Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM

“SOSIOLOGI DARI HUKUM MODERN”

DI SUSUN OLEH:

1903165 SELVIANA SOFYAN

1903167 DARMAWATI

1903161 ST. AISYAH

FAKULTAS HUKUM

INSTITUT ILMU HUKUM DAN BISNIS ANDI SAPADA

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata
kuliah Sosiologi Hukum tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “SOSIOLOGI DARI HUKUM MODERN” dapat
diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Selain itu, kami juga berharap agar
pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan
saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Parepare, 19 November 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I. PENDAHULUAN 4

Latar Belakang 4

Rumusan Masalah 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6

BAB III. PEMBAHASAN 8

Negara Modern 8

Karakteristik Hukum Modern 9

Sosiologi Hukum Menggugat Tradisi Modern Dalam Kehidupan Hukum 10

BAB IV. PENUTUP 13

Kesimpulan 13

Daftar Pustaka 15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sosiologi hukum merupakan disiplin ilmu yang sudah sangat berkembang

dewasa ini. Bahkan kebanyakan penelitian hukum saat ini di Indonesia dilakukan

dengan menggunakan metode yang berkaitan dengan sosiologi hukum. Pada

prinsipnya, sosiologi hukum (Sosiology of Law) merupakan derivatif atau cabang dari

ilmu sosiologi, bukan cabang dari ilmu hukum. Memang, ada studi tentang hukum

yang berkenaan dengan masyarakat yang merupakan cabang dari ilmu hukum,

tetapi tidak disebut sebagai sosiologi hukum, melainkan disebut sebagai sociological

jurispudence.

Disamping itu, ada kekhawatiran dari ahli sosiologi terhadap perkembangan

sosiologi hukum mengingat sosiologi bertugas hanya untuk mendeskrisipkan fakta-

fakta. Sedangkan ilmu hukum berbicara tentang nilai-nilai dimana nilai-nilai ini

memang ingin dihindari oleh ilmu sosiologi sejak semula. Kekhawatiran tersebut

adalah berkenaan dengan kemungkinan dijerumuskannya ilmu sosiologi oleh

sosiologi hukum untuk membahas nilai-nilai.

Sebagaimana diketahui, bahwa pembahasan tentang nilai-nilai sama sekali

bukan urusan ilmu sosiologi. Meskipun begitu, terdapat juga aliran dalam sosiologi

hukum, seperti aliran Berkeley, yang menyatakan bahwa mau tiak mau, suka tidak

suka, sosiologi hukum meruapakan juga derifatif dari ilmu hukum sehingga harus

juga menelaah masalah-masalah normatif yang sarat dengan nilai-nilai

4
Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan

bagi warganya. Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat

perlengkapan negara atau dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang

demikian akan mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup warganya.1

Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato dengan konsepnya

“bahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan pada

pengaturan (hukum) yang baik yang disebut dengan istilah nomoi”. Dalam

perkembangannya, paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham

kerakyatan. Sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi

kekuasaan Negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar

kekuasaan dan kedaulatan rakyat. Dalam kaitannya dengan negara hukum,

kedaulatan rakyat

merupakan unsur material negara hukum, di samping masalah kesejahteraan

rakyat

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Negara Modern?

2. Apa saja yang menjadi Karakteristik Hukum Modern?

3. Bagaimana sosiologi hukum menggugat tradisi modern dalam kehidupan

berhukum?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.

Membandingkan secara ekstrem antara hukum modern dan hukum kuno

memberikan perspektif sosiologis tersendiri. Hukum kuno muncul secara spontan

melalui perilaku dan interaksi antara para anggota masyarakat. Hampir tidak ada

kesenjangan apa yang diatur dan dikerjakan oleh masyarakat. Keadaan yang

demikian itu tidak dijumpai pada hukummodern, yang dibuat secara sengaja oleh

suatu badan tersendiri untuk tujuan-tujuan yang ditentukan oleh badan tersebut.

Hukum modern memiliki semua kelengkapan dan perlengkapan untuk dapat

bertindak secara jauh lebih keras daripada hukum kuno, mulai dari badan legisiatif,

yudikatif, eksekutif, polisi, penjara dan sebagainya.

Kesenjangan antara hukum dan perilaku nyata dalam masyarakat menjadi


pemandangan sehari-hari, Kita mengenal ungkapan-ungkapan yang mencoba
mengambarkan kesenjangan tersebut, seperti "law in the books" dan "law in action".
Demikian pula berbagai istilah yang menghakimi hukum modern seperti yang
dituliskan dalam buku Chambliss dan Seidman dikutip di muka yang mengatakan,
hukum lebih banyak mengandung "kebohongan" .
Ditempatkan pada latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka

sosiologi hukum menempati kedudukan yang cukup istimewa, yaitu yang

memperhatikan sisi lain dari hukum sebagai peraturan dengan cara memperhatikan

apa yang senyatanya terjadi dan bukan apa yang tercantum dalam naskah undang-

undang. Dengan demikian, ia lalu menjadi ilmu yang kritis berhadapan dengan ilmu

hukum normatif.

6
Masih ada masalah lain lagi berhubungan dengan kehadiran sosiologi hukum di

tengah-tengah hukum modern. Seperti sudah menjadi pengetahuan umum, maka

hukum modern itu tampil dalam bentuknya yang khas, yaitu otonom, publik, dan

positif. Otonomi hukum modern meliputi substansi, institusi, metodologian okupasi.

Otonomi dalam substansi dicapai melalui pengaturan materi hukum secara mandiri,

artinya tidak mengikuti begitu saja apa yang menjadi substansi bidang lain dalam

masyarakat, seperti ekonomi dan politik. Dalam institusi, karena hukum terpisah dari

lembaga lain, seperti eksekutif. Selanjutnya hukum juga memiliki metode kerjanya

sendiri yang khas, serta menuntut keahlian khusus bagi mereka pekerjaan-

pekerjaan hukum.

Uraian di atas hanya ingin menunjukkan bahwa melalui strukturisasinya yang

ketat, hukum modern telah menjadikan dirinya institusi yang terlalu sempit untuk

dapat mengakomodasi besarnya persoalan yang dihadapinya. Dalam keadaan yang

demikian itu, pengamatan sosiologis akan menunjukkan bahwa masyarakat

berusaha untuk "menemukan jalannya sendiri untuk menangani persoalan-

persoalan yang dihadapinya". Maksudnya, sekalipun suatu negara itu menyatakan

dirinya sebagai negara berdasarkan hukum, tetapi tidak semua persoalan dapat

diselesaikan melalui jalan atau institusi hukum. Kejadian yang demikian itu

menyebabkan timbulnya semacam institusi tandingan terhadap institusi hukum

modern

7
BAB III

PEMBAHASAN

1. Negara Modern

Hukum modern sebagai suatu tipe hukum muncul dan terbentuk dalam
kaitan yang erat dengan munculnya negara modern. Tidak ada negara di dunia ini
yang tidak menggolongkan dirinya ke dalam negara modern. Negara modern sudah
menjadi prototipe dari negara-negara di dunia sekarang ini. Sejak kehadiran negara
suatu objek penting bagi sosiologi hukum, oleh karena disiplin ilmu ini lebih melihat
dan mengamati bentuk-bentuk hubungan antar manusia daripada bentuk-bentuk
yang sudah disodorkan secara artifisial. Kehadiran negara modern juga penting
dalam kajian sosiologi hukum, oleh karena itu sejak munculnya negara tersebut,
maka semua bentuk atau bangunan kehidupan sosial yang lama harus mundur.
Semua institusi menjadi sah kalau dikaitkan kepada negara, seperti hukum negara,
pengadilan negara dan sebagainya. Perbincangan bab ini dimulai dengan
mengamati bagaiman negara modern ini terbentuk.
Organisasi dunia kita tidak mulai dengan bentuk-bentuk yang kompleks,

melainkan sederhana, keadaan tersebut kemudian dipahami dengan baik melalui

pemahaman kontekstual, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan Sosial yang

muncul lahir dalam konteks sosial tertentu dan berkembang dari waktu ke waktu

sesuai dengan perubahan dari konteksnya pula. Dilihat dari perspektif tersebut,

maka negara modern lahir dari suatu konteks kehidupan yang unik, yaitu suasana

politik di Eropa daratan sekitar abad XVIII. Dengan demikian, dunia harus menunggu

hampir dua ribu tahun lamanya, sebelum menyaksikan munculnya negara modern.

8
Negara modern muncul di Eropa sekitar abad kedelapan belas. Gianfranco Poggi,
guru besar sosiologi membagi pertumbuhan negara modern ke dalam beberapa
masa, yaitu:
1) Feodalisme;
2) Staertdestact;
3) Absolutisme;
4) Masyarakat sipil dan
5) Negara konstitusional.
Kehidupan di kota-kota yang tersusun dari berbagai golongan profesi yang
berasal dari bidang-bidang yang berbeda, seperti perdagangan dan "industri",
melahirkan tatanan yang lebih egaliter. Hubungan antara penduduk kota dan
penguasa kota tidak lagi seperti di daerah pertanian dan di kota-kota itu pula tradisi
parlemen dan demokrasi dimulai (Poggi:36-60).

2. Karakteristik Hukum Modern

Hukum modern yang itu sangat berbeda dari hukum tradisional yang

digantikannya. Unger bahkan berpendapat bahwa sistem hukum yang sebenarnya

(the legal system, the legal order) baru muncul dengan munculnya hukum modern.

Dengan demikian dibandingkan dengan sistem hukum modern, maka sistem-sistem


sebelum itu belum layak disebutsistem hukum. Beberapa karakteristik yang terdapat
pada hukum modern itu adalah (Unger, 1971: 52-53):
1. Bersifat publik, dikaitkan kepada kekuasaan terpusat.
2. Bersifat positif, merupakan kaidah yang dipositifkan.
3. Bersifat umum, untuk semua golongan dalam masyarakat.
4. Bersifat otonom secara (a) substantif, (b) institusional, (c) metodologis
dan (d) okupasional.
Hukum modern menuntut banyak persyaratan dan kesiapan struktural dan
administratif. Hal itu berarti bahwa hanya dalam dan dengan tingkat kesiapan
tertentu saja hukum modern dapat dilaksanakan dengan baik. Keadaan yang
demikian itu tercermin dalam klasifikasi Nonet dan Selznick yang menggolongkan
hukum menurut sifatnya, yaitu

9
(1) hukum koersif,
(2) hukum otonom, dan
(3) hukum responsif (Philippe Nonet dan Phillip Selznick, 1978).
Ketidaksiapan struktural dan administratif menyebabkan hukum bersifat
koersif, kendati negara merupakannegara hukum. Disebabkan oleh kelangkaan
tenaga yang terampil dan administrasiyang mapan, maka hukum masih lebih banyak
harus bertumpu pada penggunaan paksaan (coercion).
Dari sejarah perkembangan hukum tersebut di atas kita mencatat, bahwa

perkembangan hukum modern di Eropa berjalan secara sistematis, yaitu sejalan

dengan perkembangan masyarakat dan sesuai pula dengan perkembangan

kekuatankekuatan dalam masyarakat yang menjadin pendukung dari sistem yang

dipakai. Dalam hubungan ini dapat diajukan postulat, bahwa:

"Hukum berkembang sesuai dengan tersedianya sumbersumber dalam

masyarakat".

3. Sosiologi Hukum Menggugat Tradisi Modern dalam Kehidupan hukum

Saintifikasi hukum modern sangat dipengaruhi oleh kemunculan paradigma

positivisme dalam ilmu pengetahuan modern. Karakter utama hukum modern adalah

sifatnya yang rasional. Rasionalitas ini ditandai oleh sifat peraturan hukum yang

prosedural. Prosedur, dengan demikian menjadi dasar legalitas yang penting untuk

menegakkan keadilan, bahkan prosedur menjadi lebih penting daripada berbicara

tentang keadilan (Justice) itu sendiri. Dalam konteks ini, upaya mencari keadilan

(searching for justice) bisa menjadi gagal, hanya karena terbentur pada pelanggaran

hukum tersebut. Hal itu berarti, semua kasus harus didasarkan pada hukum yang

berlaku dan prosedur yang harus diterapkan. Itulah sistem hukum modern.

10
Semuanya harus berdasarkan prosedur. Oleh karena itu, sistem hukum modern

melahirkan konsep equality before the law. Akan tetapi, pada kenyatannya prosedur

ini bisa dibeli. Dalam setiap praktek pencarian keadilan, yang mampulah yang akan

selalu menang (the haves always come out ahead).

Prosedur yang digunakan dalam hukum acara, khususnya hukum acara

pidana, merupakan ciri penting dari hukum modern. Apakah prosedur yang

digunakan ini sudah benar dan sesuai dengan rasa keadilan yang dicita-citakan?

Dalam menyikapi hal ini, pantaslah untuk menyimak dan merenungi ungkapan

dibawah ini

"... Bagaimanapun adilnya suatu putusan hukum, kalau sang hakim tidak bekerja
sesuai dengan prosedur maka putusan yang bagus dan adil rawan terhadap
gugatan.
Dalam hal ini, putusan hakim mengandung cacat hukum. Sebaliknya, walaupun
tidak adil suatu putusan, apabila proses yang ditempuh betul, maka status putusan
tersebut lebih aman daripada putusan yang adil tetapi cacat prosedur ... "

Ungkapan di atas telah memberi gambaran kepada kita, bahwa kita terjebak
pada Proseduralisme. Dapat dikatakan, hukum di Indonesia baik secara materil
maupun secara formal, terlalu berpihak pada positivisme (Discourse). Hukum
Indonesia menambah Virus Positivisme. Karena prosedur seperti itulah, pada sistem
hukum modern, keadilan (Justice) sudah dapat diberikan dengan membuat hukum
positif. Akan tetapi, dalam praktek, penggunaan paradigma hukum modern ternyata
juga banyak menimbulkan kekakuan-kekakuan sedemikian rupa sehingga pencarian
kebenaran (serching for the truth) dan keadilan (serching for justice) tidak dapat
tercapai karena terhalang oleh tembok-tembok prosedur. Dalam hal ini Satjipto
Rahardjo mengatakan bahwa hukum modern berada di persimpangan jalan
(bifurcation).
"... Di sinilah hukum modern berada di persimpangan jalan, sebab antara keadilan
sudah diputuskan dan hukum sudah diterapkan terdapat perbedaan yang sangat
besar. Wilayah keadilan tidak persis sama dengan wilayah hukum positif. Keadaan
yang gawat tersebut tampil dengan menyolok pada waktu kita berbicara supremasi
hukum. Apa yang kita maksud? Supremasi keadilan atau supremasi perundang-
undangan? Keadaan persimpangan tersebut juga muncul pengertian-pengertian

11
seperti formal justice atau legal justice di satu pihak dan substansi justice di lain
pihak ... "

Di tengah-tengah persimpangan jalan ini, muncullah pertanyaan yang cukup

kritis, apakah yang sebenarnya diburu oleh para pencari keadilan dalam supermasi

hukum ini? Masyarakat menghendaki substansi yang lain dari istilah supremasi

hukum itu. Rasanya bukan hukum yang diburu masyarakat, tetapi hal yang

substansial, keadilan. Menurut Satjipto Rahardjo, supremasi hukum itu sebagai

wadah untuk menyatakan apa yang sebenarnya didambakan, yaitu keadilan.

Dalam mewujudkan keadilan, hukum modern berurusan dengan formal

justice, sementara substansial justice banyak dikesampingkan. Hukum, dalam

bentuk formal diperlukan, karena memang itu adalah ciri hukum sesungguhnya.

Akan tetapi, bentuk formal tersebut tidak boleh menghilangkan yang substansial.

Formalisme lebih mementingkan bentuk dan eksistensi, sementara substansi

berurusan dengan isi dan konsekuensi, tanpa mempedulikan unsur kultur dari

hukum. Anggapan seperti ini telah mengabaikan dan melakukan diskriminasi pada

kaum miskin (poverty), tidak berdaya (powerlessness) dan lemah (physical

weaknes).

12
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Hukum modern sebagai suatu tipe hukum muncul dan terbentuk dalam

kaitan yang erat dengan munculnya negara modern. Tidak ada negara di dunia ini

yang tidak menggolongkan dirinya ke dalam negara modern. Negara modern sudah

menjadi prototipe dari negara-negara di dunia sekarang ini. Sejak kehadiran negara

suatu objek penting bagi sosiologi hukum, oleh karena disiplin ilmu ini lebih melihat

dan mengamati bentuk-bentuk hubungan antar manusia daripada bentuk-bentuk

yang sudah disodorkan secara artifisial.

Hukum modern yang itu sangat berbeda dari hukum tradisional yang

digantikannya. Unger bahkan berpendapat bahwa sistem hukum yang sebenarnya

(the legal system, the legal order) baru muncul dengan munculnya hukum modern.

13
Beberapa karakteristik yang terdapat pada hukum modern itu adalah (Unger, 1971:

52-53):

1. Bersifat publik, dikaitkan kepada kekuasaan terpusat.

2. Bersifat positif, merupakan kaidah yang dipositifkan.

3. Bersifat umum, untuk semua golongan dalam masyarakat.

4. Bersifat otonom secara (a) substantif, (b) institusional, (c) metodologis

dan (d) okupasional.

Di tengah-tengah persimpangan jalan ini, muncullah pertanyaan yang cukup

kritis, apakah yang sebenarnya diburu oleh para pencari keadilan dalam supermasi

hukum ini? Masyarakat menghendaki substansi yang lain dari istilah supremasi

hukum itu. Rasanya bukan hukum yang diburu masyarakat, tetapi hal yang

substansial, keadilan. Menurut Satjipto Rahardjo, supremasi hukum itu sebagai

wadah untuk menyatakan apa yang sebenarnya didambakan, yaitu keadilan.

Dalam mewujudkan keadilan, hukum modern berurusan dengan formal

justice, sementara substansial justice banyak dikesampingkan. Hukum, dalam

bentuk formal diperlukan, karena memang itu adalah ciri hukum sesungguhnya.

Akan tetapi, bentuk formal tersebut tidak boleh menghilangkan yang substansial.

Formalisme lebih mementingkan bentuk dan eksistensi, sementara substansi

berurusan dengan isi dan konsekuensi, tanpa mempedulikan unsur kultur dari

hukum. Anggapan seperti ini telah mengabaikan dan melakukan diskriminasi pada

kaum miskin (poverty), tidak berdaya (powerlessness) dan lemah (physical

weaknes).

14
DAFTAR PUSTAKA

Nico (et al). Descartes, Hume, & Kant: tiga Tonggkak filsafat Modern. Dalam Mudji

Sutrisno & BudiHardiman (ed), Para Filsuf Penentu Gerakan Zaman (Yogyakarta:

Kanisius, 1992),

FX (London: Adji Samekto, Routledge, Studi 1995), Hukum hlm. Kritis: 71-87.Kritik

terhadap Hukum Modern (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), dalam Buku Satjipto

Rahardjo

Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Birokrasi, Makalah pada diskusi Panel Hukum Dan

Pembangunan dalam Rangka Catur Windu Fakultas Hukum Undip, 20 Desember

1998,

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, loc.cit ., hlm. 213-214.

MarcGalanter, Hukum Hindu dan Perkembangan sistem Hukum India Modern,

Dalam A.A.G Peters & Koesriani Siswosoebroto (ed) Hukum dan Perkembangan

15
Sosial. Buku Teks Sosiologi Hukum Buku II (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998),

hlm. 147-149.

Satjipto Rahardjo. Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia. Op cit: 67.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum: Pencarian, Pembebasan, dan Pencerahan, op.cit .,

hlm.68.

16

Anda mungkin juga menyukai