Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PPKN

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN DI INDONESIA

NAMA KELOMPOK:
I KOMANG ADI MULIAWAN {7}
I MADE DWITA NOVA ADI SANTIKA {8}
I MADE MANGKU GUNAWAN SULAKSANA {9}
NI KADEK WINA PERDIYANTI {20}
NI KETUT ARIANTI {21}
NI KETUT FINA SUASTINI {22}

XI MIPA 3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia” ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran PPKN. Kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Ida Sang Hyang Widi Wasa, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….…………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………….……………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….………………………………………………..1
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Hukum di Indonesia………………………………………………………………………………………………………...2


a) Makna dan Karakteristik Hukum………………………………………………………………………………….……2
b) Penggolongan Hukum…………………………………………………………………………………….…………………3
c) Tujuan Hukum…………………………………………………………………………………………….…………………….6
d) Sumber hukum…………………………………………………………………………………………………….……………7
e) Tata Hukum Indonesia……………………………………………………………………………….……………………..8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………………11
B. Saran………………………………………………………………………..………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terciptanya suatu keadilan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah bangsa termasuk
bangsa Indonesia. Keadilan yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia bukan keadilan yang
diperuntukkan oleh sekelompok orang saja atau penguasa, namun keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keadilan yang menjadi dambaan seluruh umat manusia diharapkan mampu memberi jaminan
keadilan bagi seluruh warga negara. Jaminan keadilan yang diberikan oleh pemerintah berupa dasar
negara, undang-undang dasar, dan peraturan perundang-undangan. Seperti jaminan keadilan yang
terkandung dalam Pancasila sila ke-5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Berpedoman pada
sila tersebut, bangsa Indonesia ingin mewujudkan keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia di
seluruh wilayah nusantara.

Keadilan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia bukan hanya pada bidang tertentu saja, akan tetapi
seluruh bidang yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta pertahanan dan
keamanan. Keadilan sosial dapat diwujudkan melalui pembangunan di segala bidang. Keadilan akan
tampak apabila hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Artinya bahwa
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah harus dapat dirasakan hasilnya oleh seluruh
masyarakat Indonesia dan mampu menjamin kesejahteraan bersama sesuai dengan tujuan nasional
bangsa Indonesia.

B. Rumusa Masalah

a. Apa makna dan karakteristik hukum?


b. Apa saja penggolongan hukum?
c. Apa saja tujuan hukum?
d. Apa itu sumber hukum?
e. Bagaimana tata hukum di Indonesia?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui makna dan karakteristik dari hukum


b. Untuk mengetahui apa saja penggolongan hukum
c. Agar tahu apa tujuan hukum
d. Agar tahu sumber-sumber hukum
e. Mengetahui apa saja tata hukum di indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Hukum di Indonesia

Indonesia sebagai Negara hukum harus menghadirkan hukum dalam sendi kehidupan bangsa.
Pemerintah harus menjalankan pemerintahan sesuai hukum. Masyarakat juga harus hidup sesuai hukum
yang berlaku di Indonesia. Inilah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh bangsa Indonesia
sebagai konsekuensi Negara hukum. Kehadiran hukum dalam setiap aspek kehidupan masyarakat dapat
membantu dalam menciptakan keteraturan sosial. Berbagai komponen diperlukan supaya hukum bisa
berjalan lancer.Komponen-komponen tersebut dinamakan sistem hukum.

a) Makna dan Karakteristik hukum


Menurut para ahli hukum adalah:
a. Leon Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama dan jika dilarang menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran
b. Drs. E Utrecht, S.H, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati
oleh masyarakat.
c. Plato, dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang
teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
d. Aristoteles, hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat
masyarakat tetapi juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu yang berbeda dari bentuk dan
isi konstitusi; karena kedudukan itulah undang-undang mengawasi hakim dalam melaksanakan
jabatannya dalam menghukum orang-orang yang bersalah.
e. Mr. E.M. Mayers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan
ditinjau kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman penguasa-
penguasa negara dalam melakukan tugasnya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum itu merupakan aturan, tata
tertib, dan kaidah hidup. di dalam hukum terdapat beberapa unsur, diantaranya
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
b. Peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
c. Peraturan itu bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Dengan demikian, suatu ketentuan hukum mempunyai tugas berikut.
a. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.
b. Menjamin ketertiban, ketenteraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran, kebahagian, dan
kebenaran.
c. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan “main hakim sendiri” dalam pergaulan masyarakat

b) Penggolongan Hukum
a]. Berdasarkan bentuknya
1) Hukum tertulis, yang dibedakan atas dua macam berikut
a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan, yaitu hukum yang disusun secara lengkap,
sistematis, teratur, dan dibukukan sehingga tidak perlu lagi peraturan pelaksanaan.
Misalnya, KUH Pidana, KUH Perdata, dan KUH Dagang.
b. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yaitu hukum yang meskipun tertulis, tetapi
tidak disusun secara sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah sehingga sering
masih memerlukan peraturan pelaksanaan dalam penerapan. Misalnya undang-undang,
peraturan pemerintah, dan keputusan presiden.

2) Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang hidup dan diyakini oleh warga masyarakat serta
dipatuhi dan tidak dibentuk menurut prosedur formal, tetapi lahir dan tumbuh di kalangan
masyarakat itu sendiri.

b]. Berdasarkan tempat berlakunya


1) Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah suatu negara tertentu.
2) Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antarnegara
dalam dunia internasional. Hukum internasional berlakunya secara universal, baik
secara keseluruhan maupun terhadap negaranegara yang mengikatkan dirinya pada
suatu perjanjian internasional (traktat).
3) Hukum local, yaitu hukum yang hanya berlaku pada daerah/masyarakat tertentu.

c]. Berdasarkan fungsinya


1) Hukum material, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
yang berlaku umum tentang hal-hal yang dilarang dan dibolehkan untuk dilakukan.
Misalnya, hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang, dan sebagainya.
2) Hukum formal, yaitu hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan dan
melaksanakan hukum material. Misalnya, Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hukum Acara
Perdata, dan sebagainya.

d]. Berdasarkan `waktu berlakunya


1) Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Misalnya, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
2) Ius Constituendum (hukum negatif), yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu
yang akan datang. Misalnya, rancangan undang-undang (RUU).
3) Hukum antarwaktu (hukum transitoir), yaitu hukum mengenai hubungan antarperistiwa
hukum yang berlaku saat sekarang dan hukum yang berlaku pada masa lalu.

e]. Berdasarkan isi masalahnya


1) Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan individu (warga
negara), menyangkut kepentingan umum (publik).
Hukum publik terbagi atas:
a) Hukum Pidana, yaitu mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan, memuat larangan
dan sanksi.
b) Hukum Tata Negara, yaitu mengatur hubungan antara negara dengan bagian-bagiannya.
c) Hukum Tata Usaha Negara (administratif), yaitu mengatur tugas kewajiban pejabat
negara.
d) Hukum Internasional, yaitu mengatur hubungan antar negara, seperti hukum perjanjian
internasional, hukum perang internasional, dan sebagainya.
2) Hukum privat (sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara individu satu dengan
individu lain, termasuk negara sebagai pribadi. Hukum privat terbagi atas:
a) Hukum Perdata, yaitu hukum yang mengatur hubungan antarindividu secara umum.
Contoh, hukum keluarga, hukum kekayaan, hukum waris, hukum perjanjian, dan hukum
perkawinan.
b) Hukum Perniagaan (dagang), yaitu hukum yang mengatur hubungan antarindividu
dalam perdagangan. Contoh, hukum tentang jual beli,hutang piutang, pendirian
perusahaan dagang, dan sebagainya.

f]. Berdasarkan sifatnya


1) Kaidah Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun   juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak. Misalnya, melakukan pembunuhan maka
sanksinya secara paksa wajib dilaksanakan
2) Kaidah Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-
pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian. Atau
dengan kata lain, hukum yang mengatur hubungan antarindividu yang baru berlaku
apabila yang bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang dimungkinkan oleh
hukum (undangundang).

g]. Berdasarkan wujudnya


hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum objektif, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang atau lebih
yang berlaku umum. Dengan kata lain, hukum dalam suatu negara yang berlaku umum
dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.
2) Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku terhadap
seorang atau lebih. Hukum subjektif sering juga disebut hak.

h]. Berdasarkan sumbernya


1) Undang-Undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
2) Kebiasaan (hukum tidak tertulis), yaitu hukum yang terletak dalam aturan-aturan
kebiasaan.
3) Traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian
antarnegara (traktat).
4) Yurisprudensi, yaitu keputusan hakim yang tedahulu atas perkara yang tidak atau belum
diatur dalam undang-undang dan dijadikan sebagai pedoman oleh hakim lainnya dalam
memutus perkara serupa. 
5) Doktrin, yaitu pendapat ahli hukum terkemuka yang dijadikan sebagai dasar atau asas-
asas penting dalam hukum dan penerapannya  

Selain macam-macam hukum tersebut, ada baiknya kita memahami hal-hal berikut.
a. Hukum Perdata Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang
satu dan orang yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Dari pengertiannya, hukum perdata sama dengan hukum privat.
Berikut adalah ciri-ciri hukum perdata.
1) Mengatur hubungan antara orang satu dan orang yang lainnya.
2) Mengatur hukum keluarga, hukum harta kekayaan, dan hukum waris
3) Proses pengadilan didasarkan pada pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan
4) Korban berlaku sebagai penggugat.
5) Tersangka berlaku sebagai tergugat.
b. Hukum Dagang/Perniagaan
Hukum dagang/perniagaan adalah hukum`yang mengatur hubungan antara orang dan
orang lain ataupun orang dan badan-badan hukum dalam bidang perdagangan.

c. Hukum Pidana
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang
dilarang/melanggar hukum dengan disertai sanksi-sanksi hukum yang tegas dan jelas
Berikut ciri-ciri hukum pidana.
1) Mengatur hubungan antara anggota masyarakat dan negara yang menguasai
tata tertib masyarakat Indonesia
2) Mengatur hal-hal yang berupa pelanggaran dan kejahatan
3) Pelanggaran terhadap peraturan hukum pidana pada umumnya segera diambil
tidakan oleh pengadilan walaupun tanpa adanya pengaduan dari pihak yang
dirugikan
4) Pihak yang dirugikan cukup melapor kepada yang berwajib dan akan menjadi
sanksi
5) Penggugat adalah penuntut umum jaksa
d. Hukum Administrasi Negara/Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Tata Pemerintahan
Adalah hukum yang mengatur segala tugas atau hak dan kewajiban pejabat-pejabat
pemerintah dari pusat sampai daerah.
c) Tujuan Hukum
Tujuan hukum nasional Indonesia adalah ingin mengatur secara pasti hak-hak dan kewajiban
lembaga tinggi negara. Dan setiap warga negara agar semuanya dapat melaksanakan
kebijaksanaan dan tindakan-tindakan demi terwujudnya tujuan nasional bangsa Indonesia,
yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungi oleh hukum, cerdas, terampil,serta cinta dan
bangga bertanah air Indonesia.

Berikut adalah tujuan hukum secara umum menurut pendapat para ahli.
a. Jeremy Bentham (teori utilitis)
Menurutnya hukum bertujuan untuk mencapai kefaedahan atau kemanfaatan. Artinya hukum
itu bertujuan untuk menjamin kebahagiaan bagi sebanyak-banyaknya orang ataupun
masyarakat.
b. Prof Subekti S.H.
Menurut pendapat beliau yaitu untuk menyelenggarakan sebuah keadilan dan ketertiban
sebagai syarat untuk mendatangkan kebahagiaan dan kemakmuran.
c. Van Apeldorn
Menurut pendapatnya yaitu untuk mengatur tata tertib dan pergaulan hidup manusia secara
damai dan adil, dan hukum itu sendiri menghendaki perdamaian.
d. Prof. Mr. J Van Kan
Menurut pendapatnya yaitu untuk menjaga kepentingan setiap manusia supaya berbagai
kepentingannya itu tidak dapat diganggu. Lebih jelasnya yaitu bertugas untuk menjamin
kepastian hukum di dalam sebuah masyarakat, juga menjaga dan mencegah agar setiap orang
dalam suatu masyarakat tidak menjadi hakim sendiri.
e. O. Notohamidjojo, hukum memiliki 3 tujuan yaitu sebagai berikut.
1) Mendatangkan tatanan (keteraturan) dan kedamaian dalam masyarakat.
2) Mewujudkan keadilan.
3) Menjaga supaya manusia diperlakukan sebagai manusia.

Selain yang dikemukakan oleh para ahli, dalam hukum terdapat teori tujuan hukum yaitu
sebagai berikut.
a. Teori etis
teori ini menganggap bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai keadilan. Lebih
lanjut, teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan dan hukum yang dibuat harus diterapkan secara adil untuk seluruh
masyarakat agar masyarakat merasa terlindungi.
b. Teori Utilitas
Teori ini menganggap bahwa tujuan hukum adalah untuk memberikan kemanfaatan
yang besar atau kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya. Teori utilitas dicetuskan oleh
Jeremy Bentham dalam bukunya, Introduction to The Morals and Legislation.
c. Teori Campuran dari teori etis dan utilitas
Diterangkan Sudikno Mertokusumo, teori campuran dapat dikatakan sebagai jalan
tengah antara teori etis dan teori utilitas karena teori ini menekankan pada tujuan
hukum yang tidak hanya untuk keadilan semata, namun juga untuk manfaat banyak
orang.

d) Sumber Hukum
Sumber hukum merupakan segala hal yang menimbulkan aturan dan mempunyai kekuatan
memaksa. Arti dari kekuatan memaksa disini adalah apabila seseorang melanggar aturan yang
ada tersebut, ia akan dikenai sanksi yang tegas dan nyata.
Sumber hukum dibedakan menjadi 2 yaitu sumber hukum material dan sumber hukum formal.
Sumber hukum material adalah keyakinan dan perasaan individu bersumber pada nilai agama
dan kesusilaan, kehendak tuhan, akal budi, serta jiwa bangsa. Sedangkan sumber hukum
formal adalah pewujud isi atau materi hukum material yang menentukan berlakunya hukum itu
sendiri.
Berikut adalah macam-macam sumber hukum formal.
a. Undang-Undang
Ada dua pengertian undang-undang, yaitu undang-undang dalam arti material dan
formal. Undang-undang dalam arti materiel adalah setiap peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum bagi setiap warga negara. Adapun
undang-undang dalam arti formal adalah setiap peraturan yang karena bentuknya
disebut sebagai undang-undang.
b. Kebiasaan (Hukum Tidak Tertulis)
Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama, kemudian
diterima serta diakui oleh masyarakat sebagai norma bersama. Meskipun tidak tertulis.
kebiasaan menjadi salah satu norma hukum yang dipatuhi oleh anggota masyarakat. Hal
ini dikarenakan adanya kekosongan hukum tertulis dalam persoalan tertentu yang
sanga! dibutuhkan oleh masyarakat ataupun negara.
c. Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan keputusan hakim terdahulu atas suatu perkara yang tidak
atau belum diatur dalam undang-undang dan dijadikan sebagai pedoman oleh haki
lainnya dalam memutuskan perkara serupa. Ketika membuat yurisprudensi, seorang
hakim tidaklah serta-merta membuat suatu keputusan tanpa melalui berbagai analisis
Pada umumnya hakim melakukan penafsiran-penafsiran pada saat hendak membuat
yurisprudensi Berikut adalah penafsiran-penafsiran tersebut.

1) Penafsiran secara historis adalah penafsiran yang didasarkan pada sejarah


terbentuknya undang-undang

2) Penafsiran autentik adalah penafsiran yang dilakukan oleh si pembentuk undang-


undang itu sendiri.
3) Penafsiran teleologis adalah metode penafsiran dengan jalan mempelajari hakikat
tujuan undang-undang yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat saat ini.

4) Penafsiran secara gramatikal adalah penafsiran yang didasarkan pada arti kata.
5) Penafsiran sistematis adalah penafsiran yang dilakukan dengan cara menghubungkan
pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang sehingga diharapkan ditemukan satu
kata kunci.
d. Traktat
Traktat merupakan perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenal
persoalan tertentu yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan. Berikut adalah
tahap-tahap pembuatan traktat pada umumnya.

1) Penetapan isi perjanjian dalam bentuk konsep


2) Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat atau lembaga legislatif masing-masing negara
yang membuat traktat.
3) Ratifikasi atau pengesahan oleh kepala negara masing-masing negara yang terikat
dalam traktat tersebut. Dengan dilakukannya ratifikasi ini, setiap negara yang terlibat
berkewajiban untuk memberlakukan traktat tersebut di seluruh wilayah negara
sehingga pada umumnya negara akan menjadikan traktat tersebut menjadi undang-
undang.
4) Pengumuman dilakukan dengan penukaran piagam perjanjian

e. Doktrin
Doktrin merupakan pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan sebagai dasar
ataupun asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.

e) Tata Hukum Indonesia


Tata hukum Indonesia merupakan keseluruhan peraturan hukum yang diciptakan oleh negara
dan berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia yang berpedoman pada UUD 1945.
Pelaksanaan tata hukum dapat dipaksakan oleh alat-alat negara yang diberi kekuasaan.
Bagaimana tata urutan peraturan hukum di Indonesia? Semua peraturan hukum di Indonesia
mempunyai tingkatan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Tingkatan tersebut disusun
berdasarkan tinggi rendahnya pejabat atau lembaga negara yang membuatnya.

Berikut adalah tata urutan hierarki perundang-undangan Indonesia berdasarkan UU No. 12


Tahun 2011 pasal 7 ayat (1).

a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memuat
dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan kehidupan negara Indonesia. UUD 1945
merupakan hukum dasar tertulis yang menempati urutan tertinggi dalam peraturan
perundangan di Indonesia. Semua peraturan perundangan di Indonesia berada di bawah UUD
1945, bersumber, berdasar, dan berlaku atas dasar UUD 1945.
UUD 1945 dibahas oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) dan ditetapkan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai
undang-undang dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Oleh karena masyarakat dan negara selalu berubah menyesuaikan perkembangan zaman, pasti
ada aturan-aturan yang tidak sesuai lagi sehingga harus dilakukan perubahan/ amendemen.
Amendemen bertujuan supaya UUD 1945 disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan
dinamika kehidupan masyarakat.

Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945 sebagai konstitusi NKRI pada tahun
1959 hingga sekarang. UUD 1945 lelah mengalami empat kali amendemen yaitu sebagai
berikut.
1) Amendemen pertama dilakukan pada Sidang Umum MPR 1999 dan disahkan pada
tanggal 19 Oktober 1999.
2) Amendemen kedua dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2000 dan disahkan tanggal 13
Agustus 2000.
3) Amendemen ketiga dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2001 dan disahkan pada
tanggal 9 November 2001.
4) Amendemen keempat dilakukan pada Sidang Tahunan MPR 2002 dan disahkan pada tanggal
10 Agustus 2002.

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Ketetapan MPR) Ketetapan MPR merupakan


bentuk putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pengemban kedaulatan rakyat
yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR yang berisi hal-hal yang bersifat penetapan.
Sebelum diadakan amendemen UUD 1945, ketetapan MPR merupakan peraturan
perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD 1945 dan di atas undang- undang.
Pada masa awal Reformasi, ketetapan MPR tidak lagi termasuk urutan hierarki peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Akan tetapi, pada tahun 2011 berdasarkan UU No. 12
Tahun 2011, ketetapan MPR kembali menjadi peraturan perundangan yang secara hierarki
berada di bawah UUD 1945.

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)


Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama presiden. Undang-undang merupakan
produk bersama dari presiden dan DPR (produk legislatif). Dalam pembentukan undang-
undang, bisa saja presiden yang mengajukan rancangan undang-undang. Rancangan
undang-undang tersebut akan sah menjadi undang-undang apabila DPR menyetujuinya.
begitu pula sebaliknya.
Peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu) adalah peraturan perundang-
undangan yang dibuat oleh presiden dalam keadaan memaksa atau genting. Perpu diatur
dalam pasal 22 UUD 1945 yaitu sebagai berikut.

1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
dalam persidangan yang berikutnya.
3) Jika tidak mendapat persetujuan, peraturan pemerintah itu harus dicabut. Peraturan
pemerintah adalah peraturan perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan

d. Peraturan Pemerintah (PP)


Peraturan pemerintah adalah peraturan perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan
oleh presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Materi muatan
peraturan pemerintah adalah materi untuk menjalankan undang-undang.

e. Peraturan Presiden (Perpres)


Peraturan presiden merupakan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh presiden
untuk melaksanakan hal-hal yang diperintahkan undang-undang atau dapat juga diartikan
sebagai suatu materi untuk melaksanakan peraturan pemerintah.

f. Peraturan Daerah Provinsi


Peraturan daerah provinsi adalah peraturan daerah yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi bersama gubernur. Peraturan daerah provinsi berlaku di provinsi yang
bersangkutan.

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


Peraturan daerah kabupaten/kota adalah peraturan daerah yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota bersama bupati atau wali kota. Peraturan daerah
kabupaten/kota berlaku di kabupaten/kota yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan konsep nyata dalam diri
seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan sistem hukum yang berlaku.
Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan oleh seorang warga negara, secara langsung
menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya. Kepatuhan hukum mengandung arti
bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk memahami dan menggunakan peraturan
perundangan yang berlaku, mempertahankan tertib hukum yang ada, dan menegakkan
kepastian hukum.
Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku dapat dilihat
dari perilaku yang diperbuatnya: disenangi oleh masyarakat pada umumnya, tidak
menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain, tidak menyinggung perasaan orang lain,
menciptakan keselarasan, mencerminkan sikap sadar hukum, dan mencerminkan kepatuhan
terhadap hukum.

B. Saran
Keadilan menjadi syarat terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, keadilan menjadi hak setiap warga negara. Keadilan ditegakkan
berdasarkan norma hukum yang berlaku. Norma hukum dilaksanakan secara transparan, jujur
dan adil.
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kansil, C.S.T. 1992. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kusnardi, Mohammad dan Hermaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta: Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Makarao, Mohammad Taufik. 2004. Hukum  Acara Pidana dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Moeljatno. 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: Bumi Aksara.

Download Contoh Makalah Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia.docx

Anda mungkin juga menyukai