Anda di halaman 1dari 3

Nama : Selvita Mia Aurelia Sagala

NIM : 11000121130315
Mata Kuliah : Hukum dan Masyarakat
Kelas :J

Resume Video YouTube Profesor Suteki


“Ilmu Hukum dan Ilmu Sosial”

Ilmu hukum yang akan dipelajari disini adalah ilmu hukum yang bersifat interdisipliner.
Maka dari itu, diperlukan bantuan dari ilmu-ilmu lainnya, khususnya ilmu sosial, agar ilmu
hukum dapat menjadi suatu kesatuan yang utuh dan kompleks.

Ada beberapa perbedaan antara ilmu hukum yang normatif dengan ilmu sosial, seperti
ilmu hukum bukanlah science sedangkan ilmu sosial adalah science; sifat objek ilmu hukum
tidak empirik sedangkan ilmu sosial empirik; ilmu hukum berisi proposisi, premis, dan
silogisme, sedangkan ilmu sosial berisi data pengukuran inderawi dan fakta sosial; ilmu hukum
metode berpikirnya bersifat logis, koheren, dalam jenjang (stuffen) tetapi terasing dari alam
amatan, sedangkan metode berpikir ilmu sosial yaitu berpikir dengan metode sains, kasunyatan;
serta premis ilmu hukum hasil judgemental otoritas dan asumsinya IPSO YURE, sedangkan
premis atau asumsi ilmu sosial adalah hasil amatan yang sifatnya valid sehingga disebut IPSO
FACTO.

Selain itu, ada pula beberapa perbedaan seorang yuris dengan seorang ilmuwan sosial.
Perbedaan tersebut, antaralain:
1. Yuris
a. Sosok eksponen yang sensitif, kukuh terhadap model perilaku, semangat universalisme
tinggi, dan pemaksaan model pada kehidupan sehari-hari.
b. Bekerja sama dengan pemerintah secara represif, dan koersif mewujudkan ketertiban dan
ketentraman umum.
c. Sebagai pelaku suprastruktur pemerintahan.
d. Berpikir konvensional dan legalistik.

Sedangkan,
2. Ilmuwan Sosial
a. Seorang narrator dan analis yang lugas. Pola perilaki dianggap sebagai variabel historic
yang bersifat partikularistik dan tunduk pada hukum probabilitas.
b. Melihat penyimpangan sebagai variabel pengubah atau improvisasi kreatif dan spontan
yang akan melahirkan pembaharuan.
c. Sebagai pengembara lahirnya perkembangan infrastuktur.
d. Berpikir kontemporer, progresif, dan kritis terhadap aliran hukum positif.
Ilmu hukum dan ilmu sosial juga mengalami perkembangan, seperti pada periode
kolonial sampai orde baru. Perkembangan tersebut antaralain:
1. Ilmu Hukum
a. Akar pendidikannya berakar dari penyelenggaraan pendidikan Hukum Negeri Belanda.
b. Objek kajiannya hukum positif (law as it is written in the books)
c. Tradisi pendidikannya otoritarian, dan sentralistik. Sedangkan metode berpikirnya adalah
deduktif, dan bertolak pada norma-norma yang dianggap tak terbantahkan lagi.
d. Digunakan sebagai alat penyelenggaraan pemerintah kolonial yang Eropa-sentris.

Sedangkan,
2. Ilmu Sosial
a. Akar pendidikannya pada fakta sosial pribumi. Contohnya, Van Vollenhoven dengan
Hukum Adat
b. Objek kajiannya berupa fakta sosial, adat pada ranah infrastruktur (law as it is in society).
c. Tradisi pendidikan yang otonom dan berpikir induktif.
d. Digunakan sebagai sarana pembantu karena kolonial berusaha menguasai wilayah
jajahan.

Dalam hal ini, yuris harus melihat ‘dunia lain’ karena adanya perkembangan orde baru
sampai orde reformasi sehingga perlu usaha nasional yang dikonsentrasikan untuk membangun
ekonomi, langkah rekayasa masyarakat tidak didominasi oleh imperatif-imperatif ideologik
(formal-yuridis), dan pertimbangan dan perhitungan harus didasarkan pada hukum sebab akibat.
Jika keadaan tersebut terjadi, maka akibat pada dunia hukum yaitu:
1. Hukum tidak lagi merupakan ilmu dan kiat seni kehakiman yang berputar pada persoalan
litigasi semata.
2. Hukum berkembang menjadi ilmu dan niat kemahiran membela hak-hak sipil diluar proses
litigasi.
3. Hukum menjadi bagian dari bargaining power yang dinamik dan sebagai bagian dari
eskpresif kolektif warga bangsa dalam soal keadilan.
4. Hukum mulai dicabar dengan dalih bahwa hukum selama ini hanya merekefsikan ide-ide dan
kepentingan-kepentingan elit di kota yang hanya ingin memaksa rekayasa, bukan hati nurani
dan kearifan massa di desa.

Karena hal yang telah disebutkan diatas, maka mulai lahir perhatian untuk melihat hukum
sebagai kekuataan riil yang berproses ke arah tertatanya kehidupan yang demokratik dan adil.
Akibatnya konsep law as it is in the books dilengkapi menjadi law as what it is functioning in
society, dan kajian ilmu hukum mulai mengungkap mantra-mantra struktural, institusional, dan
bahkan behavioural (law as it is embedded in human mind, and manifested in their actions and
interactions).
Tujuan diperlukannya ilmu sosial adalah untuk memahami lebih jauh lika-liku
permasalahan hukum yang termanifestasi sebagai peristiwa sosial atau perilaku interaktif antar
warga masyarakat. Caranya adalah dengan pengkaji hukum mendayagunakan teori-teori sosial
dengan berbagai variasi paradigmatik. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode sosial
yang empirik-kuantitatif ataupun reflektif-kualitatif. Kemudian para yuris dan ilmuwan sosial
bepolarisasi karena para yuris mulai menerima kenyataan bahwa mempelajari hukum tidak boleh
secara steril. Lalu adagiumnya adalah The life of law has not been logic, but experience (Oliver
W. Holmes). Dalam bidang pendidikan juga telah muncul studi sosiologi hukum, antropologi
hukum, law and behaviour, metode penelitian hukum, dan law and society. Ranah perdebatannya
ada di seminar atau diskusi tentang sosio-legal. Hasil penelitian ilmu sosial yaitu ilmuwan sosial
selalu mengusahakan agar temuannya tidak berhenti sebagai fakta sosial saja tetapi bisa
berproses menjadi judgement yang sah untuk memengaruhi perilaku dan pola perilaku sosial.
Disamping itu, ilmu hukum pun dimodelkan sebagai sistem terbuka agar mudah bertransaksi
dengan lingkungan sosial agar tercipta social legal judgements yang benar-benar fungsional.

Anda mungkin juga menyukai