Latar Belakang
Pernyataan-pernyataan bahwa dunia seakan-akan tidak
lagi mengenal batas-batas wilayah Negara, telah menjadi
kenyataan. Arus informasi menyebabkan permasalahan di
dalam suatu negara dapat dibaca bagaikan dalam buku ter-
buka. Suatu negara bahkan tidak dapat mengisolasi dirinya
dari pergaulan internasionnal. Perjanjian-perjanjian interna-
sional dan dampak ratifikasi konvensi internasional, lebih
mengentalkan kenyataan bahwa hukum nasional suatu neg-
ara tidak dapat secara mutlak berdiri sendiri tanpa menghi-
raukan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia
internasional, terlebih lagi ketika perkembangan teknologi
yang semakin canggih. Di dalam era transformasi dan infor-
masi, seperti itu permasalahan-permasalahan di dalam ma-
syarakat menjadi lebih rumit dan kompleks.
Perkembangan di dalam masyarakat ini juga mempen-
garuhi perkembangan hukum di suatu negara, khususnya di
dalam suatu masyarakat yang sedang membangun. “Apabila
kita teliti maka semua masyarakat yang sedang memban-
gun dicirikan oleh perubahan bagaimanapun kita mendefi-
nisikan pembangunan itu dan apapun yang kita pergunakan
bagi “masyarakat dalam pembangunan. Peranan hukum
*
Guru Besar Hukum Pidana Universitas Padjadjaran
1
Mochtar Kusumaatmaja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Hukum
Nasional, Lcmbaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Universitas Padjadjaran,
Bandung, 1976, hlm.3.
2
Ibid
3
Lihat pasal 16 Undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 2004 Tentang Kc-
kuasaan Kehakiman
96 Bunga Rampai
menimbulkan ketidakadilan, ketidakpastian, atau keti-
dakmanfatan?
Pembahasan Masalah
1. Arti penemuan hukum dan mengapa (seringkali) diper-
lukan
Rechtsvinding menjadi sangat terkenal terutama setelah
perang dunia kedua, pandangan tentang penemuan hukum
yang dikemukakan oleh Paul Scholten memperoleh banyak
pengikut.4
Sudikno Mertokusumo mengatakan “Apa yang dimak-
sud dengan penemuan hukum lazimnya adalah proses pem-
bentukan hukum oleh hakim, atau aparat hukum lainnya
yang ditugaskan untuk penerapan peraturan hukum umum
pada peristiwa hukum konkrit”.5
J.A. Pontier mendefinisikan penemuan hukum sebagai
‘sebuah reaksi terhadap situasi-situasi problematikal yang
dipaparkan orang dalam peristilahan hukum’. Ia berkenaan
dengan pertanyaan-pertanyaan hukum, konflik-konflik hu-
kum atau sengketa-sengketa yuridis. Penemuan hukum
diarahkan pada pemberian jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan tentang hukum dan hal pencarian penye1esaian-
penyelesaian terhadap sengketa-sengketa konkrit. Terkait
padanya antara lain diajukan pertanyaan-pertanyaaan ten-
tang penjelasan (tafsiran) dan penerapan aturan-aturan
hukum, dan pertanyaan-pertanyaan tentang makna dari
fakta-fakta yang terhadapnya hukum harus diterapkan.
Penemuan hukum, berkenaan dengan hal menemukan pe-
nyelesaian dan jawaban berdasarkan kaidah-kaidah hukum,
yang lebih atau kurang, secara cermat dan teliti mengemu-
kakan bagaimana terhadap situasi-situasi problematik ter-
tentu seyogyanya harus diberikan reaksi.6
Asumsi dasar yang melandasi penemuan hukum terse-
but adalah berkaitan dengan pengakuan bahwa tidak semua
hukum dapat ditemukan dalam undang-undang.7
4
J.A.Pontier, Rechtsvinding. diterjemahkan oleh B.Arief Sidharta, Labotatorium Hu-
kum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2001, hlm. 95
5
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum. Liberty, Yogyakarta. 2001, hlm. 37.
6
J.A. Pontier, op cit, hlm. 1.
7
Ibid, hlm.16
8
M.H.Bregstein, dalam Komariah Emong Sapardjaja, Ajaran Sifat Melawan Hukum
Materiel dalam Hukum Pidana Indonesia, Alumni, Bandung, hlm. 16
9
Ibid, hlm. 17.
10
Ibid, hlm. 22
98 Bunga Rampai
Dengan demikian, di dalam situasi masyarakat dengan
tingkat perkembangan di segala bidangnya sangat tinggi dan
kompleks, seringkali undang-undang tidak dapat lagi meng-
antisipasi perkembangan itu, tetapi disinilah letak peranan
hakim selaku penjaga hukum dan keadilan memainkan pe-
ranannya. Oleh karena itu Bregstein11 pernah mengatakan:
“Tegenover de worden der wet komt hem echter een vrijheid
toe. Hij is dus niet ‘la bouche de la loi’, tenzij men daaronder
verstaat ‘la bouche de l’esprit de la loi’ [Terhadap kata-kata
undang-undang penerap undang-undang memiliki suatu ke-
bebasan yang luas. Jadi dia bukanlah ‘mulut undang-un-
dang’ tetapi ‘mulut jiwa undang-undang’].
2. Teknik/metode penemuan hukum dan kebebasan ha-
kim
Penemuan hukum dapat dilakukan melalui beberapa
cara/teknik/metode.
Menurut Pontier12, penemuan hukum dapat dilakukan
melalui metode, antara lain:
a. metode interpretasi;
(penulis tidak akan menguraikan secara mendalam ten-
tang metode interpretasi karena dalam pelajaran tentang
Pengantar Ilmu Hukum telah diperkenalkan metode
penafsiran berupa penafsiran gramatikal, sistematis,
sejarah undang-undang, sejarah hukum, teleologis, an-
tisipatif, evolutif dinamikal)
b. penghalusan hukum, interpretasi restriktif dan inter-
pretasi ekstensif
c. penalaran hukum
d. teknik penemuan hukum lain berupa:
i. penerapan atau penafsiran undang-undang secara
rasional
ii. penimbangan kepentingan
e. Motivering vonnis
Walaupun demikian hakim tidaklah sebebas-bebasnya
dapat menggunakan seluruh metode penemuan hukum
11
Ibid, hlm. 16
12
Pontier, op.cit. hlm. 34
13
J.J.M.van der Veen, dalam Jan Remmelink, Hukum Pidana, terjemahan oleh Tristam
Moeliono dan DR.Marjanne Termorshuizen, Gramedia, Jakarta, 2003, hlm. 47
14
Ibid, hIm. 54
15
Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum,Cctakan Kedua, Pcnerbit Erlang-
ga, Jakarta, 1985, him. 46
Simpulan
1. Penemuan hukum pada dasarnya merupakan kegiatan
sehari-hari para yuris, dan terjadi pada semua bidang
hukum baik oleh hakim, pembentuk undang-undang,
bahkan ilmuwan hukum. Penemuan hukum adalah se-
buah aspek penting dari ilmu hukum (teori hukum) dan
praktek hukum. Tetapi berbeda dengan penemuan hu-
kum oleh para ilmuwan hukum sebagai hasil dari pene-
litiannya, yang bersifat teoritis terhadap suatu masalah
hukum tertentu serta tidak terikat dalam batas-batas
waktu, dalam praktek hukum hakim harus memberi-
kannya di dalam putusannya dalam jangka waktu yang
masuk akal.
2. Agar tidak menjadi suatu kesewenang-wenangan hu-
kum dan tertibnya pembentukan hukum yang dcip-
takan karena penemuan hukum, dalam kebebasannya,
penemuan hukum oleh hakim harus selalu dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip penyelenggaraan peradi-