuk seperti telur atau seperti ginjal, yang dikelilingi sitoplasma
berwarna biru keabuan pucat. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif.

Trombosit berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm. Bagian ini merupakan fragmen sel
tanpa nucleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang.
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus
suatu membrane plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan
proses koagulasi darah. Trombosit berfungsi dalam pembekuan darah dan perbaikan
pembuluh darah yang robek.

Gambar x. Sel darah putih

Faktor yang Memperngaruhi Tekanan Darah


Tekanan arteri rata-rata merupakan tenaga utama yang mendorong darah ke jaringan.
Tekanan tersebut harus dijaga karena jika terlalu lemah, aliran darah tidak akan adekuat ke
organ dan jaringan. Sementara jika berlebih, jantung akan bekerja terlalu keras serta terjadi
peningkatan resiko kerusakan vascular maupun rupturnya pembuluh darah kecil. Tekanan ini
ditentukan oleh dua faktor yaitu cardiac output dan resistensi perifer total (TPR).
Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika
arteriol dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkontriksi untuk tetap
menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan yang adekuat tersebut tidak hanya membantu
darah untuk terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi juga ke otak yang bergantung pada

9
volume darah yang konstan. Oleh karena itu, walaupun organ-organ membutuhkan darah
secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga supaya tekanan darah tetap konstan.6
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di dalam sistem
sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan terinisiasi untuk
mengembalikan kenilai normal. Penentuan jangka pendek yang terjadi dalam hitungan detik
terjadi karena perubahan cardiac output dan resistensi perifer total yang dimediasi oleh sistem
saraf otonom yang mempengaruhi jantung, vena dan arteriol. Jangka panjang, yang terjadi
dalam hitungan menit sampai hari, melibatkan penentuan total volume darah dengan
memulihkan garam normal dan keseimbangan air melalui mekanisme yang mengatur output
urin dan rasa haus.6
Berikut adalah faktor-faktor fisiologis utama yang dapat mempengaruhi tekanan
darah.7
1. Pengembalian darah melalui vena / jumlah darah yang kembali ke jantung melalui
vena. Jika darah yang kembali menurun, otot jantung tidak akan terdistensi, kekuatan
ventricular pada fase sistoleik akan menurun dan tekanan darah akan menurun. Hal ini
bisa disebabkan oleh perdarahan berat. Pada keadaan tidur atau berbaring di mana
tubuh dalam keadaan posisi orizintal, pengembalian darah ke jantung melalui vena
bisa dipertahankan dengan mudah, Tapi ketika berdiri aliran vena kembali ke jantung
mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi. Terdapat tiga mekanisme membantu
pengembalian darah melalui vena, yakni kontriksi vena, pompa otot rangka, dan
pompa respirasi.
2. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila frekuensi dan
kekuatan kontraksi jantung meningkat, tekanan darah ikut meningkat. Inilah yang
terjadi saat exercise. Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu kencang, ventrikel
tidak akan terisi sepenuhnya diantara tekanan, sehingga curah jantung dan tekanan
darah akan menurun.
3. Resistensi prefer. Yaitu resistensi dari pembuluh darah bagi aliran darah. Arteri dan
vena biasanya sedikit terkonstriksi, sehingga tekanan darah diastole normal.
4. Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel kanan berkontraksi, darah yang memasuki arteri
besar akan membuat dinding arteri berdistensi. Dinding arteri bersifat ealstik dan
dapat menyerap sebagian gaya yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini
menyebakan tekanan diastole yang meningkat dan sistole yang menurun, Saat
ventrikel kiri berelaksasi, dinding arteri juga akan kembali ke ukuran awal, sehingga
tekanan diastole tetap berada di batas normal.
10
5. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel darah
merah dan protein plasma, terutama albumin. Kadar sel darah merah yang terlalu
tinggi pada seseorang, sehingga menyebabkan peningkatan viskositas darah dan
tekanan darah, sangatlah jarang, akan tetapi masih dapat terjadi pada kondisi
polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan sel darah merah, seperti pada kondisi
anemia akan menyebakan kondisi berbalik dari sebelumnya. Pada saat kekurangan,
mekanisme penjaga tekanan darah seperti vasokonstriksi akan terjadi untuk
mempertahankan tekanan darah normal.
6. Kehilangan darah. Kehilangan darah dalam jumlah kecil, seperti saat donor darah,
akan menyebabkan penurunan tekanan darah sementara, yang akan langsung
dikompensasi dengan peningkatan tekanan darah dan peningkatan vasokonstriksi,
akan tetapi, setelah perdarahan berat, mekanisme kompensasi ini takkan cukup untuk
mempertahankan tekanan darah normal dan alirah darah ke otak. Walaupun seseorang
dapat selamat dari kehilangan 50 dari total darah tubuh, kemungkinan terjadinya
cedera otak meningkat karena banyak pembuluh darah yang hilang dan tidak dapat
diganti segera.
7. Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya, pada
saat stres, medulla elenjar adrenal akan menyekresikan norepinefrin dan epinefrin,
yang keduanya akan menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan
darah. Selain vasokonstriksi, epinefrin juga berfungsi meningkatkan heart rate dan
gaya kontraksi. Hormon lain yang berperan adalah ADH yang disekresikan oleh
kelenjar hipofisi posterior saat tubuh mengalami kekurangan cairan. ADH akan
meningkatkan reabsorbsi cairan pada ginjal sehingga tekanan darah tidak akan
semakin turun. Hormon lain, aldosteron, memiliki efek serupa pada ginjal, di mana
aldostreon akan mempromosikan reabsorpsi Na+, lalu air akan mengiuti ion Na+ ke
darah.

Kesimpulan

Daftar Pustaka

11
12

Anda mungkin juga menyukai