NAMA KELOMPOK:
I KOMANG ADI MULIAWAN {7}
I MADE DWITA NOVA ADI SANTIKA {8}
I MADE MANGKU GUNAWAN SULAKSANA {9}
NI KADEK WINA PERDIYANTI {20}
NI KETUT ARIANTI {21}
NI KETUT FINA SUASTINI {22}
XI MIPA 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran PPKN. Kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Ida Sang Hyang Widi Wasa, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….…………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………….……………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….………………………………………………..1
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………11
B. Saran………………………………………………………………………..………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terciptanya suatu keadilan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah bangsa termasuk
bangsa Indonesia. Keadilan yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia bukan keadilan yang
diperuntukkan oleh sekelompok orang saja atau penguasa, namun keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keadilan yang menjadi dambaan seluruh umat manusia diharapkan mampu memberi jaminan
keadilan bagi seluruh warga negara. Jaminan keadilan yang diberikan oleh pemerintah berupa dasar
negara, undang-undang dasar, dan peraturan perundang-undangan. Seperti jaminan keadilan yang
terkandung dalam Pancasila sila ke-5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Berpedoman pada
sila tersebut, bangsa Indonesia ingin mewujudkan keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia di
seluruh wilayah nusantara.
Keadilan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia bukan hanya pada bidang tertentu saja, akan tetapi
seluruh bidang yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta pertahanan dan
keamanan. Keadilan sosial dapat diwujudkan melalui pembangunan di segala bidang. Keadilan akan
tampak apabila hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Artinya bahwa
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah harus dapat dirasakan hasilnya oleh seluruh
masyarakat Indonesia dan mampu menjamin kesejahteraan bersama sesuai dengan tujuan nasional
bangsa Indonesia.
B. Rumusa Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Indonesia sebagai Negara hukum harus menghadirkan hukum dalam sendi kehidupan bangsa.
Pemerintah harus menjalankan pemerintahan sesuai hukum. Masyarakat juga harus hidup sesuai hukum
yang berlaku di Indonesia. Inilah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh bangsa Indonesia
sebagai konsekuensi Negara hukum. Kehadiran hukum dalam setiap aspek kehidupan masyarakat dapat
membantu dalam menciptakan keteraturan sosial. Berbagai komponen diperlukan supaya hukum bisa
berjalan lancer.Komponen-komponen tersebut dinamakan sistem hukum.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum itu merupakan aturan, tata
tertib, dan kaidah hidup. di dalam hukum terdapat beberapa unsur, diantaranya
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
b. Peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan itu bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Dengan demikian, suatu ketentuan hukum mempunyai tugas berikut.
a. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.
b. Menjamin ketertiban, ketenteraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran, kebahagian, dan
kebenaran.
c. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan “main hakim sendiri” dalam pergaulan masyarakat
b) Penggolongan Hukum
a]. Berdasarkan bentuknya
1) Hukum tertulis, yang dibedakan atas dua macam berikut
a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan, yaitu hukum yang disusun secara lengkap,
sistematis, teratur, dan dibukukan sehingga tidak perlu lagi peraturan pelaksanaan.
Misalnya, KUH Pidana, KUH Perdata, dan KUH Dagang.
b. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yaitu hukum yang meskipun tertulis, tetapi
tidak disusun secara sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah sehingga sering
masih memerlukan peraturan pelaksanaan dalam penerapan. Misalnya undang-undang,
peraturan pemerintah, dan keputusan presiden.
2) Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang hidup dan diyakini oleh warga masyarakat serta
dipatuhi dan tidak dibentuk menurut prosedur formal, tetapi lahir dan tumbuh di kalangan
masyarakat itu sendiri.
Selain macam-macam hukum tersebut, ada baiknya kita memahami hal-hal berikut.
a. Hukum Perdata Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang
satu dan orang yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Dari pengertiannya, hukum perdata sama dengan hukum privat.
Berikut adalah ciri-ciri hukum perdata.
1) Mengatur hubungan antara orang satu dan orang yang lainnya.
2) Mengatur hukum keluarga, hukum harta kekayaan, dan hukum waris
3) Proses pengadilan didasarkan pada pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan
4) Korban berlaku sebagai penggugat.
5) Tersangka berlaku sebagai tergugat.
b. Hukum Dagang/Perniagaan
Hukum dagang/perniagaan adalah hukum`yang mengatur hubungan antara orang dan
orang lain ataupun orang dan badan-badan hukum dalam bidang perdagangan.
c. Hukum Pidana
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang
dilarang/melanggar hukum dengan disertai sanksi-sanksi hukum yang tegas dan jelas
Berikut ciri-ciri hukum pidana.
1) Mengatur hubungan antara anggota masyarakat dan negara yang menguasai
tata tertib masyarakat Indonesia
2) Mengatur hal-hal yang berupa pelanggaran dan kejahatan
3) Pelanggaran terhadap peraturan hukum pidana pada umumnya segera diambil
tidakan oleh pengadilan walaupun tanpa adanya pengaduan dari pihak yang
dirugikan
4) Pihak yang dirugikan cukup melapor kepada yang berwajib dan akan menjadi
sanksi
5) Penggugat adalah penuntut umum jaksa
d. Hukum Administrasi Negara/Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Tata Pemerintahan
Adalah hukum yang mengatur segala tugas atau hak dan kewajiban pejabat-pejabat
pemerintah dari pusat sampai daerah.
c) Tujuan Hukum
Tujuan hukum nasional Indonesia adalah ingin mengatur secara pasti hak-hak dan kewajiban
lembaga tinggi negara. Dan setiap warga negara agar semuanya dapat melaksanakan
kebijaksanaan dan tindakan-tindakan demi terwujudnya tujuan nasional bangsa Indonesia,
yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungi oleh hukum, cerdas, terampil,serta cinta dan
bangga bertanah air Indonesia.
Berikut adalah tujuan hukum secara umum menurut pendapat para ahli.
a. Jeremy Bentham (teori utilitis)
Menurutnya hukum bertujuan untuk mencapai kefaedahan atau kemanfaatan. Artinya hukum
itu bertujuan untuk menjamin kebahagiaan bagi sebanyak-banyaknya orang ataupun
masyarakat.
b. Prof Subekti S.H.
Menurut pendapat beliau yaitu untuk menyelenggarakan sebuah keadilan dan ketertiban
sebagai syarat untuk mendatangkan kebahagiaan dan kemakmuran.
c. Van Apeldorn
Menurut pendapatnya yaitu untuk mengatur tata tertib dan pergaulan hidup manusia secara
damai dan adil, dan hukum itu sendiri menghendaki perdamaian.
d. Prof. Mr. J Van Kan
Menurut pendapatnya yaitu untuk menjaga kepentingan setiap manusia supaya berbagai
kepentingannya itu tidak dapat diganggu. Lebih jelasnya yaitu bertugas untuk menjamin
kepastian hukum di dalam sebuah masyarakat, juga menjaga dan mencegah agar setiap orang
dalam suatu masyarakat tidak menjadi hakim sendiri.
e. O. Notohamidjojo, hukum memiliki 3 tujuan yaitu sebagai berikut.
1) Mendatangkan tatanan (keteraturan) dan kedamaian dalam masyarakat.
2) Mewujudkan keadilan.
3) Menjaga supaya manusia diperlakukan sebagai manusia.
Selain yang dikemukakan oleh para ahli, dalam hukum terdapat teori tujuan hukum yaitu
sebagai berikut.
a. Teori etis
teori ini menganggap bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai keadilan. Lebih
lanjut, teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan dan hukum yang dibuat harus diterapkan secara adil untuk seluruh
masyarakat agar masyarakat merasa terlindungi.
b. Teori Utilitas
Teori ini menganggap bahwa tujuan hukum adalah untuk memberikan kemanfaatan
yang besar atau kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya. Teori utilitas dicetuskan oleh
Jeremy Bentham dalam bukunya, Introduction to The Morals and Legislation.
c. Teori Campuran dari teori etis dan utilitas
Diterangkan Sudikno Mertokusumo, teori campuran dapat dikatakan sebagai jalan
tengah antara teori etis dan teori utilitas karena teori ini menekankan pada tujuan
hukum yang tidak hanya untuk keadilan semata, namun juga untuk manfaat banyak
orang.
d) Sumber Hukum
Sumber hukum merupakan segala hal yang menimbulkan aturan dan mempunyai kekuatan
memaksa. Arti dari kekuatan memaksa disini adalah apabila seseorang melanggar aturan yang
ada tersebut, ia akan dikenai sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum dibedakan menjadi 2 yaitu sumber hukum material dan sumber hukum formal.
Sumber hukum material adalah keyakinan dan perasaan individu bersumber pada nilai agama
dan kesusilaan, kehendak tuhan, akal budi, serta jiwa bangsa. Sedangkan sumber hukum
formal adalah pewujud isi atau materi hukum material yang menentukan berlakunya hukum itu
sendiri.
Berikut adalah macam-macam sumber hukum formal.
a. Undang-Undang
Ada dua pengertian undang-undang, yaitu undang-undang dalam arti material dan
formal. Undang-undang dalam arti materiel adalah setiap peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum bagi setiap warga negara. Adapun
undang-undang dalam arti formal adalah setiap peraturan yang karena bentuknya
disebut sebagai undang-undang.
b. Kebiasaan (Hukum Tidak Tertulis)
Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama, kemudian
diterima serta diakui oleh masyarakat sebagai norma bersama. Meskipun tidak tertulis.
kebiasaan menjadi salah satu norma hukum yang dipatuhi oleh anggota masyarakat. Hal
ini dikarenakan adanya kekosongan hukum tertulis dalam persoalan tertentu yang
sanga! dibutuhkan oleh masyarakat ataupun negara.
c. Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan keputusan hakim terdahulu atas suatu perkara yang tidak
atau belum diatur dalam undang-undang dan dijadikan sebagai pedoman oleh haki
lainnya dalam memutuskan perkara serupa. Ketika membuat yurisprudensi, seorang
hakim tidaklah serta-merta membuat suatu keputusan tanpa melalui berbagai analisis
Pada umumnya hakim melakukan penafsiran-penafsiran pada saat hendak membuat
yurisprudensi Berikut adalah penafsiran-penafsiran tersebut.
4) Penafsiran secara gramatikal adalah penafsiran yang didasarkan pada arti kata.
5) Penafsiran sistematis adalah penafsiran yang dilakukan dengan cara menghubungkan
pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang sehingga diharapkan ditemukan satu
kata kunci.
d. Traktat
Traktat merupakan perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenal
persoalan tertentu yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan. Berikut adalah
tahap-tahap pembuatan traktat pada umumnya.
e. Doktrin
Doktrin merupakan pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan sebagai dasar
ataupun asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.
Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945 sebagai konstitusi NKRI pada tahun
1959 hingga sekarang. UUD 1945 lelah mengalami empat kali amendemen yaitu sebagai
berikut.
1) Amendemen pertama dilakukan pada Sidang Umum MPR 1999 dan disahkan pada
tanggal 19 Oktober 1999.
2) Amendemen kedua dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2000 dan disahkan tanggal 13
Agustus 2000.
3) Amendemen ketiga dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2001 dan disahkan pada
tanggal 9 November 2001.
4) Amendemen keempat dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2002 dan disahkan pada tanggal
10 Agustus 2002.
1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
dalam persidangan yang berikutnya.
3) Jika tidak mendapat persetujuan, peraturan pemerintah itu harus dicabut. Peraturan
pemerintah adalah peraturan perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan
A. Kesimpulan
Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan konsep nyata dalam diri
seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan sistem hukum yang berlaku.
Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga negara, secara langsung
menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya. Kepatuhan hukum mengandung arti
bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk memahami dan menggunakan peraturan
perundangan yang berlaku, mempertahankan tertib hukum yang ada, dan menegakkan
kepastian hukum.
Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku dapat dilihat
dari perilaku yang diperbuatnya: disenangi oleh masyarakat pada umumnya, tidak
menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain, tidak menyinggung perasaan orang lain,
menciptakan keselarasan, mencerminkan sikap sadar hukum, dan mencerminkan kepatuhan
terhadap hukum.
B. Saran
Keadilan menjadi syarat terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, keadilan menjadi hak setiap warga negara. Keadilan ditegakkan
berdasarkan norma hukum yang berlaku. Norma hukum dilaksanakan secara transparan, jujur
dan adil.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S.T. 1992. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kusnardi, Mohammad dan Hermaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta: Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Makarao, Mohammad Taufik. 2004. Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Ghalia
Indonesia.