DI SUSUN OLEH:
1903167 DARMAWATI
FAKULTAS HUKUM
2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Rumusan Masalah 5
Negara Modern 8
Kesimpulan 13
Daftar Pustaka 15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dewasa ini. Bahkan kebanyakan penelitian hukum saat ini di Indonesia dilakukan
prinsipnya, sosiologi hukum (Sosiology of Law) merupakan derivatif atau cabang dari
ilmu sosiologi, bukan cabang dari ilmu hukum. Memang, ada studi tentang hukum
yang berkenaan dengan masyarakat yang merupakan cabang dari ilmu hukum,
jurispudence.
fakta. Sedangkan ilmu hukum berbicara tentang nilai-nilai dimana nilai-nilai ini
memang ingin dihindari oleh ilmu sosiologi sejak semula. Kekhawatiran tersebut
bukan urusan ilmu sosiologi. Meskipun begitu, terdapat juga aliran dalam sosiologi
hukum, seperti aliran Berkeley, yang menyatakan bahwa mau tiak mau, suka tidak
suka, sosiologi hukum meruapakan juga derifatif dari ilmu hukum sehingga harus
4
Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan
perlengkapan negara atau dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang
pengaturan (hukum) yang baik yang disebut dengan istilah nomoi”. Dalam
kekuasaan Negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar
kedaulatan rakyat
rakyat
B. RUMUSAN MASALAH
berhukum?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
melalui perilaku dan interaksi antara para anggota masyarakat. Hampir tidak ada
kesenjangan apa yang diatur dan dikerjakan oleh masyarakat. Keadaan yang
demikian itu tidak dijumpai pada hukummodern, yang dibuat secara sengaja oleh
suatu badan tersendiri untuk tujuan-tujuan yang ditentukan oleh badan tersebut.
bertindak secara jauh lebih keras daripada hukum kuno, mulai dari badan legisiatif,
memperhatikan sisi lain dari hukum sebagai peraturan dengan cara memperhatikan
apa yang senyatanya terjadi dan bukan apa yang tercantum dalam naskah undang-
undang. Dengan demikian, ia lalu menjadi ilmu yang kritis berhadapan dengan ilmu
hukum normatif.
6
Masih ada masalah lain lagi berhubungan dengan kehadiran sosiologi hukum di
hukum modern itu tampil dalam bentuknya yang khas, yaitu otonom, publik, dan
Otonomi dalam substansi dicapai melalui pengaturan materi hukum secara mandiri,
artinya tidak mengikuti begitu saja apa yang menjadi substansi bidang lain dalam
masyarakat, seperti ekonomi dan politik. Dalam institusi, karena hukum terpisah dari
lembaga lain, seperti eksekutif. Selanjutnya hukum juga memiliki metode kerjanya
sendiri yang khas, serta menuntut keahlian khusus bagi mereka pekerjaan-
pekerjaan hukum.
ketat, hukum modern telah menjadikan dirinya institusi yang terlalu sempit untuk
dirinya sebagai negara berdasarkan hukum, tetapi tidak semua persoalan dapat
diselesaikan melalui jalan atau institusi hukum. Kejadian yang demikian itu
modern
7
BAB III
PEMBAHASAN
1. Negara Modern
Hukum modern sebagai suatu tipe hukum muncul dan terbentuk dalam
kaitan yang erat dengan munculnya negara modern. Tidak ada negara di dunia ini
yang tidak menggolongkan dirinya ke dalam negara modern. Negara modern sudah
menjadi prototipe dari negara-negara di dunia sekarang ini. Sejak kehadiran negara
suatu objek penting bagi sosiologi hukum, oleh karena disiplin ilmu ini lebih melihat
dan mengamati bentuk-bentuk hubungan antar manusia daripada bentuk-bentuk
yang sudah disodorkan secara artifisial. Kehadiran negara modern juga penting
dalam kajian sosiologi hukum, oleh karena itu sejak munculnya negara tersebut,
maka semua bentuk atau bangunan kehidupan sosial yang lama harus mundur.
Semua institusi menjadi sah kalau dikaitkan kepada negara, seperti hukum negara,
pengadilan negara dan sebagainya. Perbincangan bab ini dimulai dengan
mengamati bagaiman negara modern ini terbentuk.
Organisasi dunia kita tidak mulai dengan bentuk-bentuk yang kompleks,
pemahaman kontekstual, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan Sosial yang
muncul lahir dalam konteks sosial tertentu dan berkembang dari waktu ke waktu
sesuai dengan perubahan dari konteksnya pula. Dilihat dari perspektif tersebut,
maka negara modern lahir dari suatu konteks kehidupan yang unik, yaitu suasana
politik di Eropa daratan sekitar abad XVIII. Dengan demikian, dunia harus menunggu
hampir dua ribu tahun lamanya, sebelum menyaksikan munculnya negara modern.
8
Negara modern muncul di Eropa sekitar abad kedelapan belas. Gianfranco Poggi,
guru besar sosiologi membagi pertumbuhan negara modern ke dalam beberapa
masa, yaitu:
1) Feodalisme;
2) Staertdestact;
3) Absolutisme;
4) Masyarakat sipil dan
5) Negara konstitusional.
Kehidupan di kota-kota yang tersusun dari berbagai golongan profesi yang
berasal dari bidang-bidang yang berbeda, seperti perdagangan dan "industri",
melahirkan tatanan yang lebih egaliter. Hubungan antara penduduk kota dan
penguasa kota tidak lagi seperti di daerah pertanian dan di kota-kota itu pula tradisi
parlemen dan demokrasi dimulai (Poggi:36-60).
Hukum modern yang itu sangat berbeda dari hukum tradisional yang
(the legal system, the legal order) baru muncul dengan munculnya hukum modern.
9
(1) hukum koersif,
(2) hukum otonom, dan
(3) hukum responsif (Philippe Nonet dan Phillip Selznick, 1978).
Ketidaksiapan struktural dan administratif menyebabkan hukum bersifat
koersif, kendati negara merupakannegara hukum. Disebabkan oleh kelangkaan
tenaga yang terampil dan administrasiyang mapan, maka hukum masih lebih banyak
harus bertumpu pada penggunaan paksaan (coercion).
Dari sejarah perkembangan hukum tersebut di atas kita mencatat, bahwa
masyarakat".
positivisme dalam ilmu pengetahuan modern. Karakter utama hukum modern adalah
sifatnya yang rasional. Rasionalitas ini ditandai oleh sifat peraturan hukum yang
prosedural. Prosedur, dengan demikian menjadi dasar legalitas yang penting untuk
tentang keadilan (Justice) itu sendiri. Dalam konteks ini, upaya mencari keadilan
(searching for justice) bisa menjadi gagal, hanya karena terbentur pada pelanggaran
hukum tersebut. Hal itu berarti, semua kasus harus didasarkan pada hukum yang
berlaku dan prosedur yang harus diterapkan. Itulah sistem hukum modern.
10
Semuanya harus berdasarkan prosedur. Oleh karena itu, sistem hukum modern
melahirkan konsep equality before the law. Akan tetapi, pada kenyatannya prosedur
ini bisa dibeli. Dalam setiap praktek pencarian keadilan, yang mampulah yang akan
pidana, merupakan ciri penting dari hukum modern. Apakah prosedur yang
digunakan ini sudah benar dan sesuai dengan rasa keadilan yang dicita-citakan?
Dalam menyikapi hal ini, pantaslah untuk menyimak dan merenungi ungkapan
dibawah ini
"... Bagaimanapun adilnya suatu putusan hukum, kalau sang hakim tidak bekerja
sesuai dengan prosedur maka putusan yang bagus dan adil rawan terhadap
gugatan.
Dalam hal ini, putusan hakim mengandung cacat hukum. Sebaliknya, walaupun
tidak adil suatu putusan, apabila proses yang ditempuh betul, maka status putusan
tersebut lebih aman daripada putusan yang adil tetapi cacat prosedur ... "
Ungkapan di atas telah memberi gambaran kepada kita, bahwa kita terjebak
pada Proseduralisme. Dapat dikatakan, hukum di Indonesia baik secara materil
maupun secara formal, terlalu berpihak pada positivisme (Discourse). Hukum
Indonesia menambah Virus Positivisme. Karena prosedur seperti itulah, pada sistem
hukum modern, keadilan (Justice) sudah dapat diberikan dengan membuat hukum
positif. Akan tetapi, dalam praktek, penggunaan paradigma hukum modern ternyata
juga banyak menimbulkan kekakuan-kekakuan sedemikian rupa sehingga pencarian
kebenaran (serching for the truth) dan keadilan (serching for justice) tidak dapat
tercapai karena terhalang oleh tembok-tembok prosedur. Dalam hal ini Satjipto
Rahardjo mengatakan bahwa hukum modern berada di persimpangan jalan
(bifurcation).
"... Di sinilah hukum modern berada di persimpangan jalan, sebab antara keadilan
sudah diputuskan dan hukum sudah diterapkan terdapat perbedaan yang sangat
besar. Wilayah keadilan tidak persis sama dengan wilayah hukum positif. Keadaan
yang gawat tersebut tampil dengan menyolok pada waktu kita berbicara supremasi
hukum. Apa yang kita maksud? Supremasi keadilan atau supremasi perundang-
undangan? Keadaan persimpangan tersebut juga muncul pengertian-pengertian
11
seperti formal justice atau legal justice di satu pihak dan substansi justice di lain
pihak ... "
kritis, apakah yang sebenarnya diburu oleh para pencari keadilan dalam supermasi
hukum ini? Masyarakat menghendaki substansi yang lain dari istilah supremasi
hukum itu. Rasanya bukan hukum yang diburu masyarakat, tetapi hal yang
bentuk formal diperlukan, karena memang itu adalah ciri hukum sesungguhnya.
Akan tetapi, bentuk formal tersebut tidak boleh menghilangkan yang substansial.
berurusan dengan isi dan konsekuensi, tanpa mempedulikan unsur kultur dari
hukum. Anggapan seperti ini telah mengabaikan dan melakukan diskriminasi pada
weaknes).
12
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hukum modern sebagai suatu tipe hukum muncul dan terbentuk dalam
kaitan yang erat dengan munculnya negara modern. Tidak ada negara di dunia ini
yang tidak menggolongkan dirinya ke dalam negara modern. Negara modern sudah
menjadi prototipe dari negara-negara di dunia sekarang ini. Sejak kehadiran negara
suatu objek penting bagi sosiologi hukum, oleh karena disiplin ilmu ini lebih melihat
Hukum modern yang itu sangat berbeda dari hukum tradisional yang
(the legal system, the legal order) baru muncul dengan munculnya hukum modern.
13
Beberapa karakteristik yang terdapat pada hukum modern itu adalah (Unger, 1971:
52-53):
kritis, apakah yang sebenarnya diburu oleh para pencari keadilan dalam supermasi
hukum ini? Masyarakat menghendaki substansi yang lain dari istilah supremasi
hukum itu. Rasanya bukan hukum yang diburu masyarakat, tetapi hal yang
bentuk formal diperlukan, karena memang itu adalah ciri hukum sesungguhnya.
Akan tetapi, bentuk formal tersebut tidak boleh menghilangkan yang substansial.
berurusan dengan isi dan konsekuensi, tanpa mempedulikan unsur kultur dari
hukum. Anggapan seperti ini telah mengabaikan dan melakukan diskriminasi pada
weaknes).
14
DAFTAR PUSTAKA
Nico (et al). Descartes, Hume, & Kant: tiga Tonggkak filsafat Modern. Dalam Mudji
Sutrisno & BudiHardiman (ed), Para Filsuf Penentu Gerakan Zaman (Yogyakarta:
Kanisius, 1992),
FX (London: Adji Samekto, Routledge, Studi 1995), Hukum hlm. Kritis: 71-87.Kritik
terhadap Hukum Modern (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), dalam Buku Satjipto
Rahardjo
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Birokrasi, Makalah pada diskusi Panel Hukum Dan
1998,
Dalam A.A.G Peters & Koesriani Siswosoebroto (ed) Hukum dan Perkembangan
15
Sosial. Buku Teks Sosiologi Hukum Buku II (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998),
hlm. 147-149.
hlm.68.
16