Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERAN SOSIOLOGI HUKUM BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

OLEH

Nama : Maria K. Bikan Kolo


NIM : 18020100177
Kelas/Sem : G/VII
Dosen Wali : Dr. Kotan Y. Stefanus S.H.,M.Hum
MK : Sosiologi Hukum

Fakultas Hukum
Universitas Nusa Cendana
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 5 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Latar belakang pentingnya kajian sosiologi hukum
2. Pengertian sosiologi hukum
3. Peranan dan manfaat sosiologi hukum bagi para
Penegak hukum

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dilihat dari sudut historis istilah sosiologi hukum untuk pertama kali digunakan oleh
seorang Italia yang bernama Anzilotti pada tahun 1882. Dari sudut perkembangannya
sosiologi hukum pada hakekatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran-pemikiran para ahli
pemikir, baik dibidang filsafat hukum, ilmu hukum maupun sosiologi.Hasil-hasil pemikiran
tersebut tidak saja berasal dari individu-individu, akan tetapi berasal Dari madzhab-madzhab
atau aliran-aliran yang mewakili sekelompok ahli pemikir yang pada garis besarnya
mempunyai pendapat yang tidak banyak berbeda. Betapa besarnya pengaruh filsafat hukum
dan ilmu hukum terhadap pembentukan sosiologi hukum, nyata sekali dari ajaran-ajaran
beberapa madzhab dan aliran yang memberikan masukan-masukan pada sosiologi hukum.
Masukan yang diberikan dari aliran dan madzhab sangat berpengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi sosiologi hukum. Sosiologi hukum sebagai cabang ilmu yang
berdiri sendiri merupkan ilmu sosial yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan
bersama manusia dengan sesamanya, yakni kehidupan sosial atau pergaulan hidup,
singkatnya sosiolgi hukum memepelajari masyarakat, khususnya gejala hukum dari
masyarakat. Pada hakekatnya masyarakat dapat ditelaah dari dua sudut yakni sudut struktural
dan sudut dinamikanya. segi struktural dinamakan pula struktur sosial yaitu kaedah-kaedah
sosial , lembaga-lembaga sosial serta kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.
Meskipun pada hakekatnya sosiologi hukum secara relatif masih muda usianya dan
masih baru bagi Indonesia (baik bagi pendidikan hukum maupun ilmu-ilmu sosila lainnya
pada taraf kesarjanaan ) namun didalam karya–karya para sarjana hukum Indonesia sering
kali terselip generalisasi-generalisasi sosiologi hukum. Mungkin ini bukan merupakan hasil-
hasil pemikiran yang secara langsung ikut membentuk atau berperan dalam pembentukan
sosiologi hukum, namun dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan hasil- hasil
tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja. Pendekatan secara ilmiah terhadapa hukum, paling
sedikit dapat dilakukan tiga tujuan. Pertama seseorang dapat bertujuan untuk mempelajari
hukum masalah keadilan hukum dari hukum artinya dia akan berurusan dengan penilaian-
penilaian terhadap faktor keadilan yang menjadi dasar dari hukum, dan mencari pembenaran
terhadap penilaian tersebut, dengan demikian tujuannya adalah idealitas dari hukum. Kedua.
Yaitu Mempermasalahkan hal-hal apakah yang sesuai dengan hukum pada kondisi dan situasi
tertentu. Maka obyeknya adalah normativitas dari hukum, oleh karena tekanan diletakkan
pada aplikasi-aplikasi kaedah-kaedah hukum tertentu. Ketiga menyangkut realitas hukum dari
hukum yaitu realitas dari hukum itu sendiri, dalam hal ini obyeknya adalah hukum itu sendiri.
Sesuai dengan Epistimologi studi ilmu ilmiah terhadap hukum mencakup ilmu tentang nilai-
nilai pengetahuan tentang kaedah-kaedah dan ilmu tentang realitas. Sehingga masalah-
masalah berkaitan pada persoalan keadilan hukum dibahas dalam filsafat hukum, dogmatika
hukum memempunyai ruang lingkup masalah-masalah normatif dari hukum dan realitas
sosial hukum menjadi ruang lingkup dari sosiolgi hukum.
1. Menurut Satjipto Rahadjo: yang dilakukan selama ini adalah lebih banyak
menampilkan wajah hukum yang serba teratur, yang serba pasti, yang serba benar,
yang serba adil, dan masih banyak lagi ungkapan senada. Tetapi lupa, bahwa
hukumpun bisa menampilkan wajah yang lain yang mungkin lebih menyeramkan dan
menakutkan.
2. Pencarian keadilan, sejak di Kepolisian, Kejaksaan, hingga ke Pengadilan sangat jauh
dari azas cepat dan biaya ringan. Peradilan bagaikan mafia yang menyebabkan
pengadilan menjadi drama yang getir, the real drama, si jahat dan si baik, si jujur dan
si pendusta, ada penghianat ada pemegang amanat, drama terus berlangsung
sepanjang masa, selama manusia ada
3. Cara-cara tidak fair menjadi kenyataan yang tidak terpungkiri, masyarakatpun
menjadi bagian dari ketidakbenaran sistem hukum yan ada dengan mematuhinya.
Penegak hukum belakangan ini tidak memahami substansi, pencarian keadilan
menjadi barang mahal dengan biaya di luar akal sehat, pelapor dan terlapor sama-
sama tetap menyogok untuk saling dipermudah dan dipercepat, aparat menjadi pisau
bermata dua. Aparat hukum dimandulkan dengan uang ataupun dengan pendekatan
kekuasaan.
4. Sementara itu jika anggaran untuk kepentingan operasional aparat kepolisian tidak
mencukupi, para pelapor yang memerlukan jasa kepolisian sering kali pula akan
terpaksa ikut menanggung biaya segala upaya penegakan hukum tersebut.
5. "Penegakan hukum" dan "penggunaan hukum" menurut Satjipto Rahardjo adalah dua
hal yang berbeda. Orang dapat menegakkan hukum untuk memberikan keadilan,
tetapi orang juga dapat menegakkan hukum untuk digunakan bagi pencapaian tujuan
atau kepentingan lain. Maka menegakkan hukum tidak persis sama dengan
menggunakan hukum. Sosiologi hukum yang melihat kepada perilaku nyata dari
orang-orang yang mengoperasikan hukum (advokat, jaksa, polisi dan lain-lain), tidak
melihat bahwa semua orang dengan jujur menjalankan hukum untuk mencapai
keadilan, tetapi juga untuk tujuan dan kepentingan pribadi yang sempit,
6. termasuk menutupi kesalahan.
7. Sikap diskriminatif terhadap pengguna hukum oleh pelaksana hukum nampak nyata,
yang kaya di proses istimewa, yang tidak berpunya di proses lambat dan berbelit-belit
dengan dalih proses normatif. Padahal, ada banyak hal yang tidak seharusnya di
proses dengan rigit dan formal, mengingat ketidakmampuan masyarakat baik di ukur
pada tingkat pendidikan maupun kultur masyarakat yang kadang-kadang masih
konservatif. Norma-norma moral sengaja diabaikan, tidak ada norma yang dapat
dijadikan rujukan selain dari apa yang telah tertulis dalam undang-undang,
sebagaimana menurut Kelsen.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran sosiologi hukum bagi aparat penegak hukum ?
2. Apa saja manfaat sosiologi hukum bagi aparat penegak hukum ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran sosiologi hukum bagi aparat penegak hukum
2. untuk mengetahui manfaat sosiologi hukum bagi aparat penegak hukum
BAB II
PEMBAHASAN

1. LATAR BELAKANG PENTINGNYA KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM


Sejak lahir, manusia telah lahir dan bergabung dengan manusia lainnya dalam wadah
yang bernama masyarakat. Mula-mula dia bergaul dengan orang tua nya, kemudian semakin
meningkat dan luas daya cakup pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat
tersebut. Lama kelamaan. Ia akan sadar bahwa ada berbagai kaidah-kaidah nilai yang
mengatur kehidupan di dalam masyarakat. Pendeknya, segala hak dan kewajiban yang timbul
sebagai akibat hubungan antar warga masyarakat sebagian besar diatur oleh kaidah-kaidah
hukum, baik yang tersusun secara sistematis dan dibukukan, maupun oleh kaidah-kaidah
hukum yang tersebar dan juga oleh pola-pola perikelakuran yang dikualifisir sebagai hukum.
Kaidah-kaidah inilah yang mengatur interaksi di dalam masyarakat.Dengan demikian
terlihatlah bahwa secara relatif, sedikit sekali aspek-aspek kehidupan masyarakat yang dapat
dimengerti seluk beluknya secara menyeluruh tanpa memperhatkan aspek-aspek hukumnya.
Hal inilah yang menyebabkan bahwa sifat hakikat dan sistem hukum merupakan obyek
penelitian yang tidak dapat diabaikan oleh para sosiolog.Hukum secara sosiologis adalah
penting dan merupakan suatu lembaga kemasyarakatan (social institution) yang merupakan
himpunan nilai-nilai,kaidah-kaidah dan pola-pola perikelakuan yang berkisar pada
kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Hukum sebagai suatu lembaga kemasyarakatan, hidup
berdampingan dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya dan saling mempengaruhi. Jadi Sosiologi Hukum berkembang
dengan anggapan dasar bahwa proses hukum berlangsung dalam suatu jaringan atau sistem
sosial yang dinamakan masyarakat. Artinya, hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan
memahami sistem sosial terlebih dahulu dan bahwa hukum merupakan suatu proses.
2. PENGERTIAN SOSIOLOGI HUKUM
Anzilotti adalah orang pertama yang menggunakan istilah Sosiologi Hukum, yaitu
pada tahun 1882. Berikut adalah beberapa pendapat tentang Sosiologi Hukum :
1. Soerjono Soekanto
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan
empiris menganalisis atau mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan
gejala-gejala sosial lainnya.
2. Satjipto Rahardjo
Sosiologi hukum (sociology of law) adalah pengerahuan hukum terhadap pola
perilaku masyarakat dalam konteks sosialnya.
3. R. Otje Salman
Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum
dengan gejala-gejala sosial lainnya secara empiris analitis.
4. H.L.A. Hart
Hart tidak mengemukakan defenisi dari sosiologi hukum, namun mempunyai aspek
sosiologi hukum. Hart mengungkapkan bahwa suatu konsep tentang hukum
mengandung unsur-unsur kekuasaan yang terpusat pada kewajiban tertentu di dalam
gejala hukum yang tampak dari kehidupan bermasyarakat. Inti dari suatu sistem
hukum terletak pada kesatuan antara aturan utama (primary rules), yaitu kewajiban-
kewajiban dan aturan tambahan (secondary rules) yang terdiri dari dari rules of
recognition (aturan yang menjelaskan aturan utama), rules of change (aturan yang
men sah kan adanya aturan utama yang baru) dan rules of adjudication (aturan yang
memberikan hak kepada perorangan untuk menentukan sanksi hukum dari suatu
peristiwa tertentu apabila aturan utama dilanggar oleh masyarakat)Intinya menurut
Hart adalah bahwa segala aktifitas sosial manusia yang dilihat dari aspek hukumnya
disebut sosiologi hukum.

3. PERANAN DAN MANFAAT SOSIOLOGI HUKUM BAGI PARA PENEGAK


HUKUM
A. Manfaat sosiologi Hukum
Sosiologi hukum merupakan suatu ilmu pengetahuan yang secara teoritis analistis dan
empiris menyoroti pengaruh gejala sosial lain terhadap hukum dan sebaliknya. Ada dua
pendapat utama tentang perspektif sosiologi hukum secara umum
1. Sosiologi hukum harus diberikan suatu fungsi yang global artinya sosiolgi hukum harus
menghasilkan suatu sintesa anatara hukum sebagai sarana organisasi sosial dan sebagai
sarana dari keadilan
2. Sosiologi hukum berguna justru dalam bidang penerangan dan pengkaidahan. Masalah
pengkaidahan sosiologi hukum dBAGI mengungkapkan data tentang keajegan-keajegan
mana di dalam masyrakatyang menuju pembentukan hukum baik melauli keputusan penguasa
maupun melalui keputusan bersama dari warga masyrakat terutama yang menyangkut hukum
yang mengatur.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegunaan darisosiologi hukum adalah pertama :
dapat diperoleh kemampuan- kemampuan bagi pemahaman terhadap hukum didalam konteks
sosialnya.
Kedua : Penguasaan konsep-konsep sosiologi hukum juga dapat memberikan kemampuan
untuk mengadakan analisis terhadap efektifitas hukum dalam masyarakat baik sebagai sarana
pengendalian sosial maupun sarana mengubah masyrakat agar mencapai keadaan –keadaan
tertentu. Keempat Sosiologi hukum juga memberi kemungkinan-kemungkinan serta
kemampuan untuk mengadakan efaluasi terhadap efektifitas hukum dalam masyrakat.
Kegunaan-kegunaan umum tersebut diatas secara rinci dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Pada taraf organisasi dalam masyarakat
a. Sosiologi hukum dapat mengngkapkan idiologi dan falsafah yang mempengaruhi
perncanaan , pembentukan dan penegakan hukum.
b. Dapat di identifikasi unsur-unsur kebudayaan mana yang mempengaruhi isi atau
substansi hukum.
c. Lembaga-lembaga mana yang sangat berpengaruh didalampembentukan hukum
dan penegakkannya.
2. Pada Taraf Golongan dalam masyarakat
a. Pengungkapan golongan-golongan yang menentukan didalam pembentukan dan
penerapan hukum.
b. Golongan-golongan dalam masyarkat yang beruntung atau sebaliknya malahan
dirugikan dengan adanya hukum-hukum tertentu.
3. Pada taraf Individual
a. Identifikasi terhadap unsur-unsur hukum yang dapat mengubah perilaku warga
masyarakat.
b. Kekuatan, kemampuan dan kesungguhan hati dari para penegak hukum dalam
melaksankan fungsinya.
c. Kepatuhan dari warga masyrakat terhadap hukum baik yang berwujud kaedah-
kaedah yang menyangkut kewajiban- kewajiban, hak-hak, maupun perilaku yang
teratur.

B. Peranan Sosiologi Hukum bagi Para Penegak hukum


Di Indonesia dikenal beberapa penegak hukum atau pelaksanaan hukum seperti;
hakim , jaksa yang masing-masing mempunayi fungsi-fungsi sendiri – sendiri. Yang menjadi
persoalan bagaimana peranan sosiologi hukum terhadap para Penegak Hukum atau pelaksana
hukum yang ada dalam negara kita.
a. Hakim
Di Indonesia putusan atau vonis diserahkan sepekeputusannya hakim dan hakim memutus
berdasarka keyakinannya, Apapun yang ditunutu oleh jaksa dan pembelaan terdakwa dan
advokat dalam suatu persidangan ,semuanya semua tergantung dari putusan dari
hakim..Apabila berhubungan dengan keyakinan hakim maka hal ini menyentuh wilayah
psikologis bukan lagi hukum. Kondisi psikologis hakim sangat mempengaruhi dan
menentukan kwalitas hasil putusan hakim. Sebelum mengambil putusan , akan timbul
pertanyaan-pertanyaan seperti; siapa hakimnya, berapa usianya, bagaimana latar belakang
pendidikannya,bagaimana kondisi ekonominya , kulturalnya dan lain-lain menjadi acuan
penting. Hakim juga sangat berperan dalam mengentaskan bangsa Indonesia yang banyak
terjadi Korupsi disegala lini kekuasaan baik ditingakat pusat sampai daerah yang seolah-olah
tidak pernah habis dan banyak koruptor-koruptor kelas kakap yang lolos karena hukum
positif tidak bisa menjangkau. Maka dengan jalan
memilih pengadilan progresif dengan hakim-hakim partisan. Di Indonesia dapat
dikelompokkan dua tipe hakim :
1. hakim yang apabila memeriksa, dan memutus terlebih dahulu menanyakan hati
nuraninya atau mendengarkan keputusan hati nuraninya dengan kemudian mencari
pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan untuk mendukung keputusan
tersebut. Yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimasukkan hakim- hakim seperti
bismar Siregar, Adi Andoyo Soetjipto dan masih banyak lagi. Kedua contoh hakim
tersebut sekedar contoh karena sering keputusannya dianggap kontroversional.
2. Hakim yang apabila memutus terlebih dahulu berkonsultasi dengan kepentingan
perutnya dan kemudian mencari pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan
untuk memberikan legitimasi terhadap putusannya yang berdasar putusan perutnya
tanpa menanyakan terlebih dahulu pada hati nuraninya. Hakim yang seperti ini
merupakan hakim yang menjual keputusannya untuk kepentingannya sendiri dalam
rangka untuk memperkaya diri sendiri.
b. Jaksa
Dalam sistem peradilan peranan jaksa kejaksaan sangamemperkaya karena kejaksaan
merupkan lembaga yang menentukan apakah sesorang harus diperiksa oleh pengadilan atau
tidak. Jaksa pula yang menentukan apakah seorang tersangka akan dijatuhi hukuman atau
tidak melalui surat dakwaan dan tuntutan yang dibuat. Sedemikian penting posisi jaksa bagi
proses penegakan hukum di Indonesia sehingga lembaga ini harus diisi oleh orang-orang
yang profesional dan memilki integritas yang tinggi. Keberdaan lembaga kejaksaan ini di
Indonesia diatur oleh Undang-undang No 16 tahun 2004. Dalam lembaga peradilan kita
sudah menjadi rahasia umum, perilaku jaksa yang menyalahgunakan kewenangannya untuk
kepentingan pribadi atau kelompoknya seperti permainan dalam hal penuntutan, jual beli
perkara, dan sebagainya. Jaksa yang seperti ini tidak memperdulikan suara hati nuraninya
tetapi melakukan nego dengan terdakwa atau pengacara terdakwa bagaimana agar
tuntutannya lebih ringan dengan yang seharusnya yang ujung-ujngnya adalah maslah perut.
Dalam Proses Peradilan pidana ada beberapa hal yang berkaitan dengan kinerja kejaksaan
yang selama ini rawan terjadi penyimpangan bahkan menjadi abuse of power diantaranya :
1. Proses Penyidikan
Pada tahap ini jaksa sebagi penuntut umum sering melakukan negosiasi atau tawar
menawar dengan pihak tersangka , keluarha, pengacaranya dengan tawaran kasus
tersebut bisa di SP3. bisa juga menggantung status seseorang mau diperlanjut atau
distop.
2. Surat Dakwaan
Dalam dakwaan pasal-pasal yang seharusnya memasang pasal berlapis namun
dikenakan pasal yang ringan atau membuat dakwaanya kabur sehingga sulit untuk
dibuktikan.
3. Penuntutan
Pada Tahap ini jaksa menggunakan lembaga rentut.berat ringannya tuntutan yang
dikeluarkan Kajari ditentukan oleh besar kecilnya uang atau pemberian lainnya dari
terdakwa.
4. Penahanan
Tersangka yang ditahan biasanya memanfaatkan jaksa atau sebaliknya, lewat
keluarga atau pengacaranya terdakwa meminta jaksa untuk difasilitasi. Kolusi
dibidang penahanan menyangkut penagguhan penahanan dan perubahan status
tahanan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manfaat dan kegunaan dari sosiologi hukum adalah dapat diperoleh kemampuan-
kemampuan bagi pemahaman terhadap hukum di didalam konteks sosial bagi bagi para
penegak hukum.

B. SARAN
Penulis memberikan saran bahwa sosiologi hukum sangat penting dan baik untuk dijadikan
panutan bagi para aparat negara dalam pemahaman hukum terutama dalam konteks sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI


Bahan ajar sosiologi hukum.

Soerjono soekanto, Pokok –pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada


Jakarta, Tahun 1980

Kesadaran Hukum , Sinar Harapan 1972


Sosiologi Hukum suatu Pengantar , Cetakan VI, Yayasan
Penerbit UI Jakarta 1987

Anda mungkin juga menyukai