Anda di halaman 1dari 18

Latar Belakang

Sejarah
Sejarah sabagai ilmu tentang sesuatu yang tertentu, maka dalam penyelidikan dan
pengungkapan suatu peristiwa tertentu maka harus menjelaskan waktu terjadinya dan tempat
kejadiannya secara jelas, detail dan unik agar dapat mengingat dan mempajari keunikan suatu
peristiwa tertentu, karena suatu peristiwa dalam sejarah dipastikan hanya terjadi sekali. Itu
sebabnya dalam pengungkapan peristiwa menjadi penting untuk selalu menyodorkan keunikan
dan khasannya
ilmu sejarah paling tidak meliputi dua faktor: (1) aspek kritik dan (2) aspek interpretasi.
Keduanya akan menghasilkan teori sejarah
Makna hukum sebagai gejala masyarakat tidak berdiri sendiri, dalam masyarakat
dan dalam sejarahnya tak ada sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan yang satu
berhubungan dengan yang lain. Oleh karean itu tumbuh dan berubahnya lembagalembaga
hukum ditentukan oleh berbagai faktor masyarakat, seperti ekonomi, politik,
agama dan norma susila.

Sejarah hukum sebagai disiplin tersendiri dalam ilmu hukum ini dapat dilacak dari lahirnya
mazhab hukum dari
Hukum Alam (Thomas Aquines hingga Imanuel Kant) ke Mazhab Sejarah (Van Savigny dan
Puchta).
Berdasarkan pandangan hukum alam yang dimaksud dengan alam adalah prinsip yang meresapi
alam semesta,
yang mereka kenali dalam bentuk akal..
Akal yang meresapi seluruh alam semesta dianggap sebagai dasar dari hukum dan keadilan.

Rumusan Masalah

Bab 2 Pembahasan

Presensi 1
Pengertian Sejarah Hukum
Sejarah hukum mempelajari sistem dan gejala hukum dari masa lampau dengan memaparkan dan
menjelaskan perkembangannya untuk memperoleh pemahaman tentang apa yang berlaku sebagai
hukum di masa lampau. Yang dipelajari sejarah hukum, selain perkembangan sistem hukum
sebagai
keseluruhan juga perkembangan institusi hukum dan kaidah. hukum individual tertentu dalam
sistem
hukum yang bersangkutan.
Sejarah Hukum merupakan sebuah disiplin baru dalam ilmu hukum yang mengambil
tema penelitian hukum berdasarkan pada kronik sejarah hukum dalam suatu periode dan
masa tertentu dengan menekankan pada pengungkapan secara detail, unik, dan objektif
sehingga terdapat kecenderungan makna yang sama antara peneliti dengan kenyataan
atau peristiwa-peristiwa tertentu yang dapat memengaruhi momentum-momentum
tertentu atau dapat menginspirasi, bahkan mendorong perubahan sosial di suatu tempat
atau peradaban bangsa tertentu
Sejarah hukum sebagai disiplin tersendiri dalam ilmu hukum ini dapat dilacak dari lahirnya
mazhab hukum dari
Hukum Alam (Thomas Aquines hingga Imanuel Kant) ke Mazhab Sejarah (Van Savigny dan
Puchta).
Berdasarkan pandangan hukum alam yang dimaksud dengan alam adalah prinsip yang meresapi
alam semesta,
yang mereka kenali dalam bentuk akal..
Akal yang meresapi seluruh alam semesta dianggap sebagai dasar dari hukum dan keadilan.

Presensi 2
Hukum Sebagai Produk Sejarah
Hukum pada mulanya adalah kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan berulang lalu disepakati sebagai
semacam kredo-kredo yang harus diikuti dan diakui
sebagai pranata masyarakat dengan sadar tanpa
paksaan dan kekerasan. Karena sifat kebiasaan
adalah perilaku yang terpola dan berkesinambungan
dari satu fase generasi ke fase generasi yang lain.
Itulah sebabnya hukum merupakan produk sejarah
peradaban manusia yang kemudian berkembang
dalam rentan waktu yang panjang dan tak dapat
dipisahkan dari organisasi negara sebagai pengikat,
perumus dan pemaksa dilaksanakan hukum
untuk berlaku di suatu masyarakat

Menurut John Gilissen dan Frits Gorle, Hukum itu tidak hanya berubah
dalam ruang (space) akan tetapi juga dalam waktu (times), jadi dapat kita simpulkan bahwa
Hukum itu Selalu Berubah Sesuai Perkembangan
Sosial Politik.

Perubahan itu berlaku baik untuk sumber-sumber hukum formal,


yaitu: bentuk-bentuk kaidah-kaidah maupun isi dari kaedah hukum
tersebut. Sebagaimana terjadi hampir semua peradaban hukum
dunia mengenal sumber-sumber hukum :”

Sumber Hukum
1. Perundangan, ialah norma-norma hukum yang dikeluarkan oleh penguasa;
2. Yurisprudensi, ialah seluruh himpunan putusan badan-badan peradilan;
3. Doktrin atau Ajaran Hukum, ialah tulisan-tulisan pakar hukum tentang hukum.
4. Hukum Kebiasaan, ialah kebiasaan kemasyarakatan yang oleh anggota-anggota
masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang mengikat serta memperoleh pengakuan dan
pengukuhan penguasa
Berikut beberapa persepsi hukum yang ada di indonesia:
Persepsi Hukum Aspek Filsafat

Dalam persepsi ini maka hukum mengandung nilai-nilai keadilan universal yang dapat diterima
sebagai konotasi positif oleh semua peradaban manusia. hukum dalam persepsi ini berarti
ajaran-ajaran moral ketuhanan. Hukum di sini dalam arti yang sangat abstrak. Dalam logika
berpikir kian abstrak maka kian bernilai tinggi.

Persepsi Hukum Norma/Kaidah

Dalam persepsi ini hukum dimaknai sebagai Qa’idah dalam bahasa Arab ditulis dengan qaidah,
yang artinya patokan, pedoman dan titik tolak. Karena itu hukum dalam di sini diartikan sebagai
peraturan, berbentuk norma-norma yang terpola, dapat mengatur seluk beluk tingkah laku
manusia dalam relasi sosial. Di titik ini hukum dimaknai juga sebagai hukum positif yang
berlaku di suatu tempat. Maka hukum di persepsi ini berkebalikan dari yang pertama lebih
konkret. Maka dalam logika berpikir kian konkret maka akan cenderung kian jelas dan rendah
nilai filsafatnya

Persepsi Hukum Keputusan Aparatur Hukum

Pada persepsi ini hukum dimaknai sebagai produk akhir dari sebuah norma,yakni keputusan-
keputusan yang dibuat oleh paratur penegak norma hokum positif. Di titik ini hukum menjadi
produk dari pergulatan para penegaknya, yaitu aparatur hukum.(polisi, jaksa,hakim dan
penyelenggara pemerintahan lainnya)

Persepsi Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara

Dalam persepsi ini hukum itu identik dengan negara dan pemerintahan, produk administrasi
kenegaraan apapun yang dikeluarkan oleh negara dipersepsikan sebagai hukum.

Persepsi Hukum Nilai-nilai Abstrak

Hukum di sini di persepsikan sebagai perilaku yang terpola dan ajek sehingga menjadi sebuah
norma-norma abstrak yang berupa Nilai-nilai kepantasan dan kepatutan sebagai norma susila
yang dipatuhi bersama tanpa paksaan. Kendati sanksinya bukan dalam bentuk yang konkret
terkadang ahnya rasa malu dan gensi yang berbeda dengan norma hukum positif yang lebih
konkret, berupa denda dan hukuman kurungan atau penjara

Persepsi Hukum Nilai Ilmu Pengetahuan Hukum

Dalam medan persepsi ini hukum dimaknai sebagai ilmu pengetahuan karena pemahaman
hukum dilihat dan didalami dengan pendekatan-pendekatan secara ilmiah berupa
objektivitas ,empiris dan verifikatif.

Persepsi Ilmu Hukum Tak Tunggal Berkait Sejarah

Hukum dalam perkembangan sejarahnya dapat dipahami sebagai bentuk konkret ilmu
pengetahuan tentang hukum atau ilmu hukum. Ilmu menyandang dua makna, sebagai produk:
ilmu adalah pengetahuan yang sudah terkaji sebenarannya dalam bidang tertentu dan tersusun
dalam suatu sistem dan sebagai suatu proses: menunjuk pada kegiatan akal budi manusia untuk
memperoleh pengetahuan dalam bidang tertentu secara sistematis. Oleh karena itu ilmu hukum
dapat dipahami dalam berbagai varian antar lain:

 Ilmu tentang kaidah -norma hukum (normwissenschaft)


 Ilmu tentang pengertian hukum “konsep-konsep hukum (begriffenwissenschaft)
 Ilmu tentang kenyataan hukum (tatswissenschaft)

Presensi 4
Evolusi Hukum

Jika suatu bangsa tak mengalami goncangan kekuasaan politik maka akan cenderung melahirkan
hukum-hukum formal dan substantif yang relatif stabil karena bangunan hukumnya berlangsung
dalam situasi damai akan mendorong lahirnya sistem hukum yang bersifat evolusi bergerak dan
berubah secara pelan tapi pasti.

Perubahan hukum secara perlahan-lahan, evolusi hukum ini dapat dilihat dari dalam kasus
Indonesia yang memiliki tiga tradisi normatif: Hukum adat pribumi, hukum Islam dan sipil
Belanda. Semua rakyat Indonesia hidup dalam tradisi hukum pribumi (Chthonic) yang dijalankan
oleh pribumi karena berdasarkan nilai-nilai norma yang mengakar semenjak dahulu kala yang
sesuai dengan rasa keadilan dan harmoni masyarakat setempat
Secara perlahan mengalami perubahan bahkan dapat berdampingan secara sadar dengan dua
tradisi hukum Islam dan hukum civil Belanda yang merupakan hukum yang yang diimpor dari
luar yang masuk ke Nusantara saat terjadinya penyebaran Islam dan kolonialisasi.

Revolusi Hukum

Revolusi adalah “sudden drastic change in law”, Perubahan cepat, radikal, menyeluruh dan
berjangka pendek dengan menghancurkan seluruh tatanan lama untuk digantikan dengan tatanan
baru.Revolusi sering kali disertai dengan kekerasan dan korban yang banyak diakibatkan oleh
situasi anomie, yakni sebuah situasi kekosongan sistem, karena sistem lama telah hilang karena
revolusi, namun sistem baru belum ditemukan secara mapan. Situasi ini sering kali mendorong
lahirnya ketidakpastian politik dan dalam situasi yang transisi dari era lama menuju era
baru.Menurut Thomas H. Greene (1974) Ilmuwan sosial hingga tahun 1960-an menyatakan
revolusi sebagai perubahan yang relatif mendadak dan signifikan di dalam distribusi kekayaan
dan status sosial.

ELEMEN-ELEMEN DASAR REVOLUSI POLITIK

 Pemimpin progresif baik individu maupun kolektif;


 Adanya partai progresif yang mampu menjalani peran sebagai partai pelopor (avant
garde),
 Adanya elemen ideologi;
 Adanya metode dan perangkat aksi dan dukungan eksternal.

Globalisasi Hukum

Realitas globalisasi ini telah mempengaruhi pada jalannya sejarah hukum. Hukum tidak lagi
merupakan kumpulan peraturan asli dari komunalitas lokal dan nasional, namun telah
dipengaruhi oleh nilai-nilai global yang tercermin dari relasi dan komunikasi lantas batas antar
orang melalui akses uyang disesiakan oleh produk teknologi komunikasi global, yakni
internet.Apapun bentuknya, globalisasi menciptakan insentif besar menuju harmonisasi yakni
keadaan yang memungkinkan adanya keniscayaan untuk ikut dalam rombongan masyarakat
global dalam satu tatanan nilai tunggal dan melakukan penyesuaian-penyesuaian atas nilai-nilai
ajaran hukum di sebuah negara menjadi bernilai hukum global.

Dari penjelasan diatas dapat kita kelompokkan globalisasi menjadi berikut ini:

 Globalisasi membawa arus westernization, yaitu dilihat sebagai kelanjutan proses


modernisasi yang identik dengan dunia Barat (western) sebagai model yang harus ditiru
oleh negara-negara berkembang meskipun peniruan itu sering mengingkari akar budaya
mereka yang sebenarnya. Penyebaran kapitalisme, rasionalisme, industrialisme dan
konsumerisme merupakan kekuatan yang sulit dibendung oleh masyarakat negara
berkembang sehingga membawa berbagai dampak negatif bagi mereka.
 Globalisasi juga menciptakan proses deterritorialization atau a spread of
supraterritoriality, yakni munculnya peraturan (regulation) atau institusi yang
melampaui territoriality negara bangsa. Ruang nasional tidak lagi dilihat sebagai ruang
(space) yang relevan untuk pembuatan keputusan karena semakin banyak isu yang harus
diselesaikan pada level yang lebih tinggi seperti regional atau global.

Realitas globalisasi ini telah mempengaruhi pada jalannya sejarah hukum. Hukum tidak lagi
merupakan kumpulan peraturan asli dari komunalitas lokal dan nasional, namun telah
dipengaruhi oleh nilai-nilai global yang tercermin dari relasi dan komunikasi lantas batas antar
orang melalui akses uyang disesiakan oleh produk teknologi komunikasi global, yakni internet.

Presensi 5
Perjalanan Sejarah Hukum Babilonia

 Hukum di zaman Babilonia kuno (sekitar Irak sekarang), utama nya terdapat dalam Code
Hammurabi.

 Hukum Babilonia merupakan tatanan hukum yang tertua yang pernah ditemukan oleh
sejarah hukum yaitu ditemukannya Code Hammurabi dikota Mesopotamia yang mulai
berlaku kurang lebih sejak tahun 2000 SM.

 Bangsa sumeria merupakan bangsa pertama yang menghuni daerah Babilonia. Sejarah
telah menemukan kodifikasi hukum peninggalan orang-orang sumeria, yaitu yang dibuat
prasasti seluas satu setengah kaki yang diperkirakan berlaku sejak tahun 2400 SM.

 Kodifikasi sumeria ini merupakan salah satu undang-undang tertua yang ada di babilonia,
bahkan di dunia yang pernah ditemukan oleh sejarah hukum.

 Hukum dari Hammurabi di Babilonia (2000 SM) berpengaruh kuat terhadap hukum yang
dibawa oleh Nabi Musa disekitar tahun 1300 SM.

 Teks asli dari Code Hammurabi ditemukan hampir utuh yang terdiri atas 282 Pasal dan
ditulis pada 12 buah batu masing-masing setinggi 8 kaki. Teks asli tersebut ditemukan
kembali di Suse (Iran) pada tahun 1902.

 Code Hammurabi ini mengatur berbagai hal, seperti hak dan kewajiban, perdagangan,
perkawinan, perikatan,perbudakan, pemborongan kerja dan pidana.
 Dalam hukum pidana, sifat hukumannya adalah pembalasan (darah dibayar dg darah;tit
for tat), dimana hukuman bagi pencuri adalah potong tangan, potong bibir sebelah bawah
bagi yang mencium wanita bersuami, potong lidah bagi yang memfitnah.dsb

 Beberapa kitab Undang-undang yang pernah ada didunia ini ditulis dalam huruf paku
terbilang kitab undang-undang yang tua, jika bukan tertua. Diantaranya Code
Hammurabi, Code Urukagina (2350 SM) di Mesopotamia klasik, Code Urnammu (2050
SM) dari dinasti UR dan Ille, Code Esinunna (1930 SM) di masa Raja Isin dari kerajaan
Akadia yang berisi 60 Pasal.

 Code Lipit Ishtar (1880 SM) dari raja Isin di Sumeria terdiri dari 37 Pasal yang berisi
kaidah-kaidah hukum perdata.

 Salah satu ciri khas dari aturan-aturan di kerajaan Babilonia yang berhuruf paku adalah
dimulainya banyak aturan dengan kata “Si Quis” yang berarti Barang Siapa. Konstruksi
tersebut tetap berlaku sampai saat ini di banyak kitab undang-undang, terutama dalam
kitab undang-undang hukum pidana.

Pengaturan Hukum Substantif di Babilonia

Pengaturan hukum di berbagai bidang telah dilakukan di masa kerajaan Babilonia, bahkan
hukum dalam bidang perdagangan terbilang cukup maju untuk zaman pada saat itu, misalnya
dokumen hukum berupa promissory note atas tunjuk telah ditemukan di Babilonia sejak tahun
2100 SM, di Eropa pada saat itu baru dikenal sekitar 3500 tahun kemudian, yakni di akhir abad
pertengahan.

Dalam bidang hukum pidana, pada prinsipnya hukum babilonia mengenal berbagai macam
hukuman pidana, mulai dari yang terberat berupa hukuman mati sampai yang ringan seperti
dibuang dari kelompok atau dikenakan denda.

Di dalam code hammurabi, sebagian besar hukuman pidana berlaku Lex Talionis (Hukuman
balas dendam), yakni darah dibalas dengan darah,nyawa dengan nyawa, mata dengan mata dsb.

Beberapa jenis hukuman yang dapat digolongkan kepada hukuman balas dendam atau lex
talionis antara lain :

1. Hukuman mati bagi kejahatan pembunuhan

2. Hukuman potong tangan bagi pencuri atau bagi anak yang memukul ayahnya
3. Hukuman mati bagi anak dari pemborong, jika pemborong tersebut salah dalam
membangun rumah sehingga rumahnya roboh yang menyebabkan matinya anak dari yang
punya rumah tersebut.dll

Selanjutnya untuk masalah perzinahan hukum babilonia memberikan beberapa sanksi :

1. Secara umum, dua orang yang melakukan perzinahan harus dihukum mati dengan
ditenggelamkan kedalam air, kecuali jika dimaafkan oleh suaminya,dll

2. Dalam hubungannya dengan masalah warisan, di Babilonia, seorang ayah dapat menolak
memberikan warisan kepada anak laki-lakinya jika anak tersebut terus menerus durhaka
terhadap orang tuanya, namun penolakan tersebut harus dengan putusan pengadilan.

Kejahatan yang dihukum mati

 Pencurian pada umumnya

 Penadahan terhadap barang hasil curian

 Penjualan barang hasil curian

 Menolong budak melarikan diri

 Menculik orang

 Perampokan

 Penjualan minuman yang tidak legal dll.

Jenis-jenis eksekusi

1. Hukuman mati terhadap kejahatan perampokan dilakukan on the spot dimana kejahatan
dilakukan, selain itu, dilakukan pula terhadap mereka,yang melanggar batas jalan raya
raja, kejahatan membuka tanda budak, dan menyebabkan kematian suami.

2. Kejahatan incest dengan ibunya sendiri hukumannya dibakar. Apabila mencuri di tempat
yang sedang kebakaran, maka pelakunya dibakar dalam api tersebut . Mencuri di bar juga
hukumannya dibakar.

3. Hukuman ditenggelamkan ke dalam air diberikan terhadap kejahatan perzinaan,


pemerkosaan, bigami.
Kemudian disamping hukuman mati, ada hukuman lain yang diterapkan, sbb :

1. Hukuman denda, yang jumlahnya sudah ditentukan dengan pasti oleh undang-undang

2. Dibuang dari kelompok masyarakat

3. Diberhentikan dari jabatan

4. Hukuman cambuk

5. Hukuman penjara.

DOKUMEN HUKUM PENINGGALAN BABILONIA

Salah satu yang ditemukan didalam peninggalan Babilonia yang sangat klasik yang pernah
ditinggalkan oleh negara kota Sumeria yang dibuat pada tahun 3000 SM yang merupakan bentuk
pengontrolan terhadap kekuasaan absolut dari raja, sehingga merupakan salah satu ajaran
demokrasi yang tertua yang pernah ditinggalkan oleh sejarah hukum.

Dalam bidang hukum perikatan, di Mesopotamia (Babilonia) rakyatnya telah melakukan kontrak
tertulis yang sempat terekam dalam sejarah hukum. Umur perjanjian tersebut bervariasi, mulai
dari 2300 SM sampai 428 SM. (Kontrak jual beli,kontrak sewa menyewa,kontrak
ketenagakerjaan,kontrak utang piutang dan jaminan, kontrak kepailitan,kontrak pemberian
kuasa).

Presensi 7 (Hukum Yunani)

Hukum Yunani banyak dipengaruhi oleh hukum yahudi, yang bila ditelusuri berakar dari sistem
hukum Babilonia dan Sumeria.

Sejarah Yunani banyak mengembangkan pemikiran di bidang politik dan kenegaraan.

Sejarah hukum tidak begitu dikembangkan di zaman yunani. Namun ada beberapa undang-
undang yang menjadi peninggalan yunani yaitu UU Draco (621 SM), UU Solon (594 SM) yang
disusun dibawah pengaruh Mesir, UU Duraa yang berlaku pada abad ke 4 SM dan UU Gortyn
(450-460 SM).

Tahapan hukum yunani

1. Tahap Pertama
Hukum berasal dari raja, dimana raja mendasari hukumnya pada kebiasaan,
kebijaksanaan ataupun atas suruhan atau pengarahan dari Tuhan atau Dewa-dewa.

2. Tahapan kedua

Hukum yang bersifat oligarchis, artinya raja berkuasa dalam bidang hukum dan
peradilan.

3. Tahapan Ketiga

Hukum ditulis dalam UU, Kodifikasi dan konstitusi.

Hukum yunani pada awalnya berasal dari konsep ketuhanan, tetapi dalam perkembangannya
meninggalkan konsep ketuhanan dan mulai menggunakan akal dan logika sehingga menjadi
hukum yang sekuler.

Hukum yunani memiliki karakter yang demokratis. Konsep keadilan yang bernuansa demokratis
telah dikembangkan sejak tahun 1200 SM yang terdapat dalam ketentuan Homer.

Faktor tidak berkembangnya hukum yunani

1. Perkembangan sektor hukum Yunani kalah jauh dari perkembangan pemikiran tentang
filsafat, sehingga perkembangan filsafat yang dikenal dalam sejarah yunani membayangi
perkembangan hukumnya

2. Tidak seperti di mesir, romawi, babilonia dan cina yang memiliki wilayah yang luas dan
memerlukan hukum, yunani merupakan negara kecil yang independen dan merupakan
negara kota.

Dokumen peninggalan yunani

1. Dokumen Homerus tentang Uang damai dan arbitrase.

2. Pidato politik Demosthenes (349 SM) Tentang Pembentukan sebuah komisi undang-
undang

Peradilan zaman yunani

Pengadilan di Yunani dilakukan ditempat yang berbeda-beda menurut perbedaan kasus dan
perbedaan zaman. Misalnya di Athena pengadilan dilangsungkan di pasar-pasar, di Angora di
lembah Areopagus (khusus untuk kasus pembunuhan) di lembah Pnyx.

Salah satu perwujudan dari wajah demokrasi hukum dan keadilan di yunani adalah
terbentuknya proses pengadilan yang diputuskan oleh perwakilan dari masyarakat umum. Dari
sinilah sebenarnya konsep pengadilan dengan sistem juri yang sekarang dianut oleh negara-
negara Anglo Saxon.

Berikut beberapa undang undang dalam hukum yunni:

 Undang-undang draco
UU Draco mulai berlaku sekitar tahun 620 SM yang isinya penolakan terhadap
kekuasaan yang tidaak terbatas dari kaum bangsawan, sehingga hukuman terhadap
kejahatan tidak lagi hanya tergantung pada kehendak kaum bangsawan tersebut.
Selanjutnya UU Draco menyediakan aturan yang fleksibel dengan membentuk suatu
peradilan dengan sistem 50 Hakim yang disebut dengan Ephetae. Yang memutuskan
sesuai hukum yang berlaku.
 UNDANG-UNDANG SOLON
UU Solon memuat ide tentang demokrasi dan menentang pemerintahan tangan besi/tirani
di Yunani.
 Undang-undang gortyn
Ketentuan dalam UU Gortyn merefleksikan berlakunya adat kebiasaan kolektif yang
merupakan perubahan dari hukum primitif kepada hukum modern di zaman Yunani.
Ketentuan hukum dalam UU gortyn antara lain membahas masalah hukum orang dan
keluarga. Hukum Perkawinan, Hukum harta kekayaan. Hukum waris, hukum acara dan
pembuktian, tentang perzinahan dan perkosaan, hukum perikatan, dan tentang adopsi
anak,..

Presensi 9 (Sistem Hukum)


Pengertian

Sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah perangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.

Sedangkan asal katanya, sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang dapat diartikan
sebagai keseluruhan yang terdiri dari macam-macam bagian

Secara keseluruhan sistem hukum adalah Kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari
bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat.
Untuk mencapai suatu tujuan kesatuan tersebut perlu kerjasama antara bagian-bagian atau unsur-
unsur tersebut menurut rencana dan pola tertentu.
Pendapat Ahli Tentang Sistem Hukum:

Paul scholten

Hukum itu merupakan suatu sistem; bahwa semua peraturan-peraturan itu saling berhubungan yang
satu ditetapkan oleh yang lain;

Sunaryati Hartono

sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejunmah unsur atau komponen yang selalu pengaruh
mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas.

Bellefroid

semua aturan hukum yang telah disusun secara tersistem dan terpadu berdasarkan atas asas-asas
tertentu

Mariam Darus Badrulzaman

adalah sekumpulan asas-asas terpadu yang menjadi landasan sebagai masyarakat yang tertib hukum

Lawrence Friedmann menyebut sistem hukum mencakup tiga komponen atau sub-sistem, yaitu;

Pertama, komponen struktur hukum, meliputi unsur operasional atau struktural yang mencakup
keseluruhan lembaga-lembaga.

Kedua, substansi hukum, meliputi keseluruhan aturan-aturan, kaidah-kaidah, dan asas-asas hukum yang
disebut sistem makna yuridik.

Ketiga, budaya hukum, meliputi unsur aktual meliputi tindakan pejabat dan warga masyarakat.

Sistem hukum yang ada di dunia ini tidak hanya satu tetapi terdiri dari beberapa sistem hukum. Dari
ilmu perbandingan hukum, dapat diketahui bahwa di dunia barat sekarang banyak dijumpai adanya
sistem hukum yang modern. Levy Ullman, ada tiga sistem hukum modern sekarang ini di dunia Barat,
yaitu:

a) sistem hukum dari negara-negara Eropa Kontinental,

b) sistem hukum dari negara-negara yang berbahasa Inggris,

c) sistem hukum Islam.

Di samping sistem hukum yang ada di benua Eropa, maka di benua Amerika dikenal pula adanya sistem
hukum tersendiri dan paling terkenal adalah sistem hukum Aglo Saxon yang kemudian dikenal dengan
sebutan “Aglo Amerika”. Akan tetapi, menurut sejarah, sistem hukum ini berasal dari Common Law
System yang berpusat di Inggris.

Oleh karena sistem hukum Eropa Kontinental pada mulanya berasal dari sistem Hukum Romawi Jerman,
maka lazim pula disebut hukum Romawi Jerman, sedangkan sistem Hukum Anglo Saxon pada dasarnya
berasal dari sistem hukum Inggris, maka lazim pula disebut sistem Common Law, sedangkan sistem
hukum Islam tetap berdiri sendiri sebagai sistem hukum yang berdasarkan pada kitab Suci Al-Qur’an.

Sementara sistem hukum adat adalah bersumber pada nilai-nilai adat di Indonesia.

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat.
Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berbasis pada hukum Eropa, khususnya
dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan
Hindia Belanda

(Nederlandsch-Indie). Hukum agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam,
maka dominasi hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan,
dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-
undangan atau yurisprudensi. yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat
dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.

Sistem Hukum Eropa Kontinental

Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai
ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut
oleh hakim dalam penerapannya. Kodifikasi ini merupakan kodifikasi hukum yang berlaku di Kekaisaran
Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justianus abad IV sebelum masehi. Peraturan hukumnya
merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa Justianus yang disebut
Corpus Juris Civilis.

Dalam perkembangannya, prinsip – prinsip hukum yang terdapat pada Corpus Juris Civilis ini dijadikan
dasar perumusan dan kodifikasi hukum di negara – negara eropa daratan seperti Jerman, Belanda,
Perancis, Italia, Amerika Latin dan Asia, termasuk Indonesia.

Karakteristik atau ciri hukum Eropa Kontinental dapat dilihat dalam beberapa hal, yaitu:

1) Pembentukannya mulai dengan Renaissance pada abad ke XII dan ke-XIII, dimana
peranan yang essensial dipegang oleh para Guru Besar di universitas-universitas
2) Unsur yang terpenting dari hukum Eropa Kontinental ialah Hukum Romawi yang
dikembangkan oleh para sarjana di beberapa Universitas di Eropa Barat Kontinen
3) Ada perbedaan yang prinsipil antara hukum privat dan hukum publik. Akibatnya,
perselisihan yang menyangkut hukum administratif tidak lagi termasuk kompetensi
pengadilan umum
4) Sumber hukum yang utama adalah Undang-undang (Code Law), sedangkan dalam
keluarga Common Law sumber hukum yang utama adalah keputusan Pengadilan (Case
Law)
5) Dalam sistem hukum Eropa Kontinental, undangundang adalah sumber yang utama,
namun bukanlah satu-satunya sumber hukum, karena masih ada sumber-sumber yang
lain, yaitu kebiasaan, Yurisprudensi dan doktrin. Hal ini disebabkan karena pada abad
ke-XIX undang-undanglah yang dipandang sebagai alat terpenting untuk mencapai
keadilan.

Sistem hukum eropa kontinental memiliki kelemahan karena sifatnya yang tertulis akan
menjadi tidak fleksibel, kaku. Kelemahan civil law menurut beberapa pakar dilatari oleh
proses legislasi yang bersingungan dengan proses pergulatan berbagai kepentingan politik,
ekonomi, soisial budaya dan lain sebagainya, sehingga civil law system adalah undang-undang
yang penuh berbagai nilai-nilai kepentingan.
Civil law system ini mengikuti filsafat positivisme hukum yang menyatakan bahwa tujuan
utama hukum adalah kepastian hukum bukan keadilan dan atau kemanfaatan, karena
filsafat positivisme mengutamakan hal-hal yang sifatnya jelas dan pasti (positif) di atas
segalanya dengan berargumentasi bahwa hanya sesuatu yang bersifat pasti saja yang
dapat dijadikan ukuran kebenaran
Dengan demikian, maka dalam kultur civil law system hukum identik dengan undang-
undang, sumber hukum adalah undang-undang, nilai-nilai bersumber dari undang-
undang, oleh karena itu civil law system tidak mengakui hukum-hukum dan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat.
Civil law system memberikan konsekuensi para hakim untuk menegakkan hukum
sebagaimana yang sudah ada dalam undang-undang, karena dalam civil law undang-
undang dianggap sudah lengkap, tidak perlu mencari hukum di luar undang-undang.
Kelebihan sistem eropa kontinental, sistem hukumnya tertulis dan terkodifikasi Dengan
terkodifikasi tersebut tujuannya supaya ketentuan yang berlaku dengan mudah dapat
diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap terjadi peristiwa hukum (kepastian
hukum yang lebih ditonjolkan)

Sistem Hukum Anglo Saxon ( Anglo Amerika )


Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi,
yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan
hakim-hakim selanjutnya (Judicial Decisions).
Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula pembagian
”hukum publik dan hukum privat”. Pengertian yang diberikan kepada hukum publik
hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum eropa kontinental.
Sementara bagi hukum privat pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Anglo
Amerika (Saxon) agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh sistem Eropa
kontinental.Dalam sistem hukum Eropa kontonental ”hukum privat lebih dimaksudkan
sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam
kodifikasi kedua hukum itu”.

Sistem Hukum Islam


Sistem hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang ke negara-negara lain
seperti negara-negara Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual maupun secara
kelompok.
Berdasarkan sumber hukumnya:
1. Qur’an, yaitu kitab suci kaum muslimin yang diwahyukan dari Allah kepada Nabi
Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
2. Sunnah Nabi (hadist), yaitu cara hidup dari nabi Muhammad SAW atau cerita tentang
Nabi Muhammad SAW.
3. Ijma, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hak dalam cara hidup.
Ijma’ merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan didalam Al Qur’an
dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang seperti ini kita melihat, apakah hal
tersebut telah disepakatai oleh para ulama muslimin, apabila sudah, maka wajib bagi
kita mengambilnya dan beramal dengannya.
4. Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua
kejadian.

Sistem hukum Islam dalam ”Hukum Fikh” terdiri dari dua bidang hukum, yaitu :
1) Hukum rohaniah (ibadat), ialah cara-cara menjalankan upacara tentang kebaktian
terhadap Allah (sholat, puasa, zakat, menunaikan ibadah haji)
2) Hukum duniawi, terdiri dari :
a. Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan mengenai hubungan antara
manusia dalam bidang jual-bei, sewa
menyewa, perburuhan, hukum tanah, perikatan, hak milik, hak kebendaan dan
hubungan ekonomi pada umumnya.
b. Nikah (Munakahah), yaitu
perkawinan dalam arti membentuk sebuah keluarga yang tediri dari syarat-syarat dan
rukun-rukunnya, hak dan kewajiban, dasar-dasar perkawinan monogami dan akibat-
akibat hukum perkawinan.
c. Jinayat, yaitu pidana yang meliputi ancaman hukuman terhadap hukum Allah dan
tindak pidana kejahatan.
Sistem hukum Islam menganut suatu keyakinan dan ajaran islam dengan keimanan lahir
batin secara individual.Negara-negara yang menganut sistem hukum Islam dalam
bernegara melaksanakan peraturan-peraturan hukumnya sesuai dengan rasa keadilan
berdasarkan peraturan perundangan yang bersumber dari Qur’an.
Dari uraian diatas tampak jelas bahwa di negara-negara penganut asas hukum Islam,
agama Islam berpengaruh sangat besar terhadap cara pembentukan negara maupun
cara bernegara dan bermasyarakat bagi warga negara dan penguasanya.

Presensi 10 (Sejarah Perkembangan Hukum Indonesia)

Perkembangan Hukum Era Belanda Pertama


jajahan atau kolonialisasi dimulai sejak abad 16 saat
bangsa Belanda secara halus melakukan perdagangan di
nusantara dengan bendera perusahaan Vereenigde Oost
Indische Compagnie (VOC) antara tahun 1602-1799.
Karena tujuan semua Belanda datang ke nusantara untuk
berdagang, itulah sebabnya di era Belanda tidak cukup
peduli dengan perkembangan hukum dan tidak
melakukan imposisi (pemaksaan) pada penduduk
pribumi untuk mentaati hukum-hukum Belanda
sepanjang hukum pribumi tidak menganggu keuntungan
ekonomi Belanda.
Saat melakukan perdangan ini dengan VOC-nya praktis
pemerintah Belanda hanya ingin memiliki hak istimewa
(octrooi) dalam perdangan dari pemerintah Hindia
Belanda (HB) untuk daerah perdagangan yang konkordan
dengan hukum Belanda kuno (Oud Nederlandsrecht)
berupa hukum disiplin (tuchtrecht). Maka saat itu VOC
diberi keistimewaan khusus dalam perdangan berupa,
hak atas pelayaran, perdagangan, membentuk angkatan
perang, mendirikan benteng dan mencetak uang di pulaupulau
nusantara.

SISTEM PERADILAN INGGRIS

1. Divisin’s court
Wedana/demang dan pegawai bawahannya (beberapa pegawai pribumi) mengadili
perkara kecil dan perkara sipil (pembatasan 20 rupyen)Banding ke bopati’s court.
2. District’s courts/bopati’s court
Bupati (sebagai ketua), penghulu,jaksa dan pegawai bawahannya berwenang mengadili
perkara sipil (21-50 rupyen). Banding ke resident’s court.
3. Resident’s court
Residen (sebagai ketua), para bupati, penghulu, hoof (jaksa), mengadili perkara pidana
dengan ancaman hukuman mati dan perkara sipil > 50 rupyen.
4. Court of circuit
Terdiri dari ketua dan anggota, bertugas keliling menangani perkara pidana dengan
ancaman hukuman mati, menganut sistem juri 5-9 pribumi

Perkembangan Hukum Era Belanda Kedua


Pada tahun 1816 ketika Inggris menyerahkan nusantara kepada Belanda maka saat itu berlaku
susunan hukum Sbb:
 Undang-Undang dasar Kerajaan Belanda.
 Undang-Undang Belanda atau wet
 Ordonantie, yaitu peraturan yang ditetapkan oleh Gubernur Jenderal bersama-sama dengan
Dewan rakyat (Volksraad) di Jakarta sesuai titah Kerajaan Belanda di Den Haag
 Regering Verordening atau RV, yaitu peraturan pemerintah yang ditetapkan oleh gubernur
Jenderal untuk melaksanakan undang-undang atau wet
 Peraturan daerah swantantar ataupun swapraja.

Peraturan perundang-undangan pada masa Hindia Belanda, yang dianggap sebagai undang-
undang dasar Hindia Belanda adalah Wet o de Staatsinrichting (disingkat IS). Sebelum IS
dikenal dengan nama Reglement op het beleid der Regering van Nedherland Indie (Reering
Reglement/RR).

Adapun peraturan yang diatur dalam IS antara lain meliputi:


Ordonatie, berdasarkan ketentuan Pasal 82 IS, Gouverneur General dengan persetujuan
Volksraad, menetapkan ordonantie mengenai pokok persoalan yang menyangkut Newderland
Indie kecuali apabila ditentukan lain dalam Grondwet (UUD) atau wet (UU).
Regeringsverordening (RV) gubernur jenderal dapat menetapkan RV setingkat Peraturan
Pemerintah yang berisi pengaturan untuk melaksanakan wetten, Algemene maatregel van
Bestuur (peraturan pusat yang ditetapkan Raja (AMVB) dan ordonantie dapat menetapkan
pidana terhadap pelanggaran yang akan diatur dengan ordonantie. Sedangkan Governements
Besluit/GB (Kepurtusan Pemerintah) tetap dapat dikeluarkan untuk mengatur yang bersifat
administartif. GB tidak dapat mencantumkan ketentuan pidana. Peraturan lain yang berlaku di
Hindia Belanda adalah Wetten dan AMVB yakni peraturan yang berlaku di Nederland bersama-
sama antara Kroon (raja) dan Stateen Generaal (Parlemen Belanda).

Lembaga-Lembaga negara Hindia Belanda


1. EKSEKUTIF
Lembaga Eksekutif: Gubernur Jenderal yang dibantu oleh Raad van Indie. Bidang-
Bidang pemerintahan dipimpin oleh direkturdirektur yang memimpin departemen-
departemen.
2. LEGISLATIF
Volksraad bersama Gubernur Jenderal
3. YUDIKATIF
Hoogerechtshof sebagai pengadilan tertinggi Hindia Belanda.
4. AUDITIF
Alemene Rekenkamer sebagai pengawas keuangan negara.

Perkembangan Hukum Era Awal Kemerdekaan


1. 1944
Paling tidak dalam sejarah mencatat bahwa pada tanggal 7 September 1944 perdana
menteri Jepang telah menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia pada suatu masa.
Sebagaimana dinyatakan dalam pidato Perdana Menteri Kuniarki Kaiso di depan resepsi
The Imperial Dies ke 85. “The Japanese Empire (hereby) announce the future
independence of all Indonesia people”.
2. 1945
Berdasarkan janji itulah maka dibentuklah satu panitia dengan nama Dokuritzu Zyumbi
Tyosokai atau Panitia Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal
29 April 1945, bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang Hirohito.
3. BPUPKI
BPUPKI ini bertugas mempersiapkan konstitusi yang akan dipakadalam negara Indonesia
yang akan dimerdekakan itu. Beranggotakan 62 orang termasuk ketua dan wakilnya,
panitia ini mulai bersidang tanggal 29 Mei 1945 setelah sehari sebelumnya 28 Mei 1945
dilantik secara resmi. Sidang paripurna panitia ini berlangsung 2 kali yakni tanggal 29
Mei sampai tanggal 1 Juni 1945 untuk sidang pertama dan tanggal 10 sampai 16 Juli
1945 untuk sidang kedua
4. Konsep tentang negara ((staatesidee) dalam penyusunan konstitusi di awal menuju
kemerdekaan ini tak dapat dilepaskan dari pandangan para tokohtokoh bangsa yang
sangat berpengaruh pada saat itu dengan berbagai latar belakang pendidikan dan ideology
yang dianutnya. Paling tidak dapat dilIhat melalui pikiran Nasionalis Sekuler (Soepomo,
Soekarno, Moh. Hatta, Moh. Yamin) dan kelompok Nasionalis Muslim.

Anda mungkin juga menyukai