OLEH
Fakultas Hukum
Universitas Nusa Cendana
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Latar belakang pentingnya kajian sosiologi hukum
2. Pengertian sosiologi hukum
3. Peranan dan manfaat sosiologi hukum bagi para
Penegak hukum
A. LATAR BELAKANG
Dilihat dari sudut historis istilah sosiologi hukum untuk pertama kali digunakan oleh
seorang Italia yang bernama Anzilotti pada tahun 1882. Dari sudut perkembangannya
sosiologi hukum pada hakekatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran-pemikiran para ahli
pemikir, baik dibidang filsafat hukum, ilmu hukum maupun sosiologi.Hasil-hasil pemikiran
tersebut tidak saja berasal dari individu-individu, akan tetapi berasal Dari madzhab-madzhab
atau aliran-aliran yang mewakili sekelompok ahli pemikir yang pada garis besarnya
mempunyai pendapat yang tidak banyak berbeda. Betapa besarnya pengaruh filsafat hukum
dan ilmu hukum terhadap pembentukan sosiologi hukum, nyata sekali dari ajaran-ajaran
beberapa madzhab dan aliran yang memberikan masukan-masukan pada sosiologi hukum.
Masukan yang diberikan dari aliran dan madzhab sangat berpengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi sosiologi hukum. Sosiologi hukum sebagai cabang ilmu yang
berdiri sendiri merupkan ilmu sosial yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan
bersama manusia dengan sesamanya, yakni kehidupan sosial atau pergaulan hidup,
singkatnya sosiolgi hukum memepelajari masyarakat, khususnya gejala hukum dari
masyarakat. Pada hakekatnya masyarakat dapat ditelaah dari dua sudut yakni sudut struktural
dan sudut dinamikanya. segi struktural dinamakan pula struktur sosial yaitu kaedah-kaedah
sosial , lembaga-lembaga sosial serta kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.
Meskipun pada hakekatnya sosiologi hukum secara relatif masih muda usianya dan
masih baru bagi Indonesia (baik bagi pendidikan hukum maupun ilmu-ilmu sosila lainnya
pada taraf kesarjanaan ) namun didalam karya–karya para sarjana hukum Indonesia sering
kali terselip generalisasi-generalisasi sosiologi hukum. Mungkin ini bukan merupakan hasil-
hasil pemikiran yang secara langsung ikut membentuk atau berperan dalam pembentukan
sosiologi hukum, namun dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan hasil- hasil
tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja. Pendekatan secara ilmiah terhadapa hukum, paling
sedikit dapat dilakukan tiga tujuan. Pertama seseorang dapat bertujuan untuk mempelajari
hukum masalah keadilan hukum dari hukum artinya dia akan berurusan dengan penilaian-
penilaian terhadap faktor keadilan yang menjadi dasar dari hukum, dan mencari pembenaran
terhadap penilaian tersebut, dengan demikian tujuannya adalah idealitas dari hukum. Kedua.
Yaitu Mempermasalahkan hal-hal apakah yang sesuai dengan hukum pada kondisi dan situasi
tertentu. Maka obyeknya adalah normativitas dari hukum, oleh karena tekanan diletakkan
pada aplikasi-aplikasi kaedah-kaedah hukum tertentu. Ketiga menyangkut realitas hukum dari
hukum yaitu realitas dari hukum itu sendiri, dalam hal ini obyeknya adalah hukum itu sendiri.
Sesuai dengan Epistimologi studi ilmu ilmiah terhadap hukum mencakup ilmu tentang nilai-
nilai pengetahuan tentang kaedah-kaedah dan ilmu tentang realitas. Sehingga masalah-
masalah berkaitan pada persoalan keadilan hukum dibahas dalam filsafat hukum, dogmatika
hukum memempunyai ruang lingkup masalah-masalah normatif dari hukum dan realitas
sosial hukum menjadi ruang lingkup dari sosiolgi hukum.
1. Menurut Satjipto Rahadjo: yang dilakukan selama ini adalah lebih banyak
menampilkan wajah hukum yang serba teratur, yang serba pasti, yang serba benar,
yang serba adil, dan masih banyak lagi ungkapan senada. Tetapi lupa, bahwa
hukumpun bisa menampilkan wajah yang lain yang mungkin lebih menyeramkan dan
menakutkan.
2. Pencarian keadilan, sejak di Kepolisian, Kejaksaan, hingga ke Pengadilan sangat jauh
dari azas cepat dan biaya ringan. Peradilan bagaikan mafia yang menyebabkan
pengadilan menjadi drama yang getir, the real drama, si jahat dan si baik, si jujur dan
si pendusta, ada penghianat ada pemegang amanat, drama terus berlangsung
sepanjang masa, selama manusia ada
3. Cara-cara tidak fair menjadi kenyataan yang tidak terpungkiri, masyarakatpun
menjadi bagian dari ketidakbenaran sistem hukum yan ada dengan mematuhinya.
Penegak hukum belakangan ini tidak memahami substansi, pencarian keadilan
menjadi barang mahal dengan biaya di luar akal sehat, pelapor dan terlapor sama-
sama tetap menyogok untuk saling dipermudah dan dipercepat, aparat menjadi pisau
bermata dua. Aparat hukum dimandulkan dengan uang ataupun dengan pendekatan
kekuasaan.
4. Sementara itu jika anggaran untuk kepentingan operasional aparat kepolisian tidak
mencukupi, para pelapor yang memerlukan jasa kepolisian sering kali pula akan
terpaksa ikut menanggung biaya segala upaya penegakan hukum tersebut.
5. "Penegakan hukum" dan "penggunaan hukum" menurut Satjipto Rahardjo adalah dua
hal yang berbeda. Orang dapat menegakkan hukum untuk memberikan keadilan,
tetapi orang juga dapat menegakkan hukum untuk digunakan bagi pencapaian tujuan
atau kepentingan lain. Maka menegakkan hukum tidak persis sama dengan
menggunakan hukum. Sosiologi hukum yang melihat kepada perilaku nyata dari
orang-orang yang mengoperasikan hukum (advokat, jaksa, polisi dan lain-lain), tidak
melihat bahwa semua orang dengan jujur menjalankan hukum untuk mencapai
keadilan, tetapi juga untuk tujuan dan kepentingan pribadi yang sempit,
6. termasuk menutupi kesalahan.
7. Sikap diskriminatif terhadap pengguna hukum oleh pelaksana hukum nampak nyata,
yang kaya di proses istimewa, yang tidak berpunya di proses lambat dan berbelit-belit
dengan dalih proses normatif. Padahal, ada banyak hal yang tidak seharusnya di
proses dengan rigit dan formal, mengingat ketidakmampuan masyarakat baik di ukur
pada tingkat pendidikan maupun kultur masyarakat yang kadang-kadang masih
konservatif. Norma-norma moral sengaja diabaikan, tidak ada norma yang dapat
dijadikan rujukan selain dari apa yang telah tertulis dalam undang-undang,
sebagaimana menurut Kelsen.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran sosiologi hukum bagi aparat penegak hukum ?
2. Apa saja manfaat sosiologi hukum bagi aparat penegak hukum ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran sosiologi hukum bagi aparat penegak hukum
2. untuk mengetahui manfaat sosiologi hukum bagi aparat penegak hukum
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Manfaat dan kegunaan dari sosiologi hukum adalah dapat diperoleh kemampuan-
kemampuan bagi pemahaman terhadap hukum di didalam konteks sosial bagi bagi para
penegak hukum.
B. SARAN
Penulis memberikan saran bahwa sosiologi hukum sangat penting dan baik untuk dijadikan
panutan bagi para aparat negara dalam pemahaman hukum terutama dalam konteks sosial.
DAFTAR PUSTAKA